Gery yang sudah berada di ruang kerjanya, tampak berulangkali melirik jarum jam pada arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. Ia juga berulangkali melirik pintu masuk, menunggu Eve datang, namun, setelah satu jam berlalu, Eve tak kunjung datang. “Ke mana, Eve? Kenapa sudah lewat satu jam, dia belum juga datang?” Gery lalu menghubungi Eve. Namun, nomor Eve tak bisa dihubungi. Gery mulai khawatir dibuatnya. “Eve, kau di mana? Kenapa nomormu tidak bisa dihubungi?” gumam Gery, sambil kembali menghubungi Eve.Suara ketukan pintu, mengalihkan perhatian Gery. Ia pikir, itu Eve, tapi ternyata, yang masuk adalah Arnold. “Selamat pagi, Pak Gery,” sapa Arnold.“Ada apa?” tanya Gery, datar.“Saya diminta Eve, untuk menghandle pekerjaannya selama dia cuti,” kata Arnold.“Cuti?” Gery mengerutkan kening. “Maksudmu, Eve pergi cuti?” Ia kembali bertanya untuk memastikan, pendengarannya tidak bermasalah.“Iya, Pak. Eve mengambil cuti, kemarin,” jawab Arnold. “Memangnya, Eve tidak memberitahu Bap
Sebuah mobil jeep berhenti di depan kafe. Di sana sudah menunggu seorang wanita cantik mengenakan kacamata hitam. Wanita itu gelisah, sesekali melihat sekeliling memastikan seseorang yang ia tunggu datang tepat waktu.Begitu melihat seorang pemuda keluar dari mobil, wanita itu segera menyambutnya.“Kenapa lama sekali, Clark? Aku hampir kering menunggumu.” Wajah wanita itu, Cheryl begitu kesal, terlihat dari bibirnya yang mengerucut. Sudah cukup lama ia menunggu, dan pemuda itu mengatakan sudah di perjalanan sejak satu jam lalu.“Maaf, Anda tahu jalan ke arah sini selalu macet, bukan?” Clark menjawab sambil menampakkan senyumnya.“Kamu sudah membuang waktuku sekarang mana barang yang aku minta.” Cheryl membuka kacamatanya. Wajah cantik dengan tulang pipi tinggi dan tubuh proporsional itu semakin terlihat menawan di bawah siraman cahaya mentari yang di musim semi. ”Tenang saja, saya sudah melakukan seperti yang Anda minta, Nona Cheryl.” Clark membawa amplop besar berjalan lebih dekat d
Gery mengarahkan mobilnya ke tanjakan, lokasi di mana perempuan penjual cenderamata itu menunjukkan arah. Matahari bersinar menyentuh hampir semua bagian bumi di area wisata Costa Roya, desa wisata tempat asal nenek Eve.Dari jauh Gery melihat area itu cukup sepi. Ia tidak melihat siapa-siapa di sana.“Sepi sekali seperti tak ada kehidupan,” batinnya sambil mamarkir mobil di area parkir yang disediakan.Ia turun dari mobil, matanya mencari keberadaan Eve. Jauh di ujung sana ia melihat sebuah bangunan yang cukup besar. Suara tawa berderai mampir di telinganya.“Rupanya aku salah parkir, aku coba cari ke sana,” gumamnya kembali ke dalam mobil. Jalan menanjak itu masih belum menemui ujungnya. Sedikit berbelok, Gery akhirnya tiba di depan bangunan besar dengan atap tinggi. Bangunan induk itu masih memiliki bangunana-bangunan kecil mirip gazebo. Beberapa pengunjung sedang bersantai sambil menikmati makanan dan minuman. Gery berjalan menyusuri satu demi satu bangunan kecil dan berharap
Langit sudah menggelap, mentari pun telah terbenam berganti sinar rembulan yang indah. Dua insan yang tengah di mabuk asmara itu pun duduk di balkon rumah sembari menikmati secangkir teh hangat. “Aku tidak menyangka kalau kamu akan datang jauh-jauh dari New York ke sini,” ungkap Eve.“Aku juga tidak menyangka kalau aku akan sejauh ini hanya karena takut kehilangan seorang perempuan,” jawab Gery jujur. Ia menatap lamat perempuan di depannya.Eve tersipu mendengar kalimat itu, memang tidak seromantis yang ia bayangkan, tetapi hal ini cukup membuat suasana hati Eve menghangat.“Benarkah itu? Kamu ke sini hanya takut kehilanganku? Atau memang kamu takut tidak ada yang mengurusmu di kantor?” tanya Eve. Dia tidak mau pria itu tahu kalau ia tersanjung akan jawaban Gery.“Tentu tidak Sayang. Aku sama sekali tidak keberatan dengan keinginanmu untuk cuti sementara waktu, karena aku pun paham semua ini tidak mungkin semudah itu untuk kamu terima,” balas Gery. Ia sama sekali tidak sedang menggom
“Cukup!” teriak Eve.Eve berlari kecil menghampiri para bodyguard Gery yang masih mengamuk pada Clark, saat melihat kedatangan Eve mereka langsung mengalihkan pandangan dan membanting tubuh Clark ke tanah.“Baik Nona!” serempak mereka.“Siapa yang menyuruh kalian melakukan kekerasan di depan rumah nenekku?!” tanya Eve garang.“Maaf Nona,” ujar Robert, pemimpin para bodyguard Gery.“Aku bertanya, jawab! Siapa yang mengizinkan kalian bertindak semena-mena di sini?!” bentak Eve.“Maaf Nona, tapi kami diperintahkan oleh Tuan Gery agar tidak membiarkan pria ini berada di dekat Anda. Juga harus menjauhkannya dari Anda, jika dia tetap memaksa maka kami harus melakukan tindakan keras. Itu yang sedang kami lakukan Nona,” jawab Robert lugas.“Apa dia berada di dekat aku tadi?” tanya Eve berjalan mendekati Robert.“Tidak, Nona.”“Lalu? Apa alasan kalian melakukan semua ini?!” tanya Eve tajam.“Dia terus memaksa masuk ke rumah dan menemui Anda, padahal kami sudah memperingatkan jika Anda sedang t
“Tunggu dulu Sayang, ak–Sayang?” panggil Gery, tetapi sambungan telepon sudah benar-benar terputus. “Sial!” rajuk Gery.Gery membanting pot bunga yang ada di hadapannya dengan kencang, ia benar-benar marah pada Cheryl. Ya, karena semua ini pasti rencana perempuan itu, karena tidak berhasil membuat Gery dan Eve salah paham makanya ia memanfaatkan kepolosan Eve untuk membuat mereka semakin jauh.“Apa sebenarnya yang diinginkan perempuan itu? Mengapa dia ingin sekali mengacaukan hubunganku!” teriak Gery frustrasi.Arnold yang berada di sebelah Gery hanya bisa menunduk takut, ia juga tidak berani mengatakan sesuatu, tetapi Arnold pun tidak tega melihat keadaan Gery seperti ini.“Kamu dengar apa yang Eve katakan tadi Arnold? Dia menyuruhku untuk tidak mengganggu Clark! Padahal jelas-jelas pria itu adalah orang suruhan Cheryl!” seru Gery sembari mengacak rambutnya. “Aku harus bagaimana? Kalau Eve terbujuk oleh rayuan manis Clark lalu ... tidak! Aku tidak akan membiarkan hal itu!” sambung Ge
Setelah mengumpulkan semua bukti yang Gery dapatkan, Robert kembali ke rumah Nyonya Emily dan meminta izin untuk berbicara Eve, awalnya gadis itu menolak dan menyuruh Robert serta para bodyguard yang lain pergi dari rumah neneknya, akan tetapi Robert tidak menyerah begitu saja.“Maafkan saya atas tindakan kami yang berbuat seenaknya tanpa izin darimu Nona, tetapi mohon izinkan saya menyampaikan sebuah berita penting. Jika memang berita ini tidak penting bagi Nona, maka tanpa menunggu lagi kami akan segera angkat kaki dari rumah ini dan tidak akan muncul di hadapan Nona lagi,” ungkap Robert.Eve menatapnya penuh selidik, mengapa Robert sangat bersikeras? Berpikir sebentar, akhirnya Eve memutuskan. “Baiklah aku akan mengizinkanmu mengatakannya, tapi jika itu berita tidak penting maka enyahlah dari hadapanku!” putus Eve.“Terima kasih atas kesempatannya Nona. Saya tidak ingin banyak berbicara, tolong lihatlah semua ini. Ini bukti yang sudah Pak Gery kumpulkan tentang Clark yang selama in
Sekembalinya Eve dan Gery dari New York, Oma berinisiatif untuk menemui keluarga Eve sambil makan malam di salah satu restoran ternama di kota New York. Keputusan itu dia ambil agar permasalahan kemarin tidak terjadi lagi di masa depan atau menjadi salah paham.Pukul tujuh malam, rombongan keluarga Eve mendatangi tempat yang telah dijanjikan. Sebuah restoran berlantai dua dengan hiasan pohon-pohon kecil ditaruh di pot. Lampu-lampu gantung bersinar menyemarakkan malam seperti kunang-kunang. Saat turun dari mobil taksi, semua mata tertuju pada Eve. Bibir berhias lipstik nude itu menampakkan kealamian. Tak lupa hiasan manik-manik di gaun yang dia kenakan sangat serasi.Semua mata tertuju pada Eve. Tentu saja orang yang memilih gaun itu adalah Gery. Saat menatapnya untuk pertama kali di butik kepercayaan keluarganya, dia langsung membayangkan betapa cantik dan indah jika pakaian itu dikenakan oleh Eve.Semula Eve menggeleng saat melihat motif yang Gery inginkan. Namun, karena Gery mengata