Sembilan Tahun Kemudian
Kini usia kedua putra kembar Clarisa Shen sudah menginjak Usia 9 tahun, Clarisa Shen mengajak kedua putranya Conan Shen, dan Christian Shen untuk kembali ke negara asal Clarisa Shen.
Saat Clarisa Shen dan kedua putranya tiba di bandara Jincheng, mereka menjadi pusat perhatian semua orang yang ada di bandara, semuanya memperhatikan dua orang anak dan seorang ibu.
"Bagaimana bisa anak-anak itu begitu tampan?"
"Ya, lihat, ibunya saja masih muda dan sangat cantik." Ucap seorang wanita
"Aaarrrggghhh, aku ingin jika anak itu sudah besar nanti aku ingin jadi kekasihnya!"
"Mereka seperti seorang model bukan?" Timpal seorang gadis lain.
"Sungguh tampan anak-anak itu!"
"Aku ingin tahu, bagaimana wajah ayah dari anak-anak itu?"
Semua orang menyimpulkan pendapat mereka masing-masing. Semua orang terpana dengan ketampanan kedua anak itu.Wajah kedua nya seperti sebuah ukiran yang nyaris sangat sempurna.
Ya... yang orang-orang katakan itu benar, kedua putra Clarisa Shen selain tampan, mereka berdua memanglah seorang model dan seorang yang sangat Jenius, di usia mereka yang baru menginjak 9 tahun namun mereka sudah lulus, di universitas ternama di Eropa.
Setelah Clarisa Shen dan kedua putranya keluar dari bandara. Seseorang telah menunggu mereka untuk menjemputnya pulang, dan orang itu adalah Joana Lei sahabat karib Clarisa.
"Clarisa Shen".
"Joana, kenapa datang menjemputku?”
“ Sudah aku katakan tunggu saja dirumah, bukankah kau sedang sakit?” ucap Clarisa seraya memeluk sahabatnya itu.
"Tidak apa-apa Clarisa, lagi pula aku tidak sakit parah hanya sedikit flu saja" Joana sedari tadi menelisik kedua putra Clarisa, dalam batin nya, dia berkata, "sungguh tampan, bagaimana bisa Clarisa melahirkan anak setampan itu.”
"Conan, Christian kemari, ini Joana Lei ibu baptis kalian".
"Halo ibu baptis"
"Ibu, apa tidak apa-apa memanggilnya ibu baptis, sepertinya bibi ini seumuran dengan ibu?" Tanya Christian
"Ya, dia adalah sahabat ibu, dan dari dulu, dia sudah menjadi ibu baptis kalian, karna dia sudah punya anak yaitu kalian berdua, jadi kalian harus memanggilnya ibu baptis".
"Baiklah" anak-anak pun mengangguk tanda setuju.
Mereka berempat naik ke dalam mobil Joana Lei, dia mengantarkan Clarisa Shen, dan kedua putranya ke apartemen Clarisa, yang ada di seberang kawasan Elit di Jincheng.
Clarisa Shen sebelum datang ke Jincheng telah membeli sebuah apartemen dengan tiga kamar, untuk tempat tinggal Clarisa Shen, dan kedua putranya, lewat perantara Joana Lei.
Setelah Joana Lei mengantarkan mereka Joana Lei pamit untuk kembali ke kantornya, karna masih dalam jam kerja.
"Baiklah Clarisa, aku harus kembali bekerja jadi aku akan meninggalkanmu dan anak-anak, ini adalah kunci apartemenmu. Lain kali aku akan mengunjungimu lagi, sampai jumpa!"
Joana Lei menyerahkan Kunci apartemen pada Clarisa sebelum pergi, Joana bahkan menciumi pipi Conan, dan Christian dengan membabi buta.
Clarisa yang melihat wajah kedua putranya penuh dengan cap bibir dari Joana, sampai tertawa terbahak-bahak dibuatnya. Conan, dan Christian saling memandang menatap wajah masing-masing.
Christian tertawa dengan renyah nya melihat wajah kakak nya penuh dengan cap bibir dengan warna lipstik yang cukup berani yaitu merah merona.
Conan yang memang pembawaannya selalu tenang dan dingin itu bersikap seolah itu semua menjijikkan, dia bahkan tidak tersenyum sama sekali. Conan segera melangkah menuju kamar mandi, dia ingin segera mencuci wajahnya.
Clarisa Shen, dan Christian mulai membereskan barang-barang mereka di dalam apartemen, di dalam apartemen terdapat 1 kamar besar, dan 2 kamar dengan ukuran yang lebih kecil dari kamar utama, mereka bertiga mulai menata barang-barang, dan membersihkan kamar mereka agar bisa beristirahat.
Ruangannya masih terlihat kosong karna belum banyak perabotan rumah tangga, Conan dan Christian telah membersihkan kamar mereka begitu juga dengan Clarisa.
"Ibu sepertinya kita harus membeli alat-alat rumah tangga yang lainnya, masih banyak yang harus kita beli" ucap Christian.
"Ya... kau benar sayang, bagaimana kalau kita pergi ke pusat perbelanjaan? untuk membeli barang yang kita butuh kan!”
Christian dengan bersemangat berkata "Ayo Bu kita pergi, aku juga ingin berkeliling di sini.”
Conan hanya mengangguk kan kepala nya tanda setuju.
Clarisa hanya tersenyum melihat tingkah keduanya, dengan lembut dia berkata, “Baiklah ayo kita pergi sekarang!”
Mereka pun pergi menuju pusat perbelanjaan dengan menggunakan taksi, di dalam taksi Clarisa berpikir seraya menatap keluar kaca jendela "Akh...kota ini tidak berubah sama sekali, sama seperti ketika aku meninggalkan kota ini,” Clarisa teringat akan kenangan-kenangan manisnya bersama ibu dan ayahnya saat kecil dulu.
Akankah ibunya senang ketika dia membawa dua orang cucu kepadanya?
Apakah ayahnya akan menerima dia kembali dengan dua orang putra bersamanya?
akankah hal-hal indah terjadi jika dia kembali ke vila keluarga Shen lagi. Namun Clarisa menepis semua bayangan nya, karena pada dasarnya ayah nya tega mengusir diri nya kala mengetahui Clarisa sedang mengandung.
"Ibu kita sudah sampai"
suara Christian membuyarkan lamunan Clarisa.
"Apakah kita sudah sampai?" Tanya Clarisa yang baru saja tersadar dari lamunannya
"Ya ibu, kita sudah sampai." Christian kembali memberitahu ibunya.
Conan hanya memperhatikan ibunya sejak turun dari taksi menuju ke tempat yang menjual alat-alat rumah tangga, mereka pun memilih apa yang mereka butuh kan, setelah selesai memilih dan membayar tagihannya, mereka meminta dikirimkan ke alamat apartemen mereka.
Sebelum pulang ke rumah, mereka mengunjungi sebuah kedai Ice cream karena sedari tadi Christian merengek ingin membeli Ice cream.
ketika mereka bertiga sedang duduk dan memakan ice cream nya, semua orang yang berada di luar kedai pun berkumpul melihat Conan, dan Christian yang sedang memakan ice cream dengan sangat anggun dan elegan, orang-orang mulai berdatangan memasuki kedai, para pelanggan mulai memesan, mereka ingin memesan ice cream yang di pesan oleh Christian dan Conan.
Manajer kedai sudah mengerti situasi nya, dengan sigap meminta pramusaji untuk memberikan ice cream menu andalan di kedai secara gratis pada mereka, untuk menahan mereka agar tidak cepat meninggalkan kedai.
"Permisi nyonya ini adalah menu andalan di kedai kami, silahkan menikmati" ucap pramusaji
"Kami tidak memesan ini" ucap Clarisa
"Manajer kedai yang meminta kami untuk menyajikan nya, dan ini gratis nyonya, silakan nyonya" pramusaji pun pergi meninggalkan mereka.
Terlihat orang-orang mulai berkumpul di balik kaca di luar kedai, menatap ice cream yang ada di meja mereka bertiga.
"sepertinya ice cream itu lezat! Aku ingin membeli varian itu" ucap seorang pengunjung
"Bagaimana bisa mereka terlihat tampan hanya dengan memakan ice cream itu, seperti nya aku harus mencoba masuk ke dalam." Seorang anak muda pun memasuki kedai.
Manajer merasakan pengaruh ibu dan anak itu cukup besar, kedai nya menjadi sangat ramai ketika mereka berada di dalam kedai.
Setelah selesai memakan habis ice cream nya mereka bertiga pun meninggalkan kedai nya. Manajer mengejar mereka untuk mengucapkan terima kasih.
"Nyonya tunggu." ucap manajer seraya menyerahkan bingkisan dari kedai nya. Clarisa dan anak-anak pun berhenti.
"Ini adalah tanda terima kasih kami nyonya, karena Anda berkunjung, kedai kami menjadi ramai, kami ucapkan terima kasih banyak." seraya manajer membungkuk kan tubuhnya di depan Clarisa dan anak-anak. Clarisa dan anak-anak tersenyum dan membungkuk kan tubuh mereka membalas hormat pada manajer kedai.
Mereka pun pulang untuk menunggu barang yang dipesan oleh mereka datang ke rumah.
Di dalam ruangan di sebuah perusahaan besar, ada seorang pria yang berdiri di depan jendela gaya prancis, di sela jemari nya yang lentik itu, terselip sebatang rokok. dia sedang menghisap rokok dengan anggunnya menghadap keluar jendela. Ya... dia adalah Lukas Jiang, seorang tuan muda dari keluarga Jiang yang sangat Jenius, dan berbakat dalam dunia bisnis. Dia juga adalah orang yang sangat berpengaruh di negaranya. Lukas sedang merenungi apa yang terjadi 10 tahun yang lalu, dimana dia meniduri seorang wanita yang tidak dia kenal, seberapa keras dia melupakan kejadian itu dia tetap tidak bisa melupakannya walaupun bertahun-tahun telah berlalu. Aroma tubuh wanita itu masih melekat dalam ingatannya, bahkan sensasi kala bercinta dengan wanita itu, tidak bisa dia rasakan lagi meskipun bersama istrinya Elaine Chu. "Tok... tok... tok" Suara ketukan pintu, membuyarkan lamunan Lukas Jiang. "Presdir, nyonya Jiang ada diluar dia
Perlahan cahaya matahari menembus kaca jendela di kamar Clarisa Shen, wajah Clarisa yang sangat cantik itu tetap memesona kala dia masih tertidur lelap, Christian mengetuk pintu kamar ibu nya. "Tok...tok... tok..." suara pintu di ketuk. "Ibu, ayo bangun bukankah ibu ada wawancara kerja hari ini?" Christian Shen pun mendorong pintu kamar Clarisa Shen, dia menghampiri ibunya, perlahan membangunkan Clarisa Shen dengan lembut, dia memeluknya, mengecup lembut pipinya, seraya mengecup kening ibunya. Clarisa perlahan mencoba bangun dari tidurnya. "Ibu, ayo bangun, Conan sudah menyiapkan sarapan, bukankah ibu ada wawancara kerja hari ini?" ucap Christian "Hmmm... " Clarisa yang terbangun melihat pemandangan yang sangat indah sangat bersyukur karena dia memiliki dua putra yang sangat tampan dan hangat, dia tersenyum seraya berkata. "Iya sayang, terima kasih sudah membangunkan ibu." Ucap Clarisa "Cep
Matahari sudah tinggi saat Clarisa Shen datang ke perusahaan Jiang Group, dan menunggu untuk dipanggil wawancara oleh pihak rekrutmen, dengan sedikit gelisah Clarisa Shen duduk menunggu di panggil. " Nomor 203 Clarisa Shen". setelah di panggil Clarisa Shen bangkit dari tempat duduknya, dia melangkahkan kakinya menuju pintu masuk ruangan wawancara. Setelah wawancara berlangsung agak lama Clarisa Shen pun keluar dengan sedikit menundukkan kepala, Clarisa tidak menyangka jika dirinya bisa lolos, dan di terima bekerja di perusahaan besar ini. Dia berjalan dengan girang hingga tidak melihat presdir, dia menabraknya hingga terjatuh. Saat Clarisa Shen meringis kesakitan, disaat itu pula dia melihat tatapan mata yang sangat dingin, sepasang manik berwarna hijau zamrud itu menatap wajah Clarisa. Clarisa juga menatap wajah Lukas Jiang, dia terpesona oleh ketampanan nya dan juga kaget. Betapa tidak? Wajah Lukas benar-benar mirip dengan w
Setelah sampai disalah satu restoran mewah di kawasan Jincheng mereka turun dari taksi, Clarisa Shen bertanya, “kenapa membawa ibu ke tempat seperti ini, ini terlalu mahal nak!” "Apa yang ibu katakan? ini tidaklah mahal!" tegas Christian "Apanya yang tidak mahal, kau bisa lihat bagaimana suasana, dan kualitas luarnya saja sudah seperti ini bagaimana suasana didalam-Nya." Clarisa sedikit khawatir Conan melangkah pergi meninggalkan saudara dan ibunya yang masih berdebat diluar, dan melangkah masuk menuju meja resepsionis untuk bertanya tentang dimana ruangan yang sudah di reservasi olehnya. Sedangkan Christian masih berusaha meyakinkan ibu nya bahwa mereka membawa ibunya kesini, untuk merayakan keberhasilan ibunya karna mendapatkan pekerjaan yang diimpikan oleh ibunya. "Bu, ayo kita masuk jangan khawatir uang kami tak kan habis jika makan di restoran ini, ayo masuk!" Seru Christian. Clarisa merasa terharu atas tindakkan kedua putr
Setelah mendapat kabar bahwa Elaine Chu berselingkuh bersama pria lain. Lukas Jiang langsung menemui Elaine, dan seluruh keluarga Chu. Lukas yang tadinya masih menghormati keluarga Chu kini semakin jijik terhadap mereka terutama pada Elaine Chu. Lukas Jiang tidak menampar, ataupun memaki Elaine Chu atas kelakuannya. Namun Lukas memberikan perjanjian cerai kepada Elaine Chu, di hadapan semua keluarga Chu. Lukas dengan dingin memberi perintah pada Jay, “Jay berikan dokumennya kepada wanita itu, dan cepatlah untuk menandatanganinya.” "Baik, silakan nyonya, maaf silakan nona Elaine Chu.” Jay memberikan dokumen perceraian itu kepada Elaine Chu. dengan tangan gemetar Elaine Chu menerimanya. Elaine Chu membaca semua isi dalam dokumennya, dan dia langsung tersungkur karna dalam perjanjiannya, Elaine Chu tidak akan mendapatkan uang sepeser pun karna Elaine Chu lah yang berkhianat kepada Lukas Jiang. Lukas tidak memberi toleransi apa pun kepada k
Conan bertanya, “Christian apa kau sudah membangunkan ibu?” Christian menjawab, “Ya, aku sudah membangunkannya!” “Conan hari ini karna ibu pergi bekerja bagaimana kalau kita pergi? Conan berkata, “Ya, nanti kita pikirkan!” “Pagi...” ucap Clarisa. “Pagi ibu, apakah tidurmu nyenyak?” Christian bertanya. “Hmmm...ibu tidak bisa tidur karna hari ini hari pertama ibu kembali bekerja.” Ungkap Clarisa. “Semoga harimu baik ibu.” “Semoga kau mendapat rekan kerja yang baik!” ucap Christian. “ayo cepat habiskan sarapanmu ibu. Oh ya Ibu, aku dan Conan akan pergi jalan-jalan apakah boleh?” Christian kembali bertanya. "Kalian akan pergi ke mana?" "Kami akan pergi ke tempat bermain ibu!” Jawab Christian. “Hmmmpppttt...hati-hati saat berjalan-jalan, jangan berbuat hal yang tidak-tidak mengerti!” "Mengerti Bu!” dengan lantang Christian berkata. Clarisa Shen pergi menuju t
Nyonya Jiang terkejut saat melihat Conan, karna Conan sangat mirip dengan Putranya Lukas Jiang, fitur wajah yang sangat tegas, dan anggun itu ya, itu milik Lukas Jiang. Nyonya Jiang bergumam. “apakah anak ini adalah anak Lukas Jiang yang tidak aku ketahui?” Nyonya Jiang bertanya pada Conan. "Nak, siapa namamu? Conan hanya melirik nya dan berkata dengan acuh. “Conan Shen" "Conan Shen. Ibumu namanya siapa?” Conan kembali meliriknya dan menatapnya bingung, dia menjawab. "Clarisa Shen" "Clarisa Shen. Lalu ayahmu siapa?” Nyonya Jiang kembali bertanya. Tatapan Conan Langsung meredup, seraya berkata. "kami tidak memilikinya!" Nyonya Jiang merasa sedikit bersalah. "Conan apakah kau sudah selesai? “ayo kita pulang!" Seru Christian. "Ya." Conan menjawab. Christian kembali bertanya. "Conan ini, mereka siapa?" "Entahlah aku pun tidak mengenal mereka!” Ungkap Conan.
Seiring berjalannya waktu Clarisa Shen sudah beradaptasi dengan lingkungan tempat kerja. Dia mendapatkan teman dan juga mendapatkan promosi karna kinerja nya bagus. Semua yang didapatkan adalah hasil kerja kerasnya, namun di tempat kerja, di mana pun tetap ada yang suka dan tidak suka kepadanya, mereka memujinya di depannya, dan memakinya dibelakang-Nya. Itu sudah biasa terjadi kepada Clarisa Shen, karna Clarisa Shen Selain penampilannya yang menarik dia pun sangat cantik, dan juga seorang pekerja keras. Bahkan manajer pemasaran dan Manajer desainer, sangat menyukai Clarisa Shen karena kinerja nya yang detail dan bagus. Sehingga membuat karyawan wanita yang lain iri terhadap kesuksesan Clarisa Shen. Saat Clarisa Shen pulang dia tidak melihat kedua putranya dirumah, dia pun menelepon Christian. Dia berkata. “Nak kenapa kalian belum kembali?” "Aah, aku lupa memberitahumu ibu, bahwa aku dan Conan sedang bekerja lembur hari ini.” “M
Kabar kematian Conan sudah tersebar pada keluarga maupun para sahabat Lukas. Bahkan Yo Han yang menghilang sejak setahun lalu pun mendengar kabar tentang putra sulung Tuan muda Jiang yang meninggal. Yo Han begitu kaget saat mendapat pesan dari salah satu orangnya yang mengatakan bahwa Putra sulung Lukas meninggal. Yo Han segera naik jet pribadinya untuk sampai ke Jincheng, sedangkan yang lainnya sudah berdatangan ke rumah duka. Lukas terduduk lemah di depan Altar ia bagaikan mayat hidup Lukas kehilangan gairah hidupnya. “Bagaimana dengan Clarisa apa dia sudah tahu tentang kabar Conan?” Joana begitu khawatir tentang mental Clarisa. “Lukas belum memberi tahunya, lagi pula Clarisa masih tidak sadarkan diri setelah menjalani operasi.” Sahut Gerald. “Aku tidak tahu bagaimana perasaan Lukas saat ini yang jelas itu sangatlah menyakitkan.” Raymond menatap iba pada Lukas yang terus memberi hormat pada setiap pelayat. Gerald mengedarkan pandangannya ia
2 bulan penuh Conan berada di rumah sakit, Conan sendiri lebih tahu tentang kondisi tubuhnya ketimbang orang lain. Ia tetap berusaha seceria mungkin dan sesering mungkin ia tersenyum dan tertawa walau hanya gurauan yang garing. Ia terlihat lebih menikmati hidupnya. Conan di pulangkan karena ia ingin tinggal dan dirawat di rumah. Semua orang di mansion menyambutnya, kebahagian mulai menyelimuti keluarga Lukas karena Clarisa juga tengah mengandung anak ketiga Lukas. Orang-orang begitu bahagia begitu pula dengan Conan dan Christian yang akan menjadi calon kakak bagi adiknya saat lahir kelak. “Betapa beruntungnya dia saat lahir nanti sudah memiliki dua Kakak yang sangat tampan dan bisa diandalkan. Aku sangat iri padamu.” Ucap Joana saat berada di mansion. Clarisa hanya tersenyum tipis jika mengingat Conan yang mungkin tidak akan sempat melihat adik kecilnya lahir ke dunia. Lukas masih terus berusaha mencari-cari rumah sakit di luar negeri yang bisa menyembuhkan C
Di depan ruang IGD semua orang menunggu dengan cemas, saat dibawa ke rumah sakit Conan sudah kehilangan kesadarannya. Christian masih shock dengan apa yang menimpa Conan tubuhnya yang basah membuatnya menggigil. Karena terburu-buru mereka melupakan Athes dan juga Christian yang dalam keadaan basah kuyup. “Anakku, tidak apa-apa. Conan pasti baik-baik saja.” Clarisa mendekap Christian dengan rasa takut yang menyelimuti hatinya. “Sebaiknya kalian berdua berganti pakaian, Jay sudah membawakan pakaian ganti untuk kalian. Pergilah.” Athes dan Christian dibawa pergi oleh Jay sementara Lukas dan Clarisa amasih menunggu kabar tentang Conan. Kaca-kaca yang ada di mata Clarisa pecah begitu saja menyisakan luka bagi Lukas. “Apa ini akhirnya?” Clarisa bertanya dengan terbata-bata. “Berhenti bicara yang tidak-tidak. Kita belum tahu persis keadaannya. Jangan pesimis seperti itu pada hidup Putra kita.” Dokter yang bertugas di IGD datang menghampiri ke
Satu tahun setelah pernikahan Gerald dan Joana keduanya hidup bahagia bersama dengan malaikat kecilnya yang telah mengisi hari-hari keduanya. Suasana rumah Gerald begitu hangat kala suara tangis memenuhi seisi rumah. Walau Gerald sibuk dengan urausan pekerjaan ia tidak pernah mengabaikan putrinya yang belum genap setahun itu. Hari demi hari berlalu dengan begitu cepat tak terasa sudah satu tahun sejak Conan menjalani kemoterapinya. Bukannya semakin membaik kondisi Conan malah memburuk. Kanker yang awalnya stadium 2 kini telah menjadi stadium 3 semakin tipis harapan Conan untuk sembuh sepenuhnya. Clarisa sudah pasrah akan kondisi putra sulungnya setiap malam ketika tak ada seorang pun di kamar ia akan menangis hingga larut malam sampai Lukas pulang ke mansion. Christian yang selalu ceria kini berubah menjadi pendiam ia tak lagi banyak bicara, terkadang ia juga sering menangis di halaman belakang menangisi Conan yang tidak pernah sembuh. Setiap kali ia teringat bagaima
Gerald terdiam membeku ia bagaikan disambar petir di siang bolong saat mendengar pengakuan Joana gelas anggur yang ada di tangannya bahkan lepas dan terjatuh hingga pecahannya bertebaran dimana-mana. Gerald berdiri dari duduknya ia menatap Joana dengan penuh arti sedangkan Joana sendiri hanuya mampu menundukkan kepalanya ke bawah ia takut akan kenyataan jika Gerald tidak menerima kehadiran dah dagingnya sendiri.Hal yang selalu ditakutkan olehnya itu tidak pernah terjadi. Kaca-kaca di dalam mata Gerald telah menggenangi bola matanya yang coklat ia setengah berlutut sembari memegang tangan Joana.“Apa yang kau katakan itu benar adanya?”“Apa kau sedang mengandung anakku?”“Kau tidak bercanda bukan?” Gerald bertanya penuh pengharapan pada jawaban Joana.“Ya, aku mengandung Anakmu.” Ucapnya pelan.Ekspresi Gerald tidak terduga ia begitu bahagia kala mendengar kabar itu. Ia bahkan berjingkrak
Di pagi hari yang cerah Joana terbangun di dalam kamarnya, ia meraih bungkusan kecil dan membawanya masuk ke toilet dengan perasaan deg-degan Joana memberanikan dirinya untuk memeriksa dirinya sendiri. Joana membuka bungkusan test pack dengan tangan gemetar ia memasukannya dalam tempat yang sudah menampung urine nya sendiri. Belakangan ini Joana selalu merasa mual tiap pagi hari, ia juga tidak mendapatkan menstruasinya sudah dua bulan ini ia sedikit cemas. Joana memejamkan matanya ia sedikit takut dengan hasilnya, perlahan ia membuka matanya dan terlihat dengan jelas di alat tes kehamilan itu menunjukkan dua garis merah yang artinya dia positif hamil. Joana tentu saja bergembira akan hal itu namuan, sedetik kemudian ia kembali terdiam. Dirinya tidak tahu bagaimana reaksi Gerald setelah ia tahu bahwa dirinya telah mengandung darah dagingnya. “Bagaimana ini? Aku takut mengatakannya.” Joana berpikir cukup keras tentang apa yang harus ia katakan pada Gerald.
Selepas bersedih Lukas dan Clarisa turun secara bersamaan menuju meja makan karena sudah waktunya sarapan. Conan dan Christian sudah kembali dalam keadaan yang semula seakan tidak ada yang terjadi hanya mata sembab Christian yang tidak bisa berbohong. Dari arah lain Athes masuk menuju ruang tamu dengan membawa obat-obatan yang harus diminum oleh Conan ia meletakannya di meja ruang tamu tampak pemandangan yang sedikit menyakitkan bagi yang melihatnya. "Ayo, makanan sudah siap!" Lukas mengajak semua orang untuk menuju meja makan. Di sana telah banyak hidangan dari mulai makanan pembuka hingga makanan penutup ada di atas meja. Aroma masakan yang tercium semakin membuat orang menjadi lapar kala menghirupnya. Semua orang mulai berjalan menuju meja makan untuk menikmati hidangannya. “Makanlah yang banyak.” Lukas menaruh lauk pada mangkuk kedua putranya tanpa ada yang dibedakan. Christian tersenyum saat menerima lauk yang diberikan oleh ayahnya.
Hari telah berganti menjadi malam sepanjang perjalanan menuju mansion Conan hanya memejam kan matanya. Ia sudah terlalu lelah hari ini Lukas memandangnya dengan tatapan sendu. Sesampainya di mansion Clarisa telah menunggu kedatangan mereka berdua bersama Conan. Terlihat juga Athes ada di ruang tamu menemani Christian. “Apakah tidur?” Clarisa menghampiri Conan. Ia mengangkat sedikit kupluk yang menutupi wajahnya benar saja Conan sudah tertidur. “Ayah,” Christian berhambur memeluk pinggangnya. Lukas melihatnya dengan mengulas senyum hangat. “Bersabarlah, Ayah akan menidurkan Conan lebih dulu. Baru menemnimu sebentar.” Lukas mengusap puncak kepala Christian kemudian berlalu menuju lantai dua dimana kamar Conan berada. “Ibu,” Christian beralih memandang pada Clarisa yang berdiri. Clarisa segera menghampiri Christian ia berusaha menenangkannya. “Tidak apa-apa, Conan hanya kelelahan saja besok pagi ia akan bangun seperti biasanya.” Mendengar
Lukas berjalan dengan anggun menuju tempat Conan berada raut wajah yang tadinya tidak baik itu seketika berubah saat Conan mengulas senyum hangat padanya. Wajah pias itu masih kentara di antara senyum yang menghiasinya. Lukas semakin mendekati keberadaan Conan. Ia setengah berlutut di hadapan Conan. “Apakah sudah lebih baik?” “Eng,” Conan menganggukkan kepalanya pelan sebagai balasan dari pertanyaan Lukas. “Lalu apa kau masih ingin pergi memotong rambutmu?” Lukas kembali bertanya dengan suara yang sedikit bergetar. Senyum hangat itu kembali muncul di wajahnya tangan kecilnya menyentuh pipi Lukas terasa lembut dan begitu dingin saat disentuh olehnya, Lukas menatap matanya yang sendu. “Dingin sekali?” “Aku hanya sedikit kedinginan saja Ayah, tidak perlu dikhawatirkan!” Conan beranjak dari duduknya ia mencoba mencoba menarik tangan besar Lukas agar segera menuju tempat dimana ia akan memotong rambutnya. Lukas menguatkan hatinya lalu mengikuti kem