“Bagaimana bisa kamu tidak menaikkan resleting celanamu?”
Ucapan Kimi kembali membuat Sara histeris, ia beranggapan putrinya memberi kode ke Richie setelah melakukan ehem ehem di apartemen pria itu.
“Kimi!” Sara mendekat ke arah putrinya dan hampir memukul gadis itu, tapi Kimi seketika ditarik oleh Richie dan disembunyikan ke belakang punggungnya, alhasil tangan Sara mengayun mengenai bagian perut pria itu yang masih belum pulih.
“Agh!” Richie memekik kesakitan. Kimi yang kaget pun seketika memegangi lengan kekasihnya itu yang terus merintih.
“Mami, jahitan luarnya memang sudah sembuh tapi apa mami tahu berapa lapisan kulitnya yang dijahit?” Kimi ketakutan, tapi seketika mukanya berubah bingung saat Richie mengedip-ngedipkan matanya. Pria itu ternyata hanya berpura-pura.
“Aduh! Maaf! maaf tante ga sengaja, lagian kenapa kamu tadi pakai narik Kimi segala?” sesal Sara.
“Ak
Malam itu, Richie memilih tak langsung pulang bersama keluarganya. Lagi pula dia tadi juga membawa mobil sendiri, sang mama yang berangkat satu mobil dengannya pulang dengan menumpang mobil putra sulungnya-Daniel. Richie dan Kimi sedang duduk di teras beralaskan lantai sambil menekuk kaki, memandangi langit yang terlihat lebih indah malam itu bagi mereka- pasangan yang sedang dimabuk asmara. Sara dan Mina terlihat sibuk memilah foto mereka bersama Ghea tadi, sungguh Sara bahagia bisa berfoto bersama artis idolanya, sementara itu Nic dan Faraj serta dua putranya yang menggemaskan nampak sibuk bermain di ruang keluarga. “Ini sudah malam Rich, apa kamu tidak ingin pulang? besok kan kamu harus bekerja. Oh … ya apa kamu sudah meminum obatmu, pasti belum,” cerocos Kimi, sedangkan Richie hanya memandangi sambil menahan senyumannya. Ia tidak menyangka Kimi mau menerima lamarannya. “Kenapa? kenapa memandangiku seperti itu? apa ada yang salah di wajahku?” Kimi menepuk kedua pipinya, ia bah
Dimas yang membaca pesan dari orang suruhannya pun terlihat berpikir. Ia ingin membuat rencana untuk bisa memanfaatkan putrinya untuk membalas rasa sakit hati putra tiri kesayangannya, dan juga merebut kembali perusahaan otomotif yang sebenarnya bukan hanya miliknya karena sahamnya dimiliki oleh beberapa orang itu.“Terus awasi, jika bisa selidiki sejauh mana hubungan keduanya,” balas Dimas.---Kimi membalikkan badannya, ia juga malu jika Richie terus memeluknya seperti itu. Namun, Kimi membiarkan saja Richie mengusap pipinya yang basah.“Aku menemukannya,” ujar Richie sambil meraih tangan Kimi, pria itu hampir menyematkan cincin di jari manis gadis itu dan memintanya untuk tidak menangis lagi. Namun, Kimi menarik tangannya.“Aku tidak mau memakainya!”“Kenapa? jangan seperti ini! aku tidak mempermasalahkan jika kamu masih mau mengenakan cincin ini,” bujuk Richie.
“Aku takut jika dalang di balik penusukanmu adalah papa kandungku.”Richie mengernyit, dia masih tidak paham dengan apa yang Kimi katakana barusan. “Bisakah, kamu menjelaskannya!” pintanya sedikit ragu.Kimi pun menganggukkan kepala, menghela napasnya dan melipat ke dua tangannya di depan dada. Entah kenapa dua anak manusia itu tidak memilih berbincang di dalam, mungkin karena terlalu takut dengan jika berada dalam satu ruangan akan terjadi hal yang tidak diinginkan.“Aku masih ingat dengan jelas saat orangtuaku bercerai, aku masih duduk di kelas satu SD. Aku tidak tahu apa yang membuat mereka menjadi sering bertengkar, hingga hari itu aku melihat mamaku menangis denga luka memar di wajahnya. Papaku melakukan KDRT. Dan kamu tahu apa yang aku katakan ke mamaku?”“Apa?” tanya Richie dengan suara lirih, belum ada setengah cerita Kimi dan dia sudah merasa sangat kasihan.“Tinggalkan papa!”Richie tersentak, alisnya berkerut mendengar jawaban Kimi. “Kamu berkata seperti itu?”“Hem …” Kimi
Kimi tercengang saat keluar dari pintu rumah orangtuanya sore itu, sebuah mobil sport berwarna abu metalik terlihat terparkir dan pria dengan kemeja garis-garis berwarna biru keluar dari dalamnya. Tidak perlu ditanya siapa pria itu, seringai nakalnya benar-benar membuat Kimi gemas.“Aku tidak mau pergi memakai mobilmu,” Ucap Kimi yang menggelengkan kepala berkali-kali sambil mental Richie.“Kenapa?”“Aku tidak mau jadi pusat perhatian,” Jawab Kimi sambil menyerahkan kunci mobilnya ke sang kekasih.“Aku sudah membelikanmu mobil sejenis untuk lamaran kita nanti, apa kamu juga tidak akan memakainya?”Kimi membelalakkan bola matanya, sepertinya dia harus mencari guru fisikanya saat SMA yang membimbingnya hingga memenangkan lomba olimpiade, jika tidak pria gila di dekatnya ini tidak mungkin bisa bertemu dan jatuh cinta kepadanya.“Untuk apa?” tanya Kimi dengan mimik wajah tak percaya.“Untuk kamu pakai ke klinik, atau ke rumah sakit milikmu jika kamu bersedia aku mendirikan rumah sakit unt
Mencoba mengesampingkan gangguan yang terjadi karena papanya yang tiba-tiba muncul kembali dan ingin bertemu dengannya, hari itu Kimi terlihat cantik dengan balutan kebaya berwarna nude pink. Keluarga jauhnya pun juga sudah banyak yang datang. Kini mereka hanya tinggal menunggu keluarga Richie sampai ke rumah untuk melamarnya.“Nas, apa kamu dulu juga grogi seperti ini?” Kimi meramas tangannya sendiri. “Keputusanku menikah sudah benar kan?”Mendengar kecemasan dari saudaran tirinya Mina pun menggeleng tak percaya, bagaimana bisa Kimi meragukan keputusannya di saat semua keluarga sudah berkumpul dan hanya menunggu kedatangan pihak Richie.“Aku tidak ingin berbohong kepadamu, tapi aku juga tidak ingin menakut-nakuti. Dulu saat keluarga kak Nic datang melamarku, aku bahkan sempat berencana untuk kabur. Kamu masih beruntung Kimoci, kamu akan menikah di umur dua puluh enam tahun, dan Richie dua puluh tujuh tahun. Bayangkan aku dulu? Aku bahkan masih belum lulus kuliah, semua orang mengangg
“Angkat saja jika dia menelepon lagi.”“Tidak, aku sudah memblokirnya.” Kimi menyimpan ponselnya ke dalam tas, dan memilih menunjukkan katalog yang tengah dia lihat sedari tadi ke Richie. “Apa kamu tidak tertarik dengan pernikahan kita, sejak tadi sepertinya hanya aku yang antusias.”Richie melempar senyuman kecil mendapati calon istrinya cemberut. Mungkin menjahili Kimi akan menjadi hobinya setiap hari nantinya.---Hari pernikahan Kimi dan Richie pun tiba, meskipun sempat beberapa kali ribut dan berbeda pendapat tentang satu dan dua hal, akhirnya mereka bisa melawati dua minggu yang mendebarkan itu dengan lancar. Semua keluarga mempelai tak henti-hentinya tersenyum, meskipun sebenarnya rasa cemas berkecamuk di dada mereka, berharap acara hari itu berjalan lancar. Beberapa menit yang lalu, Pria bernama lengkap Richard Tyaga itu baru saja selesai mengucapkan kalimat akad di depan penghulu, menerima Kimi sebagai istrinya dan berjanji akan mencintainya seumur hidup. Kedua pasangan
Malu-malu, begitu lah tingkah Richie dan Kimi sekarang. Mereka duduk bersisian bersandar pada kepala ranjang sambil menekuk kaki. Sesekali Kimi melirik pria yang sudah sah menjadi suaminya itu.Sekali, dua kali dan pada akhirnya pandangan mata mereka bertubrukan. Jantung Kimi hampir saja melompat, gadis itu langsung membaringkan badannya salah tingkah dan menarik selimut sampai sebatas dadanya.“Ayo kita tidur ini sudah malam!"Kimi memunggungi Richie, ia merapatkan kelopak matanya dan memegang erat-erat selimut di bagian dadanya. Bukankah dia sudah resmi menjadi istri pria itu, kenapa dia malah seperti ini?Sementara Richie juga sama saja, dia malu memulai sesuatu yang memang sudah semestinya dilakukan pasangan pengantin baru.Berbeda dengan kakaknya yang seorang mantan casanova, ini jelas kali pertama Richie berada satu ranjang dengan wanita, apa lagi wanita itu sudah resmi menjadi istrinya. Namun, Richie tidak ingin memaksa, ia merasa Kimi belum siap untuk menerimanya, lagi pula ti
Sungguh jika ada pria baik-baik di dunia ini yang masih tersisa, Richie adalah salah satunya. Meskipun besar dan lahir di tengah keluarga yang kaya raya. Dia sama sekali tidak pernah arogan apa lagi membangga-banggakan hartanya. Memakai mobil, baju bahkan bergonta-ganti jam tangan mewah adalah hal yang biasa untuknya, karena sejak lahir dia juga sudah bergelimang harta, apa yang dia kenakan dan apa yang dia tampilkan jelas sesuai dengan kemampuan finansialnya. Dan gadis yang beruntung mendapatkan pria itu sebagai suaminya adalah Kimi Zia Azzahra, dokter cantik yang sudah dari setengah jam yang lalu mengurung dirinya di dalam kamar mandi.“Kim… sayang!” panggil Richie dari atas ranjang, sesekali bibirnya tersenyum sambil memutar-mutar kotak tisu galon dan mengingat bagaimana isinya tersipu malu ketika dia meledeknya tadi. “Enyahkan dulu barang laknat itu dari tanganmu,” teriak Kimi dari dalam kamar mandi, gadis itu duduk di atas closet yang tertutup dan enggan untuk keluar dari sana.
Malam itu rumah Richie terlihat ramai dengan pria dan wanita yang berpakaian pelayan, rapi dan seragam. Mereka tampak mondar-mandir mengeluarkan makanan juga minuman kemudian menatanya di meja-meja yang terdapat di ruang tamu yang disulap menjadi tempat pesta.Richie dan Kimi ternyata merayakan Anniversary pernikahan mereka yang ke 19. Mereka kali merayakan dengan cara hal yang tidak biasa karena Richie ingin menyenangkan Kimi.“Hati-hati membawa kuenya.” Seorang pelayan terlihat mengomando beberapa pelayan pria yang sedang membawa masuk kue anniversary Kimi dan Richie.Kue dengan tinggi satu meter itu, terlihat cukup mewah dan indah.Orang-orang di sana sibuk ke sana-kemari mengatur tempat pesta itu, mereka harus sudah siap sebelum tamu undangan datang.Di kamar, Kimi baru saja selesai berdandan. Wanita itu terlihat masih cantik dan anggun di usianya saat ini.“Kamu sangat cantik.” Puji Richie sambil memeluk Kimi dari belakang.“Aku memang cantik sejak dulu, jangan merayu,” balas kim
Hari itu Kimi pergi ke tempat Sara, entah kenapa dia ingin sekali datang ke sana setelah beberapa hari ini keluar kota dan sibuk dengan pekerjaan. Dia juga sekalian ingin memberikan oleh-oleh yang dibelinya saat pergi bersama Richie.“Tumben kamu pagi-pagi sudah ke sini, ga ke rumah sakit?” tanya Sara saat melihat Kimi datang sendiri.“Habis ini mau ke rumah sakit, tapi aku memang sengaja ingin mampir ke sini,” jawab Kimi.Kimi masuk dan meletakkan barang bawaannya ke meja makan, sedangkan Sara memperhatikan apa yang dibawa putrinya itu.“Kamu bawa apa?” tanya Sara.“Kemarin aku ikut Richie ke luar kota karena ada urusan bisnis, aku belikan sedikit oleh-oleh buat Mami sama Papi,” jawab Kimi kemudian merekahkan senyum.Sara senang karena Kimi masih memberinya banyak perhatian meski sibuk dengan urusan keluarga dan pekerjaan.Kimi merangkul lengan Sara, lantas mengajak sang mami berjalan menuju sofa. Dia hendak bermanja ke sang mami, meski sadar jika sudah bukan lagi anak-anak.Kimi me
“Kamu seharusnya tidak seperti itu, Sya.”Richie bicara setelah Kimi pergi, ditatapnya Marsha yang terlihat tidak merasa bersalah sama sekali.“Tidak seperti itu apa sih, Pi? Bukankah aku sudah bilang jika memang punya pacar, papi dan mami juga tidak protes. Kenapa sekarang marah?” Marsha tidak mau disalahkan soal dirinya yang pergi berpacaran.“Mami dan Papi memang tidak protes kamu berpacaran, tapi bukan berarti kami akan diam kalau kamu berbohong. Mamimu hanya mempermasalahkan kenapa kamu berbohong, apa karena kini punya pacar, jadi membuatmu juga suka berbohong?” Richie bicara sambil menatap tajam Marsha, agar putrinya itu tahu kalau dirinya tidak bercanda.Marsha terlihat bingung mendengar ucapan ayahnya, hingga kemudian membalas, “Aku ‘kan takut kalau kalian marah.”“Sekarang kami semakin marah karena sikap kamu ini. Kamu tidak memikirkan perasaan dan kecemasan kami, Sya. Misal kamu berbohong pergi bersama Zie, tapi kenyataannya tidak, lalu terjadi sesuatu kepadamu, kami bisa ap
Marsha sangat terkejut melihat Kimi yang berjalan cepat ke arahnya bersama sang ayah. Baru saja Kimi berkata kalau masih di luar kota, bagaimana bisa sekarang sudah berada di sana.“Mati aku,” gumam Marsha ketakutan.Andro terlihat bingung melihat Marsha yang ketakutan, hingga menoleh ke arah Marsha memandang dan melihat orangtua Marsha yang sedang mendekat.“Ndro, kamu kabur saja dulu. Takutnya Mami nanti ngamuk! Perintah Marsha sambil mendorong lengan Andro agar segera pergi meninggalkan dirinya.Andro panik saat Marsha memintanya pergi, dia pun berpikir untuk kabur agar tidak mendapatkan masalah.“Baiklah, kamu tidak apa-apa menghadapi kedua orangtuamu sendirian?” tanya Andro yang sudah bersiap pergi.“Tidak apa-apa, buruan sana!” Marsha mendorong tubuh Andro agar segera pergi.Andro pun akhirnya pergi sebelum Kimi dan Richie sampai di sana. Namun, dia pun berjalan seolah sedang menikmati suasana car free day dan tidak berlari karena takut mencurigakan.Kimi menyipitkan mata saat
Kimi benar-benar kebingungan karena Marsha pergi tanpa izin dan berani berbohong. Dia pun akhirnya mencoba menghubungi Zie untuk bertanya apakah Marsha ada di sana.“Halo, Zie.”“Halo, Tan. Ada apa Tan pagi-pagi telepon?” tanya Zie dari seberang panggilan.“Zie, apa Marsha ada di rumahmu?” tanya Kimi dengan wajah panik.“Enggak Tan,” jawab Zie jujur. “Memangnya Marsha bilang kalau mau ke sini?” tanya Zie balik.Kimi langsung memegangi kening saat mendengar jawaban Zie, kepalanya berdenyut ngilu karena putrinya pergi entah ke mana.“Tidak, ya sudah Zie. Makasih infonya,” ucap Kimi kemudian mengakhiri panggilan itu.“Bagaimana?” tanya Richie saat melihat Kimi sudah selesai bicara dengan Zie.“Dia tidak ada di tempat Zie,” jawab Kimi semakin merasa kepalanya pening. “Kita harus mencarinya, Rich.” Kimi pun mengajak Richie untuk mencari Marsha.Di sisi lain. Marsha sedang jalan-jalan bersama Andro di car free day. Gadis itu hanya memanfaatkan kesempatan saat kedua orangtuanya pergi, Marsha
Setelah urusan pekerjaan selesai, Richie pun menepati janji untuk mengajak Kimi jalan-jalan. Seperti sore itu, keduanya pergi ke tempat bernama Kota Lama, di mana banyak bangunan tua dari zaman penjajahan, terjaga dengan baik sampai sekarang. Kimi berjalan sambil merangkul lengan Richie, melangkah sambil menikmati bangunan di sana.“Beli itu, Rich.” Kimi menunjuk ke arah pedagang yang berjualan di luar area kota lama.Pedagang kaki lima yang menjajakan jualannya dengan cara berkeliling, penjual itu kini sedang berhenti karena ada yang beli.“Apa itu higienis? Bagaimana kalau makanan yang dibuat itu tidak sehat?” tanya Richie cemas.Kimi mencebik lantas menoleh suaminya, wajahnya cemberut seperti anak kecil yang sedang merajuk.“Kalau mikirnya ke sana, kita tidak akan menikmati apa yang ada. Pasrah saja, misal ga higienis terus sakit, ya nasib,” ujar Kimi karena terlanjur ingin mencoba jajanan yang dijual di sana.Richie sudah tidak bisa berkata-kata, hingga akhirnya menuruti keinginan
Kimi dan Richie pergi ke Semarang sesuai jadwal yang sudah ditentukan, meninggalkan Marsha di rumah tanpa pengawasan karena mereka percaya jika putrinya sudah tidak melakukan hal aneh-aneh lagi seperti dulu.Begitu tiba di kota itu, Kimi dan Richie langsung pergi ke hotel tempat mereka akan menginap selama di sana, juga hotel itu nantinya akan jadi tempat pertemuan rapat antara Richie dan perusahaan yang akan bekerjasama dengan pabriknya.“Mungkin dua hari ini aku akan disibukkan dengan rapat dan juga peninjauan lokasi pembangunan pabrik, apa kamu tidak apa-apa misal belum bisa ke mana-mana?” tanya Richie sambil menatap Kimi yang sedang memasukkan koper ke lemari.Kimi menoleh, lantas menggelengkan kepala pelan. “Tidak apa-apa, yang penting bisa refreshing.”**Richie langsung dihadapkan dengan rapat di sore hari, sedangkan Kimi memilih berada di kamar menunggu Richie rapat. Mereka berniat makan malam di luar setelah Richie selesai rapat.Kimi menyalakan televisi yang ada di kamar hot
“Aku ada urusan bisnis ke luar kota selama beberapa hari.”Richie yang baru saja pulang dan kini sedang melepas manik kemejanya, langsung mengungkapkan perjalanan bisnis yang harus dilakukannya.“Ke mana?” tanya Kimi.“Ke Semarang,” jawab Richie.Kimi terlihat berpikir, kemudian kembali memandang Richie.“Berapa hari?” tanya Kimi kemudian.“Mungkin lima atau enam hari. Soalnya mau peninjauan lokasi pabrik baru di sana,” jawab Richie.Kimi tiba-tiba bangun dari duduknya, lantas berjalan dengan cepat ke arah Richie berdiri.Richie mengerutkan dahi, menatap Kimi yang tersenyum-senyum.“Kenapa kamu tersenyum seperti itu?” tanya Richie dengan satu alis tertarik ke atas.“Rich, aku boleh ikut nggak?” Kimi bicara dengan manja, bahkan memainkan jari di dada suaminya.Richie merasa aneh karena Kimi mau ikut, tapi kemudian tersenyum dan mengangguk.“Boleh, sekalian honeymoon lagi. Kita sudah lama tidak pergi bersama,” ujar Richie, dia ingin memanfaatkan waktu bersama.Kimi mengangguk-angguk set
Hari itu Nova mengadakan pesta di rumahnya. Richie, Kimi, dan Marsha pun hadir di pesta itu. Banyak teman Nova yang datang, termasuk teman Nova yang ingin menjodohkan cucunya dengan Marsha.“Richie, Kimi, ini Cantika teman Mama.” Nova memperkenalkan temannya.Richie dan Kimi tentunya bersikap sopan dengan menyapa dan memperkenalkan diri.“Ini Jeremy. Cucunya Cantika.” Nova lantas memperkenalkan seorang pria yang berdiri di samping temannya.“Dia itu yang Mama ceritakan kemarin dan mau Mama jodohkan sama Marsha,” bisik Nova ke telinga Richie.Richie langsung menoleh sang mama karena kembali membahas masalah perjodohan Marsha.“Selamat malam, Om, Tante.” Jeremy menyapa dengan sopan, sedikit membungkukkan badan untuk memberi hormat.Kimi sedikit terkesima dengan sikap Jeremy yang ramah dan sopan, jarang ada pria seumuran Jeremy yang bisa menghargai orang yang lebih tua darinya.Setelah berkenalan, Richie meminta bicara berdua dengan Nova, sedangkan Kimi memilih menemani Cantika dan Jerem