Pagi itu, tiga hari setelah dia membuka amplop hasil tes DNA yang sama sekali tidak dia mengerti. Nova mendatangi dokter yang bertanggung jawab dengan hasil tes DNA yang dilakukannya ke Nic dan kedua putranya. Ia kesal karena tidak bisa membaca hasil tes itu sendiri, dan harus menunggu berhari-hari karena dokter itu pergi seminar di luar kota selama dua hari. Beruntung sang dokter yang menangani tes itu adalah sahabatnya sendiri, sehingga Nova bisa seenak hati mengeluh.“Jadi-“Nova mulai menyimak ketika temannya itu mulai menjelaskan. Dia bahkan memasang wajah antusias dan mencondongkan badan.“Pada setiap pasang kromosom yang ada pada manusia, satu kromosom diturunkan dari ayah dan satu dari ibu. Laki-laki memiliki kromosom X dan Y, sementara perempuan X dan X. Kromosom Y pada laki-laki selalu didapat dari garis ayah dan hanya diturunkan pada anak-anak laki-laki mereka.”“Lalu …. “ raut wajah Nova mulai terlihat tidak santai karena dia bingung dengan penjelasan temannya.“Kromosom-k
Pagi itu Richie tampak sedang bersiap pergi bekerja seperti biasa. Begitu juga dengan Kimi, gadis itu mendekat ke arah suaminya yang sibuk mengikatkan dasi untuk membantunya. "Kim, tiga hari ke depan aku ada urusan bisnis ke luar kota, untuk mengecek pembangunan pabrik baru T factory," ucap Richie sambil terus memandangi Kimi yang sibuk membetulkan letak dasi di lehernya. Kimi sedikit kaget dan merasa tidak rela, tapi tetap saja dia tidak mungkin melarang suaminya pergi karena urusan pekerjaan. "Kalau kamu ke luar kota, aku nginep di rumah mami saja, ya! Sekarang rasanya tidak enak tinggal sendirian di apartemen," ujar Kimi yang sudah selesai merapikan dasi Richie. Ia tampak mengangsurkan jemari di permukaan kemeja suaminya lalu menepuknya lembut. "Tidak apa-apa kalau kamu memang takut sendirian," jawab Richie disusul sebuah kecupan di kening Kimi, balasan senyuman manis dari bibir istrinya membuat pria itu gemas dan merengkuh pinggang gadis itu, sementara Kimi memundurkan badanny
Setelah Richie berangkat ke luar kota. Kimi pun memilih pulang ke rumah Maminya, ternyata Mina pun hari itu ke sana bersama putranya Segara dan Biru. Keduanya duduk di ruang makan, sedangkan kedua anak kembar Mina sedang pergi ke taman bermain bersama Sara dan Faraj. Merajuk ingin bermain komedi putar. "Kim, aku yakin kamu pasti tidak tahu akan hal ini." Mina membuka percakapan setelah sebelumnya mereka hanya terdiam dan menikmati kue yang dibawa Mina. "Soal apa?" Kimi menatap Mina yang duduk di seberangnya penasaran. "Ternyata, kak Nic adalah anak tante Nova-mertuamu."Tentu saja apa yang disampaikan oleh Mina membuat Kimi tersedak. Ia langsung menatap pada saudaranya itu tak percaya. "Benarkah?" tanya Kimi memastikan kembali, dan mendapat sebuah anggukan dari Mina. Kimi terlihat berpikir, hingga kemudian mulai membandingkan wajah antara pria-pria tampan itu. Nic, Daniel, dan suaminya Richie."Tapi, jika dilihat memang antara kak Nic, Daniel, dan Richie memiliki kemiripan. Bahka
Karena prosedur hukum, Richie pun mendapatkan izin untuk meminta perlindungan dari pengacara. Ia langsung menghubungi Daniel untuk memintanya mengirimkan bantuan ke sana. "Halo." Suara Richie terdengar gemetar ketika panggilannya dijawab oleh sang kakak. "Ada apa? Apa ada masalah di pabrik?" tanya Daniel mendengar suara Richie tak seperti biasanya. "Bukan, Kak! Sebenarnya ada masalah lain," jawab Richie. Ia sampai menelan salivanya susah payah, mengumpulkan keberanian untuk berbicara ke kakaknya atas tuduhan yang sedang disangkakan kepadanya. "Ada apa?" tanya Daniel yang bisa mendengar jelas suara sang adik yang bergetar. "Aku terkena masalah, entah bagaimana ini bisa terjadi, tapi yang jelas aku dituduh membunuh sekretarisku sendiri." "Apa?" Tentu saja penjelasan Richie membuat Daniel terkejut. Richie menceritakan kejadian yang menimpanya, bahkan tuduhan keji yang sejatinya tidak pernah dia lakukan. Richie tidak tahu kenapa semuanya bisa seperti ini, terlebih siapa sebenarnya p
Kimi dan Richie menghentikan langkah. Jerry—Sekretaris Dimas, tampak berdiri di depan pintu apartemen mereka, sepertinya pria itu memang sengaja datang ke sana untuk bertemu Kimi atau Richie. Pasangan suami istri itu pun saling tatap, merasa heran dengan kedatangan Jerry di saat kondisi seperti ini."Ada yang ingin saya sampaikan, apakah Anda ada waktu?" tanya Jerry sopan.Kimi dan Richie pun semakin terkejut, hingga akhirnya mempersilahkan pria itu untuk masuk ke dalam. Mereka duduk di ruang tamu dan membisu, Kimi menggenggam erat telapak tangan Richie, dia sangat takut mendengar apa yang akan disampaikan Jerry. Kimi yakin pria itu datang pasti bukan hanya sekadar ingin menyampaikan sesuatu yang tidak penting."Sebenarnya, kedatangan saya ke sini untuk mengungkapkan sesuatu. Saya tahu bahwa pak Richie tidak bersalah sama sekali dalam kasus pembunuhan sekretarisnya, bahkan saya tahu dalang di balik kejadian yang menimpa Anda," ujar Jerry membuka pembicaraan.Richie dan Kimi sangat ter
Setelah bertemu Richie di apartemen, Kimi pun memilih kembali ke rumah Sara meski maminya itu masih kesal dengan keputusannya yang dianggap gegabah, ini semua demi totalitas aktingnya yang ingin bercerai dengan suaminya."Kim, apa kamu benar-benar tidak mau mempertimbangkan kembali keputusanmu bercerai dengan Richie?" tanya Sara ketika melihat sang putri yang baru saja pulang."Tidak, Mi!" Tanpa berhenti atau menyapa Sara, Kimi langsung menaiki anak tangga dan masuk ke dalam kamarnya. "Maaf ya, Mi. Maaf," batin Kimi yang merasa bersalah karena telah berbohong ke wanita yang sudah melahirkannya itu.Sara hanya bisa mendengkus kasar, ia tidak menyangka jika memiliki putri yang egois dan keras kepala serta tidak bisa dibujuk sama sekali.---Malam pun semakin larut, Kimi sudah berbaring di ranjang tapi belum juga bisa tidur. Ia pun memilih mengirimkan pesan kepada Richie, bertanya pada belahan jiwanya itu apakah sudah tidur. Namun, sayang Richie tak kunjung membalas dan membuat Kimi me
Kimi menelan saliva ketika melihat siapa yang memergoki dirinya sedang menggeledah ruangan papanya. "Mati aku," batin Kimi karena tertangkap basah.Ternyata yang memergoki Kimi adalah seorang wanita, dan lantas berjalan masuk perlahan. Wanita itu sedikit menyipitkan matanya ketika menatap Kimi."Siapa kamu? apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Mala-istri Dimas.Kimi gelagapan mendapat pertanyaan dari Mala dan merasa bingung harus menjawab apa. Mala terus memperhatikan wajah Kimi, hingga akhirnya menyadari kalau wajah Kimi memiliki kemiripan dengan Dimas."Kamu anaknya Mas Dimas?" tanya Mala mencoba memastikan.Kimi pun terkejut karena Mala langsung bisa menebak kalau dirinya adalah putri Dimas, hingga akhirnya Kimi menganggukkan kepala pelan. Mata Kimi membulat ketika melihat luka lebam di pipi dan rahang, bahkan tangan wanita itu juga tampak membiru."Apa Anda terluka? Biar saya obati!" jiwa seorang dokter muncul pada diri Kimi saat melihat kondisi Mala."Tidak, aku tidak apa-apa.”
Kimi begitu panik ketika melihat Richie memasukkan makanan ke mulut. Gadis itu reflek mendorong tempat makan di hadapan Richie dari meja hingga jatuh berserakan ke lantai."Muntahkan itu!" perintah Kimi dengan air muka panik.Richie yang terkejut dan kebingungan, malah menelan apa yang sudah masuk ke dalam mulut."Rich, kenapa ditelan?" Kimi memukul punggung Richie, meminta pria itu segera memuntahkannya dengan panik."Kimoci! Apa kamu mau membunuhku dengan cara membuatku tersedak?" Richie yang tidak tahu kepanikan Kimi, langsung menahan tangan istrinya itu agar tidak terus memukulinya."Makanan itu beracun, pria jahat itu ingin mencelakaimu. Ya Tuhan! Muntahkan Rich!” Kimi bicara dengan cepat seperti kereta ekspres. Dia hampir menangis karena takut terjadi sesuatu dengan pria yang sangat dicintainya itu. “Ayo kita ke klinik, ayo kita ke rumah sakit!” teriaknya.Richie tertegun dengan ucapan Kimi, lantas mengerti ke mana arah kepanikan istrinya itu. "Maksudmu makanan itu?" Richie menu
Malam itu rumah Richie terlihat ramai dengan pria dan wanita yang berpakaian pelayan, rapi dan seragam. Mereka tampak mondar-mandir mengeluarkan makanan juga minuman kemudian menatanya di meja-meja yang terdapat di ruang tamu yang disulap menjadi tempat pesta.Richie dan Kimi ternyata merayakan Anniversary pernikahan mereka yang ke 19. Mereka kali merayakan dengan cara hal yang tidak biasa karena Richie ingin menyenangkan Kimi.“Hati-hati membawa kuenya.” Seorang pelayan terlihat mengomando beberapa pelayan pria yang sedang membawa masuk kue anniversary Kimi dan Richie.Kue dengan tinggi satu meter itu, terlihat cukup mewah dan indah.Orang-orang di sana sibuk ke sana-kemari mengatur tempat pesta itu, mereka harus sudah siap sebelum tamu undangan datang.Di kamar, Kimi baru saja selesai berdandan. Wanita itu terlihat masih cantik dan anggun di usianya saat ini.“Kamu sangat cantik.” Puji Richie sambil memeluk Kimi dari belakang.“Aku memang cantik sejak dulu, jangan merayu,” balas kim
Hari itu Kimi pergi ke tempat Sara, entah kenapa dia ingin sekali datang ke sana setelah beberapa hari ini keluar kota dan sibuk dengan pekerjaan. Dia juga sekalian ingin memberikan oleh-oleh yang dibelinya saat pergi bersama Richie.“Tumben kamu pagi-pagi sudah ke sini, ga ke rumah sakit?” tanya Sara saat melihat Kimi datang sendiri.“Habis ini mau ke rumah sakit, tapi aku memang sengaja ingin mampir ke sini,” jawab Kimi.Kimi masuk dan meletakkan barang bawaannya ke meja makan, sedangkan Sara memperhatikan apa yang dibawa putrinya itu.“Kamu bawa apa?” tanya Sara.“Kemarin aku ikut Richie ke luar kota karena ada urusan bisnis, aku belikan sedikit oleh-oleh buat Mami sama Papi,” jawab Kimi kemudian merekahkan senyum.Sara senang karena Kimi masih memberinya banyak perhatian meski sibuk dengan urusan keluarga dan pekerjaan.Kimi merangkul lengan Sara, lantas mengajak sang mami berjalan menuju sofa. Dia hendak bermanja ke sang mami, meski sadar jika sudah bukan lagi anak-anak.Kimi me
“Kamu seharusnya tidak seperti itu, Sya.”Richie bicara setelah Kimi pergi, ditatapnya Marsha yang terlihat tidak merasa bersalah sama sekali.“Tidak seperti itu apa sih, Pi? Bukankah aku sudah bilang jika memang punya pacar, papi dan mami juga tidak protes. Kenapa sekarang marah?” Marsha tidak mau disalahkan soal dirinya yang pergi berpacaran.“Mami dan Papi memang tidak protes kamu berpacaran, tapi bukan berarti kami akan diam kalau kamu berbohong. Mamimu hanya mempermasalahkan kenapa kamu berbohong, apa karena kini punya pacar, jadi membuatmu juga suka berbohong?” Richie bicara sambil menatap tajam Marsha, agar putrinya itu tahu kalau dirinya tidak bercanda.Marsha terlihat bingung mendengar ucapan ayahnya, hingga kemudian membalas, “Aku ‘kan takut kalau kalian marah.”“Sekarang kami semakin marah karena sikap kamu ini. Kamu tidak memikirkan perasaan dan kecemasan kami, Sya. Misal kamu berbohong pergi bersama Zie, tapi kenyataannya tidak, lalu terjadi sesuatu kepadamu, kami bisa ap
Marsha sangat terkejut melihat Kimi yang berjalan cepat ke arahnya bersama sang ayah. Baru saja Kimi berkata kalau masih di luar kota, bagaimana bisa sekarang sudah berada di sana.“Mati aku,” gumam Marsha ketakutan.Andro terlihat bingung melihat Marsha yang ketakutan, hingga menoleh ke arah Marsha memandang dan melihat orangtua Marsha yang sedang mendekat.“Ndro, kamu kabur saja dulu. Takutnya Mami nanti ngamuk! Perintah Marsha sambil mendorong lengan Andro agar segera pergi meninggalkan dirinya.Andro panik saat Marsha memintanya pergi, dia pun berpikir untuk kabur agar tidak mendapatkan masalah.“Baiklah, kamu tidak apa-apa menghadapi kedua orangtuamu sendirian?” tanya Andro yang sudah bersiap pergi.“Tidak apa-apa, buruan sana!” Marsha mendorong tubuh Andro agar segera pergi.Andro pun akhirnya pergi sebelum Kimi dan Richie sampai di sana. Namun, dia pun berjalan seolah sedang menikmati suasana car free day dan tidak berlari karena takut mencurigakan.Kimi menyipitkan mata saat
Kimi benar-benar kebingungan karena Marsha pergi tanpa izin dan berani berbohong. Dia pun akhirnya mencoba menghubungi Zie untuk bertanya apakah Marsha ada di sana.“Halo, Zie.”“Halo, Tan. Ada apa Tan pagi-pagi telepon?” tanya Zie dari seberang panggilan.“Zie, apa Marsha ada di rumahmu?” tanya Kimi dengan wajah panik.“Enggak Tan,” jawab Zie jujur. “Memangnya Marsha bilang kalau mau ke sini?” tanya Zie balik.Kimi langsung memegangi kening saat mendengar jawaban Zie, kepalanya berdenyut ngilu karena putrinya pergi entah ke mana.“Tidak, ya sudah Zie. Makasih infonya,” ucap Kimi kemudian mengakhiri panggilan itu.“Bagaimana?” tanya Richie saat melihat Kimi sudah selesai bicara dengan Zie.“Dia tidak ada di tempat Zie,” jawab Kimi semakin merasa kepalanya pening. “Kita harus mencarinya, Rich.” Kimi pun mengajak Richie untuk mencari Marsha.Di sisi lain. Marsha sedang jalan-jalan bersama Andro di car free day. Gadis itu hanya memanfaatkan kesempatan saat kedua orangtuanya pergi, Marsha
Setelah urusan pekerjaan selesai, Richie pun menepati janji untuk mengajak Kimi jalan-jalan. Seperti sore itu, keduanya pergi ke tempat bernama Kota Lama, di mana banyak bangunan tua dari zaman penjajahan, terjaga dengan baik sampai sekarang. Kimi berjalan sambil merangkul lengan Richie, melangkah sambil menikmati bangunan di sana.“Beli itu, Rich.” Kimi menunjuk ke arah pedagang yang berjualan di luar area kota lama.Pedagang kaki lima yang menjajakan jualannya dengan cara berkeliling, penjual itu kini sedang berhenti karena ada yang beli.“Apa itu higienis? Bagaimana kalau makanan yang dibuat itu tidak sehat?” tanya Richie cemas.Kimi mencebik lantas menoleh suaminya, wajahnya cemberut seperti anak kecil yang sedang merajuk.“Kalau mikirnya ke sana, kita tidak akan menikmati apa yang ada. Pasrah saja, misal ga higienis terus sakit, ya nasib,” ujar Kimi karena terlanjur ingin mencoba jajanan yang dijual di sana.Richie sudah tidak bisa berkata-kata, hingga akhirnya menuruti keinginan
Kimi dan Richie pergi ke Semarang sesuai jadwal yang sudah ditentukan, meninggalkan Marsha di rumah tanpa pengawasan karena mereka percaya jika putrinya sudah tidak melakukan hal aneh-aneh lagi seperti dulu.Begitu tiba di kota itu, Kimi dan Richie langsung pergi ke hotel tempat mereka akan menginap selama di sana, juga hotel itu nantinya akan jadi tempat pertemuan rapat antara Richie dan perusahaan yang akan bekerjasama dengan pabriknya.“Mungkin dua hari ini aku akan disibukkan dengan rapat dan juga peninjauan lokasi pembangunan pabrik, apa kamu tidak apa-apa misal belum bisa ke mana-mana?” tanya Richie sambil menatap Kimi yang sedang memasukkan koper ke lemari.Kimi menoleh, lantas menggelengkan kepala pelan. “Tidak apa-apa, yang penting bisa refreshing.”**Richie langsung dihadapkan dengan rapat di sore hari, sedangkan Kimi memilih berada di kamar menunggu Richie rapat. Mereka berniat makan malam di luar setelah Richie selesai rapat.Kimi menyalakan televisi yang ada di kamar hot
“Aku ada urusan bisnis ke luar kota selama beberapa hari.”Richie yang baru saja pulang dan kini sedang melepas manik kemejanya, langsung mengungkapkan perjalanan bisnis yang harus dilakukannya.“Ke mana?” tanya Kimi.“Ke Semarang,” jawab Richie.Kimi terlihat berpikir, kemudian kembali memandang Richie.“Berapa hari?” tanya Kimi kemudian.“Mungkin lima atau enam hari. Soalnya mau peninjauan lokasi pabrik baru di sana,” jawab Richie.Kimi tiba-tiba bangun dari duduknya, lantas berjalan dengan cepat ke arah Richie berdiri.Richie mengerutkan dahi, menatap Kimi yang tersenyum-senyum.“Kenapa kamu tersenyum seperti itu?” tanya Richie dengan satu alis tertarik ke atas.“Rich, aku boleh ikut nggak?” Kimi bicara dengan manja, bahkan memainkan jari di dada suaminya.Richie merasa aneh karena Kimi mau ikut, tapi kemudian tersenyum dan mengangguk.“Boleh, sekalian honeymoon lagi. Kita sudah lama tidak pergi bersama,” ujar Richie, dia ingin memanfaatkan waktu bersama.Kimi mengangguk-angguk set
Hari itu Nova mengadakan pesta di rumahnya. Richie, Kimi, dan Marsha pun hadir di pesta itu. Banyak teman Nova yang datang, termasuk teman Nova yang ingin menjodohkan cucunya dengan Marsha.“Richie, Kimi, ini Cantika teman Mama.” Nova memperkenalkan temannya.Richie dan Kimi tentunya bersikap sopan dengan menyapa dan memperkenalkan diri.“Ini Jeremy. Cucunya Cantika.” Nova lantas memperkenalkan seorang pria yang berdiri di samping temannya.“Dia itu yang Mama ceritakan kemarin dan mau Mama jodohkan sama Marsha,” bisik Nova ke telinga Richie.Richie langsung menoleh sang mama karena kembali membahas masalah perjodohan Marsha.“Selamat malam, Om, Tante.” Jeremy menyapa dengan sopan, sedikit membungkukkan badan untuk memberi hormat.Kimi sedikit terkesima dengan sikap Jeremy yang ramah dan sopan, jarang ada pria seumuran Jeremy yang bisa menghargai orang yang lebih tua darinya.Setelah berkenalan, Richie meminta bicara berdua dengan Nova, sedangkan Kimi memilih menemani Cantika dan Jerem