Share

Berat Sebelah

Penulis: Kanietha
last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-18 22:28:33

Dengan mata terpejam Astro menyugar surainya kebelakang. Bintang meminta Astro untuk datang ke rumah pria itu, seusai semua pekerjaannya selesai. Dari nada bicara Bintang, Astro tahu ada yang tidak beres. Firasatnya mengatakan kalau Aya telah mengatakan sesuatu pada Bintang.

Benar saja. Air muka Bintang terlihat suram, saat Daisy menyuruh Astro untuk masuk ke ruang kerja pria itu. Lantas, tanpa berbasa basi, Bintang langsung mengkonfrontasi Astro dengan berbagai pertanyaan.

“Ada di mana kamu tanggal 19 April?”

“19 April?” Astro mengingat-ingat sembari mengeluarkan ponselnya. Sebenarnya tidak perlu melakukan hal itu karena Astro ingat itu hari apa. “Aku di Bandung, Pa. Bukannya papa sudah tahu? Hari itu papa pergi ke Bali sekeluarga.”

Apa Aya berbohong? Bintang membatin.

“Kapan kamu pulang dari sana?” tanya Bintang lagi.

Insting pengacaranya berkata, kalau Aya telah menceritakan kejadia

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Ike Rahma
astro ga tau diri banget..thor entar bikin masuk rumah sakit jiwa saja sama emaknya sekalian...Dan bintang ayah mpreeet.....
goodnovel comment avatar
Kurniawati Setiawan
kok pengen banget ya ngulek mulutnya bintang pake cabe bandot...keselll bgt aku thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • My Dearest Cahaya   Sandiwara

    Asa memarkirkan land rovernya sembarangan di tepi jalan raya, tidak jauh dari komplek townhouse milik Bintang. Ia memukul keras setir mobil dan mengumpat sejadi-jadinya.Sedangkan Aya, hanya bisa meluruhkan titik bening tanpa suara setelah keluar dari rumah Bintang. Jelas saja hatinya semakin tercabik, sang papa lebih percaya dengan sandiwara Astro daripada putrinya sendiri. Astro juga sukses memecah belah hubungan hangat antara dirinya dan Bintang.“Aku sudah duga kalau itu anak cowok sialan itu, tapi aku gak tahu kalau kamu diperkosa sama dia.” Asa menarik tangan Aya agar menatapnya. “Kapan? Dan kenapa kamu gak pernah cerita sama sekali?”Aya menggeleng, hatinya masih tidak ingin bercerita apapun saat ini.“Aya …” panggil Asa dengan lembut lalu menangkup wajah sang adik yang sudah basah dan mengusapnya dengan ibu jari. “Apa karena itu, kamu pengen pindah ke Singapur waktu itu?”Aya mengangguk

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-19
  • My Dearest Cahaya   Serius

    Setelah merasakan ketegangan di kediaman Pras satu jam yang lalu. Kini, Yasa merasakan kecanggungan saat berada di rumah Elo. Sinar sempat mengatakan kepada Yasa di mana keberadaan putrinya saat ini. Oleh sebab itu, tanpa berpikir panjang lagi, Yasa segera pergi ke rumah mantan suami pertama Sinar tersebut.Hanya Elo yang menemui Yasa di ruang tamu. Sesekali, Ai dan Arana berpura-pura melewati ruang tamu, hanya untuk sekedar melihat, seperti apa seorang Yasa. Pria yang mereka anggap sebagai ayah, dari bayi yang dikandung Aya sekaligus penyebab kecelakaan gadis tersebut.“Sebaiknya kamu pulang, karena saya juga gak mengizinkan Aya untuk ketemu sama kamu. Papinya Aya juga sudah cerita semua tentang yang terjadi di Bandung.”“Saya sudah jujur, Pak. Tapi kenapa malah saya yang tersudut dan jadi gak boleh ketemu Cahaya sama sekali? Niat saya baik, saya mau tanggung jawab dan menikahi Cahaya.” Ucapan Yasa terdengar tulus sekaligus putus asa. Da

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-19
  • My Dearest Cahaya   Menghapus Namamu

    “Bicara sama Pak El itu, ternyata lebih nyante dari pada Pak Pras.” ucap Yasa saat rubiconnya baru saja menjauh dari kediaman Elo. Bukan hal yang susah, saat ia meminta izin kepada Elo untuk membawa Aya keluar. Elo hanya memberi syarat harus membawa pulang Aya tepat waktu, atau Yasa tidak lagi di beri izin untuk membawa Aya pergi kemanapun.Aya mendengus lalu tertawa meledek. “Kamu takut sama papiku? Cemenlah kamu tuh.”“Dibilang takut sih gak.” elaknya. “Cuma gak tahu ya, aura papimu itu bawaannya tegang, rasanya susah kalau mau diajak bercanda. Gak kayak ayah sama papamu yang ramah banget itu.”Aya kembali mendengus saat mendengar Yasa menyebut papanya. Hatinya terlampau sakit, jika kembali mengingat semua hal yang terjadi semalam. Apalagi melihat wajah Astro yang jumawa memasang kilat kemenangan. Lihat saja nanti, bagaimanapun caranya, Aya akan membuat Astro hancur di tangannya.“Yasa, berapa lama k

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-19
  • My Dearest Cahaya   Pungguk Merindukan Bulan

    Aya berlari cepat keluar dari kafe. Ia bahkan hampir menabrak Linda yang tengah membawakan pesanan untuknya ke lantai dua. Menahan bendungan yang sudah menggenang di pelupuk mata, agar tidak tumpah karena sebuah penghinaan yang baru saja ia terima.Dengan cepat pula ia berjalan mengarah ke jalan raya. Keluar dari komplek ruko untuk mencari sebuah taxi. Namun dalam perjalanannya, seseorang mencegat Aya dengan memberhentikan motor maticnya tepat di depan gadis itu.“Ay? Cahaya kan?” pria itu yakin kalau yang dilihatnya adalah Aya, hanya saja penampilan gadis itu memang banyak berubah. Apalagi dengan surai pendek yang sudah tidak hitam legam seperti dulu. Namun pesonanya masih saja luar biasa.“Mas Ra-jata,”“Astaga, beneran, udah sehat? Aku dengar kamu sakit ter—"“Cahaya …”Aya buru-buru naik ke atas motor Rajata. Ia tidak ingin lagi bertemu atau berbicara dengan pria yang berjalan cepat

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-20
  • My Dearest Cahaya   Rasa Bersalah

    Yasa pulang dengan tangan hampa, juga rasa bersalah di dalam dada. Aya yang sudah datang dan masuk lewat pintu garasi tidak ingin menemuinya sama sekali.Untuk satu hal itu, Elo akhirnya memberinya ultimatum. Yasa tidak akan diizinkan lagi membawa Aya pergi kemanapun. Kalaupun pria itu hendak bertemu dengan Aya, silakan datang dan tidak keluar dari rumah. Meskipun Elo tidak tahu menahu apa yang terjadi diantara keduanya. Tapi melihat kemarahan Aya, itu sudah cukup untuk Elo, memberi peringatan kepada Yasa.Pintu kamar yang ditempati Aya diketuk. Lalu, Asa muncul dengan membawakan tas yang tertinggal di kafe milik Yasa.“Ribut sama Yasa?” Asa menghempas tubuhnya di ranjang. Kedua tangannya terlipat dibelakang kepala setelah melempar tas yang dibawanya ke tubuh Aya.Aya mengangguk, lalu memiringkan tubuhnya. Memeluk guling yang berada di tengah-tengah antara dirinya dan Asa.“Aku udah males ketemu dia lagi. Gak ingat dia jug

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-20
  • My Dearest Cahaya   Tidak Saling Kenal

    Keesokan paginya, Yasa kembali datang ke kediaman Pras. Sebelumnya, Yasa pergi terlebih dahulu ke rumah Elo, namun gadis yang ingin ditemuinya ternyata sudah pulang dari semalam. Dengan berat hati, Yasa melajukan roda empatnya ke rumah gadis itu. Menyiapkan mental baja untuk menghadapi seorang Prasetyo Sagara.Yasa kesal sekaligus menyesal, dengan apa yang telah terjadi dengan mereka kemarin. Ucapan yang dimuntahkannya saat itu, hanyalah emosi sesaat tanpa berpikir lebih panjang. Apalagi, saat Yasa melihat manik Aya sempat mengembun dengan wajah memerah menahan emosi saat menamparnya.Ah, Yasa memang pantas menerima tamparan tersebut. Dan benar saja, lagi-lagi yang ditemuinya di kediaman mewah itu adalah Pras. Seketika itu juga aura di ruang tamu terasa sangat menyesakkan bagi Yasa. Menghirup udara yang notabene tidak berbayarpun rasanya susah sekali.“Haaah, aku itu gak tahu lagi harus bicara seperti apa sama kamu, Yas.” nada bicara Pras ter

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-20
  • My Dearest Cahaya   Kalah Sebelum Berperang

    Aya tersenyum lalu menggigit bibirnya, segan. Ia menyodorkan sebuah paper bag yang berisi jaket denim yang telah dipakainya kemarin lusa.“Maaf ya, Mas. Aku lupa ngembaliin, udah dicuci kok. udah di setrika, udah wangi.”Rajata terkekeh sungkan sebenarnya, karena jaket yang kerap dipakainya harus dicuci oleh Aya. Eh, tapi, pasti bukan Aya yang nyuci kan? Pasti ada asisten rumah tangga yang mengerjakan semuanya.“Lumayan, laundry gratis, udah sebulan gak dicuci.” Rajata kembali terkekeh sembari mengeluarkan jaket denimnya dari paper bag. Ia melepas jaket bomber yang dikenakannya lalu menggantinya dengan jaket denim tersebut.“Dasar jorok.” ejek Aya. Keduanya kembali bertemu di warung mie ayam yang pernah mereka datangi kala itu.Rajata tertawa menanggapinya. “Maklum, gak ada yang ngurus, masih single. Tunggu punya istri dululah.”“Ya udah buruan nikah, biar ada yang ngurus.”&

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-21
  • My Dearest Cahaya   Tempat Terbaik

    Kini, di ruang private sebuah restoran, hanya menyisakan Astro dan Raden. Kedua pria berdarah campuran Jerman, yang tadinya berbicara dengan mereka sudah pergi. Meninggalkan, restoran dengan susunan rencana yang telah mereka anggap sempurna.“Apa pendapatmu?” Raden mengoyangkan pelan gelas winenya, menghirup aroma lembut red wine tersebut namun tidak menyesapnya. “Kamu dan Kurt bisa membuat firma hukum baru setelah ini. Aku rasa, kalian berdua bisa jadi manajer partner yang cocok.”“Saya masih sangsi sebenarnya, Pak. Mr Egon dan anaknya itu terlalu baik, saya khawatir mereka punya maksud lain dibelakang.”“Maksud mereka jelas, untuk menghancurkan Pras, sama dengan kamu.” Raden meletakkan gelas winenya. “Sebentar lagi, mereka akan segera merger dengan Zamaryn Group, setelah itu, sedikit demi sedikit kita habiskan semuanya dari dalam.”“Apa bapak lupa, kalau si Pras itu, punya Pak Kaisar dibe

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-21

Bab terbaru

  • My Dearest Cahaya   Fin

    Yasa meraup separuh wajahnya, menatap bocah lima tahun yang kini tengah merengek untuk ikut pergi dengannya, ke dokter kandungan. “Papi sama mami gak lama, mainlah sama Aga. Nanti, Papi beliin burger.” “NO BURGER.” Aya yang baru muncul dari dalam dan mendengar percakapan suaminya dan putra sulungnya itu sontak memasang wajah galak. Berhenti diantara kedua lelakinya itu lalu melipat tangan di atas perut yang sudah membuncit. Kehamilan ketiganya saat ini memasuki usia 5 bulan, dan hari ini, adalah jadwal untuk memeriksakan kandungannya. Mereka juga tidak sabar dan sangat penasaran untuk mengetahui jenis kelaminnya. Karena anak kedua mereka lagi-lagi berjenis kelamin laki-laki, dan diberi nama Telaga Dananjaya. Maka, keduanya berharap kalau yang ketiga ini, akan berjenis kelamin perempuan. “Why not?” protes Gara ikut melipat kedua tangannya di depan dada dengan bibir mungil yang mengerucut kecil. Mengikuti sikap sang mami yang ditunjukkan kepadanya.

  • My Dearest Cahaya   Dan Hasilnya ...

    Yasa terhenyak dan bangkit seketika. Terduduk sebentar lalu berlari ke kamar mandi. Terlihat sang istri yang tengah berlutut, menunduk seraya membuang semua isi perutnya ke dalam kloset duduk. Yasa yakin sekali kalau hari masih subuh, meskipun ia belum melihat jarum jam sama sekali.Bergegas menghampir Aya dan membantu untuk menyingkap rambut lalu memijat tengkuk sang istri. “Ke dokter ajalah, Mi. Udah dua hari begini terus.”Aya hanya bisa mengangguk pasrah kali ini. Menurut pada saran sang suami. Padahal dari kemarin, Aya sudah berencana akan mengunjungi Pras, tapi karena tubuhnya tiba-tiba drop, maka Aya membatalkannya.“Coba diinget-inget lagi, dua hari yang lalu habis makan apaan bisa sampai begini.”Tubuh Aya menegak, menyudahi kegiatan yang membuat tubuhnya lemas selama dua hari ini. Lalu bersandar pada sisi dinding kamar mandi untuk menetralkan napasnya. Seraya mengusap bibir dengan punggung tangan. Merasa tidak sanggup, un

  • My Dearest Cahaya   Sudah Memaafkanmu

    Kedua orang yang dulunya pernah saling menyayangi dan berbagi segalanya itu, kini masih terdiam. Bintang memilih untuk masuk ke dalam dan duduk di ruang tengah. Memutuskan untuk memberi kedua anaknya itu kebebasan, untuk mengeluarkan semua yang ada di dalam kepala. Dan, ia hanya mengawasi jikalau ada hal yang tidak diinginkan terjadi. Namun tetap berharap semua akan baik-baik saja.Bintang sudah percaya penuh dengan keduanya. Mereka sudah tahu batasan mereka. Dan untuk Astro, Bintang tahu pasti, kalau pada dasarnya, pria itu sangat baik. Aster hanya salah dalam mendoktrin otaknya sedari kecil, hingga rasa benci itu tumbuh tanpa mengetahui semua alasan yang ada di baliknya.“Kata papa, Kak Astro mau jual rumah?” Akhirnya, Aya jugalah yang membuka topik pembicaraan. Tidak nyaman dengan perasaan canggung, yang kali ini mendera keduanya.Aya tidak mau mengungkit tentang kepindahan Astro ke Surabaya. Karena yang telah direncanakan kakak sepupunya itu, sud

  • My Dearest Cahaya   Menyelesaikan Semuanya

    Hanya senyum datar dan kekehan garing yang sedari tadi dilontarkan oleh Yasa, sepanjang ia menanggapi ocehan Lex serta Elo. Setelah diberi waktu untuk berpikir selama 24 jam oleh Sinar, dan juga demi Gara, akhirnya Yasa menandatangani surat perjanjian yang telah disodorkan kepadanya. Ada tiga buah salinan asli yang harus ditandatangani. Yang nantinya, surat tersebut akan pegang oleh Yasa, Sinar dan juga Lex, orang kepercayaan Pras. Entah kenapa Yasa tiba-tiba yakin, kalau keseluruhan ini, adalah rencana pria yang masih saat ini masih mendekam di penjara. Setelah semua selesai, Sinar menyunggingkan senyum kecilnya. Memandang puas pada berkas yang sudah berada di tangan. Untung saja, kan, ia menceritakan semuanya kepada Pras, hingga terciptalah sebuah perjanjian yang jika dipikirkan lagi, secara keseluruhan semua terlihat hanya menguntungkan pihak Sinar. Dengan adanya perjanjian tersebut, Pras bisa menilai, sejauh mana kesungguhan Yasa terhadap pernikahannya de

  • My Dearest Cahaya   Meminta Izin

    Pump heel setinggi 3 senti itu, berjalan mundur beberapa langkah dengan pelan. Menoleh, pada pria yang asik duduk di sofa lobi sembari menunduk. Ibu jari pria itu sibuk bergerak pada ponsel yang dipegang secara horisontal. Fix! Lagi-lagi pria itu pasti tengah sibuk dengan gamenya.“Nando!” panggil Sinar yang berdiri tidak jauh dari ponakannya itu. Tadinya, setelah keluar dari ruangan Elo, Sinar hendak pergi ruangannya. Namun diurungkan, hatinya yang memanas karana bertemu Yasa, membuat Sinar ingin pergi ke rooftop bar yang berada di gedung perkantoran. Menyesap sesuatu yang dingin, untuk mendamaikan kepala sekaligus hatinya.“Eh, Bunda di sini?” tanya Nando terlihat salah tingkah. Pria itu mengusap tengkuknya sebentar sembari menghampiri Sinar. Meraih tangan wanita dan mencium punggung tangannya. “Lagi ngapain, Bund? Asa mana?”“Ya kerja, lah kamu ngapain di sini?”“Aku … aku mau ketemu Asa.&rdq

  • My Dearest Cahaya   Postnuptial Agreement

    Aya tersenyum canggung. Sebuah perasaan yang tidak pernah ada selama ini ketika bertemu dengan Tara, kini muncul. Rasa tidak nyaman karena mungkin, yang akan dikatakannya bisa menyakiti hati Tara. Selama ini, pria itu sudah terlalu baik untuknya. Meskipun terkadang sedikit sarkas, tapi Aya tahu, kalau di dalam sudut hati Tara, pria itu sangat menyayangi Aya juga Gara.“Tara …” Aya menggantung kalimatnya sejenak untuk menarik napas. Di kamar, ia sudah mengemasi pakaian yang selama ini diperolehnya dari Tara. Juga ada box bayi, pakaian Gara, dan segala keperluan Aya yang kesemuanya disediakan oleh pria itu ketika masih tinggal di vila. Sungguh, Aya berutang banyak pada Tara, dan pada akhirnya, ia belum mampu membalasnya. Justru malah hanya meninggalkan luka.Selama ini, Aya belum menyadari sepenuhnya kalau hatinya sudah tertambat pada Yasa. Aya pikir, kehidupan cintanya masih berpusat pada Astro, namun ia salah. Rasa sakit yang begitu menusuk ketika be

  • My Dearest Cahaya   Rencana

    Yasa meneguk ludah hingga berulang kali. Melihat putranya menyesap ASI langsung dari tempatnya, membuat Yasa hanya bisa menggigit jari. Berbulan-bulan tidak melihat dan menikmati tubuh sang istri, membuat pusat dirinya memberontak. Dan, Yasa tidak mau tahu, setelah Gara selesai, maka dirinya juga harus mendapatkan giliran. “Apa, Gara kalau minum ASI …” Yasa kembali menelan ludah, maniknya sedari tadi hanya terfokus pada bibir sang putra yang bergerak lahap menyesap penuh puncak dada istrinya. “Gara kenapa?” tanya Aya memecah lamunan Yasa dalam sekejab. “Oh, itu, kalau minum ASI, apa selalu lama seperti ini?” “Tergantung, gak tentu juga sih. Suka-suka dia aja.” Wajah Yasa terlihat semringah ketika melihat Gara melepaskan bibirnya mungilnya. Namun sejurus kemudian, wajahnya kembali tertekuk ketika Aya hanya memindahkan posisi tubuh Gara untuk menyesap di tempat satunya. “Apa harus dua-duanya gitu dia minum?” decak Yasa sedikit sewot. Bel

  • My Dearest Cahaya   Hei, Jagoan

    Lidahnya benar-benar kelu, tidak mampu menjawab pertanyaan Yasa. Aya membuang wajah tidak punya keberanian untuk menatap Yasa. Tidak juga mampu untuk beranjak dari duduknya, karena Yasa memegang erat kunci sabuk pengaman yang menyilang pada tubuh bagian depannya.“Di mana dia, Ay?”Jantung Yasa berdegub membingungkan. Tidak mampu menjelaskan, seperti apa perasaannya saat ini. Ada rasa takut, gembira, cemas, dan juga kesal yang bercampur jadi satu. Sudut hatinya mengatakan bahwa anak itu ada, dan terlahir ke dunia. Tapi, kenapa Aya justru tidak mengatakan hal apapun pada dirinya.“Cahaya …” Yasa meraih dagu runcing Aya agar menghadap ke arahnya. Berusaha mengeluarkan kata selunak mungkin, meskipun ada lonjakan emosi yang ingin menuntut sang istri agar segera memberi penjelasan kepadanya. “Apa dia di dalam?”Bibir Aya terkatup. Seharusnya, ia bisa mencegah tangan Yasa agar tidak menjelajahi tubuhnya. Tapi di lain s

  • My Dearest Cahaya   Tetes Putih

    Aster menghampiri putranya yang baru saja menghempaskan tubuh di atas ranjang, setelah pulang dari kantor. Pria itu sudah tidak pernah lagi, menjejakkan kaki di unit apartemennya. Selalu pulang ke rumah sang mama dan menjadikan Aster sebagai tempat bercerita tentang kegiatannya, setiap hari.Aster menepuk paha putranya yang berbaring di ranjang. Kedua kakinya masih menjuntai ke bawah dan raut wajahnya sangat lelah.“Apa, tawaran kemarin sudah kamu terima?”“Belum,” Astro meletakkan kedua tangan di balik kepalanya sebagai bantal, menerawang kosong menatap langit-langit kamarnya. “Kalau aku terima, Mama pasti kesepian, aku gak bisa datang sewaktu-waktu ke Jakarta.”Aster menggeser sedikit bokongnya, agar bisa melihat wajah Astro. “Kalau Mama ikut kamu, gimana? apa kamu keberatan?”“Mama serius?” Astro bangkit dan keduanya kini duduk saling berhadapan. “Yakin mau ikut ke Surabaya? dan &

DMCA.com Protection Status