Share

Kalut

Author: Kanietha
last update Last Updated: 2021-05-08 22:04:19

Bagai anak yang tersesat, Yasa kalut. Tidak ada satupun keluarga Aya yang mengangkat teleponnya. Asa bahkan dengan terang-terangan mereject dan setelah itu mengalihkan panggilan dari Yasa.

Yasa tidak mungkin menghubungi Bintang, karena ia tahu bagaimana hubungan sang istri dengan papanya itu. Sudah bisa dipastikan kalau Bintang tidak tahu apapun mengenai kepergian Aya.

Tapi, keluar negeri? Apa itu mungkin?

Tiba-tiba Yasa juga teringat kalau Akhil dan Asrya pun tidak lama lagi juga akan berangkat ke luar negeri.

Tapi ke mana?

Satu-satunya yang Yasa tahu hanya keberadaan Kaisar dan Eila di Singapura. Dan, Pras juga memiliki saudara yang ada di Swiss.

Melihat mentari yang semakin tergelincir. Serta langit yang semakin menggelap. Yasa memutuskan untuk pergi ke rumah Elo. Tinggal pria itulah satu-satunya harapan Yasa untuk menemukan Aya.

Yasa datang bersamaan dengan mobil Asa yang sudah masuk terlebih dahulu ke dalam pekarangan ruma

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rema Melani
bingung.. hhh....
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • My Dearest Cahaya   Membujuk

    Bima sibuk mengatur posisi duduknya berkali-kali. Juga terdengar decakan, serta desisan sesekali yang keluar dari mulutnya. Berhadapan dengan Becky yang masih saja terlihat mempesona seperti dahulu kala, ternyata membuat dirinya sedikit rikuh. Tapi setidaknya, Bima sudah berubah. Ia mencintai istri yang sudah memberikannya satu keturunan yang luar biasa tampan seperti dirinya. Sang istri yang sedari dulu tidak pernah macam-macam dan selalu patuh, serta melaksanakan kewajibannya tanpa mengeluh sama sekali. Bima termasuk pria brengsek yang beruntung, karena bisa mendapatkan Era kala itu. Dan, sampai sekarangpun, sang istri tidak pernah tahu kalau Bima pernah selingkuh sampai sedemikian rupa dengan Becky. Semua sudah tertutup rapat dan terkubur dalam-dalam tanpa ada seorangpun yang pernah mengungkitnya. “Ayo kita sudahi semuanya, Beck.” kata Bima. “Kamu tahu benar kalau yang kita lakukan dulu itu salah, dan Pras seperti itu, cuma untuk melindungi dan menjaga kel

    Last Updated : 2021-05-08
  • My Dearest Cahaya   Sandiwara

    Yasa tidak memerlukan banyak waktu, untuk membaca dokumen yang baru saja di serahkan oleh Janus kepadanya. Karena basic akademik Yasa adalah juga seorang pengacara, jadi, hanya melihat sekilas saja, ia sudah tahu isi dari kertas yang dibacanya kini.Dan tidak menunggu lama pula, Yasa merobek berkas beserta map yang dipegangnya menjadi serpihan kecil lalu melemparnya ke sembarang arah.“Gak …” Yasa menggeleng kecil berkali-kali. “Ini bukan kemauan Cahaya, ini pasti maunya bunda kan! Om?”Janus bersikap tenang, tidak terpancing dengan ulah Yasa yang telah membuat berkasnya menjadi sampah yang teronggok di lantai.“Silakan kamu pikir sendiri, dan coba ingat-ingat lagi semua sikapmu sama Aya kemarin-kemarin, Yas.”“Apa bunda mau Cahaya bernasib sama dengan beliau, menikah kemudian cerai sampai berulang kali?” sindir Yasa begitu sarkas membuat Janus sedikit tersinggung.“Untuk apa menik

    Last Updated : 2021-05-08
  • My Dearest Cahaya   Sebuah Perasaan

    “Mas Asa!” Asa yang sudah memegang handle pintu ruang kerjanya itu lantas berbalik. Tercetak dua lesung pipi di wajah yang biasa terlihat cuek itu. “Ada apa, Mas?” balasnya. “Nomor hape Aya ganti? Dari kemarin saya telpon gak aktif sampai sekarang.” Asa menatap Rajata, karyawan yang dititipkan Aya pada Elo. Asa jadi penasaran, kenapa Aya bisa sampai menitipkan pria itu untuk bekerja di Network. Apa kinerjanya memang sebagus itu? “Masuk dulu deh.” Asa membuka pintu dan mempersilakan Rajata masuk ke ruangannya. Kalau ditelisik lagi, diantara semua ruangan dewan direksi, ruangan Asalah yang paling kecil. Hanya ada seperangkat meja kerja dan satu buah sofa panjang berserta meja persegi minimalis, yang terletak tepat di samping pintu. “Duduk dulu, Mas.” Asa menutup pintunya, kemudian duduk pada kursi yang berada di balik meja kerjanya. Berhadapan dengan Rajata. “Ada perlu sama Aya?” tanyanya sembari membuka laptop karena Elo t

    Last Updated : 2021-05-09
  • My Dearest Cahaya   Balas Budi

    “Ada masalah dengan Aya, Pa?” Bintang sampai lupa kalau ada Astro sedari tadi di rumahnya. Baru tersadar ketika pria itu menegurnya, setelah mengakhiri pembicaraan dengan Asa di telepon. “Oh, Astro.” Bintang menghampiri Astro yang berdiri di ujung undakan teras. “Kamu ada perlu sama papa?” tanyanya tanpa menjawab pertanyaan Astro kepadanya. “Ada, tapi sepertinya papa lagi ada masalah urgent.” Bintang mengangguk kemudian menghela. “Apa bisa ditunda? Papa mau ke rumah Om El dulu.” “Well, yaa, urusanku gak urgent, aku bisa ke sini lagi nanti malam.” “Oke.” Bintang menepuk bahu Astro sekilas, kemudian melewatinya untuk masuk ke dalam rumah dan berpamitan terlebih dahulu kepada sang istri untuk pergi ke rumah Elo. Sedangkan Astro yang masih terpaku di teras, sibuk bertanya dalam hati. Ada apa dengan adik sepupunya itu? kenapa Bintang sampai bertanya tentang keberadaan Aya kepada Asa? Apa Aya kabur dari rumah? Ini pasti berka

    Last Updated : 2021-05-09
  • My Dearest Cahaya   Demi Anak

    “Nar, apa kamu gak terlalu kejam, misahin Aya yang lagi hamil sama suaminya?” tanya Flora setelah berbasa basi bertukar cerita panjang lebar lewat telepon. “Orang hamil itu butuh suami loh, Nar. Butuh keluarga, butuh bundanya juga. Tapi ini malah kamu lempar ke Surabaya.” Sinar menghela di ujung sana. “Aku gak tega sebenarnya,” terdiam sejenak untuk kembali menarik napas. “Satu yang belum aku ceritain sama kamu, kalau Aya sempat nekat bunuh diri, tapi dia malah koma selama dua bulan.” Flora ternganga, lalu bangkit terduduk dan bersila di atas ranjang. Mengerjab-ngerjab saat melihat sang suami keluar dari kamar mandi dengan memakai kaos oblong dan celana pendek. “Bunuh diri? koma?” Dahi Langit berkerut, menghampiri sang istri dan duduk di sampingnya. Menempelkan telinganya pada ponsel yang menempel di telinga Flora. “Ya,” hela Sinar. “Karena itu aku takut, Ra. Kalau dia di sini, nanti yang ada dia tertekan, stress, diam-diam depresi dan memutus

    Last Updated : 2021-05-10
  • My Dearest Cahaya   Cuma Korban

    Astro terdiam, memasang raut wajah setenang mungkin. Tidak pernah terbersit sedikitpun kalau Bintang juga menyuruh Yasa untuk datang ke rumahnya malam ini. Bersamaan dengan kedatangan Astro yang sudah dijanjikan pagi tadi. Ketiga pria itu duduk terpisah jarak di ruang tamu mengelilingi sebuah meja persegi yang terbuat dari kayu, “Jadi, apa yang kalian berdua ributkan sampai-sampai Bunda Sinar memutuskan mengirim Aya keluar negeri!” Setidaknya, itu yang Bintang dengar dari Sinar, bahwa Aya saat ini berada di luar negeri, untuk menenangkan diri. Dan Bintang sangat yakin kalau putrinya itu berada di Singapura meskipun tidak tahu dimana tepatnya. Karena menurut pemikiran Bintang, Sinar tidak mungkin ceroboh dengan menempatkan Aya bersama Kaisar dan Eila. Hal tersebut sangat mudah ditebak dan Yasa pastinya sudah akan menemukan istrinya jika seperti itu. Kedua alis Astro sedikit tersentak sebentar, tidak ingin keterkejutannya telalu ketara. Rupanya

    Last Updated : 2021-05-10
  • My Dearest Cahaya   Curious

    “Bundaaa, pinjam hape.” Jemari Sinar yang tengah menari di atas keyboard itupun berhenti sejenak. Mengangkat wajah untuk menatap Rendra yang bersandar pada bingkai kusen di bibir pintu. Anak bontot Sinar itu masih menggenggam ponsel miliknya ditangan. “Emang hapemu kenapa?” Sinar menatap tajam sebentar lalu kembali mengetikkan sesuatu di layar laptopnya, di ruang kerja yang biasa dipakai oleh Pras. “Pulsanya habis, aku mau telpon Rama sebentar.” ujarnya mulai melancarkan misi dari Yasa. “Aku mau nginap di rumahnya.” “M-bangkingmu dibuat apa? langsung isi pulsa kan bisa dari sana.” Begitulah kalau berdebat dengan sang bunda, tidak akan pernah menang. “Inet lagi gangguan, jaringan muter-muter dari tadi.” “Gak tuh,” balas Sinar. “Bunda pake wifi dari tadi lancar-lancar aja.” Jleb! Rendra masuk ke ruang kerja sembari memikirkan sebuah alasan logis, untuk menyanggah perkataan bundanya yang tidak lagi menolehnya sama sekali.

    Last Updated : 2021-05-11
  • My Dearest Cahaya   Menemukan Jejak

    Pagi itu, Yasa tidak menginjakkan kaki ke rumah Bintang, seperti yang pria itu perintahkan. Karena jelang tengan malam, ia mendapati chat dari Rendra yang memberikannya beberapa informasi. Yasa yakin, semua yang dikirim oleh Rendra merupakan petunjuk, di mana istrinya saat ini tengah berada. Untuk itu, Yasa membeli ponsel beserta nomor baru untuk menghubungi nomor asing yang sudah diberi oleh Rendra. Flora …, Siapa Flora? Yasa tidak pernah sekalipun mendengar Aya bercerita tentang wanita bernama Flora. Dan, tidak ada satupun nomor dari dengan kode luar negeri yang dihubungi oleh Sinar. Tangan Yasa tremor. Jantungnya berdetak tidak menentu, saat hendak mendial nomor tanpa nama yang telah dikirim oleh adik iparnya. Hembusan napas yang menghentak, berkali-kali ia buang untuk menetralkan seluruh panca indranya agar tenang. Dengan kegugupan yang mendera, akhirnya Yasa menekan nomor yang dimaksud. Meletakkan ponselnya pada telinga,

    Last Updated : 2021-05-11

Latest chapter

  • My Dearest Cahaya   Fin

    Yasa meraup separuh wajahnya, menatap bocah lima tahun yang kini tengah merengek untuk ikut pergi dengannya, ke dokter kandungan. “Papi sama mami gak lama, mainlah sama Aga. Nanti, Papi beliin burger.” “NO BURGER.” Aya yang baru muncul dari dalam dan mendengar percakapan suaminya dan putra sulungnya itu sontak memasang wajah galak. Berhenti diantara kedua lelakinya itu lalu melipat tangan di atas perut yang sudah membuncit. Kehamilan ketiganya saat ini memasuki usia 5 bulan, dan hari ini, adalah jadwal untuk memeriksakan kandungannya. Mereka juga tidak sabar dan sangat penasaran untuk mengetahui jenis kelaminnya. Karena anak kedua mereka lagi-lagi berjenis kelamin laki-laki, dan diberi nama Telaga Dananjaya. Maka, keduanya berharap kalau yang ketiga ini, akan berjenis kelamin perempuan. “Why not?” protes Gara ikut melipat kedua tangannya di depan dada dengan bibir mungil yang mengerucut kecil. Mengikuti sikap sang mami yang ditunjukkan kepadanya.

  • My Dearest Cahaya   Dan Hasilnya ...

    Yasa terhenyak dan bangkit seketika. Terduduk sebentar lalu berlari ke kamar mandi. Terlihat sang istri yang tengah berlutut, menunduk seraya membuang semua isi perutnya ke dalam kloset duduk. Yasa yakin sekali kalau hari masih subuh, meskipun ia belum melihat jarum jam sama sekali.Bergegas menghampir Aya dan membantu untuk menyingkap rambut lalu memijat tengkuk sang istri. “Ke dokter ajalah, Mi. Udah dua hari begini terus.”Aya hanya bisa mengangguk pasrah kali ini. Menurut pada saran sang suami. Padahal dari kemarin, Aya sudah berencana akan mengunjungi Pras, tapi karena tubuhnya tiba-tiba drop, maka Aya membatalkannya.“Coba diinget-inget lagi, dua hari yang lalu habis makan apaan bisa sampai begini.”Tubuh Aya menegak, menyudahi kegiatan yang membuat tubuhnya lemas selama dua hari ini. Lalu bersandar pada sisi dinding kamar mandi untuk menetralkan napasnya. Seraya mengusap bibir dengan punggung tangan. Merasa tidak sanggup, un

  • My Dearest Cahaya   Sudah Memaafkanmu

    Kedua orang yang dulunya pernah saling menyayangi dan berbagi segalanya itu, kini masih terdiam. Bintang memilih untuk masuk ke dalam dan duduk di ruang tengah. Memutuskan untuk memberi kedua anaknya itu kebebasan, untuk mengeluarkan semua yang ada di dalam kepala. Dan, ia hanya mengawasi jikalau ada hal yang tidak diinginkan terjadi. Namun tetap berharap semua akan baik-baik saja.Bintang sudah percaya penuh dengan keduanya. Mereka sudah tahu batasan mereka. Dan untuk Astro, Bintang tahu pasti, kalau pada dasarnya, pria itu sangat baik. Aster hanya salah dalam mendoktrin otaknya sedari kecil, hingga rasa benci itu tumbuh tanpa mengetahui semua alasan yang ada di baliknya.“Kata papa, Kak Astro mau jual rumah?” Akhirnya, Aya jugalah yang membuka topik pembicaraan. Tidak nyaman dengan perasaan canggung, yang kali ini mendera keduanya.Aya tidak mau mengungkit tentang kepindahan Astro ke Surabaya. Karena yang telah direncanakan kakak sepupunya itu, sud

  • My Dearest Cahaya   Menyelesaikan Semuanya

    Hanya senyum datar dan kekehan garing yang sedari tadi dilontarkan oleh Yasa, sepanjang ia menanggapi ocehan Lex serta Elo. Setelah diberi waktu untuk berpikir selama 24 jam oleh Sinar, dan juga demi Gara, akhirnya Yasa menandatangani surat perjanjian yang telah disodorkan kepadanya. Ada tiga buah salinan asli yang harus ditandatangani. Yang nantinya, surat tersebut akan pegang oleh Yasa, Sinar dan juga Lex, orang kepercayaan Pras. Entah kenapa Yasa tiba-tiba yakin, kalau keseluruhan ini, adalah rencana pria yang masih saat ini masih mendekam di penjara. Setelah semua selesai, Sinar menyunggingkan senyum kecilnya. Memandang puas pada berkas yang sudah berada di tangan. Untung saja, kan, ia menceritakan semuanya kepada Pras, hingga terciptalah sebuah perjanjian yang jika dipikirkan lagi, secara keseluruhan semua terlihat hanya menguntungkan pihak Sinar. Dengan adanya perjanjian tersebut, Pras bisa menilai, sejauh mana kesungguhan Yasa terhadap pernikahannya de

  • My Dearest Cahaya   Meminta Izin

    Pump heel setinggi 3 senti itu, berjalan mundur beberapa langkah dengan pelan. Menoleh, pada pria yang asik duduk di sofa lobi sembari menunduk. Ibu jari pria itu sibuk bergerak pada ponsel yang dipegang secara horisontal. Fix! Lagi-lagi pria itu pasti tengah sibuk dengan gamenya.“Nando!” panggil Sinar yang berdiri tidak jauh dari ponakannya itu. Tadinya, setelah keluar dari ruangan Elo, Sinar hendak pergi ruangannya. Namun diurungkan, hatinya yang memanas karana bertemu Yasa, membuat Sinar ingin pergi ke rooftop bar yang berada di gedung perkantoran. Menyesap sesuatu yang dingin, untuk mendamaikan kepala sekaligus hatinya.“Eh, Bunda di sini?” tanya Nando terlihat salah tingkah. Pria itu mengusap tengkuknya sebentar sembari menghampiri Sinar. Meraih tangan wanita dan mencium punggung tangannya. “Lagi ngapain, Bund? Asa mana?”“Ya kerja, lah kamu ngapain di sini?”“Aku … aku mau ketemu Asa.&rdq

  • My Dearest Cahaya   Postnuptial Agreement

    Aya tersenyum canggung. Sebuah perasaan yang tidak pernah ada selama ini ketika bertemu dengan Tara, kini muncul. Rasa tidak nyaman karena mungkin, yang akan dikatakannya bisa menyakiti hati Tara. Selama ini, pria itu sudah terlalu baik untuknya. Meskipun terkadang sedikit sarkas, tapi Aya tahu, kalau di dalam sudut hati Tara, pria itu sangat menyayangi Aya juga Gara.“Tara …” Aya menggantung kalimatnya sejenak untuk menarik napas. Di kamar, ia sudah mengemasi pakaian yang selama ini diperolehnya dari Tara. Juga ada box bayi, pakaian Gara, dan segala keperluan Aya yang kesemuanya disediakan oleh pria itu ketika masih tinggal di vila. Sungguh, Aya berutang banyak pada Tara, dan pada akhirnya, ia belum mampu membalasnya. Justru malah hanya meninggalkan luka.Selama ini, Aya belum menyadari sepenuhnya kalau hatinya sudah tertambat pada Yasa. Aya pikir, kehidupan cintanya masih berpusat pada Astro, namun ia salah. Rasa sakit yang begitu menusuk ketika be

  • My Dearest Cahaya   Rencana

    Yasa meneguk ludah hingga berulang kali. Melihat putranya menyesap ASI langsung dari tempatnya, membuat Yasa hanya bisa menggigit jari. Berbulan-bulan tidak melihat dan menikmati tubuh sang istri, membuat pusat dirinya memberontak. Dan, Yasa tidak mau tahu, setelah Gara selesai, maka dirinya juga harus mendapatkan giliran. “Apa, Gara kalau minum ASI …” Yasa kembali menelan ludah, maniknya sedari tadi hanya terfokus pada bibir sang putra yang bergerak lahap menyesap penuh puncak dada istrinya. “Gara kenapa?” tanya Aya memecah lamunan Yasa dalam sekejab. “Oh, itu, kalau minum ASI, apa selalu lama seperti ini?” “Tergantung, gak tentu juga sih. Suka-suka dia aja.” Wajah Yasa terlihat semringah ketika melihat Gara melepaskan bibirnya mungilnya. Namun sejurus kemudian, wajahnya kembali tertekuk ketika Aya hanya memindahkan posisi tubuh Gara untuk menyesap di tempat satunya. “Apa harus dua-duanya gitu dia minum?” decak Yasa sedikit sewot. Bel

  • My Dearest Cahaya   Hei, Jagoan

    Lidahnya benar-benar kelu, tidak mampu menjawab pertanyaan Yasa. Aya membuang wajah tidak punya keberanian untuk menatap Yasa. Tidak juga mampu untuk beranjak dari duduknya, karena Yasa memegang erat kunci sabuk pengaman yang menyilang pada tubuh bagian depannya.“Di mana dia, Ay?”Jantung Yasa berdegub membingungkan. Tidak mampu menjelaskan, seperti apa perasaannya saat ini. Ada rasa takut, gembira, cemas, dan juga kesal yang bercampur jadi satu. Sudut hatinya mengatakan bahwa anak itu ada, dan terlahir ke dunia. Tapi, kenapa Aya justru tidak mengatakan hal apapun pada dirinya.“Cahaya …” Yasa meraih dagu runcing Aya agar menghadap ke arahnya. Berusaha mengeluarkan kata selunak mungkin, meskipun ada lonjakan emosi yang ingin menuntut sang istri agar segera memberi penjelasan kepadanya. “Apa dia di dalam?”Bibir Aya terkatup. Seharusnya, ia bisa mencegah tangan Yasa agar tidak menjelajahi tubuhnya. Tapi di lain s

  • My Dearest Cahaya   Tetes Putih

    Aster menghampiri putranya yang baru saja menghempaskan tubuh di atas ranjang, setelah pulang dari kantor. Pria itu sudah tidak pernah lagi, menjejakkan kaki di unit apartemennya. Selalu pulang ke rumah sang mama dan menjadikan Aster sebagai tempat bercerita tentang kegiatannya, setiap hari.Aster menepuk paha putranya yang berbaring di ranjang. Kedua kakinya masih menjuntai ke bawah dan raut wajahnya sangat lelah.“Apa, tawaran kemarin sudah kamu terima?”“Belum,” Astro meletakkan kedua tangan di balik kepalanya sebagai bantal, menerawang kosong menatap langit-langit kamarnya. “Kalau aku terima, Mama pasti kesepian, aku gak bisa datang sewaktu-waktu ke Jakarta.”Aster menggeser sedikit bokongnya, agar bisa melihat wajah Astro. “Kalau Mama ikut kamu, gimana? apa kamu keberatan?”“Mama serius?” Astro bangkit dan keduanya kini duduk saling berhadapan. “Yakin mau ikut ke Surabaya? dan &

DMCA.com Protection Status