Naya berlari menyusuri koridor sekolah menuju kelas nya, hari ini dia terlambat bangun dan sialnya dia juga tertinggal bus sehingga membuatnya terlambat. Sepanjang Perjalanan dia terus berdoa agar guru gilanya itu belum masuk ke kelasnya. Hingga saat sudah sampai didepan kelas nya, gadis itu langsung membuka pintu yang ternyata sudah tertutup rapat. Matanya membulat sempurna tat kala melihat guru gilanya sudah berdiri tepat didepan pintu seolah sedang menyambut dirinya.
"P-pak arka? Hosh hosh," lirih Naya sambil berusaha mengatur nafasnya yang masih tidak beraturan akibat berlari tadi.
"Kamu terlambat 1 menit 3 detik, Nayena Lim," ucapan seseorang yang biasa di panggil pak Arka itu mampu membuat Naya melongo.
Astaga, hanya 1 menit tapi sudah dibilang terlambat. Memang gila gurunya ini.
"Maaf pak tadi saya tertinggal bus."
"Kamu tahu bukan kalau aku tidak suka orang yang tidak ontime? Keluar dari kelas, lari keliling lapangan 5x setelah itu temui aku di ruangan ku."
"Lapangan basket ?"
"Lapangan utama."
"Apa ?!!"
,,,,,,,,,,,
Naya sudah hampir pingsan setelah mengelilingi lapangan utama sebanyak 5x, gila saja lapangan ini benar-benar besar dan guru gila itu dengan seenaknya menyuruhnya mengelilingi lapangan sebanyak 5x.
Belum sempat menarik napas, ada salah satu murid yang datang menghampirinya. Murid itu menyuruhnya untuk datang ke ruangan pak Arka sekarang juga. Tidak ingin mendapat hukuman lagi, Nayapun langsung melangkahkan kakinya menuju ruangan guru gilanya.
Setelah mengetuk pintu beberapa kali, akhirnya terdengar suara dari dalam ruangan yang menyuruhnya untuk masuk. Dengan ragu Naya pun membuka pelan pintu itu sebelum melangkahkan kakinya masuk kedalam ruangan bak neraka itu. Jangan heran kenapa Naya menyebut ruangan guru gila nya itu ruangan neraka, itu karena setiap kali dia masuk ke ruangan itu, pasti akan terjadi hal yang menyeramkan bagi nya.
"Bapak memanggil saya ?"
"Hmm duduk lah."
Naya mendudukan dirinya didepan guru gila nya itu, sedangkan gurunya itu masih sibuk dengan menandatangani buku entah apa.
"Kamu sudah..." ucapan pak Arka terhenti begitu saja saat melihat penampilan Naya sekarang, keringat yang membanjiri pelipis hingga leher gadis itu mampu membuat pria itu diam seketika.
"Sial kenapa dia begitu sexy dengan keringatnya."
"Astaga sadar Arka sadar. Kamu tidak boleh menerkamnya disini." batin pria itu.
"Pak, ada apa?" tanya Naya berhasil membuat gurunya itu sadar dari pikiran kotornya itu.
"Ekhem. Kamu tahu bukan jika kamu sudah melanggar peraturan?"
"Iya pak, saya tahu."
"Kamu harus menerima hukuman," ucap pak Arka dengan seringainya, membuat Naya langsung terkejut bukan main.
"H-hukuman? Bukankah saya sudah menjalani hukuman lari keliling lapangan?"
"Tidak, bukan itu hukumannya."
"Apa? J-jadi ada hukuman lain? Pak, saya hanya terlambat 1 menit dan sudah mendapat hukuman seberat itu. Sekarang bapak masih mau menghukum saya?"
"Itulah akibatnya jika kamu terlambat. Jadi kamu jangan pernah melanggar aturan sekolah lagi Nayena Lim, apalagi jika itu berurusan denganku."
,,,,,,,,,,"Naya! Ya ampun aku dengar tadi kamu telat di jam pelajaran pak Arka?" tanya Jihan menghampiri Naya di kantin bersSina dan Dahya.
"Diamlah dulu aku masih lelah."
"Ckk ini minum dulu. Kamu habis dihukum apasih sampai secapek itu," tanya Dahya sambil menyerahkan sebotol minuman dingin padanya.
Naya meneguk minumannya secara brutal, gadis itu terlihat seperti tidak minum selama berhari-hari. "Dia benar-benar guru gila. Bagaimana bisa aku sudah dihukum lari keliling lapangan utama ditambah hukuman harus membantunya mengoreksi lembaran ulangan kelas 1."
"Apa? Kamu serius? Memangnya kamu telat berapa jam?"
"Hanya 1 menit."
Sontak ketiga teman Naya itu langsung berteriak kaget. Yang benar saja, hanya telat 1 menit tapi sudah di hukum seberat itu.
"Gila kan? Ckk, dia pantas mendapat julukan guru gila."
Jangan heran kenapa pak Arka memberi hukuman tambahan untuk Naya, itu karena pria itu ingin lebih lama berada didekat Naya apalagi ditambah melihat penampilan gadis itu tadi. Ckk dia memang guru mesum, tapi jangan berfikir jika dia mesum pada semua orang. Itu hanya berlaku untuk 1 murid kesayangannya saja, Yaitu Nayena Lim.
,,,,,,,,,, "Ayo Arka, fokuslah! Kamu harus fokus.""Kamu pasti bisa fokus. Oke mari kita mengerjakan ini."
"Arghhh kamu benar-benar membuatku gila Nayena Lim!" teriak Arka frustasi. Bahkan sampai apartment nya pun pria itu masih terbayang dengan penampilan Naya tadi. Memang benar-benar gila, sepertinya dia sudah sangat menyukai murid kesayangannya itu.
Jangan berfikiran Arka seorang pedofil, Naya berumur hampir 18 tahun sedangkan dirinya 23 tahun jadi tidak terlalu jauh perbedaan umur mereka. Dan jika kalian bertanya kenapa diumur 23 tahun Arka sudah menjadi guru? Alasannya karena dia terlalu pandai ditambah sekolah ini adalah milik kakeknya.
,,,,,,,,,,,,
"Apa? Pindah sekolah? Astaga Naya, Apa kamu gila?""Aku masih waras, bu."
"Lalu kenapa kamu tiba-tiba minta pindah sekolah? Kamu pikir ibumu ini konglomerat? Kita makan saja susah. Kamu bisa sekolah itu sudah bagus. Kamu juga sudah kelas 3 sebentar lagi lulus dan jika kamu pindah sekolah bagaimana dengan biayanya?"
"Itu bisa pakai tabunganku."
"Tidak! Tabungan itu untuk kuliahmu nanti. Sudahlah jangan bicara yang tidak-tidak. Sekarang cepat bantu ibu menyiapkan jualan kita," ucap sang ibu Naya sebelum pergi meninggalkan anaknya itu ke dapur untuk menyiapkan jualannya.
"Ckk, ibu tidak tahu saja anaknya ini selalu terancam disekolah karena guru gila itu."
,,,,,,,,,,,
Keesokan harinya Naya sengaja bangun lebih pagi agar tidak terlambat ke sekolah. Cukup sekali saja dia berurusan dengan guru gila nya karena terlambat ."Huff bus nya mana sih kenapa ga datang datang," gadis itu melirik jam tangannya. masih ada setidak nya 30 menit sebelum masuk sekolah tapi tetap saja dia panik karena bus yang biasa dia tumpangi tidak kunjung datang.
Hingga tak lama kemudian ada sebuah motor sport yang berhenti didepannya. Betapa terkejutnya gadis itu saat melihat siapa orang dibalik helm itu tadi.
"Naya? Kamu ga berangkat kesekolah?"
"J-juna?"
Juna prawira, ketua kelas sekaligus orang yang sejak dulu Naya sukai. Suka dalam diam lebih tepat nya karena Juna sudah memiliki kekasih.
"Kamu kenapa masih disini? Nggak berangkat ke sekolah?"
"Hmm a-aku. Aku sedang menunggu bus."
"Menunggu bus? Kamu tidak melihat berita pagi tadi?"
"Berita? Berita apa?"
Tentu saja Naya tidak sempat melihat berita tv, dia bangun terlalu pagi untuk membantu ibu nya setelah itu bersiap ke sekolah agar tidak terlambat.
"Semua supir bus mogok bekerja karena sedang demo."
"Apa? J-jadi bus nya tidak akan lewat?"
Juna hanya mengangguk.
"Astaga, aku bisa telat lagi nanti. Masa iya aku berlari ke sekolah," gumam Naya meratapi nasibnya yang sudah pasti akan mendapat hukuman seperti kemarin.
"Bareng aku saja."
Hampir saja Naya berteriak karena mendengar apa yang baru saja Juna katakan. Berangkat bareng Juna? Juna ngajak bareng? Apa ini mimpi? Pikirnya.
"Ayo bareng aja gausah banyak mikir daripada nanti kamu telat."
"T-tapi aku nggak bawa helm."
"Tenang aja, aku tahu jalan tikus. sudah cepat naik."
Naya mengangguk, belum sempat naik ke atas motor, Juna sudah menahannya dan membuat gadis itu kebingungan.
"Kamu pakai jaketku buat mutupin pahamu. Hehe aku akan sedikit ngebut jadi takut keliatan."
"Jangan salah paham,Nay. Aku beneran cuman gamau..."
"Iya iya aku ngerti kok. Thanks ya."
"Pegangan ya aku bakal ngebut."
Tanpa sadar sedari tadi ada seseorang yang memperhatikan mereka dari dalam mobilnya. Arkana Bimantara, yang tadinya tak sengaja melihat Naya ingin menawari tumpangan namun sudah keduluan dengan Juna.
Sejak tadi pak Arka tidak bisa fokus mengajar karena melihat Naya dan Juna. apalagi setelah kejadian tadi pagi. Ada perasaan tak suka di hati nya melihat mereka berdua dekat. "Maaf pak jadi hari ini kita belajar apa ya?" tanya salah satu murid karena sedari tadi pak Arka belum memberi mereka soal ataupun menjelaskan pelajaran. "Tidak ada." jawab nya dingin. "Maksud bapak? Free class?" "Hari ini terserah kalian mau ngapain asal jangan ada yang berisik atau keluar kelas." Seketika semua murid bersorak Senang. Biasanya setiap pelajaran pak Arka pasti akan terasa mencekam tapi kali ini berbeda. "Maaf pak, menurut saya itu akan membuang waktu jika tidak melanjutkan pelajaran." sahut Juna. Sebagai ketua kelas Juna merasa kurang setuju dengan ide gurunya itu. "Tidak ada yang meminta pendapatmu." balas Arka sambil menatap Juna tak suka. "Maaf pak bukannya saya lancang, tapi..." "Kamu bisa belajar di perpustakaan jika tidak ingin merasakan free class kali ini." Sahut pak Arka sebelum J
Saking fokus nya belajar bersama, Naya dan Juna sampai tidak sadar bel pulang sekolah sudah berbunyi beberapa menit yang lalu. Ngomong;ngomong jam pelajaran terakhir kosong jadi mereka bisa belajar di perpustakaan. "Tuhkan bener udah sepi," ujar Naya setelah keluar dari perpustakaan bersama Juna. "Aku nggak denger bel pulang tadi,Nay." "Jihan pasti udah pulang deh. Terus Aku pulang nya gimana," gumam gadis itu meratapi nasib sial yang kembali menghampirinya. "Bareng Aku aja." Sahut Juna berhasil membuat gadis itu langsung menoleh kearahnya. "Beneran gapapa? Nggak ngerepotin kamu?" "Nggak lah. Lagian tadi Kamu berangkat bareng Aku jadi pulang bareng juga sekalian." "Yaudah deh boleh daripada jalan kaki hehe." Belum sampai di parkiran, langkah mereka harus terhenti saat mendengar suara seseorang memanggil nama Juna. "Loh Yuna kamu belum pulang ?" "Juna Aku pulang bareng Kamu ya? Supir ku nggak bisa jemput." Gadis yang baru saja memanggil Juna itu adalah Yuna, kekasih Juna. gad
"Besok aku jemput ya?" "Maaf Pak, sebaiknya bapak jangan dekat-dekat dengan Saya. Saya tidak enak jika nanti ada murid yang lihat," ucap Naya saat sudah sampai didepan rumah nya. "Kenapa kamu harus peduli?" "Maaf Pak saya harus masuk sekarang," Sahut Naya langsung masuk kedalam rumah nya sebelum pak Arka menahannya. ,,,,,,,,, Keesokan harinya, di jam pertama pelajaran nasib sial rupanya sudah menghampiri Naya. Gadis itu terus bergerak gelisah membuat Juna yang duduk dibelakangnya kebingungan. "Kamu kenapa. Nay?" tanya Juna. "Juna, buku tugasku ketinggalan dirumah," bisik Naya dengan wajah panik nya. Oh ayolah pagi ini dia harus mengumpulkan tugas dari Pak Arka. Kalian pasti tahu kan bagaimana nasib nya jika tidak mengumpulkan tugasnya? "Selamat pagi anak-anak." Jantung Naya seakan berhenti saat itu juga setelah melihat kedatangan Pak Arka. "Kumpulkan tugas yang sudah Saya berikan kemarin," perintah Pak Arka dengan nada dingin dan juga tegas membuat detak jantung Naya semakin
Naya menegang ditempat saat mengetahui jika guru gila yang sedang ia hindari sudah berdiri tegak didepannya. "Kamu mau kabur kemana lagi? Mau menghindariku lagi, hmm?" "T-tidak Pak. Saya Hmm Saya.." "Saya apa? "Ayo Naya Kamu harus berfikir sekarang." "Kamu pikir Kamu bisa kabur dariku? Kamu pikir Kamu bisa bersembunyi dari ku ?" "S-sebenarnya bapak ingin apa ?" tanya Naya takut. "Aku ingin apa ? Hmmm... bagaimana jika Aku bilang aku ingin Kamu?" tanya pak Arka dengan nada dinginnya membuat Naya semakin ketakutan. "Kamu salah bertanya Naya, aaa bodoh," batin gadis itu merutuki apa yang baru saja ia tanyakan. "Kamu bertanya aku ingin apa, dan Kamu juga sudah mengetahui jawabannya. Jadi..." "Ah bapak kepala sekolah kembali lagi ?" Pak Arka langsung menoleh kearah pandang Naya, detik itu juga pria itu melihat Naya yang sudah berhasil Lari kabur dari nya. "Nayena Lim !!!!" teriaknya penuh Amarah karena berhasil tertipu. ,,,,,,,,,, Naya berlari sekencang mungkin menuju kelas ny
Hari ini sekolahan mengadakan acara camping selama beberapa hari kedepan. Semua siswa kelas 12 diwajibkan untuk mengikuti acara itu. "Aku duduk dengan Sina!" teriak Dahya memilih tempat duduk ditengah. Naya menghela nafasnya bingung memilih tempat duduk, Jihan tidak mengikuti acara camping karena sakit, sedangkan Dahya duduk dengan Sina dan otomatis dia tidak mempunyai teman tempat duduk. "Coba cari teman sekelasmu Nay. Pasti ada yang mau duduk denganmu." Sangat mustahil Naya mendapat teman tempat duduk apalagi dengan teman sekelasnya. Bahkan hampir semua teman cewek di kelasnya membencinya karena dia dekat dengan pak Arka, guru dambaan semua murid. "Loh Naya kok masih berdiri? Kamu duduk dimana?" tanya Yuna yang baru saja naik kedalam bus bersama Juna. "Hmm aku.." "Naya duduk denganku." "Pak Arka?" "Ayo Nay duduk." "Tapi Pak..." "Kamu mau berdiri sampai tempat tujuan? Bus sudah akan berangkat." Belum juga mendapat jawaban dari Naya, Pak Arka sudah mendorong tubuh gadis itu
Naya mendudukkan dirinya dibawah pohon setelah lelah mencari jalan keluar. Tadinya gadis itu hanya ingin berjalan-jalan disekitar tenda, Namun tiba-tiba dia melihat kupu-kupu sangat indah yang membuatnya tanpa sadar berlari mengikuti kupu-kupu itu hingga tersesat seperti sekarang . "Aku lelah. Aku harus jalan kemana lagi." KRIEK..... Dengan cepat gadis itu menoleh saat mendengar suara sesuatu, daun yang berada tidak jauh dari nya tiba-tiba saja bergerak. "Apa itu? Angin? Tapi jika angin kenapa hanya pohon itu yang bergerak," gumamnya. "Bagaimana jika hewan buas ?" Naya langsung berdiri tegap, matanya tak lepas menatap daun -daun yang masih bergerak semakin kencang. Hingga beberapa detik kemudian suara teriakannya keluar begitu saja setelah melihat seekor hewan entah apa itu keluar dari daun-daun yang bergerak tadi. Naya berlari cepat, tidak peduli jika kakinya benar-benar sakit karena terlalu lelah. Tanpa di sangka ternyata hewan itu mengikuti nya yang berlari membuat naya terus m
Waktu sudah menunjukkan pukul 5 pagi. Pak Arka dan Naya memutuskan untuk kembali mencari jalan keluar. "Pak, saya bisa jalan sendiri." ucap Naya saat pak Arka sudah duduk didepan nya, meminta Naya agar naik keatas punggung nya. "Kakimu masih sakit, Nay." "Tapi lengan bapak juga sakit." "Kamu mau naik ke punggungku atau aku gendong didepan seperti koala?" Naya tahu ini pilihan yang harus dipilih, dengan berat hati akhirnya dia naik keatas punggung pak Arka. "Pegangan nanti jatuh." "Bapak yakin lewat sini?" tanya Naya ragu. Sudah lebih dari 10 menit mereka berjalan namun belum menemukan tanda tanda jalan keluar. "Kamu meragukanku ? Lihat itu." Naya menoleh kearah tunjuk pak Arka, di tanah terdapat banyak tanda yang sengaja dia buat semalam saat mencari Naya agar memudahkannya untuk kembali. Semalam dia tidak bisa melihat tanda nya karena gelap jadi itulah alasan kenapa semalam mereka tersesat kembali. Pak Arka terus berjalan mengikuti petunjuk itu, keadaan benar-benar hening, h
Sejak tadi Naya berpura-pura fokus pada kertas ulangannya karena pak Arka tidak berhenti menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan. Biasanya pak Arka selalu mengganggunya saat mengajar, seperti menyuruh nya mengerjakan tugas didepan kelas atau sekedar menyebut namanya ditengah aktifitas mengajar nya. Namun kali ini sedikit berbeda, bahkan sejak 1 jam yang lalu pak Arka memantau ulangan, dia belum menyebut nama murid kesayangannya itu sekalipun. dia hanya diam memandang tanpa mengeluarkan suara apapun. "Waktu kalian tinggal 15 menit lagi. Koreksi jawaban kalian dengan teliti karena saya tidak akan memberi tambahan waktu jika kalian salah megerjakan atau belum menulis nama," Seru Pak Arka. "Naya, Stt." panggil Juna pelan. "Kenapa?" "Boleh pinjam bolpoin kamu? Punyaku mati." Naya mengambil salah satu bolpoin dari tempat nya lalu memberikannya pada pria itu. "Thanks, Nay," Ucap Juna namun gadis itu hanya tersenyum menanggapi nya. Dia sempat melirik kearah pak Arka sekilas sebel
1 tahun kemudian... Dengan langkah cepatnya Arka berlari Menyusuri lorong rumah sakit. Pria itu tidak berhenti merapalkan doa berharap tidak akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan kepada istrinya. Beberapa saat yang lalu saat ia sedang melaksanakan meeting bersama kliennya, tiba-tiba ibunya menghubunginya dan mengatakan jika Naya akan melahirkan. Tepat setelah mendapat kabar itu Arka langsung pergi ke rumah sakit.Sesampainya diruang bersalin, Arka melihat kedua orang tuanya dan juga Ibu Naya duduk di depan ruang tunggu sambil menangis. Dengan cepat pria itu langsung menghampiri mereka "Pa, ma, bu, dimana Naya? Bagaimana keadaannya?" Tanyanya dengan raut wajah paniknya."Arka, kamu sudah datang. Sebaiknya kamu masuk ke dalam, sejak tadi Naya terus berteriak memanggil namamu. Temani ia bersalin, nak. Kuatkan dia," ucap ibu Arka.Arka mengangguk sebelum kemudian masuk ke dalam ruang bersalin, di dalam ruangan ia melihat Naya yang tampak kesakitan berusaha untuk melahirkan anak perta
Akhirnya hari yang ditunggu-tunggupun datang. Hari ini Naya dan Arka akan melangsungkan janji suci pernikahan. Dengan balutan dress berwarna putih bersih, Naya tampak begitu cantik dan anggun. Tanpa ada seseorang di sampingnya, Naya berjalan pelan memasuki altar. Beberapa tamu undangan yang melihatnya terlihat kagum akan kecantikannya. Di ujung, Arka berdiri dengan gagahnya menunggu sang calon istri. Begitu sampai di depannya, Arka menarik salah satu tangan Naya, menggenggamnya dan membawanya berjalan menuju sang pendeta. Acara janji suci pun dimulai. Diawali dengan ucapan janji suci pernikahan dan dilanjutkan dengan acara pertukaran cincin. Kedua orang tua Arka serta Ibu Naya dan teman-teman Mereka terlihat terharu melihat bagaimana haruya acara pemberkatan itu dilaksanakan. Ibu Naya yang melihat putri satu-satunya kini telah sah menjadi istri orang terlihat tidak bisa menahan air matanya. Wanita Paruh baya itu sedih karena tidak bisa menghadirkan sosok ayah di saat Naya melangsungk
Tidak terasa hari yang ditunggu pun akhirnya besok tiba. Hari ini adalah hari terakhir Arka dan Naya dipingit sebelum besok mereka mengucapkan janji suci pernikahan. 3 hari tidak bertemu dengan Naya membuat Arka sangat frustasi. Pria itu terlihat sangat merindukan calon istrinya bahkan beberapa kali ia berniat ingin mendatangi Naya diam-diam namun niatnya itu harus tertangkap basah oleh ibunya. "Arka! Harus berapa kali sih mama bilang, sabar nak. Besok juga kamu bertemu dengan Naya. Kenapa kamu sangat sulit diberitahu sih?" marah sang ibu pada Arka yang lagk-lagi tertangkap basah ingin pergi dari rumah menemui Naya. Sang ayah yang juga berada disana hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah sang anak. Ayah Arka sendiri tidak ikut memarahi Arka karena pria itu tahu dan sudah merasakan bagaimana rasanya menahan rasa rindu. Dulu sebelum menikah dengan ibu Arka, Ayah Arka juga menjalani masa pingitan. Namun dulu ia harus menahan 1 minggu tidak bertemu dengan istrinya. "Ma, kenapa si
2 minggu kemudian....Sesuai ucapannya waktu itu, 1 minggu sebelum pernikahan Naya, Juna dan Yuna akan berangkat ke jakarta. Malam ini mereka akan berangkat ke jakarta sesuai tiket yang sudah dipesan oleh Juna. Sebelum berangkat ke bandara, mereka memutuskan untuk mampir membeli kado pernikahan terlebih dulu karena takut jika tidak akan sempat membeli kado nantinya di jakarta.Disebuah toko brand ternama yang berada didalam mall, Yuna terlihat sibuk mencari kado mana yang ingin ia beli untuk Naya. Wanita itu sangat bingung ingin membeli apa mengingat Naya merupakan orang yang sangat simple. Naya tidak mungkin menyukai sesuatu yang mewah."Permisi, ada yang bisa dibantu?" tanya salah satu pegawai toko itu."Oh, begini mbak. Saya ingin membeli kado pernikahan untuk teman saya. Orang nya itu tidak terlalu suka sesuatu yang mewah, kira-kira mbak ada saran nggak ya?" balas Yuna. Walaupun sebenarnya wanita itu malu menanyakan hal itu, tapi ia terpaksa bertanya daripada menghabiskan waktunya
"Kamu sudah mengirim undangan pada Juna dan Yuna?" tanya Naya. Saat ini gadis itu sedang dalam perjalanan pulang setelah bertemu dengan desainer yang merancang gaun serta jas pernikahannya dengan Arka.Semalam Naya sudah meminta Arka untuk mengirim undangan pernikahan mereka pada Juna dan Yuna melalui email. Tapi tampaknya Arka lupa mengirimnya. Jika sudah, pasti Yuna atau Juna akan langsung menghubungi Naya, tapi nyatanya tidak. Berarti itu tandanya Arka belum mengirim undangan itu pada Juna dan Yuna."Aku lupa, nanti sampai rumah aku kirim. Oh iya, malam ini menginap di apartemenku lagi?" Naya menggeleng, beberapa hari ini mereka memang sering menginap di apartemen untuk mengurus semua persiapan pernikahan mereka. "Sepertinya malam ini aku tidur di rumah. Kasihan ibu dirumah sendirian.""Bagaimana kalau aku yang menginap di rumahmu? Selama ini aku belum pernah menginap di rumahmu. Hitung-hitung sekalian pendekatan dengan ibumu.""Aku akan tanyakan pada ibu dulu."Arka mengangguk.
"Menikah? Bulan depan?"Kedua orang tua Arka dan ibu Naya tampak terkejut saat mendengar Arka mengatakan jika ia dan Naya ingin menikah bulan depan. Semalam setelah berdiskusi berdua, akhirnya mereka memutuskan untuk menikah bulan depan. Maka dari itu Naya langsung menghubungi ibunya dan memintanya pulang untuk membahas masalah ini dengan orang tua Arka."Arka, kamu tidak berbuat hal terlarang pada Naya kan?" tanya ayah Arka. Pria paruh baya itu berfikir jika mungkin anaknya sudah berbuat hal terlarang pada Naya, maka dari itu Arka mendadak ingin menikahi Naya.Ibu Naya yang kebetulan duduk disamping ibu Arka cukup terkejut dengan ucapan ayah Arka. Wanita paruh baya itu bahkan langsung menatap Naya sambil meminta penjelasannya, apakah yang dikatakan ayah Arka itu benar atau tidak.Dengan panik Arka dan Naya pun menggeleng. Walaupun mereka sering tinggal satu apartemen yang sama, tapi mereka tidak pernah melakukan hal itu. "Tidak, pa. Aku dan Naya tidak mungkin melakukannya sebelum re
Pukul 8 malam Naya dan yang lainnya sudah sampai dijakarta. Jihan bersama Dahya dan Sina langsung pulang menggunakan taxi online, sedangkan Arka dan Naya masih menunggu jemputan. Rencananya malam ini Naya akan menginap di apartemen Arka karena sebelum berangkat ke jakarta tadi, ibu Naya mengiriminya pesan jika beliau harus menginap dirumah saudara yang ada dibandung karena menunggu saudara yang sedang sakit. Naya yang tidak berani tinggal dirumah sendirian pun memutuskan untuk menginap di apartemen Arka."Itu sudah datang, kamu masuk duluan saja. Barangmu biar aku masukkan bagasi," ucap Arka pada Naya.Naya mengangguk. Setelah memasukkan koper miliknya dan Naya kedalam bagasi, Arka pun segera masuk kedalam mobil. Pria itu sudah ingin cepat-cepat sampai di apartemen kemudian istirahat. Walaupun perjalanan Bali jakarta hanya membutuhkan waktu tidak lebih dari 2 jam, Arka merasa sangat lemas karena di pesawat tadi dia melihat ada penumpang yang mabuk perjalanan.Setelah menempuh perjalan
"Jihan, udah belum? Aku buka ya?" teriak Naya.Hening, tidak ada sautan dari Jihan atau yang lainnya. Karena merasa sudah cukup lama ditutup matanya, Naya pun langsung membuka kain penutup matanya. Sontak wanita itu terkejut saat melihat tidak ada siapapun disana. Naya mulai berteriak memanggil nama temannya satu persatu, namun sayangnya tidak ada satupun temannya yang menyaut. Hingga beberapa saat kemudian datang seorang gadis memberinya sebuah kertas. "Ini titipan dari teman kakak yang namanya Jihan," ucap gadis itu sebelum kemudian melangkahkan kakinya pergi.Tanpa berfikir panjang akhirnya Naya pun membaca tulisan yang berada di kertas itu. Dalam kertas tertulis perintah yang memintanya berjalan beberapa puluh meter kearah barat. Tidak ingin penasaran, Naya pun mengikuti perintah itu. Ia berjalan pelan menyusuri tepi pantai sesuai perintah pada kertas tadi.Hingga akhirnya netranya menemukan seorang pria yang berdiri membelakanginya. Tanpa bertanya Naya pun tahu siapa pria itu,
"Arka!"Juna yang baru saja pulang dari bertemu dengan temannya tidak sengaja melihat Arka di lobby hotel. Dengan lengkap cepat pria itu berjalan menghampiri Arka yang berdiri beberapa langkah satunya. Sebuah senyuman tercetak jelas dibibir Juna ketika pria itu sudah berdiri tepat didepan Arka. Berbeda sekali dengan Arka yang tampak malas melihat keberadaan Juna."Kamu darimana dan mau kemana? Kalau ada waktu, boleh mengobrol sebentar? Ada yang ingin aku bicarakan. Hanya sebentar kok, tidak lama."Pada akhirnya Arka mengangguk, pria itu pergi bersama Juna ke restautant yang terletak dipinggir pantai. Setelah memesan beberapa minuman, Arka yang tidak sabaran ingin segera kembali ke kamarnya meminta Juna untuk cepat mengatakan apa yang ingin dikatakan."Sebelumnya aku mau minta maaf kalau mungkin aku ada salah padamu. Mulai sekarang aku akan menetap disini bersama Yuna. Sebelum kamu dan yang lainnya kembali ke jakarta, aku ingin meluruskan semua kesalahpahaman yang mungkin terjadi diant