Sepulang dari bulan madu yang begitu singkat itu, Jagat langsung membawa Jasmine pulang ke rumah mereka. Mulai pagi ini Jasmine akan memulai menjalankan perannya sebagai ibu rumah tangga yang baik. Dari semalam ia sudah merencanakan apa saja yang akan dirinya lakukan dari bangun tidur samapai ia akan kembali tidur. Yang ia prediksikan, pagi ini ia akan bangun pagi, membersihkan diri, menyipakan baju kantor untuk siaminya, lalu memasak sarapan untuk keluarga kecilnya ini. Hari ini Shagun memang belum kembali ke rumahnya ini karena Shagun masih menginap di rumah mertuanya, tapi nanti setelah jam sekolah usai, ia akan menjemput anak sambungnya itu dan mengajaknya pulang ke rumah.
Namun semua prediksi Jasmine itu meleset karena ternyata ia bangun kesiangan, begitu juga dengan Jagat. Bagaimana tak bangun siang jika mereka saja baru tidur saat waktu sudah lewat tengah malam karena aktifitas ranjang yang mereka lakukan.
“Ya Tuhan, ini udah jam setengah delapan. Jagat, k
Rosaline tersenyum saat melihat Jagat sedang menunduk, berkonsentrasi dengan pekerjaannya. “Hai, Jagat,” sapa Rosaline. Ia kembali menutup pintu ruangan Jagat lalu berjalan ke arah adik iparnya itu.“Rosaline, kamu di sini? Silakan duduk.” Jagat langsung berdiri untuk menyambut kedatangan Rosaline yang menurutnya sangat tiba-tiba.Rosaline memperlihatkan tas bekal yang ia bawa lalu meletakannya ke atas meja kerja Jagat. “Jasmine menelpon Mama dan minta tolong agar aku membawakan kamu sarapan. Katanya kamu belum sarapan karena bangun terlambat. Ini masakan Mama.”“Aku jadi nggak enak sama kamu, Rose. Sama Mama juga.” Ucap Jagat seraya tersenyum canggung.“Nggak masalah, kita ini kan udah jadi saudara. Kita satu keluarga kan?! Ini semua juga karena adikku sangat mencintai dan perhatian sama kamu.” Sahut Rosaline dengan tersenyum seraya meletakkan tas bekalnya di atas meja kerja Jagat.&ldquo
Ini kali pertamanya Jasmine mengajak Jagat dan Shagun datang ke rumah orangtuanya setelah mereka resmi menikah. Jasmine sengaja memilih waktu di akhir pekan seperti ini untuk mengunjungi orangtuanya agar waktu yang nanti akan mereka habiskan cukup lama.Jagat dan Shagun membantu Benjamin yang sedang berkebun di halaman samping. Sedagkan Jasmine membantu Mardina memasak di dapur.“Mama senang kamu datang ke sini. Sering-sering datang ke sini ya,” ucap Mardina.“Iya, Ma.” “Oma Mar, Mami ....” Shagun membawa satu krangjang kecil berisi cabai memasuki dapur.“Ohh, Sayang ... kamu pintar sekali. Terima kasih ya.&rdqu
Tak terasa dua bulan sudah berlalu, pernikahan Jasmine dan Jagat berjalan tanpa hambatan. Di usia kandungan Jasmine yang sudah menginjak sembilan bulan ini Jasmine semakin ingin dimanjakan oleh sang suami.Sore ini Jasmine bahkan sampai merengek pada Jagat jika ia ingin jalan-jalan ke mall. Padahal persalinannya hanya tinggal menunggu hari. Mulanya Jagat tak memberikannya izin untuk jalan-jalan ke mall lantaran Jagat takut jika Jasmine tiba-tiba merasakan mules dan akan melahirkan. Karena tak akan lucu bila mereka harus panik di tengah kerumunan orang yang sedang berbelanja karena perut Jasmine mendadak sakit. Namun berkat kegigihan Jasmine merengek dan merayu serta amengancam Jagat, akhirnya sekarang ini mereka berada di mall untuk menuruti keinginan Jasmine sebelum ia melahirkan.Seraya tersenyum senang, Jasmine mengelus perutnya yang sudah semakin besar itu. “Sayang, kamu senang ya kita akhirnya jalan-jalan.”Jagat yang berjalan di samping Jasmine
Sampai di rumah, Jasmine terdiam memandang kosong ke arah depan.“Kamu kenapa, Sayang?” tanya Jagat.“Enggak.” “Kamu masih mikirin tentang Rosaline dan Pak Adhi?” tebak Jagat.“Yaa begitulah. Aku cuma nggak habis pikir aja sama Kak Rose. Padahal Kak Adhi itu udah beneran hancurin hati kita semua. Setelah merencanakan pernikahan Kak Adhi mutusin buat nikahin orang lain gitu aja, tanpa mikirin hati kita semua terutama hati Kak Rose,” ucap Jasmine.“Ya kalau mereka msih saling cinta mau gimana lagi, Sayang. Ya udah ah jangan sedih lagi, nanti bayi kita bisa ikutan sedih. Aku pijitin kaki kamu ya bair enakan dan nggak bengkak,” ucap Jagat. Ia beringsut turun di kaki Jasmine lalu dengan telatennya ia memijat kaki Jasmine.“Aduuhh ... enak banget, Sayang. Agak keras sedikit soalnya tadi
“Papi! Perut Mami sakit, Pi!” Seru Shagun saat ia membuka pintu kamar papinya.“Apa?! Sekarang Mami ada di mana?” Seru Jagat panik.“Ada di kamar aku.”Jagat langsung berlari menuju ke kamar Shagun dengan diikuti Shagun di belakangnya. Sampai di sana ia melihat wajah Jasmine yang memerah dan berkeingat menahan sakit.“Sayang.”“Kayaknya aku udah mau melahirkan deh, Sayang. Perut aku sakit banget. Aaduuhh ... huuhhh huhh.” Jasmine berkali-kali menghembuskan nafasnya dari mulut.“Ki-kita ke rumah sakit sekarang!”
“Mama? Mama di sini?” tanya Jagat.“Ada apa? Siapa yang sakit?” tanya Mardina panik.“Jasmine akan melahirkan, Ma. Ini aku baru mau menghubungi Mama dan Papa,” sahut Jagat. Ia kembali memasukan ponselnya ke dalam saku celananya.“Jasmine mau melahirkan?!” seru Mardina panik.“Iya, baru saja dia masuk ke ruang persalinan,” sahut Jagat.“Ya Tuhan, berikan kelancaran untuk persalinan Jasmine. Mama akan menghubungi Papa kamu dulu.” Jasmine mengambil ponselnya dari dalam tasnya lalu menghubungi Benjamin.“Halo, Pa. Mama ada di bawah. Mama ketemu sama Jagat. Ternyata Jasmine sedang melahirkan.”“Apa?! Kalau begitu Papa ke sana sekarang.”“Tapi bagaimana dengan Rosaline?” “Ada apa, Pa?” Terdengar suara lemah Rosaline dari samb
Orangtua Jasmine dan Jagat berkumpul di ruang inap Jasmine. Mereka tampak antusias menyambut anggota baru di keluarga mereka. Mardina yang menggendong bayi Jasmine terlebih dulu, ia merasa bahagia sekaligus terharu kala dirinya saat ini nyata menggendong cucu pertamanya yang lahir dari rahim putri bungsunya. Tak ia sangka jika cucunya akan terlahir sehat dan tanpa kekurangan sesuatu hal apapun, mengingat bagaimana rapatnya Jasmine menyembunyikan tentang kehamilannya dulu.Mardina dan Benjamin meneteskan air mata haru sekaligus bahagia. Mereka berdua merasa bahagia atas keberhasilan putri bungsunya melahirkan anak pertama, namun di lain sisi mereka juga merasa sedih merasakan derita putri sulungnya yang saat ini juga sedang mengandung dengan pria yang masih berstatus suami dari wanita lain. Terlebih keluarga dari pihak pria itu juga tak menginginkan putri sulung mereka untuk dijadikan bagian dari keluarga mereka.“Kalian sudah menyiapkan nama untuknya?” tany
Jasmine membuka tiga kancing pakaiannya agar dirinya bisa mengeluarkan payudaranya dan bisa menyusui bayinya. Ia tersenyum manakala bayinya langsung melahap ASInya.“Rasanya kayak gimana gitu ... nyusuin bayi.” Jasmine tersenyum seraya terus saja memperhatikan wajah bayinya yang imut dan cantik. Wajah bayinya ini di dominasi oleh wajah Jagat. Mulai dari hidungnya, matanya, bibirnya, semuanya milik Jagat.“Enakan mana nyusuin bayi sama nyusuin papinya bayi?” tanya Jagat.“Kamu ini ngomong apaan deh, Sayang?!” Ketus Jasmine membuat Jagat tertawa.Jagat duduk di pinggiran ranjang Jasmine menghadap ke arah Jasmine. Matanya fokus ke arah bayinya.“Aku sangat bersyukur kita bisa kembali berkumpul lagi seperti ini, Sayang. Waktu kamu masuk ruang persalinan tadi pikiran aku udah nggak karuan. Rasa takut itu kembali datang, entah mengapa hal-hal buruk bisa menguasai pikiranku. Padahal aku terus berdoa untuk keselama
Kebahagiaan Jasmine semakin meningkat setiap harinya. Di kehamilannya yang kedua Jasmine melahirkan bayi perempuan lagi yang mereka beri nama Grizelle Clemira Jagat Paraduta. Sedikit rasa kecewa namun tak mengurangi rasa bahagianya. Dalam hatinya sebenarnya ia ingin memberikan cucu laki-laki untuk suami dan mertuanya, namun Tuhan berkehendak lain. Ia tak perlu berlarut memusingkan hal itu karena orangtuanya dan mertuanya menerima putri keduanya ini dengan penuh rasa bahagia.Dua tahun setelah Jasmine melahirkan Grizelle, ia kembali melahirkan buah hatinya. Kali ini Jasmine melahirkan seorang bayi laki-laki yang ia beri nama Aryan Gentala Jagat Paraduta. Lengkap sudah hidup Jasmine. Sekarang ini dirinya sudah memiliki tiga putri dan satu putra.Setiap hari Monica mengusahakan agar bisa berkunjung ke rumah Jagat agar ia bisa bermain dengan cucu-cucunya. Jika di akhir pekan, ia akan mengajak Barmal untuk menginap di rumah anaknya itu.Jagat memperhatikan Jasmine ya
Ponsel Jasmine berdering membuat aktifitasnya melihat-lihat baju terhenti.“Bentar ya, Kak. Aku angkat telpon dulu, ini dari sekolahannya Shagun.”“Iya.” “Iya, halo. Apa? Iya, saya segera ke sana!” seru Jasmine dengan raut wajah yang panik.“Ada apa, Jasmine?” tanya Rosaline yang juga ikut panik.“Kak, aku harus ke sekolahan Shagun sekarang. Shagun brantem sama teman sekelasnya,” ucap Jasmine dengan raut wajah yang panik.“Ya Tuhan, kenapa bisa begitu?” tanya Rosaline yang sekarang ini juga ikut panik.“Nggak tahu. Kakak nggak pa-pa kan kalau aku tinggal pergi ke sekolahannya Shagun?”“Nggak pa-pa, kamu nggak
“Hai, Sayang. Tumben rumah sepi, anak-anak di mana?” Tanya Jagat saat ia memasuki rumah.Jasmine tersenyum menyambut kepulangan Jagat dari kantor. “Anak-anak ada di kamar. Mau aku buatkan teh?”“Boleh, tapi minta pelayan saja yang membuatnya. Kita ke kamar saja,” ucap Jagat.Jasmine menoleh ke arah pelayan yang berdiri menunduk di belakangnya. “Tolong buatkan teh untuk Tuan lalu bawa ke kamar.”“Baik, Nyonya.” Pelayan itu segera masuk ke dapaur.Jasmine mengambil alih tas Jagat untuk ia bawa. Ia berjalan beriringan dengan Jagat menuju ke kamar mereka. Setelah sampai kamar Jasmine membantu Jagat melepas jasnya saat Jagat melepas dasinya.“Kamu mandi dulu sana,” ucap Jasmine. “Kita mandi bersama.”“Aku udah mandi, Sayang. Besok pagi saja kita mandi bersamany
Terdengar suara pintu kamar mandi dibuka, namun mata Jagat masih saja terfokus dengan layar handphonenya.Keluar dari kamar mandi rupanya Jasmine sudah berganti pakaian dengan menggunakan lingerie sexy berwarna merah kesukaan Jagat. Ia berjalan lenggak-lenggok seperti seorang model menuju ke arah ranjang.Mengetahui ada sedikit hal yang tak beres, Jagat segera menarik pandangannya dari layar handphonenya menuju ke arah istrinya yang sedang berjalan ke arahnya itu. Sontak saja mulut Jagat menganga lebar dan kedua matanya melotot hingga biji matanya hampir keluar. Ia langsung meletakan handphonenya ke atas nakas. Pikiran dan matanya saat ini terfokus pada Jasmine yang sedang berjalan berlenggak-lenggok menuju ke ranjang.Jasmine pura-pura tak menyadari jika saat ini Jagat sedang memperhatikannya dan sudah meneteskan banyak air liurnya karena melihat keseksian tubuh Jasmine yang dibalut dengan pakaian mini. Ditambah lagi pakaian ini terasa lebih sesak dibandi
Setiap hari Jasmine selalu bangun pagi untuk menyiapkan sarapan Jagat dan Shagun. Semakin hari keahlian memasaknya semakin bertambah. Banyak kreasi menu masakan yang akan ia hidangkan untuk keluarganya di setiap harinya.Semenjak menikah Jasmine sudah jarang keluar rumah untuk hal yang tak perlu. Apalagi sekarng ini ia sudah memiliki Myesha. Hari-harinya akan disibukan dengan mengurus putrinya yang sudah berumur dua bulan itu.Masih dengan rambut acak-acakan dan wajah yang kucel, Jagat turun dengan menggendong Myesha yang menangis. Ia berjalan menghampiri Jasmine yang masih asik berkutat di dapur.Mendengar tangisan putri kecilnya, membuat Jasmine menghentikan aktifitas dapurnya. Ia lalu mencuci tangannya sebelum ia menghampiri putrinya. “Hai, Sayang anaknya Mami. Kenapa nangis? Cari Mami ya?” Jasmine mengambil alih Myesha dari gendongan Jagat.“Sayang, sebaiknya kamu nggak usah masak dulu deh. Urusan dapur biar diselesaikan sama pelayan
Satu bulan semenjak Jasmine melahirkan bayinya, hari ini di rumahnya ia dan Jagat mengadakan acara satu bulanan sekaligus acara pemberian nama untuk bayi mereka. Jasmine dan Jagat sepakat untuk memberikan nama bayi mereka dengan nama Myesha Chalendra Jagat Paraduta.Jasmine dan Jagat mengundang banyak teman, keluarga dan relasi bisnis mereka. Tapi sayangnya Mardina dan Benjamin tak bisa hadir ke acara syukuran sekaligus acara pemberian nama bayi karena mereka harus menemani Rosaline yang saat ini memutuskan untuk sementara waktu tinggal di luar negri setelah masalah yang datang menimpanya.Jasmine sudah cantik mengenakan gaun indah berwarna merah muda, begitu pula dengan Jagat, Shagun dan Myesha. Mereka kompak menyambut para tamu dengan pakaian yang senada. Mereka juga menyeragamkan para tamu undangan untuk memakai pakaian yang berwarna putih.Rumah mewah mereka sudah sejak kemarin dihias dengan sedemikian rupa untuk mendukung acara hari ini.“Sayan
Jasmine membuka tiga kancing pakaiannya agar dirinya bisa mengeluarkan payudaranya dan bisa menyusui bayinya. Ia tersenyum manakala bayinya langsung melahap ASInya.“Rasanya kayak gimana gitu ... nyusuin bayi.” Jasmine tersenyum seraya terus saja memperhatikan wajah bayinya yang imut dan cantik. Wajah bayinya ini di dominasi oleh wajah Jagat. Mulai dari hidungnya, matanya, bibirnya, semuanya milik Jagat.“Enakan mana nyusuin bayi sama nyusuin papinya bayi?” tanya Jagat.“Kamu ini ngomong apaan deh, Sayang?!” Ketus Jasmine membuat Jagat tertawa.Jagat duduk di pinggiran ranjang Jasmine menghadap ke arah Jasmine. Matanya fokus ke arah bayinya.“Aku sangat bersyukur kita bisa kembali berkumpul lagi seperti ini, Sayang. Waktu kamu masuk ruang persalinan tadi pikiran aku udah nggak karuan. Rasa takut itu kembali datang, entah mengapa hal-hal buruk bisa menguasai pikiranku. Padahal aku terus berdoa untuk keselama
Orangtua Jasmine dan Jagat berkumpul di ruang inap Jasmine. Mereka tampak antusias menyambut anggota baru di keluarga mereka. Mardina yang menggendong bayi Jasmine terlebih dulu, ia merasa bahagia sekaligus terharu kala dirinya saat ini nyata menggendong cucu pertamanya yang lahir dari rahim putri bungsunya. Tak ia sangka jika cucunya akan terlahir sehat dan tanpa kekurangan sesuatu hal apapun, mengingat bagaimana rapatnya Jasmine menyembunyikan tentang kehamilannya dulu.Mardina dan Benjamin meneteskan air mata haru sekaligus bahagia. Mereka berdua merasa bahagia atas keberhasilan putri bungsunya melahirkan anak pertama, namun di lain sisi mereka juga merasa sedih merasakan derita putri sulungnya yang saat ini juga sedang mengandung dengan pria yang masih berstatus suami dari wanita lain. Terlebih keluarga dari pihak pria itu juga tak menginginkan putri sulung mereka untuk dijadikan bagian dari keluarga mereka.“Kalian sudah menyiapkan nama untuknya?” tany
“Mama? Mama di sini?” tanya Jagat.“Ada apa? Siapa yang sakit?” tanya Mardina panik.“Jasmine akan melahirkan, Ma. Ini aku baru mau menghubungi Mama dan Papa,” sahut Jagat. Ia kembali memasukan ponselnya ke dalam saku celananya.“Jasmine mau melahirkan?!” seru Mardina panik.“Iya, baru saja dia masuk ke ruang persalinan,” sahut Jagat.“Ya Tuhan, berikan kelancaran untuk persalinan Jasmine. Mama akan menghubungi Papa kamu dulu.” Jasmine mengambil ponselnya dari dalam tasnya lalu menghubungi Benjamin.“Halo, Pa. Mama ada di bawah. Mama ketemu sama Jagat. Ternyata Jasmine sedang melahirkan.”“Apa?! Kalau begitu Papa ke sana sekarang.”“Tapi bagaimana dengan Rosaline?” “Ada apa, Pa?” Terdengar suara lemah Rosaline dari samb