"Besok aku jemput ya?"
"Maaf Pak, sebaiknya bapak jangan dekat-dekat dengan Saya. Saya tidak enak jika nanti ada murid yang lihat," ucap Naya saat sudah sampai didepan rumah nya.
"Kenapa kamu harus peduli?"
"Maaf Pak saya harus masuk sekarang," Sahut Naya langsung masuk kedalam rumah nya sebelum pak Arka menahannya.
,,,,,,,,,
Keesokan harinya, di jam pertama pelajaran nasib sial rupanya sudah menghampiri Naya. Gadis itu terus bergerak gelisah membuat Juna yang duduk dibelakangnya kebingungan."Kamu kenapa. Nay?" tanya Juna.
"Juna, buku tugasku ketinggalan dirumah," bisik Naya dengan wajah panik nya. Oh ayolah pagi ini dia harus mengumpulkan tugas dari Pak Arka. Kalian pasti tahu kan bagaimana nasib nya jika tidak mengumpulkan tugasnya?
"Selamat pagi anak-anak."
Jantung Naya seakan berhenti saat itu juga setelah melihat kedatangan Pak Arka.
"Kumpulkan tugas yang sudah Saya berikan kemarin," perintah Pak Arka dengan nada dingin dan juga tegas membuat detak jantung Naya semakin tidak beraturan.
"Bagaimana ini, aku bisa habis ditangan guru gila itu."
Naya menoleh saat mendengar Juna memanggilnya sambil mendorong pelan kursinya "Ini," ucap pria itu menyerahkan buku tugasnya.
"Ini apa?" Gadis itu terkejut saat membuka buku tugas yang Juna berikan. Dihalaman paling depan ada nama dirinya. Kebetulan Juna mengganti buku tugas nya dengan yang baru karena yang sebelumnya sudah penuh, dia belum sempat memberi nama pada buku tugas nya. Karena tidak tega melihat Naya dihukum nanti jika tidak mengumpulkan tugas, akhirnya Juna menulis nama Naya dibuku tugas nya.
"J-Juna ini..."
"Ada apa Nayena Lim, Juna prawira? Apa yang kalian bicarakan?" tanya Pak Arka.
"Mana buku tugas mu, Nay," lanjutnya meminta buku tugas Naya.
Setelah semua sudah terkumpul, pak Arka mulai menghitung buku tugas yang terkumpul "Kurang 1 ? Ada yang belum mengumpulkan tugas?"
Naya sudah ingin mengangkat tangannya tapi keduluan Juna "Saya Pak."
"Kamu? Wah ketua kelas sekaligus ketua osis tidak mengerjakan tugas?"
"Maaf pak saya lupa."
"Lupa? Kamu tahu kan apa peranmu di kelas dan sekolah ini? Dan Kamu juga pasti tahu kan apa yang akan kamu dapatkan karena tidak mengumpulkan tugas?"
"Iya Pak, saya mengerti. Maafkan Saya."
"Keluar dari kelas! Lari Keliling lapangan utama 50x!"
Naya beserta murid lainnya terkejut mendengar hukuman yang diberikan untuk Juna.
"Pak itu terlalu berlebihan," sahut Naya membuat pak Arka langsung menatapnya tajam.
"Kenapa Nay? Kamu ingin Saya menambah hukamannya?"
"Juna, keluar sekarang dan jalankan hukumanmu atau Saya akan menambah hukumanmu!"
"Baik Pak," balas Juna langsung beranjak dari bangku nya, keluar dari kelas menuju lapangan utama untuk menjalankan hukuman.
"Semuanya buka buku halaman 42."
Selama pelajaran, Naya tidak bisa fokus sama sekali. Dia sering melirik keluar jendela melihat Juna yang sedang berlari mengelilingi lapangan ditengah cuaca yang sangat panas.
BRAK!!Tiba tiba sebuah penghapus papan tulis terlempar kearah Naya, hampir saja mengenai wajahnya "Kamu ingin keluar dari kelas atau mengikuti pelajaran ku, Nayena Lim!""M-maaf pak."
"Maju kedepan, kerjakan soal nomor 15."
"Apa?"
"Kamu tuli ?"
"B-baik Pak."
Selagi Naya mengerjakan soal di papan tulis, pak Arka melirik kearah Juna yang terlihat mulai lelah "Itulah akibatnya jika kamu berani dekat dan menyentuh wanitaku," batin pak Arka.,,,,,,,,,,,
Setelah jam istirahat berbunyi Naya langsung berlari ke lapangan untuk melihat keadaan Juna. Bersamaan dengan itu Juna baru saja menyelesaikan hukumannya. Kini dia duduk disalah satu bangku dipinggir lapangan. Jangan lupakan keringat yang membasahi wajah dan seragamnya, bahkan dia terlihat kesusahan untuk mengatur nafasnya ."Ini minum dulu."
Juna menoleh, melihat Naya yang entah sejak kapan duduk disampingnya sambil menyerahkan sebotol air dingin untuk nya. Karena merasa sangat lelah pria itu langsung menerima minuman itu, meneguk nya hingga habis tak tersisa.
"Juna terlihat sangat tampan, astaga Nay apa yang kamu pikirin sih. Aish jangan jangan aku mulai tertular mesum dari guru gila itu, tidak tidak," batin Naya sambil menggelengkan kepalanya.
"Th- hanks Nayh," ucap Juna yang masih susah mengatur nafas nya.
"Iya. Hmm Juna maaf, gara-gara aku kamu jadi dihukum. Seharusnya kamu tidak membantuku tadi, biadkan Aku saja yang di hukum. Maaf."
Juna diam sejenak sampai nafas nya benar-benar kembali normal. "Gapapa. Aku tidak mungkin membiarkan temanku dihukum apalagi Kamu perempuan. Anggap saja aku sekalian olahraga hehe sudah lama aku tidak olahraga," Balas Juna yang langsung mendapat pukulan dari Naya tepat di bahunya hingga membuat pria itu meringis.
"Eh, sakit ya? Aduh maaf,Ju."
"Gak kok Nay aku cuman bercanda."
"Ish dasar. Udah itu minum lagi."
"Udah habis Nay."
"Oh iya hehe mau aku beliin lagi ?"
"Gausah, thanks ya."
"Kamu masih berani dekat dengannya Nay? Oke, aku akan membuat Juna semakin tersiksa sampai Kamu berhenti dekat dengannya," gumam pak Arka tak suka melihat Juna dan Naya yang tertawa bersama.,,,,,,,,,,,,,,
Naya baru saja mengumpulkan buku ke ruangan guru, beruntung ruangan pak Arka terpisah dengan ruangan guru lain jadi dia bisa mengumpulkan semua buku tanpa takut sama sekali."Naya!"
Baru beberapa menit bernafas lega, jantung Naya sudah dibuat bekerja extra lagi setelah mendengar suara seseorang yang menurutnya lebih seram dari suara hantu. Seolah tidak mendengar apapun Naya memilih untuk melanjutkan langkahnya lebih cepat.
"Naya!"
Naya tidak perduli, dia terus melangkahkan kakinya cepat.
"Nayena Lim berhenti!!"
Detak jantung Naya semakin berdetak kencang begitu mendengar langkah kaki yang semakin mendekat.
"Oh Pak kepala sekolah."
Pak Arka menghentikan langkahnya begitu mendengar Naya memanggil pak kepala sekolah yang notabenenya adalah kakeknya.
"Maaf Pak kepala sekolah."
"Oh iya ada apa ?"
"Hmm S-saya Naya. Salah satu murid disini."
"Iya aku tahu, kamu memakai seragam sekolah ku. Ada apa Nay ?"
Naya tampak kebingungan untuk menjawab apa, tujuannya memanggil Pak kepala sekolah yang tak sengaja lewat hanya untuk menghindar dari pak Arka.
"Naya, ada apa? Aku sedang buru-buru ingin pergi."
"Hmm, bapak ingin kedepan? Mari Saya antar. Mari pak, saya hanya ingin memastikan bapak selamat sampai depan."
"Terima kasih Naya, aku pergi dulu. Kamu kembali lah ke kela mu," ucap pak kepala sekolah setelah sampai dilobby sekolah.
"Baik pak, Hati hati dijalan."
"Hufft untung saja Aku bisa menghindari guru gila itu. Aku harus kembali ke kelas sebelum dia menemukanku lagi," gumam Naya setelah kepsek itu pergi dengan mobilnya.
Saat hendak berbalik badan, tiba-tiba dia menabrak dada seseorang yang terlihat lebih tinggi dari nya. "Mau kabur kemana lagi kamu, Naya? Siapa yang Kamu panggil guru gila?"
"P-pak Arka ?"
Naya menegang ditempat saat mengetahui jika guru gila yang sedang ia hindari sudah berdiri tegak didepannya. "Kamu mau kabur kemana lagi? Mau menghindariku lagi, hmm?" "T-tidak Pak. Saya Hmm Saya.." "Saya apa? "Ayo Naya Kamu harus berfikir sekarang." "Kamu pikir Kamu bisa kabur dariku? Kamu pikir Kamu bisa bersembunyi dari ku ?" "S-sebenarnya bapak ingin apa ?" tanya Naya takut. "Aku ingin apa ? Hmmm... bagaimana jika Aku bilang aku ingin Kamu?" tanya pak Arka dengan nada dinginnya membuat Naya semakin ketakutan. "Kamu salah bertanya Naya, aaa bodoh," batin gadis itu merutuki apa yang baru saja ia tanyakan. "Kamu bertanya aku ingin apa, dan Kamu juga sudah mengetahui jawabannya. Jadi..." "Ah bapak kepala sekolah kembali lagi ?" Pak Arka langsung menoleh kearah pandang Naya, detik itu juga pria itu melihat Naya yang sudah berhasil Lari kabur dari nya. "Nayena Lim !!!!" teriaknya penuh Amarah karena berhasil tertipu. ,,,,,,,,,, Naya berlari sekencang mungkin menuju kelas ny
Hari ini sekolahan mengadakan acara camping selama beberapa hari kedepan. Semua siswa kelas 12 diwajibkan untuk mengikuti acara itu. "Aku duduk dengan Sina!" teriak Dahya memilih tempat duduk ditengah. Naya menghela nafasnya bingung memilih tempat duduk, Jihan tidak mengikuti acara camping karena sakit, sedangkan Dahya duduk dengan Sina dan otomatis dia tidak mempunyai teman tempat duduk. "Coba cari teman sekelasmu Nay. Pasti ada yang mau duduk denganmu." Sangat mustahil Naya mendapat teman tempat duduk apalagi dengan teman sekelasnya. Bahkan hampir semua teman cewek di kelasnya membencinya karena dia dekat dengan pak Arka, guru dambaan semua murid. "Loh Naya kok masih berdiri? Kamu duduk dimana?" tanya Yuna yang baru saja naik kedalam bus bersama Juna. "Hmm aku.." "Naya duduk denganku." "Pak Arka?" "Ayo Nay duduk." "Tapi Pak..." "Kamu mau berdiri sampai tempat tujuan? Bus sudah akan berangkat." Belum juga mendapat jawaban dari Naya, Pak Arka sudah mendorong tubuh gadis itu
Naya mendudukkan dirinya dibawah pohon setelah lelah mencari jalan keluar. Tadinya gadis itu hanya ingin berjalan-jalan disekitar tenda, Namun tiba-tiba dia melihat kupu-kupu sangat indah yang membuatnya tanpa sadar berlari mengikuti kupu-kupu itu hingga tersesat seperti sekarang . "Aku lelah. Aku harus jalan kemana lagi." KRIEK..... Dengan cepat gadis itu menoleh saat mendengar suara sesuatu, daun yang berada tidak jauh dari nya tiba-tiba saja bergerak. "Apa itu? Angin? Tapi jika angin kenapa hanya pohon itu yang bergerak," gumamnya. "Bagaimana jika hewan buas ?" Naya langsung berdiri tegap, matanya tak lepas menatap daun -daun yang masih bergerak semakin kencang. Hingga beberapa detik kemudian suara teriakannya keluar begitu saja setelah melihat seekor hewan entah apa itu keluar dari daun-daun yang bergerak tadi. Naya berlari cepat, tidak peduli jika kakinya benar-benar sakit karena terlalu lelah. Tanpa di sangka ternyata hewan itu mengikuti nya yang berlari membuat naya terus m
Waktu sudah menunjukkan pukul 5 pagi. Pak Arka dan Naya memutuskan untuk kembali mencari jalan keluar. "Pak, saya bisa jalan sendiri." ucap Naya saat pak Arka sudah duduk didepan nya, meminta Naya agar naik keatas punggung nya. "Kakimu masih sakit, Nay." "Tapi lengan bapak juga sakit." "Kamu mau naik ke punggungku atau aku gendong didepan seperti koala?" Naya tahu ini pilihan yang harus dipilih, dengan berat hati akhirnya dia naik keatas punggung pak Arka. "Pegangan nanti jatuh." "Bapak yakin lewat sini?" tanya Naya ragu. Sudah lebih dari 10 menit mereka berjalan namun belum menemukan tanda tanda jalan keluar. "Kamu meragukanku ? Lihat itu." Naya menoleh kearah tunjuk pak Arka, di tanah terdapat banyak tanda yang sengaja dia buat semalam saat mencari Naya agar memudahkannya untuk kembali. Semalam dia tidak bisa melihat tanda nya karena gelap jadi itulah alasan kenapa semalam mereka tersesat kembali. Pak Arka terus berjalan mengikuti petunjuk itu, keadaan benar-benar hening, h
Sejak tadi Naya berpura-pura fokus pada kertas ulangannya karena pak Arka tidak berhenti menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan. Biasanya pak Arka selalu mengganggunya saat mengajar, seperti menyuruh nya mengerjakan tugas didepan kelas atau sekedar menyebut namanya ditengah aktifitas mengajar nya. Namun kali ini sedikit berbeda, bahkan sejak 1 jam yang lalu pak Arka memantau ulangan, dia belum menyebut nama murid kesayangannya itu sekalipun. dia hanya diam memandang tanpa mengeluarkan suara apapun. "Waktu kalian tinggal 15 menit lagi. Koreksi jawaban kalian dengan teliti karena saya tidak akan memberi tambahan waktu jika kalian salah megerjakan atau belum menulis nama," Seru Pak Arka. "Naya, Stt." panggil Juna pelan. "Kenapa?" "Boleh pinjam bolpoin kamu? Punyaku mati." Naya mengambil salah satu bolpoin dari tempat nya lalu memberikannya pada pria itu. "Thanks, Nay," Ucap Juna namun gadis itu hanya tersenyum menanggapi nya. Dia sempat melirik kearah pak Arka sekilas sebel
Naya hanya bisa berdiri diam sambil menunduk karena sudah tertangkap basah oleh guru gila nya itu. "Kamu tahu kan yang kamu lakukan ini merupakan tindakan yang melanggar aturan sekolah? Kamu bisa dikeluarkan dari sekolah karena sudah tertangkap basah masuk kedalam ruang guru tanpa izin dan mencuri soal ulangan..." "Saya tidak mencuri pak ! Saya hanya mencari hasil ulangan saya," sahut Naya cepat. "Bukankah sudah kubilang tidak ada hasil ulanganmu ?" "Karena bapak menyembunyikannya. Bapak yang mensabotase hasil ulangan saya. Saya akan melaporkan bapak pada kepala sekolah," Ancam gadis itu membuat Pak Arka tersenyum sinis. Melaporkan ke kepala sekolah? Yang benar saja, bahkan Pak Arka jauh mempunyai bukti rekaman cctv Naya yang masuk ke ruangan nya diam-diam. "Coba saja kalau kamu berani. Dan kita lihat siapa yang akan menang, Nayena Lim." Naya mengepalkan tangannya kesal mendengar apa yang baru saja gurunya itu katakan. "Bagaimana bisa bapak melakukan ini pada saya? Apa salah saya
[ Jangan Di angkat : "Sayang jangan lupa bawakan makan siang untukku nanti. Aku tunggu diruanganku." ] Naya melotot geli membaca pesan dari guru gila nya itu. Oh ayolah bahkan sekarang gurunya itu sedang mengajar, bagaimana bisa sempat sempat nya mengiriminya pesan apalagi dengan panggilan sayang? Dasar sinting, pikirnya. [ Jangan di angkat : "Sayang, kamu mengabaikanku? Ah apa perlu aku ingatkan tentang perjanjian itu?" ] [ Jangan di angkat : "Kamu bermain ponsel disaat jam pelajaran tapi tidak membalas pesanku? Ah apa aku harus menghummu?" ] [ Naya : "Baik pak." ] Pak Arka tersenyum senang setelah mendapat balasan pesan dari Naya walupun hanya kata singkat. [ Jangan di angkat : "Jangan menekuk wajahmu seperti itu,apalagi memanyunkan bibirmu. Kamu ingin merasakannya lagi?" ] "Apa?!" teriak Naya tanpa sadar setelah membaca isi pesan dari guru gilanya itu. membuat semua murid langsung menoleh kearah nya. "Ada apa, Nayena Lim?" tanya pak Arka seolah tidak tahu apa apa. Naya mena
"Nay!" teriak Jihan saat melihat Naya yang baru saja keluar dari kelas. Jihan bersama Sina, Dahya dan Yuna berlari menghampiri nya "Pulang bareng yuk? Sekalian kita mau nongkrong bentar di cafe baru deket sekolah." "Tenang katanya Yuna yang mau traktir," sahut Dahya karena Naya itu anti buang buang uang hanya untuk nongkrong. "Iya Nay, sebagai ucapan terima kasih karena kalian mau terima aku jadi temen kalian," kini Yuna mulai bersuara. "Hmm iya boleh.." Belum sempat gadis itu membalas ucapan temannya, Ponselnya sudah lebih dulu bergetar. [ Guru Gila Mesum : "Pulang denganku. Tunggu aku di parkiran. Tidak ada penolakan! Ingat kamu masih ada perjanjian denganku." ] Gadis itu sudah mengganti username gurunya itu sejak kejadian tadi siang. "Kenapa Nay? Ada masalah?" tanya Jihan menyadari perubahan ekspresi sahabatnya itu. "Mm sorry sepertinya aku tidak bisa ikut. Ibuku baru saja mengirimiku pesan katanya aku harus pulang sekarang. Kedai sedang ramai." "Yah padahal kita udah lama
1 tahun kemudian... Dengan langkah cepatnya Arka berlari Menyusuri lorong rumah sakit. Pria itu tidak berhenti merapalkan doa berharap tidak akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan kepada istrinya. Beberapa saat yang lalu saat ia sedang melaksanakan meeting bersama kliennya, tiba-tiba ibunya menghubunginya dan mengatakan jika Naya akan melahirkan. Tepat setelah mendapat kabar itu Arka langsung pergi ke rumah sakit.Sesampainya diruang bersalin, Arka melihat kedua orang tuanya dan juga Ibu Naya duduk di depan ruang tunggu sambil menangis. Dengan cepat pria itu langsung menghampiri mereka "Pa, ma, bu, dimana Naya? Bagaimana keadaannya?" Tanyanya dengan raut wajah paniknya."Arka, kamu sudah datang. Sebaiknya kamu masuk ke dalam, sejak tadi Naya terus berteriak memanggil namamu. Temani ia bersalin, nak. Kuatkan dia," ucap ibu Arka.Arka mengangguk sebelum kemudian masuk ke dalam ruang bersalin, di dalam ruangan ia melihat Naya yang tampak kesakitan berusaha untuk melahirkan anak perta
Akhirnya hari yang ditunggu-tunggupun datang. Hari ini Naya dan Arka akan melangsungkan janji suci pernikahan. Dengan balutan dress berwarna putih bersih, Naya tampak begitu cantik dan anggun. Tanpa ada seseorang di sampingnya, Naya berjalan pelan memasuki altar. Beberapa tamu undangan yang melihatnya terlihat kagum akan kecantikannya. Di ujung, Arka berdiri dengan gagahnya menunggu sang calon istri. Begitu sampai di depannya, Arka menarik salah satu tangan Naya, menggenggamnya dan membawanya berjalan menuju sang pendeta. Acara janji suci pun dimulai. Diawali dengan ucapan janji suci pernikahan dan dilanjutkan dengan acara pertukaran cincin. Kedua orang tua Arka serta Ibu Naya dan teman-teman Mereka terlihat terharu melihat bagaimana haruya acara pemberkatan itu dilaksanakan. Ibu Naya yang melihat putri satu-satunya kini telah sah menjadi istri orang terlihat tidak bisa menahan air matanya. Wanita Paruh baya itu sedih karena tidak bisa menghadirkan sosok ayah di saat Naya melangsungk
Tidak terasa hari yang ditunggu pun akhirnya besok tiba. Hari ini adalah hari terakhir Arka dan Naya dipingit sebelum besok mereka mengucapkan janji suci pernikahan. 3 hari tidak bertemu dengan Naya membuat Arka sangat frustasi. Pria itu terlihat sangat merindukan calon istrinya bahkan beberapa kali ia berniat ingin mendatangi Naya diam-diam namun niatnya itu harus tertangkap basah oleh ibunya. "Arka! Harus berapa kali sih mama bilang, sabar nak. Besok juga kamu bertemu dengan Naya. Kenapa kamu sangat sulit diberitahu sih?" marah sang ibu pada Arka yang lagk-lagi tertangkap basah ingin pergi dari rumah menemui Naya. Sang ayah yang juga berada disana hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah sang anak. Ayah Arka sendiri tidak ikut memarahi Arka karena pria itu tahu dan sudah merasakan bagaimana rasanya menahan rasa rindu. Dulu sebelum menikah dengan ibu Arka, Ayah Arka juga menjalani masa pingitan. Namun dulu ia harus menahan 1 minggu tidak bertemu dengan istrinya. "Ma, kenapa si
2 minggu kemudian....Sesuai ucapannya waktu itu, 1 minggu sebelum pernikahan Naya, Juna dan Yuna akan berangkat ke jakarta. Malam ini mereka akan berangkat ke jakarta sesuai tiket yang sudah dipesan oleh Juna. Sebelum berangkat ke bandara, mereka memutuskan untuk mampir membeli kado pernikahan terlebih dulu karena takut jika tidak akan sempat membeli kado nantinya di jakarta.Disebuah toko brand ternama yang berada didalam mall, Yuna terlihat sibuk mencari kado mana yang ingin ia beli untuk Naya. Wanita itu sangat bingung ingin membeli apa mengingat Naya merupakan orang yang sangat simple. Naya tidak mungkin menyukai sesuatu yang mewah."Permisi, ada yang bisa dibantu?" tanya salah satu pegawai toko itu."Oh, begini mbak. Saya ingin membeli kado pernikahan untuk teman saya. Orang nya itu tidak terlalu suka sesuatu yang mewah, kira-kira mbak ada saran nggak ya?" balas Yuna. Walaupun sebenarnya wanita itu malu menanyakan hal itu, tapi ia terpaksa bertanya daripada menghabiskan waktunya
"Kamu sudah mengirim undangan pada Juna dan Yuna?" tanya Naya. Saat ini gadis itu sedang dalam perjalanan pulang setelah bertemu dengan desainer yang merancang gaun serta jas pernikahannya dengan Arka.Semalam Naya sudah meminta Arka untuk mengirim undangan pernikahan mereka pada Juna dan Yuna melalui email. Tapi tampaknya Arka lupa mengirimnya. Jika sudah, pasti Yuna atau Juna akan langsung menghubungi Naya, tapi nyatanya tidak. Berarti itu tandanya Arka belum mengirim undangan itu pada Juna dan Yuna."Aku lupa, nanti sampai rumah aku kirim. Oh iya, malam ini menginap di apartemenku lagi?" Naya menggeleng, beberapa hari ini mereka memang sering menginap di apartemen untuk mengurus semua persiapan pernikahan mereka. "Sepertinya malam ini aku tidur di rumah. Kasihan ibu dirumah sendirian.""Bagaimana kalau aku yang menginap di rumahmu? Selama ini aku belum pernah menginap di rumahmu. Hitung-hitung sekalian pendekatan dengan ibumu.""Aku akan tanyakan pada ibu dulu."Arka mengangguk.
"Menikah? Bulan depan?"Kedua orang tua Arka dan ibu Naya tampak terkejut saat mendengar Arka mengatakan jika ia dan Naya ingin menikah bulan depan. Semalam setelah berdiskusi berdua, akhirnya mereka memutuskan untuk menikah bulan depan. Maka dari itu Naya langsung menghubungi ibunya dan memintanya pulang untuk membahas masalah ini dengan orang tua Arka."Arka, kamu tidak berbuat hal terlarang pada Naya kan?" tanya ayah Arka. Pria paruh baya itu berfikir jika mungkin anaknya sudah berbuat hal terlarang pada Naya, maka dari itu Arka mendadak ingin menikahi Naya.Ibu Naya yang kebetulan duduk disamping ibu Arka cukup terkejut dengan ucapan ayah Arka. Wanita paruh baya itu bahkan langsung menatap Naya sambil meminta penjelasannya, apakah yang dikatakan ayah Arka itu benar atau tidak.Dengan panik Arka dan Naya pun menggeleng. Walaupun mereka sering tinggal satu apartemen yang sama, tapi mereka tidak pernah melakukan hal itu. "Tidak, pa. Aku dan Naya tidak mungkin melakukannya sebelum re
Pukul 8 malam Naya dan yang lainnya sudah sampai dijakarta. Jihan bersama Dahya dan Sina langsung pulang menggunakan taxi online, sedangkan Arka dan Naya masih menunggu jemputan. Rencananya malam ini Naya akan menginap di apartemen Arka karena sebelum berangkat ke jakarta tadi, ibu Naya mengiriminya pesan jika beliau harus menginap dirumah saudara yang ada dibandung karena menunggu saudara yang sedang sakit. Naya yang tidak berani tinggal dirumah sendirian pun memutuskan untuk menginap di apartemen Arka."Itu sudah datang, kamu masuk duluan saja. Barangmu biar aku masukkan bagasi," ucap Arka pada Naya.Naya mengangguk. Setelah memasukkan koper miliknya dan Naya kedalam bagasi, Arka pun segera masuk kedalam mobil. Pria itu sudah ingin cepat-cepat sampai di apartemen kemudian istirahat. Walaupun perjalanan Bali jakarta hanya membutuhkan waktu tidak lebih dari 2 jam, Arka merasa sangat lemas karena di pesawat tadi dia melihat ada penumpang yang mabuk perjalanan.Setelah menempuh perjalan
"Jihan, udah belum? Aku buka ya?" teriak Naya.Hening, tidak ada sautan dari Jihan atau yang lainnya. Karena merasa sudah cukup lama ditutup matanya, Naya pun langsung membuka kain penutup matanya. Sontak wanita itu terkejut saat melihat tidak ada siapapun disana. Naya mulai berteriak memanggil nama temannya satu persatu, namun sayangnya tidak ada satupun temannya yang menyaut. Hingga beberapa saat kemudian datang seorang gadis memberinya sebuah kertas. "Ini titipan dari teman kakak yang namanya Jihan," ucap gadis itu sebelum kemudian melangkahkan kakinya pergi.Tanpa berfikir panjang akhirnya Naya pun membaca tulisan yang berada di kertas itu. Dalam kertas tertulis perintah yang memintanya berjalan beberapa puluh meter kearah barat. Tidak ingin penasaran, Naya pun mengikuti perintah itu. Ia berjalan pelan menyusuri tepi pantai sesuai perintah pada kertas tadi.Hingga akhirnya netranya menemukan seorang pria yang berdiri membelakanginya. Tanpa bertanya Naya pun tahu siapa pria itu,
"Arka!"Juna yang baru saja pulang dari bertemu dengan temannya tidak sengaja melihat Arka di lobby hotel. Dengan lengkap cepat pria itu berjalan menghampiri Arka yang berdiri beberapa langkah satunya. Sebuah senyuman tercetak jelas dibibir Juna ketika pria itu sudah berdiri tepat didepan Arka. Berbeda sekali dengan Arka yang tampak malas melihat keberadaan Juna."Kamu darimana dan mau kemana? Kalau ada waktu, boleh mengobrol sebentar? Ada yang ingin aku bicarakan. Hanya sebentar kok, tidak lama."Pada akhirnya Arka mengangguk, pria itu pergi bersama Juna ke restautant yang terletak dipinggir pantai. Setelah memesan beberapa minuman, Arka yang tidak sabaran ingin segera kembali ke kamarnya meminta Juna untuk cepat mengatakan apa yang ingin dikatakan."Sebelumnya aku mau minta maaf kalau mungkin aku ada salah padamu. Mulai sekarang aku akan menetap disini bersama Yuna. Sebelum kamu dan yang lainnya kembali ke jakarta, aku ingin meluruskan semua kesalahpahaman yang mungkin terjadi diant