Della kembali ke rumahnya dengan tergesa-gesa setelah itu. Hari ini, gadis itu hanya memiliki waktu dua jam sebelum kelas sorenya dimulai. Della tahu hanya dalam waktu dua jam itu, dia harus bisa menuntaskan event besar yang diadakan oleh game favoritnya tersebut.
Ketika Adam mengingatkannya, Della baru ingat bahwa hari ini merupakan hari ulang tahun game favoritnya tersebut. Para pemain sangat menantikan event itu karena di situs resminya, developer game berjanji akan memberikan hadiah yang memuaskan untuk pemain yang online dan mengikuti event khusus ulang tahun dalam kurun waktu tertentu. Della hampir saja lupa ada event semacam itu jika saja Adam tidak membahasnya tadi. Dia menghela napas lega, saat sadar dia masih memiliki waktu sekitar dua puluh menit sebelum event yang dinantikan oleh banyak orang benar-benar dimulai.Tubuh Della basah oleh keringat karena dia terburu-buru untuk pulang. Jadi untuk membuang waktunya, gadis itu lebih memilih mandi terlebih dahulu sebelum akhirnya duduk di kursi belajarnya.Setetes air meluncur turun dari rambutnya ketika Della menyalakan laptop seperti biasanya. Sambil menunggu, gadis itu mengeringkan rambutnya lalu menyiapkan satu bungkus yogurt untuk mengisi perut sebelum dia benar-benar memasuki game. Ketika Della tengah menunggu proses log in game, gadis itu menghabiskan yogurt dingin yang dia ambil dengan dari kulkas kecil yang tersedia di kamarnya. Della membuang bungkus yogurt yang sudah kosong ke tempat sampah, sebelum dia menatap karakternya yang tengah berdiri di tengah kota pemula dengan pakaian yang lebih kuat daripada yang dia dapatkan pada akun game yang sebelumnya dia mainkan.[Sistem: Karakter Anda telah mencapai level 25. Harap segera mencari guild yang menerima anggota baru karena Anda akan segera diteleportasi dari kota para pemula.]Della menghela napas panjang karena karakternya akhirnya mencapai level di mana dia tidak akan bisa tetap berada dalam kota para pemula lagi. Sebagai seseorang dengan level 25, Della merasa cukup positif karena kemampuannya hampir sama dengan karakter lamanya di level 50. Beberapa misi pemula sudah tidak banyak memberinya pengalaman lagi. Della juga membutuhkan akses untuk pergi ke kota lain, karena dia sudah memiliki semua barang yang dia butuhkan di kota pemula.Di atas karakternya, Della melihat pemberitahuan yang mendorongnya untuk segera mencari guild sebelum sistem secara otomatis akan menteleportasinya keluar dari kota pemula. Della telah banyak mengamati guild lain ketika dia berada di kota pemula. Della telah berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia tidak akan memasuki guild yang sebelumnya telah menolaknya. Dia akan memilih guild baru, tentu saja dengan prospek yang menjanjikan.Karena kekuatan guild dan kekuatan membernya, adalah kekuatan terbesar seorang pemain dalam memainkan game semacam Tales of Dungeon.Masuk ke jendela daftar guild, Della tanpa ragu mendaftar ke beberapa grup kecil yang tengah berkembang dengan cukup baik menurut pengamatannya. Karena status levelnya yang baru, ditambah guild kecil memang biasanya membutuhkan banyak anggota untuk memperbesar guild mereka, tidak sulit bagi Della untuk segera menemukan guild yang bersedia menerima permintaannya. Della segera berteleportasi ke markas guild barunya setelah dia selesai dengan urusannya sendiri.Dalam hati, Della sudah menyiapkan banyak rencana agar dia tidak jatuh ke lubang yang sama di guild keduanya. Di percobaan keduanya, Della tidak akan lagi mencoba mendahulukan kepentingan guild dan lebih fokus mendahulukan kemampuan pribadinya. Lagipula Della tahu hanya akan sia-sia baginya untuk setia, jika kebanyakan guild saja tidak setia pada para anggotanya.Namun mendahulukan kepentingan pribadi bukan berarti sepenuhnya mengabaikan kepentingan guild. Della harus bisa terlihat tidak malas di dalam guild, atau dia mungkin akan ditendang juga dari guild barunya.Gadis itu memiliki semangat yang tinggi saat Della membawa karakternya untuk masuk ke dalam ruangan guild. Namun semangatnya perlahan padam, saat dia menemukan ada yang salah dengan guild barunya ini.Guild yang dia masuki kali ini benar-benar aneh. Mungkin karena kebanyakan dari mereka offline di jam sekolah, Della hanya bisa menemukan satu orang yang asik membaca peraturan event yang tengah berlangsung tanpa ditemani oleh siapa pun.Dengan rating guild yang tinggi, dan pemainnya yang rata-rata memiliki gelar pemain kuat, Della pikir dia akan masuk ke dalam guild di mana para pemainnya tidak akan melewatkan event besar bahkan jika mereka harus bolos dari pekerjaan mereka. Namun kenyataannya sangat berbeda dari yang Della pikirkan. Di gedung guild yang luas, hanya ada Della dan pria yang asik membaca peraturan event di papan pengumuman guild.Della dengan sedikit canggung ikut mendekati papan pengumuman itu. Dalam hati Della mulai bertanya-tanya, apakah dia mengambil keputusan yang salah dengan masuk ke guild aneh semacam ini.Karena tidak seperti guildnya di masa lalu, Della tidak mendapat sesi wawancara apa pun juga tidak dipersulit saat dia masuk ke dalam guild barunya ini. Markas guild yang seharusnya ramai juga sangat sepi walaupun hari ini ada event game yang telah ditunggu oleh banyak orang. Ranking grup ini memang cukup tinggi untuk kelas guild pemula. Namun melihat hanya ada satu orang yang online di guild barunya saat ini... Della benar-benar bingung dengan situasi guild barunya ini.[Zee: Ah, event ini harus dilakukan dalam bentuk team... Ugh, mari kita lihat... Ah, Nona Cantik yang ada di sana, maukah kamu masuk ke dalam teamku?]Della ikut membuka percakapan guild setelah satu-satunya player pria yang ada di ruang guild tiba-tiba mengirim pesan di grup obrolan guild yang disediakan oleh sistem. Karena hanya ada dia dan pemain itu dalam ruangan guild, Della tahu bahwa pemain itu tengah mengajaknya bicara ketika mengirimkan pesan itu. Della menelan ludahnya dengan gugup. Sudah terlambat untuk mengganti guildnya saat ini. Dia paling tidak suka digoda oleh seorang pria dalam game. Namun satu-satunya pemain yang online bersama saat ini, malah melakukannya di pertemuan pertama mereka.Dihadapkan dengan situasi itu, Della langsung mendiamkan karakternya dan membuatnya terlihat seperti memiliki sinyal yang buruk atau afk. Della menelan ludahnya dengan gugup. Dia lebih baik tidak mengikuti event game, daripada harus terjebak dengan pria asing penggoda semacam itu.Della baru saja berpikir untuk segera log out dari game tersebut, saat sebuah notifikasi tiba-tiba masuk ke jendela pesannya. Della tanpa sadar membukanya, lalu termenung saat dia mendapat pesan pribadi dari pria penggoda itu.[Zee: Aku memanggilmu, Nona Cantik. Tolong jangan abaikan aku seperti ini. Aku benar-benar bisa membuat team kita menang walaupun kita hanya berdua. Tolong percayalah padaku ><]Della membaca pesan itu dengan wajah datar. Bukan masalah menang atau tidak. Dia hanya tidak pernah memiliki perasaan yang baik jika harus bermain dengan pemain pria. Mereka biasanya berubah gila jika seorang pemain perempuan berada dalam kelompok mereka. Terkadang mereka tanpa basa-basi mengajak pemain wanita untuk menyalakan mic, meminta nomor telepon, atau bahkan meminta para pemain wanita memasang foto asli mereka pada bagian informasi karakter. Lebih jauh lagi mereka biasanya akan terus menggoda wanita itu, sampai godaannya kadang keterlaluan menurut Della.Della memiliki pengalaman buruk dengan seorang pria yang dia kenal dari game sebelumnya. Pria itu terus-menerus memberi pesan pada Della setiap hari. Sampai pada suatu saat, Della benar-benar jengah dan memasuki akun tersebut ke dalam daftar hitam.Della pikir masalahnya akan selesai setelah itu. Namun gangguan itu ternyata tidak berhenti sampai di sana. Pria yang marah mulai menjelekan nama Della di percakapan dunia. Untung saat itu, masih banyak orang yang bersedia untuk membelanya. Jadi dengan cepat, kasusnya padam dan tidak pernah terdengar lagi.Namun bagi Della yang mengalaminya secara langsung, pemain pria mana pun mulai terlihat buruk di mata gadis itu. Bahkan ketua guildnya yang baik bisa bermuka dua ketika dia tidak ada. Sekarang bagaimana bisa dia memercayai, pria asing yang telah memanggilnya cantik di pertemuan pertama mereka?Namun melihat ke sekeliling... Della tidak menemukan satu pun anggota guild yang bisa dia ajak bekerja sama. Della sadardiri saat ini. Walaupun dia jelas lebih kuat dari karakter lamanya dengan level yang sama, dia masih sangat lemah jika harus mengikuti event game yang ada saat ini. Dia harus membetuk tim dengan seseorang. Namun saat ini, satu-satunya pemain yang bisa dia ajak untuk membentuk tim hanyalah pria aneh yang satu guild dengannya.Della menghela napas berat. Beberapa detik kemudian, Della akhirnya membalas pesan pria tersebut dengan jadi sedikit berat.[Athena: Maaf, aku mengabaikan laptopku untuk sementara waktu. Aku saat ini masih sangat lemah. Apakah itu baik-baik saja denganmu?]Notifikasi balasan dengan cepat masuk, seakan lawan bicara telah menunggu Della mengetik sejak tadi. Della sejenak merasa bingung. Gadis itu hanya bisa berdoa, agar pria yang menjadi teman bicaranya ini bukan pria aneh seperti yang dia temukan di masa lalu.[Zee: Tentu saja tidak apa-apa! Kita semua pernah lemah sebelum perlahan menjadi kuat. Jika satu tim denganku bisa membuatmu bertambah kuat, maka aku juga akan senang karena bisa membantu ^^]Sebenarnya, pria itu tidak terlalu menyebalkan jika Della mau mengesampingkan fakta bahwa pria itu baru saja memanggilnya cantik di awal pertemuan mereka. Pandangan buruk Della mulai berkurang setelah percakapan singkat itu. Della selalu dikelilingi oleh pemain yang hanya ingin berteman dengan yang terkuat selama ini. Bisa benar-benar berteman dengan seseorang yang tidak peduli pada kekuatannya... Pasti sangat luar biasa.Della menarik napas panjang, sebelum dia mengetik pesan balasan untuk pria itu.[Athena: Baiklah, kamu bisa mengundangku sekarang.]Sebuah jendela permintaan untuk bergabung dalam sebuah tim muncul tidak lama setelah Della mengirimkan pesan balasan. Della segera menerimanya tanpa pikir panjang lagi. Setelah Della menerima permintaan itu, tidak butuh waktu lama sebelum dia secara otomatis berteleportasi pada arena dungeon yang menjadi tempat dilangsungkannya event yang diinginkan oleh Della.[Zee: Kamu sepertinya baru saja keluar dari kota pemula. Apakah ini pertama kalinya bagimu untuk memainkan game ini?]Della sempat terdiam untuk beberapa saat. Gadis itu pertama-tama menimang jawabannya, sebelum akhirnya tetap memilih jujur saja pada teman setimnya itu. Lagipula, mengulang permainan dengan karakter baru bukanlah hal yang aneh dalam dunia game. Hanya saja pada kasusnya, mungkin akan ada keributan besar jika orang-orang tahu bahwa pemain bernama Xena mengulang game dengan karakter baru bernama Athena. Della merasa bahwa dia hanya perlu mengungkapkan setengah kebenaran, dan mengubur setengah kebenaran lain jauh di dalam pikirannya. [Athena: Aku pernah memainkan game ini, tetapi itu saat game ini baru saja rilis. Event-event semacam ini ... Aku tidak mengingatnya lagi.]Sebenarnya karena di masa lalu Della terlalu sibuk mengurus Guild Domination yang terus membesar, gadis itu tidak bisa lagi mengikuti beberapa event khusus yang tidak berkaitan langsung dengan ranking g
Mereka berjalan entah berapa lama sampai cahaya terang tiba-tiba menerangi mereka. Melewati lorong yang gelap sepertinya sudah menjadi pengaturan dasar dalam game tersebut. Namun tiap kali cahaya terang menerangi karakternya dan mengungkap tempat luar biasa yang tersembunyi di dalamnya, Della tidak pernah gagal untuk terpukau begitu hutan yang berwarna cantik menyambutnya begitu mereka keluar dari kegelapan. [Zee: Apa kamu mengenal dungeon dengan jenis seperti ini?] Della menatap sekelilingnya dengan seksama, sebelum dengan ragu-ragu menjawab pertanyaan teman setimnya tersebut. [Athena: Ini ... Hutan Ajaib?]Balasan lain dengan cepat masuk setelah itu. [Zee: Ya. Tampaknya kita mendapat bagian untuk menyelesaikan Dungeon Hutan Ajaib kali ini. Wow, keberuntungan kita tidak buruk juga.]Karena jumlah dungeon di permainan Tales of Dungeon itu sangat banyak, para pengembang game akhirnya menyediakan model dungeon yang sama untuk beberapa tingkat kesulitan. Untuk pemain lama sepertinya,
Della dengan cepat membuka halaman peringkat para pemain lagi. Nama pertama masihlah nama ketua guild lamanya. Tidak ada yang berubah, jadi Della mulai mencari pada peringkat di bawahnya. Della mencari dengan teliti sampai peringkat ke lima puluh. Namun tidak peduli seteliti apa pun Della menatap daftar peringkat itu, dia tetap tidak dapat menemukan nama Zee dalam daftar tersebut. "Apa ada kesalahan?" pikir Della dengan hati-hati. Namun game Tales of Dungeon bukanlah game kecil. Tales of Dungeon merupakan game besar yang terkenal dengan tingkat keprofesionalan pengembang gamenya yang sangat tinggi. Mereka seharusnya tidak melakukan kesalahan sebesar itu. Karena semua pemain peringkat atas, selalu menjadi harta karun pengembang game yang bisa menjadi figur dari game itu sendiri. Ding! [Zee: Apa ada sesuatu yang ingin kamu tanyakan langsung padaku? Kamu terus saja diam sejak tadi.]Ketika Della tengah berpikir, Zee tiba-tiba bertanya padanya lagi. Della terdiam. Rasanya tidak sopan,
Suasana hati Della sangat rumit setelah dia selesai memeriksa peringkat Zee sebenarnya. Setelah Della menutup daftar peringkat tersebut, entah mengapa Zee terasa sangat luar biasa baginya. Tanpa diragukan lagi, pria itu bahkan lebih kuat dari Ketua Guild Domination saat ini. Orang semacam itu ... Della tidak mengerti mengapa Zee sampai terjebak di guild aneh semacam guild barunya ini.Dengan kekuatan dan level yang Zee miliki, rasanya tidak mungkin jika pria itu tidak mendapat undangan untuk masuk ke dalam guild-guild yang lebih kuat. Della ingat. Bahkan di guild lamanya saja, mereka menugaskan beberapa staf perekrut untuk mengajak orang-orang kuat bergabung dalam guild mereka. Memiliki orang-orang kuat dalam guild secara otomatis akan menaikan rating guild mereka. Jadi melihat Zee malah bertahan dalam guild yang tidak jelas ini membuat Della mulai berpikir. "Jangan-jangan guild ini memiliki rating tinggi karena Zee?!"Della menatap Zee lama, sebelum akhirnya membenarkan ucapannya sen
Selesai dengan permainannya, Della mematikan laptopnya dengan perasaan puas. Gadis itu menatap jam yang sudah menunjukkan waktu tidur. Dia tidak menyangka, waktu bermain yang biasanya terasa panjang benar-benar bisa habis tanpa terasa ketika dia bermain bersama Zee. Dengan cepat, Della segera bersiap untuk tidur sebelum orang tuanya bisa melihat bahwa dia masih terjaga di waktu selarut ini. Di rumahnya, walaupun memang tidak ada waktu jam malam, Della yakin pasti hasilnya tidak akan bagus jika orang tuanya tahu dia masih terjaga selarut ini karena bermain game. Niat awal, Della ingin langsung tertidur setelah bermain game. Namun ketika memori tentang permainannya kali ini terputar segar di dalam otaknya, Della tidak bisa membantu tetapi merasa segar kembali dan bangkit dalam posisi duduk di atas tempat tidurnya. Sebelum mengenal Tales of Dungeon, Della sebenarnya bukan seseorang yang senang menghabiskan waktunya untuk bermain game. Ah tidak. Lebih parahnya, Della selalu menganggap be
Hari masih pagi, tetapi Della sudah berjalan seperti biasa untuk mencapai sekolahnya. Bahkan jika dia tidak tidur dengan nyenyak tadi malam, Della tahu dia tetap harus bangun tepat waktu di setiap paginya. Suara alarm membangunkannya tepat waktu. Memberi Della waktu untuk bersiap, dan segera berangkat sekolah dengan berjalan kaki karena letaknya memang tidak terlalu jauh dari rumahnya sendiri. Della berjalan dengan perlahan. Karena dia berangkat sedikit awal dari biasanya, gadis itu tahu dia memiliki cukup waktu untuk sekedar memerhatikan kehidupan kota yang padat. Gadis itu tanpa sadar menghela napas lelah, saat hari lain yang dipenuhi kebisingan harus dia lewati seperti biasanya. Mungkin karena tadi malam Della terlalu memikirkan perkataan ibunya, mood Della tidak terlalu bagus hari ini. Sejak kecil, dia tidak pernah bisa dekat dengan kakaknya. Namun setiap saat, Della tetap harus baik pada sang kakak karena orang tua mereka memintanya demikian. Bahkan jika dia ingin memberi sang
"Austin Arya Osvaldo, kelas 12 B. Ujian akhir semester sudah dekat, tetapi kamu sepertinya hanya peduli dengan membuat masalah kapan pun kamu bisa.""Hei! Orang sepertimu-"Salah satu teman Austin baru saja ingin protes saat Austin memberinya tanda untuk berhenti bicara. Pria itu tersenyum mengejek, saat dia mendekati Della dengan gaya memprovokasi. "Ah ... Ketua OSIS kita yang terhormat ini hanya peduli pada padangannya sendiri bukan? Tidak peduli siapa yang salah, baginya apa yang dia anggap benar merupakan kebenarannya."Della dengan tenang mendengarkan ucapan Austin tanpa merubah ekspresinya sedikit pun. Della selalu percaya bahwa sebagai Ketua OSIS, dia harus memiliki kepribadian tegas tanpa pandang bulu. Semua orang tengah menatapnya saat ini. Della tahu benar dia tidak boleh terpancing dengan provokasi murahan Austin. "Yang aku lihat tadi adalah kamu, menekan seorang siswa yang jelas-jelas tidak ingin bertarung denganmu dan bahkan mendorongnya sampai jatuh di hadapan semua or
Della memasuki ruang OSIS dan melihat bahwa hampir seluruh anggota angkatannya ada di sana untuk menemani pria yang sebelumnya Della tolong. Pakaiannya yang kotor sudah diganti dengan pakaian bersih. Pria bernama Alvin itu tengah duduk bersama Adam, yang sepertinya telah terlebih dahulu mewakili Della untuk menanyakan apa yang sebenarnya terjadi saat di kantin. Melihat kedatangan Della, yang lain segera bangkit untuk menyambut kedatangan gadis itu. Della mengangguk untuk membiarkan mereka melanjutkan kegiatan mereka lagi, sebelum Della sendiri menghampiri remaja itu dan mengambil tempat duduk di hadapannya. "Jadi?""Alvin mengatakan bahwa dia tidak sengaja sedikit menabrak Austin, tetapi Austin menanggapi ketidaksengajaannya dengan terlalu berlebihan. Kamu lihat sendiri apa yang dia lakukan tadi, Della. Dia membuat keributan besar, hanya karena seseorang tanpa sengaja menabraknya."Della memperhatikan bahwa Adam tampaknya benar-benar tidak suka ketika dia harus membahas tentang Aust
Di lorong rumah sakit, Della berjalan tergesa-gesa dengan pakaian kelulusannya. Setelah Della mendengar kabar yang diberi tahu oleh Erina, gadis itu tidak bisa menunggu lagi saat dia langsung pergi ke rumah sakit. Sama seperti Erina, mata Della sangat merah ketika dia tidak bisa menghentikan dirinya untuk menangis. Della tidak lagi peduli bahkan jika dia menjadi tontonan orang lain. Della hanya memiliki satu tujuan saat ini. Kakinya terus melangkah, sementara jantungnya berdetak semakin cepat. Sesuai dengan arahan Erina, Della pergi ke ruangan yang berbeda kali ini. Begitu Della memasuki ruangan itu, tangisnya yang tertahan akhirnya pecah juga. Della menangis seperti anak kecil, ketika dia melihat Austin telah membuka mata dan tersenyum saat melihatnya. Melihat bahwa seseorang tampaknya lebih merindukan putranya, Erina memberi kesempatan agar Della menjadi orang pertama yang menghampiri Austin. Wanita itu menangis bahagia, ketika dia melihat senyum di wajah dua remaja yang memiliki t
"Selamat atas kelulusan kalian semua!"Hujan bunga turun dari atas auditorium setelah Darius sebagai kepala sekolah, selesai dengan pidatonya. Semua murid bersorak senang, ketika mereka akhirnya selesai dengan jenjang sekolah menengah atas mereka. Dengan diputarnya lagu perpisahan, masing-masing murid segera berkumpul dengan teman mereka untuk merayakan momen perpisahan mereka. Beberapa dari mereka bahkan ikut menghampiri jajaran guru, dan mengungkapkan ucapan perpisahan mereka dengan tulus. Di auditorium besar itu, Della dikelilingi oleh teman-teman terdekatnya. Baik itu dari rekan OSIS maupun teman sekelasnya, mereka semua mengelilingi Della untuk mengucapkan kata-kata perpisahan mereka. Della membalas ucapan mereka semua dengan tulus. Mereka menghabiskan waktu baik bersama, sampai tatapan Della tiba-tiba jatuh pada seseorang. Setelah perpisahan terakhir mereka, Della memang tidak lagi pernah bicara dengan Adam. Pria itu juga tidak lagi berinisiatif mendekatinya, sehingga mereka m
Hari ini, Della menatap pantulan dirinya dari kaca yang ada di kamarnya. Dengan gaun sederhana berwarna biru muda, Della telah siap untuk menghadiri pernikahan sepupu Austin. Sejujurnya, Della merasa sangat gugup karena akan bertemu dengan anggota Guild Golden Clover untuk pertama kalinya. Namun gadis itu telah bertekad untuk datang, apalagi ketika undangan untuknya dikirim oleh Austin yang tidak sempat memberikan undangan tersebut secara langsung pada hari penusukannya. "Della, Di mana tempat ketua guildmu itu melangsungkan pernikahan? Jika kamu tidak keberatan, Mama bisa mengantarmu ke sana."Ketika Della bertemu dengan sang Ibu begitu dia ingin pergi, wanita itu langsung menawarkan diri untuk mengantar putrinya pergi. Namun Della menggeleng dengan yakin. Della melihat bahwa ibunya sendiri telah siap dengan pakaian kerja. Tanpa perlu bertanya, Della sudah tahu bahwa dia hanya akan menganggu waktu bekerja ibunya jika dia menerima tawaran itu. "Tidak apa-apa, Ma. Aku bisa menggunak
Della menatap sedih Austin yang masih tidak sadarkan diri di ruang ICU. Berhari-hari sudah terlewat semenjak Della tinggal di rumah keluarga Austin. Namun sampai saat ini, Austin tetap tidak juga mau membuka matanya. Hampir setiap hari Della berkunjung, dan kembali tanpa mendapatkan kabar yang baik. Hari ini juga tidak jauh berbeda dari hari yang lain. Della menunggu Austin bangun, sementara Austin tetap memejamkan matanya dengan damai. "Austin, ibumu telah banyak membantuku dalam menyelesaikan masalah yang aku miliki dengan orang tuaku."Dengan suara kecil, Della mulai bicara pada temannya itu. Entah mengapa, Della selalu merasa sangat nyaman saat dia bicara dengan Austin dengan cara seperti ini. Di depan Austin, Della merasa bahwa pria itu tetap mendengarkan semua ucapannya saat dia bicara. Austin ada di sana untuk mendengarkannya, sekalipun pria itu berada dalam kondisi koma saat ini. "Dia memberiku tempat tinggal, dan bertekad untuk membuat orang tuaku merubah pandangannya tenta
Warning! Chapter ini sedikit menyinggung kesehatan mental.Erina berjalan tenang saat dia memasuki restoran terkenal yang secara ajaib sepi untuk hari ini. Seperti yang diharapkan dari keluarga sehebat keluarga Della, bukan hal yang sulit bagi mereka untuk menyewa restoran terkenal selama sehari hanya untuk pertemuan antar orang tua. Seorang pelayan mengantarnya ke salah satu meja, di mana orang tua Della sudah menunggunya bersama dengan adik iparnya, Darius. Sejak awal, Erina memang tidak berharap orang tua Della mau menyambutnya dengan ramah. Namun tatapan dingin yang dia dapatkan setelah dia duduk, benar-benar terlalu tajam untuk Erina abaikan begitu saja. Wanita itu berusaha tersenyum sopan, walaupun kedua orang tua Della sama sekali tidak ingin bertukar keramahan dengannya. "Kami sibuk, jadi biarkan saya bicara langsung pada intinya. Della itu anak kami. Kami yang paling mengetahui apa yang ingin dia lakukan. Jadi kami harap, Anda segera mengembalikan Della ke tangan kami."Men
Kali kedua Della bangun, pemandangan yang asing segera menyambutnya. Ruangan bernuansa biru muda yang indah dan menyenangkan ini jelas tidak sama dengan ruangannya yang dipenuhi oleh buku dan terlihat kaku. Pakaiannya juga terlihat sedikit kebesaran untuk dia gunakan. Tidak lama kemudian, Della akhirnya ingat bahwa dia memang tengah menginap di rumah Austin. Ketika Della yang sudah tenang mengingat perilakunya kemarin, rona merah karena malu segera menjalar ke seluruh wajahnya. Bukan hanya menyusahkan ibu dari Austin, dia juga menunjukan sisi tidak pantasnya pada wanita itu. Della menutup wajahnya dengan kedua tangan. Kali ini, dia tidak yakin dia memiliki keberanian untuk membuka pintu kamar dan bertemu dengan ibu Austin lagi. "Ah ya ...."Tangan Della perlahan turun saat pundaknya bersandar dengan lesu. Masalah yang lebih serius kini adalah fakta bahwa dia baru saja kabur dari rumah ketika ujian masuk kedokteran tinggal menghitung hari. Bahkan jika dia kembali ke rumahnya sekarang,
"Kamu bilang hasil interogasinya sudah keluar?"Berdiri di depan jendela kamarnya, Erina mendengarkan saat adik iparnya bicara bahwa mereka telah mendapat kemajuan tentang kasus Austin. Di tempatnya sendiri, Darius mengurut hidungnya dengan frustrasi. Setelah dia menunggu seharian untuk hasil interogasi orang yang menusuk keponakannya, hasil yang dia dapat ternyata malah masalah semacam ini. "Memang sudah keluar. Dari bukti rekaman CCTV dan hasil interogasi, sudah dapat dipastikan Alvin memang bersalah dalam kasus ini. Namun alasannya, aku benar-benar tidak percaya keponakanku harus berada di ambang kematian karena alasan semacam itu."Erina diam-diam mengepalkan tangannya saat dia terus mendengarkan ucapan Darius. "Aku siap mendengarkan," ujar Erina dengan yakin. Tatapan seriusnya perlahan-lahan berubah tidak percaya seiring dia mendengarkan penjelasan dari adik iparnya itu. Sama seperti Darius, Erina pada akhirnya ikut menutupi wajahnya dengan frustrasi. Sama seperti pria itu, dia
"Kalau begitu aku akan ke rumah sebentar untuk- Kita akan bicara lagi nanti. Della? Kenapa kamu ada di sini? Orang tuamu. Di mana orang tuamu, Sayang?"Erina yang baru saja keluar dari rumah sakit untuk kembali ke rumahnya dan mengambil beberapa barang yang tertinggal, terkejut saat dia melihat Della kembali dengan pakaian basah dan tengah berdiri kedinginan di depan pintu rumah sakit. Sekalipun giginya bergetar karena kedinginan, gadis itu dengan keras kepala tampaknya menolak untuk masuk dan hanya menatapi gedung rumah sakit tanpa berniat masuk ke dalam. Beberapa suster dan penjaga rumah sakit sudah berusaha membujuk sambil menanyai Della yang hanya terdiam. Namun gadis itu, tetap hanya berdiri seperti patung di lahan depan rumah sakit yang kosong. Melihat tatapan matanya yang redup, Erina tahu ada yang salah dengan gadis tersebut. Tatapan mata Della saat ini mengingatkan Erina pada tatapan mata anaknya sendiri saat kematian suaminya. Sedih, kesepian, bingung, dan takut. Semua pera
"Pulanglah Nak. Tidak apa-apa, kamu bisa datang ke sini kapan pun kamu mau di masa depan. Austin akan segera sadar, Bibi percaya itu."Mata Della kembali berkaca-kaca saat dia ingat ibu dari Austin mengantarnya pergi dengan senyum sedih di wajahnya. Untuk ibu yang peduli seperti Erina, melihat anaknya koma tanpa ada kejelasan kapan dia akan bangun pasti telah sangat menghancurkan hatinya. Namun bahkan jika dia sedih, wanita baik itu masih sempat terus-menerus menghibur Della yang ketakutan. Wanita itu berusaha berkali-kali meyakinkan Della bahwa Austin akan baik-baik saja, walaupun dari matanya terlihat bahwa dia sendiri tidak begitu yakin dengan ucapannya. Pada wanita sebaik itu, orang tuanya sangat pantas disebut sebagai pasangan yang tidak punya hati. Mereka hanya mengucapkan kata-kata belasungkawa palsu, sebelum membawa Della pulang dengan cepat. Tindakannya benar-benar memperlihatkan bahwa mereka tidak peduli pada Austin selama Della baik-baik saja. Ah, bukan begitu. Bagi Della,