Jasmine keluar dari toilet, ia mengerutkan keningnya kala ia kembali melihat wajah Jagat untuk yang kesekian kalinya pagi ini.
“Kayaknya aku udah beneran gila karena melihat wajah Pak Jagat di mana-mana.” Gumam Jasmine seraya menggelangkan kepalanya berulang kali. Ia berjalan melewati seorang pria yang ia halunasikan berwajah Jagat itu.
“Bu Jasmine?”
Jasmine menghentikan langkahnya setelah mendengar namanya di sebut oleh pria yang ia bayangkan berwajah Jagat Paraduta itu. “Maaf, Anda mengenal saya?” tanya Jasmine pada pria itu.
“Bu Jasmine, Anda sudah lupa dengan saya? Saya Jagat Paraduta, papinya Shagun,” ucap pria itu seraya mengerutkan keningnya.
Jasmine membelalakan matanya dan membuka sedikit mulutnya sangking terkejutnya dirinya setelah mengetahui bahwa pria yang ada di hadapannya ini adalah memang benar seorang Jagat Paraduta, papi dari murid lesnya.
“An-da betul Pak Jagat?”<
Sepulang dari sekolah tempatnya mengajar, Jasmine langsung menaiki taksi menuju ke rumah Shagun untuk memberi bimbingan belajar seperti biasanya. Kali ini ia pun juga berdoa agar ia tak lagi bertemu dengan Jagat.seperti biasa, Jasmine selalu disambut oleh seorang pelayan kala ia sampai di depan pintu rumah Shagun.“Silakan masuk, Bu Jasmine. Nona Shagun sudah menunggu di dalam.”“Iya.” Jasmine berjalan beriringan dengan pelayan itu.“Shagun menunggu saya di taman belakang?” tanya Jasmine.“Bukan, Bu Jasmine. Nona Shagun sudah menunggu Anda di ruang kerja Tuan.”“Baiklah.” Pelayan itu pun mengantarkan Jasmine menuju ruang kerja Jagat.“Hai, Shagun.”&
“Aku yakin kalau kamu juga merasakan sama seperti yang aku rasakan saat ini, Bu Jasmine.” Ucap Jagat seraya mengelus permukaan bibirnya yang masih basah.Jagat meninggalkan ruang kerjanya dengan senyum yang terpatri di bibirnya. Ia berjalan dengan lancar tak seperti tadi saat ada Jasmine.Beberapa pelayan menunduk hormat saat berpapasan dengan Jagat.“Loh Papi kok jalannya udah biasa?” tanya Shagun.Jagat membalikan tubuhnya menghadap Shagun. “Papi udah sembuh tapi emang kadang-kadang kaki Papi agak nyeri jadi jalannya sedikit pincang, Sayang. Ya udah kalau gitu Papi kembali ke kantor ya.”“Iya. Selamat bekerja, Papi. Jangan pulang malam-malam ya,” ucap Shagun.“Iya, Sayang.” Jagat kembali melangkahkan kakinya meninggalkan rumahnya.Sampai di kantor Joana dan Adrian dibuat heran dengan tingkah Jagat yang berubah drastis, berbeda dengan kemarin dan tadi sebelum makan siang.
Akhir pekan seperti ini Jasmine gunakan untuk bermalas-malasan di rumah setelah tadi pagi ia sempat jogging bersama papanya lalu setelah itu ia lanjutkan dengan membantu menyiram tanaman.Teringat dengan kencan pertamanya dengan Leo membuat hati Jasmine senang dan tak sabar menantikan hari mulai beranjak sore. Agar penampilannya maksimal sore hari nanti, ia pun memaskeri wajahnya dan mengistirahatkan tubuhnya dengan tidur siang. Ia akan membuat dirinya tampil secantik mungkin di hadapan Leo. Dalam hatinya ia terus saja merapalkan jika Leo-lah pria yang telah Tuhan jodohkan untuknya.Saat hari sudah mulai sore Jasmine mulai disibukan dengan persiapannya memilih gaun yang cocok untuk ia kenakan di kencan pertamanya ini.“Mana yang cocok, kenapa aku lupa nggak beli gaun dulu sih kemarin? Gaun ini cocok kali ya?” Pilihan Jasmine jatuh pada gaun selutut berbelahan dada rendah berwarna hitam.“Warna hitam akan membuat tubuhku terlihat lebih la
Setelah mendapat telpon dari Leo, Jasmine pikir tak ada gunanya lagi ia tetap berada di tempat ini. Apalagi jika harus bersama pria yang saat ini sedang ia hindari.“Anda mau ke mana?” tanya Jagat saat Jasmine meraih tasnya dan berdiri dari tempat duduknya.“Saya mau pulang.”“Sebegitu tidak sukanya Anda pada saya sampai-sampai Anda langsung pergi meninggalkan saya di meja ini sendirian?” Jagat menatap tajam ke arah Jasmine.Jasmine tersenyum masam seraya membuang wajahnya dari tatapan mata Jagat. “Saya akan pergi dari tempat ini karena saya merasa kalau sudah tidak ada lagi yang akan saya lakukan di sini. Tidak ada hubungannya dengan Anda.”“Tapi makanan ini Anda dan teman kencan Anda yang pesan. Tidak baik membuang makanan seperti ini, sebaiknya kita makan saja dulu yang sudah disajikan.”Jasmine tetap berdiri di tempatnya. Sej
“Loh Jasmine, kamu sudah pulang? Katanya mau pulang malam?” tanya Benjamin.“Iya, Pa.” Jasmine hanya menjawab seperlunya saja karena suasana hatinya sedang dalam keadaan tak baik. Ia pun kembali melangkahkan kakinya menaiki anak tangga menuju kamarnya.“Loh ada apa dengan Jasmine, Ma?” tanya Benjamin.“Nggak tahu Mama, Pa. Palingan di acaranya tadi ada yang buat Jasmine marah atau kecewa sampai buat putri kita kayak gitu,” ucap Mardina.“Papa ikutin deh.”“Jangan, Pa. Nggak usah, ini kan urusan anak muda. Selama masih adalam batas wajar kayaknya nggak pa-pa. Mungkin Jasmine juga sedang pingin sendiri dulu,” ucap Mardina. Ia mencegah suaminya yang baru saja akan beranjak dari sofa unt
Setelah berpikir begitu keras semalaman sampai lupa membersihkan bekas riasan di wajahnya, kini Jasmine sudah bersiap untuk segera pergi menuju rumah Shagun. Bukan untuk memberi bimbingan belajar pada Shagun tapi lebih tepatnya untuk bertemu dengan Jagat Paraduta. Ia ingin membuktikan perasaannya sekali lagi pada Jagat dan Leo.Saat akan meninggalkan kamarnya, ponselnya berdering sehingga menghentikanlangkah Jasmine untuk keluar dari kamarnya. “Leo?”“Halo, Leo.”“Hai, Jasmine. Kamu sedang apa?”“Aku ... aku baru aja mau keluar.”“Keluar ke mana?” tanya Leo.“Nggak ke mana-mana cuma mau cari udara segar aja. Bosen di rumah,” sahut Jasmine.“Aku jug
Jagat mengemudikan mobilnya mengikuti ke mana taksi yang dinaiki Jasmine pergi. Iya, yang mengintai Jasmine sedari tadi memanglah Jagat. Setelah semalam ia merasa resah dengan perasaannya kepada Jasmine, tadi pagi-pagi sekali ia memutuskan untuk pergi ke rumah Jasmine.Saat berada di depan rumah Jasmine, entah mengapa Jagat merasa gugup bukan main hingga ia ragu untuk memasuki rumah Jasmine. Hingga setelah beberapa saat ia termenung di dalam mobil, ia melihat Jasmine menaiki sebuah taksi lalu ia pun membuntuti Jasmine yang ternyata sedang menemui pria yang kemarin menjadi teman kencan perempuan yang dicintainya itu.Melihat Jasmine dengan pria itu tentu saja membuat hati Jagat terbakar cemburu. Ia tak sanggup melihat pemandangan menyesakkan dadanya itu namun sesuatu hal telah membuatnya tersenyum. Tiba-tiba saja Jasmine meninggalkan pria teman kencannya itu lalu pergi menaiki taksi.“Mau pergi ke mana dia?” gumam Jagat.Setelah beberapa saat k
“Saya harus segera pergi.” Jasmine turun dari pangkuan Jagat.“Kenapa?” Jagat mendongakan kepalanya agar bisa melihat wajah Jasmine yang berdiri di hadapannya.“Saya merasa sangat tidak nyaman berada di sini hanya berdua bersama Anda.”“Kalau begitu kita bisa mengobrol di taman belakang. Di sana pasti banyak pelayan yang lewat jadi kita nggak hanya berdua kan?!” Jagat berdiri lalu menggapai tangan Jasmine dan membawanya menuju taman belakang.“Anda tidak perlu seperti ini, Pak Jagat. Lebih baik saya pulang saja karena tidak ada gunanya saya tetap di sini,” ucap Jasmine.“Ada kok, siapa bilang nggak ada.” Dalam perjalanan Jagat dan Jasmine juga berpapasan dengan beberapa pelayan yang kebetulan lewat.Jasmine tersenyum canggung pada para pelayan itu karena ia