Richies nabetes : “Bisa ga lu markonah bikin idup gue ga apes?” Markonah : “Ya, kan udah, lu gue kewongin ma neng kimoci yang cantik.” Richies nabates : “Setelah ketusuk, kesembur lu mau apain lagi gue, ha?” Markonah : “Gue bikin kimoci direbut pebinor, biar lu tambah benci ma gue.” Richies nabates: (Tersenyum iblis) “ Lu mau dihujat PERI-PERI gue?” Markonah : (Tengok kiri kanan, kiri kanan, Kabuuuuuuuuuuuuuuurrrrrrrrrr)
Dimas akhirnya pulang dengan menanggung rasa malu, tidak ada sedikitpun rasa tulus di hatinya saat meminta maaf ke putrinya sendiri. Pria itu malah kesal karena Kimi ternyata berhati batu. Dia pun membanting pintu mobilnya setibanya di rumah, membuat Jerry yang menunggunya terkena pukulan membabi buta di pipinya. “Lakukan rencanaku, aku tidak peduli di anakku atau bukan, salah siapa dia menikahi musuh putra kesayanganku,” gerutunya sambil masuk ke dalam rumah. Jerry hanya bisa terpaku, jika saja dia memiliki keberanian lebih, sudah tentu pria itu akan habis di tangannya. Pria itu pergi dari sana, membicarakan urusan perusahaan jika Dimas seperti itu pun tentu tak ada gunanya. - - - Melupakan masalah sang papa yang datang tak diundang dan pulang tidak diantar seperti jelangkung, hari itu Kimi sibuk dengan pengambilan gambar iklan di T Factory. Dokter cantik itu sedikit heran, kenapa konsep iklan wafer saja dibuat seperti koboi-koboian. Tim produksi iklan sebenarnya sudah membawa
Marahnya Richie membuat Kimi sadar bahwa suaminya itu benar-benar pecemburu buta, hanya karena dia menyentuh pria lain dalam kapasitasnya sebagai dokter, suaminya itu kesal sampai mendiamkannya. “Makan yuk! Aku udah masakin makanan kesukaan kamu,” ajak Kimi. Dia membuka pintu kamar dan menatap Richie yang diam sambil melepat tangannya di depan dada.“Ga mau makan? Ya sudah aku makan sendiri.” Kimi hampir menutup pintu kamar saat suaminya itu bangun dan berjalan ke arahnya. Ia pun tersenyum meskipun Richie masih menunjukkan muka masam. Jika saja sang tamu bulanan tidak datang di saat yang tak tepat tadi, sungguh Richie pasti kini sudah kembali normal. Namun, sayang asupan gizi yang seharusnya dia dapatkan terhalang dan membuatnya semakin kesal.Kimi dengan telaten menyendokkan nasi dan lauknya ke piring Richie, meskipun suaminya itu terlihat sangat malas tapi dia dengan sabar terus melayani, bahkan menawarinya jus buah kesukaannya. Namun, masih tidak ada satu patah kata pun yang kelu
Richie mengedipkan mata, bibirnya menipis tapi terlihat jelas giginya merapat tanda bahwa dia gemas ke sang istri.“Sayang!” ucapnya sambil merengkuh pundak Kimi di hadapan para wartawan yang sudah mengerumuni mereka.“Matilah aku ... matilah aku,” gumam Kimi yang memaksakan senyumannya, dia tidak bisa menerka apa yang akan dilakukan suaminya. Richie mengulas senyum di bibir kemudian meminta para wartawan mewawancarainya di tempat yang sedikit teduh. Dia bahkan melemparkan gurauan bahwa sengatan matahari siang tidak bagus untuk kulit. Richie terlihat penuh percaya diri karena pernah melihat kakak iparnya Ghea juga mengalami hal seperti ini, dikerubuti awak media untuk meminta klarifikasi.Kimi memlih diam, pandangan matanya fokus tertuju pada sosok pria yang sedang berbicara di sampingnya sambil menggenggam erat jemari tangannya. Richie menjelaskan bahwa sang istri sengaja datang lebih dulu untuk menjenguk Noah karena dia ada rapat penting yang tidak bisa ditinggalkan begitu saja. Di
“Jangan memikirkan hal tidak-tidak Kim, jangan membuatku berpikiran aneh-aneh tentang hubungan kita yang baru seumur jagung ini!” pinta Richie yang merasa bahwa sesuatu yang buruk menimpa sang istri di pesta tadi. Dia yakin bahwa ada hal yang membuat sakit hati Kimi sampai dia merasa terluka seperti sekarang. “Kita pulang ya! jangan pergi ke rumah mami dengan kondisi seperti ini. Mami pasti akan sedih dan menganggap hubungan kita tidak harmonis, kita kembali ke apartemen, oke! kita bisa membicarakan ini baik-baik berdua,” bujuk Richie. Ia menjauhkan tubuhnya dan Kimi yang masih dipeluknya sedari tadi, dihapusnya air mata sang istri. Pria itu bahkan terlihat tak tega melihat istrinya menangis sampai tersengal-sengal seperti itu.“Jangan menangis lagi, dadaku benar-benar sakit melihatmu seperti ini!” ucapnya memelas.Bukannya berhenti, Kimi malah semakin terisak. Ucapan Richie benar-benar membuatnya merasa sangat dicintai, hingga dia memilih merengkuh tubuh suaminya itu dan memeluknya
Pagi itu, tiga hari setelah dia membuka amplop hasil tes DNA yang sama sekali tidak dia mengerti. Nova mendatangi dokter yang bertanggung jawab dengan hasil tes DNA yang dilakukannya ke Nic dan kedua putranya. Ia kesal karena tidak bisa membaca hasil tes itu sendiri, dan harus menunggu berhari-hari karena dokter itu pergi seminar di luar kota selama dua hari. Beruntung sang dokter yang menangani tes itu adalah sahabatnya sendiri, sehingga Nova bisa seenak hati mengeluh.“Jadi-“Nova mulai menyimak ketika temannya itu mulai menjelaskan. Dia bahkan memasang wajah antusias dan mencondongkan badan.“Pada setiap pasang kromosom yang ada pada manusia, satu kromosom diturunkan dari ayah dan satu dari ibu. Laki-laki memiliki kromosom X dan Y, sementara perempuan X dan X. Kromosom Y pada laki-laki selalu didapat dari garis ayah dan hanya diturunkan pada anak-anak laki-laki mereka.”“Lalu …. “ raut wajah Nova mulai terlihat tidak santai karena dia bingung dengan penjelasan temannya.“Kromosom-k
Pagi itu Richie tampak sedang bersiap pergi bekerja seperti biasa. Begitu juga dengan Kimi, gadis itu mendekat ke arah suaminya yang sibuk mengikatkan dasi untuk membantunya. "Kim, tiga hari ke depan aku ada urusan bisnis ke luar kota, untuk mengecek pembangunan pabrik baru T factory," ucap Richie sambil terus memandangi Kimi yang sibuk membetulkan letak dasi di lehernya. Kimi sedikit kaget dan merasa tidak rela, tapi tetap saja dia tidak mungkin melarang suaminya pergi karena urusan pekerjaan. "Kalau kamu ke luar kota, aku nginep di rumah mami saja, ya! Sekarang rasanya tidak enak tinggal sendirian di apartemen," ujar Kimi yang sudah selesai merapikan dasi Richie. Ia tampak mengangsurkan jemari di permukaan kemeja suaminya lalu menepuknya lembut. "Tidak apa-apa kalau kamu memang takut sendirian," jawab Richie disusul sebuah kecupan di kening Kimi, balasan senyuman manis dari bibir istrinya membuat pria itu gemas dan merengkuh pinggang gadis itu, sementara Kimi memundurkan badanny
Setelah Richie berangkat ke luar kota. Kimi pun memilih pulang ke rumah Maminya, ternyata Mina pun hari itu ke sana bersama putranya Segara dan Biru. Keduanya duduk di ruang makan, sedangkan kedua anak kembar Mina sedang pergi ke taman bermain bersama Sara dan Faraj. Merajuk ingin bermain komedi putar. "Kim, aku yakin kamu pasti tidak tahu akan hal ini." Mina membuka percakapan setelah sebelumnya mereka hanya terdiam dan menikmati kue yang dibawa Mina. "Soal apa?" Kimi menatap Mina yang duduk di seberangnya penasaran. "Ternyata, kak Nic adalah anak tante Nova-mertuamu."Tentu saja apa yang disampaikan oleh Mina membuat Kimi tersedak. Ia langsung menatap pada saudaranya itu tak percaya. "Benarkah?" tanya Kimi memastikan kembali, dan mendapat sebuah anggukan dari Mina. Kimi terlihat berpikir, hingga kemudian mulai membandingkan wajah antara pria-pria tampan itu. Nic, Daniel, dan suaminya Richie."Tapi, jika dilihat memang antara kak Nic, Daniel, dan Richie memiliki kemiripan. Bahka
Karena prosedur hukum, Richie pun mendapatkan izin untuk meminta perlindungan dari pengacara. Ia langsung menghubungi Daniel untuk memintanya mengirimkan bantuan ke sana. "Halo." Suara Richie terdengar gemetar ketika panggilannya dijawab oleh sang kakak. "Ada apa? Apa ada masalah di pabrik?" tanya Daniel mendengar suara Richie tak seperti biasanya. "Bukan, Kak! Sebenarnya ada masalah lain," jawab Richie. Ia sampai menelan salivanya susah payah, mengumpulkan keberanian untuk berbicara ke kakaknya atas tuduhan yang sedang disangkakan kepadanya. "Ada apa?" tanya Daniel yang bisa mendengar jelas suara sang adik yang bergetar. "Aku terkena masalah, entah bagaimana ini bisa terjadi, tapi yang jelas aku dituduh membunuh sekretarisku sendiri." "Apa?" Tentu saja penjelasan Richie membuat Daniel terkejut. Richie menceritakan kejadian yang menimpanya, bahkan tuduhan keji yang sejatinya tidak pernah dia lakukan. Richie tidak tahu kenapa semuanya bisa seperti ini, terlebih siapa sebenarnya p
Malam itu rumah Richie terlihat ramai dengan pria dan wanita yang berpakaian pelayan, rapi dan seragam. Mereka tampak mondar-mandir mengeluarkan makanan juga minuman kemudian menatanya di meja-meja yang terdapat di ruang tamu yang disulap menjadi tempat pesta.Richie dan Kimi ternyata merayakan Anniversary pernikahan mereka yang ke 19. Mereka kali merayakan dengan cara hal yang tidak biasa karena Richie ingin menyenangkan Kimi.“Hati-hati membawa kuenya.” Seorang pelayan terlihat mengomando beberapa pelayan pria yang sedang membawa masuk kue anniversary Kimi dan Richie.Kue dengan tinggi satu meter itu, terlihat cukup mewah dan indah.Orang-orang di sana sibuk ke sana-kemari mengatur tempat pesta itu, mereka harus sudah siap sebelum tamu undangan datang.Di kamar, Kimi baru saja selesai berdandan. Wanita itu terlihat masih cantik dan anggun di usianya saat ini.“Kamu sangat cantik.” Puji Richie sambil memeluk Kimi dari belakang.“Aku memang cantik sejak dulu, jangan merayu,” balas kim
Hari itu Kimi pergi ke tempat Sara, entah kenapa dia ingin sekali datang ke sana setelah beberapa hari ini keluar kota dan sibuk dengan pekerjaan. Dia juga sekalian ingin memberikan oleh-oleh yang dibelinya saat pergi bersama Richie.“Tumben kamu pagi-pagi sudah ke sini, ga ke rumah sakit?” tanya Sara saat melihat Kimi datang sendiri.“Habis ini mau ke rumah sakit, tapi aku memang sengaja ingin mampir ke sini,” jawab Kimi.Kimi masuk dan meletakkan barang bawaannya ke meja makan, sedangkan Sara memperhatikan apa yang dibawa putrinya itu.“Kamu bawa apa?” tanya Sara.“Kemarin aku ikut Richie ke luar kota karena ada urusan bisnis, aku belikan sedikit oleh-oleh buat Mami sama Papi,” jawab Kimi kemudian merekahkan senyum.Sara senang karena Kimi masih memberinya banyak perhatian meski sibuk dengan urusan keluarga dan pekerjaan.Kimi merangkul lengan Sara, lantas mengajak sang mami berjalan menuju sofa. Dia hendak bermanja ke sang mami, meski sadar jika sudah bukan lagi anak-anak.Kimi me
“Kamu seharusnya tidak seperti itu, Sya.”Richie bicara setelah Kimi pergi, ditatapnya Marsha yang terlihat tidak merasa bersalah sama sekali.“Tidak seperti itu apa sih, Pi? Bukankah aku sudah bilang jika memang punya pacar, papi dan mami juga tidak protes. Kenapa sekarang marah?” Marsha tidak mau disalahkan soal dirinya yang pergi berpacaran.“Mami dan Papi memang tidak protes kamu berpacaran, tapi bukan berarti kami akan diam kalau kamu berbohong. Mamimu hanya mempermasalahkan kenapa kamu berbohong, apa karena kini punya pacar, jadi membuatmu juga suka berbohong?” Richie bicara sambil menatap tajam Marsha, agar putrinya itu tahu kalau dirinya tidak bercanda.Marsha terlihat bingung mendengar ucapan ayahnya, hingga kemudian membalas, “Aku ‘kan takut kalau kalian marah.”“Sekarang kami semakin marah karena sikap kamu ini. Kamu tidak memikirkan perasaan dan kecemasan kami, Sya. Misal kamu berbohong pergi bersama Zie, tapi kenyataannya tidak, lalu terjadi sesuatu kepadamu, kami bisa ap
Marsha sangat terkejut melihat Kimi yang berjalan cepat ke arahnya bersama sang ayah. Baru saja Kimi berkata kalau masih di luar kota, bagaimana bisa sekarang sudah berada di sana.“Mati aku,” gumam Marsha ketakutan.Andro terlihat bingung melihat Marsha yang ketakutan, hingga menoleh ke arah Marsha memandang dan melihat orangtua Marsha yang sedang mendekat.“Ndro, kamu kabur saja dulu. Takutnya Mami nanti ngamuk! Perintah Marsha sambil mendorong lengan Andro agar segera pergi meninggalkan dirinya.Andro panik saat Marsha memintanya pergi, dia pun berpikir untuk kabur agar tidak mendapatkan masalah.“Baiklah, kamu tidak apa-apa menghadapi kedua orangtuamu sendirian?” tanya Andro yang sudah bersiap pergi.“Tidak apa-apa, buruan sana!” Marsha mendorong tubuh Andro agar segera pergi.Andro pun akhirnya pergi sebelum Kimi dan Richie sampai di sana. Namun, dia pun berjalan seolah sedang menikmati suasana car free day dan tidak berlari karena takut mencurigakan.Kimi menyipitkan mata saat
Kimi benar-benar kebingungan karena Marsha pergi tanpa izin dan berani berbohong. Dia pun akhirnya mencoba menghubungi Zie untuk bertanya apakah Marsha ada di sana.“Halo, Zie.”“Halo, Tan. Ada apa Tan pagi-pagi telepon?” tanya Zie dari seberang panggilan.“Zie, apa Marsha ada di rumahmu?” tanya Kimi dengan wajah panik.“Enggak Tan,” jawab Zie jujur. “Memangnya Marsha bilang kalau mau ke sini?” tanya Zie balik.Kimi langsung memegangi kening saat mendengar jawaban Zie, kepalanya berdenyut ngilu karena putrinya pergi entah ke mana.“Tidak, ya sudah Zie. Makasih infonya,” ucap Kimi kemudian mengakhiri panggilan itu.“Bagaimana?” tanya Richie saat melihat Kimi sudah selesai bicara dengan Zie.“Dia tidak ada di tempat Zie,” jawab Kimi semakin merasa kepalanya pening. “Kita harus mencarinya, Rich.” Kimi pun mengajak Richie untuk mencari Marsha.Di sisi lain. Marsha sedang jalan-jalan bersama Andro di car free day. Gadis itu hanya memanfaatkan kesempatan saat kedua orangtuanya pergi, Marsha
Setelah urusan pekerjaan selesai, Richie pun menepati janji untuk mengajak Kimi jalan-jalan. Seperti sore itu, keduanya pergi ke tempat bernama Kota Lama, di mana banyak bangunan tua dari zaman penjajahan, terjaga dengan baik sampai sekarang. Kimi berjalan sambil merangkul lengan Richie, melangkah sambil menikmati bangunan di sana.“Beli itu, Rich.” Kimi menunjuk ke arah pedagang yang berjualan di luar area kota lama.Pedagang kaki lima yang menjajakan jualannya dengan cara berkeliling, penjual itu kini sedang berhenti karena ada yang beli.“Apa itu higienis? Bagaimana kalau makanan yang dibuat itu tidak sehat?” tanya Richie cemas.Kimi mencebik lantas menoleh suaminya, wajahnya cemberut seperti anak kecil yang sedang merajuk.“Kalau mikirnya ke sana, kita tidak akan menikmati apa yang ada. Pasrah saja, misal ga higienis terus sakit, ya nasib,” ujar Kimi karena terlanjur ingin mencoba jajanan yang dijual di sana.Richie sudah tidak bisa berkata-kata, hingga akhirnya menuruti keinginan
Kimi dan Richie pergi ke Semarang sesuai jadwal yang sudah ditentukan, meninggalkan Marsha di rumah tanpa pengawasan karena mereka percaya jika putrinya sudah tidak melakukan hal aneh-aneh lagi seperti dulu.Begitu tiba di kota itu, Kimi dan Richie langsung pergi ke hotel tempat mereka akan menginap selama di sana, juga hotel itu nantinya akan jadi tempat pertemuan rapat antara Richie dan perusahaan yang akan bekerjasama dengan pabriknya.“Mungkin dua hari ini aku akan disibukkan dengan rapat dan juga peninjauan lokasi pembangunan pabrik, apa kamu tidak apa-apa misal belum bisa ke mana-mana?” tanya Richie sambil menatap Kimi yang sedang memasukkan koper ke lemari.Kimi menoleh, lantas menggelengkan kepala pelan. “Tidak apa-apa, yang penting bisa refreshing.”**Richie langsung dihadapkan dengan rapat di sore hari, sedangkan Kimi memilih berada di kamar menunggu Richie rapat. Mereka berniat makan malam di luar setelah Richie selesai rapat.Kimi menyalakan televisi yang ada di kamar hot
“Aku ada urusan bisnis ke luar kota selama beberapa hari.”Richie yang baru saja pulang dan kini sedang melepas manik kemejanya, langsung mengungkapkan perjalanan bisnis yang harus dilakukannya.“Ke mana?” tanya Kimi.“Ke Semarang,” jawab Richie.Kimi terlihat berpikir, kemudian kembali memandang Richie.“Berapa hari?” tanya Kimi kemudian.“Mungkin lima atau enam hari. Soalnya mau peninjauan lokasi pabrik baru di sana,” jawab Richie.Kimi tiba-tiba bangun dari duduknya, lantas berjalan dengan cepat ke arah Richie berdiri.Richie mengerutkan dahi, menatap Kimi yang tersenyum-senyum.“Kenapa kamu tersenyum seperti itu?” tanya Richie dengan satu alis tertarik ke atas.“Rich, aku boleh ikut nggak?” Kimi bicara dengan manja, bahkan memainkan jari di dada suaminya.Richie merasa aneh karena Kimi mau ikut, tapi kemudian tersenyum dan mengangguk.“Boleh, sekalian honeymoon lagi. Kita sudah lama tidak pergi bersama,” ujar Richie, dia ingin memanfaatkan waktu bersama.Kimi mengangguk-angguk set
Hari itu Nova mengadakan pesta di rumahnya. Richie, Kimi, dan Marsha pun hadir di pesta itu. Banyak teman Nova yang datang, termasuk teman Nova yang ingin menjodohkan cucunya dengan Marsha.“Richie, Kimi, ini Cantika teman Mama.” Nova memperkenalkan temannya.Richie dan Kimi tentunya bersikap sopan dengan menyapa dan memperkenalkan diri.“Ini Jeremy. Cucunya Cantika.” Nova lantas memperkenalkan seorang pria yang berdiri di samping temannya.“Dia itu yang Mama ceritakan kemarin dan mau Mama jodohkan sama Marsha,” bisik Nova ke telinga Richie.Richie langsung menoleh sang mama karena kembali membahas masalah perjodohan Marsha.“Selamat malam, Om, Tante.” Jeremy menyapa dengan sopan, sedikit membungkukkan badan untuk memberi hormat.Kimi sedikit terkesima dengan sikap Jeremy yang ramah dan sopan, jarang ada pria seumuran Jeremy yang bisa menghargai orang yang lebih tua darinya.Setelah berkenalan, Richie meminta bicara berdua dengan Nova, sedangkan Kimi memilih menemani Cantika dan Jerem