Devan memang pintar membuat hati nya bergetar, pintar membuat hidup nya yang kaku menjadi lebih berwarna. Azura masih saja terus tersenyum saat Devan sedang memijat kaki nya yang terasa keram akibat terlalu banyak berjalan tadi.
"Kau terus saja tersenyum Zura. Ada apa?" Azura menaikkan bahu nya acuh."Apa aku terlalu tampan sekaligus romantis dengan melakukan hal ini." Devan mengedipkan matanya menggoda Azura. "Kau tampan itu memang benar." jawab Azura apa ada nya. "Tapi kau itu bodoh sekaligus idiot." Azura tertawa kencang melihat wajah masam Devan.
"Tidak ada pria lain yang akan melakukan sumpah kepada kekasihnya seperti yang kau lakukan tadi Dev hahahhaha...," tawa Azura menggema di kamar hotel mereka. "Lalu apa yang biasa pria lain lalukan saat akan berjanji?" Devan bangkit dan duduk di sebelah Azura. "Oh aku tahu, mereka akan__," Devan meraih kedua bahu Azura lalu menatap manik indah Azura. "Mereka akan menatap dalam mata kekasihnya lalu dengan lembut menguca
Dengan sneakers nya Azura melangkah pasti menemui seseorang yang mengiriminya pesan. Entah kenapa nada di pesan itu terasa begitu dingin bagi Azura sehingga dia takut akan pertemuan ini.Pintu kaca itu dia dorong memberikan bunyi bel sebagai pertanda adanya tamu restoran yang datang.Mata Azura menatap ke segala arah didalam restoran itu lalu dia melihat seorang wanita duduk dengan anggun nya bersama seorang wanita lain yang seperti anak dari wanita yang ingin dia temui itu.Mereka mungkin bercerita hal yang menyenangkan karena terdengar tawa dari masing-masingnya. Azura berjalan mendekat sambil mengamini kalau dia tidak salah kostum bertemu dengan Ibu dari Devano. Wanita paruh baya itu tersenyum melihat kehadirannya, dia menyapa Azura dengan ramah membuat Azura lega."Hai Azura, oh you look beautifull.""Thank you aunty." jawab Azura tersenyum lalu dia duduk tepat di sebelah wanita yang sama sekali tidak dia tahu siapa. "Ah Azura,
Devan mencoba terus menghubungi Azura yang sedari tadi hanya operator yang mengangkat nya. Dia kembali ke hotel namun tidak menemukan dimana Azura. Hingga langit berubah menggelap Azura belum juga kembali, Devano semakin cemas. Dia keluar dari dalam kamar dan mencari Azura di tempat mereka menghabiskan waktu bersama semalam.Saat seorang wanita dan Pria berpisah di halte dia lalu mengingat tidak melihat ada nya barang Azura. Untuk memastikan nya lagi Devan berlari menuju mobil nya terparkir, dengan kecepatan penuh Devan sampai kembali di hotel.Dengan tidak sabaran dia menekan tombol lift. Beberapa detik terasa menyiksa Devan, dia tidak mengerti kemana Azura, mereka baik-baik saja. Tidak ada pertengkaran dan hal lainnya.Devan membuka kamar nya kembali dan disana dia melihat Azura. Wanita itu ada disana, Devan menghembuskan napas nya lelah karena sudah ketakutan. "Sayang kamu kemana sa
Pesawat Devano baru tiba di Heathrow Airport London. Langkah kaki Devano sangat bersemangat karena akan menemui kekasih hati nya. Devano tersenyum sendiri saat membayangkan dia membawa buket bunga dari Jepang yang khusus dia bawakan untuk Azura.Dia tersenyum sepanjang jalan menuju dimana mobil jemputannya sudah menunggu. Mobil Devano berjalan melewati terminal keberangkatan dan disana dia melihat Azura yang baru saja turun dari dal taksi. "Stop," ucap nya tiba-tiba. Supir Devano mengambil arah untuk parkir sementara Devano sudah turun dan langsung berlari."Azura," teriaknya namun Azura tidak bisa mendengar Devano. Azura terus saja berjalan sambil memakai kacamata coklat yang membingkai mata nya. "AZURA....," Langkah Azura terhenti jantungnya berdebar. Devan membalik tubuh Azura dan Bobby menyingkir dari sana. "Hei Dev, kamu sudah pulang?" Azura memeluk D
Laura sedang meminum teh di balkon hotel, dia menatap Abraham yang bersitegang dengan Devano. "Sayang sudah lah. Azura itu super model, dan tentu nya dia membutuhkan karir nya. Kita bisa bertemu dengan dia dan keluarganya lain waktu.""Tapi tidak boleh seperti ini. Kita jauh-jauh datang dari Los Angeles ke sini ingin merencanakan pernikahan Putra kita, dan kau lihat. Semua nya seolah main-main bagi Putri Edward itu. Aku tidak terima diperlakukan seperti ini." Abraham memang merasa dipermainkan karena Devano mengatakan Azura pergi ke Paris mengurus pekerjaan dan semua rencana batal.Keluarga Azura sendiri bahkan merasa terkejut saat tahu Azura memutuskan pergi ke Paris. Devano sebelumnya sudah menelpon Zia untuk memberitahu kalau dia akan menepati janji nya malam ini namun semua gagal karena kepergian Azura. Devan mencoba memahami Azura, meski dia sendiri sul
Lampu sorot panggung sedang di coba oleh pihak penyelenggara acara. Terlihat beberapa kru dan model juga sedang diberikan arahan. Sedang di sudut ruangan itu seorang pria sedang duduk tanpa ada seorangpun yang tahu kalau dia ada disana. Memperhatikan gerak gerik kekasih yang sudah mencampakan rasa cinta nya serta keprcayaan yang sedang berusaha dijaga Devan.Azura masih saja tetap bisa memukau dia yang sedang dalam api amarah, wajah datar Azura begitu lucu bagi Devan. Dengan berusaha menjaga kaki nya untuk tetap diam Devan menyebutkan terus nama itu lalu sebuah ide gila muncul. Begitu semua para model kembali ke belakang panggung, Devan langsung berlari menuju para kru untuk bisa bertemu langsung dengan pemilik acara tersebut.Devan berhasil, dia bisa bertemu dengan si pemilik acara dan berhasil menyogok desainer ternama itu menyetujui ide gilanya. Tentu saj
Dentuman music terdengar menggelegar di sepanjang malam yang dilewati Azura. BobBy dan Afrain__sepupu Azura terus menemani Azura yang terlihat hanya diam saja lalu menghabiskan minumannya. Azura belum mabuk dia masih sangat sadar saat melihat kalau Devano mengikutinya. "Afrain cium aku." Afrain menggelengkan kepalanya tak percaya, biasa Azura sangat geli bermanja-manja dengannya namun lihat sekarang, karena patah hati Azura berubah menjadi mengerikan bagi Afrain."Ayo lebih baik kita pulang." Afrain menarik tangan Azura namun wanita itu tak bergeming. Dengan terpaksa Afrain mencium kening Azura lalu berbisik di telinga sepupunya yang sangat bodoh itu."Kau salah jika menjadikan ku sebagai tameng mu Zura, dia pasti dengan cepat tahu kalau kita bersaudara. Bersikap lah semestinya saja, jika memang ingin kau akhiri tidak perlu ada drama lainnya yang kau karang.
Sebuah angan yang ditinggalkan terasa sangat menyakitkan, apalagi jika angan itu tentang masa depan yang kau nantikan dengan orang yang kau cintai.Itulah yang dirasakan Devano, hanya mampu terdiam menatap foto Azura. Dia terlihat tenang tapi tidak dengan hati nya. Hati itu masih terus memaksa Devano menghilangkan noda disana, mengisinya lagi dengan rona merah akan hadirnya Azura.*****Lebih sakit rasanya jika kau sengaja menyakiti orang yang sangat kau cintai. Daripada menjadi korban hati yang tersakiti. Apa kalian mengerti perbedaannya? Tidak ! Hanya Azura yang mengerti kedua perbedaan itu. Jika Banu meninggalkannya begitu saja dia memang terpuruk tapi tidak begitu merasa berdosa karena mematahkan dengan sengaja hati seseorang yang ingin kau genggam sepenuhnya.
Devan masih setia di kantornya mengamati bagaimana perkembangan pencarian Azura yang dia lakukan. Namun saat sebuah pesan yang dia terima membuat dia tidak lagi bisa tahan.Andai sekali saja Azura katakan apa salahnya, mungkin Devan bisa mencoba memperbaiki kesalahan itu. Tapi Azura seolah hanya bermain-main dengan perasaannya.Hancur dan perih di hati Devan tidak dapat orang lain lihat. Karena hanya dia yang tahu bagaimana cara nya selama ini mencintai Azura dengan semua keunikan wanita itu.Devan bergegas menuju landasan helipad diatas gedung kantornya. Dia akan pergi ke suatu tempat untuk memastikan keberadaan Azura. Dia akan menemui salah satu teman Azura yang mungkin tahu dimana Azura. Teman yang sempat disebutkan Azura. Wanita jenius yang memiliki sisi tidak ter' ekspose sama sekali.P
Lima tahun berlalu…
“SAH…,” ucap semua orang dan Devan mencium keningAzura sangat mesra. Akhirnya jarak yang terjadi diantara mereka kini sirna, danDevano sangat bersyukur atas semua yang terjadi padanya dan Azura. Dia tidakmenyesali apa yang terjadi, tidak sama sekali ! karena semua yang terjadiantara dia dan Azura membawa mereka pada tahap dimana semua perkataan oranglain tentang hubungan mereka tidak penting. Karena yang terpenting adalahmereka saling mencintai.
Hai...setelah Part ini akan ada ekstra part tambahan ya... Jadi sabar menanti oke. Gak lama kok aku up nya. Ingatkan saja jika nanti kelamaan. Wkwkwk...****Jangan tanya bagaiman dinginnya tubuh mu saat terkena salju di musim dingin. Sungguh ini benar-benar sangat dingin, Devano bahkan menyadari kalau wajahnya sedikit kaku karena dia sudah lima jam berada diluar untuk menatap kearah cctv rumah itu.Dia sudah yakin kalau sebentar lagi dia akan konyol dengan pingsan atau mati kedinginan. Devan menghembuskan napasnya yang sudah mengeluarkan hawa dingin. Sementara itu Azura memberontak didalam kamarnya. Alfa sialan itu mengambil ponsel dan juga ipadnya. Benar-benar membuat Azura terkurung.“Buka…Mom, dad. KALIAN TIDAK BISA MEMPERLAKUKAN KU BEGINI, AKU BERHAK MENENTUKAN PILIHANKU.”Teriak Azu
Mobil Devano sampai kedalam rumah Azura, sebelum turun Azura sempat melirik Devan sekilas. Devan tersenyum padanya dan menggenggam erat tangan Azura."Boleh aku minta ciuman untuk langkah awal ku ?" Azura memutar bola matanya malas namun dia tetap memberikan sebuah kecupan lembut di pipi Devano."Ah setelah badai ini berlalu aku akan membuat bibir seksi itu bengkak." Azura tertawa dan mereka segera turun dari dalam mobil.Begitu sampai didalam rumah ternyata Zia dan Reikhan sudah menunggu Azura."Ah ternyata kita kedatangan tamu tidak diundang." Sarkas Zia."Mom__,""Azura naik kekamar mu."
Salju yang turun lebat di London tidak menghentikan aktifitas dari orang-orang yang tinggal disana.Seperti Azura yang masih harus pergi untuk melakukan pemotretan dan mengurus panti asuhan yang dia miliki.Azura merapatkan mantelnya saat dia turun dari dalam mobil bersama Bobby, dan seperti dugaan Bobby kalau dibelakang mereka adalah mobil Devano yang memang sudah mengikuti mereka sedari keluar dari pekarangan mansion.Azura tertegun melihat wajah kusut Devano yang terburu-buru menghampirinya.Sedikit tidak tega melihat pria yang dia cintai harus seperti ini."Azura, bisa kita bicara ?" Azura hanya mampu membisu, seolah jika dia berbicara maka semua akan berantakan.Sementara Bobby memilih kembali masuk kedalam mobil, sebenarnya Bobby sangat tidak ingin berbicara pada Devano. Dia masih sakit hati atas penyekapan yang dilakukan Devan ke
Devan membanting setir mobilnya saat dia mendengar dari Laura kalau Zia tidak menyambut baik niat mereka juga permintaan maaf Laura. Devan menghidupkan mobilnya, dia pergi ke apartement Azura dulu.Salju tebal yang dia lewati sepanjang jalan tidak membuat kecepatan mobil itu berkurang malah semakin bertambah.Beberapa kali Devan hampir menabrak pengendara lain, dia juga menerobos lampu merah hingga dia sampai di tempat itu.Jika Zia tidak menyetujui mereka maka apa lagi yang harus Devan lakukan.Begitu sampai pada unit yang dia dan Azura miliki Devan langsung masuk menuju kamar. Dia menggapai ponselnya dan menelpon Azura, tidak ada jawaban.Memang ini sudah larut malam. Bahkan pesannya tadi tidak di balas oleh Azura.Devan menelpon orang yang bisa dia pakai untuk melancarkan niatnya."H
Wanita anggun dengan tatapan intimidasi yang cukup kuat itu membuat lawannya bicaranya hanya terdiam setelah lima belas menit mereka bertemu."Wanita ular ini, berani sekali datang ke rumahku. Apa dia mau meminta maaf."Zia menatap tak suka Laura yang tiba-tiba datang ke rumahnya.Keadaan menjadi cair saat Akira datang membawa keberkahan bagi Laura."Mom," panggil Akira dan Zia masih tidak berkedip menatap Laura."Oh my god mom, tante Laura datang kesini ingin berbicara dengan Mommy tapi kenapa Mommy seolah menjadikannya sandra dirumah kita Mom."Zia menyunggingkan senyuman sinisnya dan bersidekap."Silahkan jika kau ingin berbicara. Waktu ku tidak banyak." Akira menepuk jidatnya karena Zia berlakon seperti ini.
Espresso hangat yang sedang dinikmati Laura dan Abraham menjadi tidak nikmat seperti biasanya saat sebuah berita infotaiment yang tidak mengenakkan di lihat oleh Laura.Abraham yang sedang membaca majalah bisnis pun terpaksa berhenti dan melihat kearah televisi. Disana Devano kembali terlihat konyol.Tapi berbeda dengan Laura, Abraham menyunggingkan senyuman. Dia tidak perduli dengan kata berselingkuh yang menjadi judul berita itu. Dia hanya ingin putranya bahagia.Laura terdiam saat wajah Azura menghiasi layarkaca itu, dia dikelilingi para paparazi yang siap menarik informasi darinya."Aku tidak ada hubungannya dengan perceraian atau apapun yang kalian katakan. Aku dan Devan tidak lagi memiliki hubungan."Azura terlihat menerob