Lampu sorot panggung sedang di coba oleh pihak penyelenggara acara. Terlihat beberapa kru dan model juga sedang diberikan arahan. Sedang di sudut ruangan itu seorang pria sedang duduk tanpa ada seorangpun yang tahu kalau dia ada disana. Memperhatikan gerak gerik kekasih yang sudah mencampakan rasa cinta nya serta keprcayaan yang sedang berusaha dijaga Devan.
Azura masih saja tetap bisa memukau dia yang sedang dalam api amarah, wajah datar Azura begitu lucu bagi Devan. Dengan berusaha menjaga kaki nya untuk tetap diam Devan menyebutkan terus nama itu lalu sebuah ide gila muncul. Begitu semua para model kembali ke belakang panggung, Devan langsung berlari menuju para kru untuk bisa bertemu langsung dengan pemilik acara tersebut.
Devan berhasil, dia bisa bertemu dengan si pemilik acara dan berhasil menyogok desainer ternama itu menyetujui ide gilanya. Tentu saj
Dentuman music terdengar menggelegar di sepanjang malam yang dilewati Azura. BobBy dan Afrain__sepupu Azura terus menemani Azura yang terlihat hanya diam saja lalu menghabiskan minumannya. Azura belum mabuk dia masih sangat sadar saat melihat kalau Devano mengikutinya. "Afrain cium aku." Afrain menggelengkan kepalanya tak percaya, biasa Azura sangat geli bermanja-manja dengannya namun lihat sekarang, karena patah hati Azura berubah menjadi mengerikan bagi Afrain."Ayo lebih baik kita pulang." Afrain menarik tangan Azura namun wanita itu tak bergeming. Dengan terpaksa Afrain mencium kening Azura lalu berbisik di telinga sepupunya yang sangat bodoh itu."Kau salah jika menjadikan ku sebagai tameng mu Zura, dia pasti dengan cepat tahu kalau kita bersaudara. Bersikap lah semestinya saja, jika memang ingin kau akhiri tidak perlu ada drama lainnya yang kau karang.
Sebuah angan yang ditinggalkan terasa sangat menyakitkan, apalagi jika angan itu tentang masa depan yang kau nantikan dengan orang yang kau cintai.Itulah yang dirasakan Devano, hanya mampu terdiam menatap foto Azura. Dia terlihat tenang tapi tidak dengan hati nya. Hati itu masih terus memaksa Devano menghilangkan noda disana, mengisinya lagi dengan rona merah akan hadirnya Azura.*****Lebih sakit rasanya jika kau sengaja menyakiti orang yang sangat kau cintai. Daripada menjadi korban hati yang tersakiti. Apa kalian mengerti perbedaannya? Tidak ! Hanya Azura yang mengerti kedua perbedaan itu. Jika Banu meninggalkannya begitu saja dia memang terpuruk tapi tidak begitu merasa berdosa karena mematahkan dengan sengaja hati seseorang yang ingin kau genggam sepenuhnya.
Devan masih setia di kantornya mengamati bagaimana perkembangan pencarian Azura yang dia lakukan. Namun saat sebuah pesan yang dia terima membuat dia tidak lagi bisa tahan.Andai sekali saja Azura katakan apa salahnya, mungkin Devan bisa mencoba memperbaiki kesalahan itu. Tapi Azura seolah hanya bermain-main dengan perasaannya.Hancur dan perih di hati Devan tidak dapat orang lain lihat. Karena hanya dia yang tahu bagaimana cara nya selama ini mencintai Azura dengan semua keunikan wanita itu.Devan bergegas menuju landasan helipad diatas gedung kantornya. Dia akan pergi ke suatu tempat untuk memastikan keberadaan Azura. Dia akan menemui salah satu teman Azura yang mungkin tahu dimana Azura. Teman yang sempat disebutkan Azura. Wanita jenius yang memiliki sisi tidak ter' ekspose sama sekali.P
Perjalanan Devan yang diperkirakan hanya akan memakan waktu empat hari menjadi satu minggu. Dikarenakan susah nya ijin masuk di Pakistan.Devano heran kenapa Azura memilih ke tempat penuh dengan tegangan seperti ini. Kekasihnya itu memilih ke tempat Line Control Pakistan di Provinsi Sindh. Perbatasan Pakistan dan India.Dapat dilihat Devan tempat ini lebih banyak di huni oleh para tentara dibandingkan penduduk sipil. Azura benar-benar tidak terduga. Apa yang dilakukan wanita itu disini? Merawat para tentara itu? Devano lalu kesal sendiri memikirkannya. Enak saja Azura merawat Pria lain selain dirinya."Sir anda sudah bisa masuk ke kota Karachi. Tapi harus ada pengawal yang ikut dengan anda. Ini demi keselamatan anda." Devano mengangguk kepada Samir Tour Guide yang dia sewa. Dari Samir juga Devan bisa tahu kalau memang pernah ada masuk ke daerah ini beberapa bulan yang lalu regu relawan yang dikirim dari Kera
Langkah kaki Azura terhenti saat melihat Aryan serta Alfa berdiri di depan gerbang pagar besi sekolah. Alfa melipat kedua tangannya di depan dada, membuat Azura memutar bola mata nya."Kak Aryan memberitahukan kak Alfa." tanya nya yang diangguki Azura. "Sebenarnya aku memaksanya mengaku." Seringai Alfa membuat Azura menarik tangan kakak nya itu. Mereka menepi di sudut sekolah berbicara serius, namun Azura terkejut saat Aryan mengintrupsi apa yang ingin dia katakan."Akira mengatakan kalau Devan kecelakaan lalu dia kehilangan penglihatannya." Alfa menyunggingkan senyum lalu menggelengkan kepalanya. Pusing melanda Azura, dia mundur satu langkah karena merasa sangat terkejut. "Bodoh!" Ungkap Alfa. Dia mendekati Azura dan berdecak. "Akira hanya memancing mu keluar dari persembunyian. Devano sebentar lagi akan sampai di tempat ini. Dia menyelidiki dimana kamu, dan bahkan memata-matai semua keluarga kita termasuk Afrain." "What?"
Alfa membawa Azura kembali ke London bersamanya. Saat masuk kedalam mobil Azura sempat melihat Devan dengan wajah terkejut juga terpukul itu."Kak berhenti. Ada yang harus aku katakan kepada Devan.""Azura apalagi____,""Please stop." Azura menghapus airmatanya juga menatap tajam Alfa. Mobil berhenti, Azura turun dari mobil. Dia menyentuh pundak Devan."Dev," ucapnya pelan menyembunyikan airmata yang akan keluar lagi. "Jangan salahkan ibu mu. Dia hanya ingin kamu bahagia juga dengan ku. Dia tidak ingin aku merasa bersalah jika tidak bisa memberikanmu keturunan." Devan menggenggam tangan Azura namun Azura melepaskannya. "Apa kau masih ingat janji mu?" Azura mencoba tersenyum sebaik mungkin."I don't want to propose to you baby. I just want to say, I will promise I will always make you happy." Azura mengucapkan janji yang pernah Devan ucapkan untuknya
Langkah kaki nya sangat jelas menuju tempat yang dia inginkan. Setelah mabuk semalam Devan berniat keluar dari Mansion nya, menghindari Mama__nya itu lebih baik dari pada dia harus berkata kasar akibat amarah yang tidak bisa dia gambarkan sebesar apa."Devan," suara itu menahan langkah kakinya yang sudah diambang pintu. Melanjutkan langkahnya Devan pergi begitu saja tidak memperdulikan Laura yang berdiri mematung dengan aura dingin Putra nya. "Devan berhenti !" Teriak Laura namun Devano tidak mengindahkannya. Mobil sport yang dia naiki melaju dari halaman rumah itu tanpa ragu.Laura yang ingin masuk kedalam terhenti karena saat mobil Devan keluar masuk sebuah mobil merah membuat kening Laura berkerut. Dia mulai gelisah saat seorang wanita turun dengan anggun dan sangat berkelas dari dalam mobil itu.Dengan membuka kacamata yang digunakan wanita itu berjalan menemui Laura yang masih berdiri.Tanpa basa-basi wanita itu menga
Berbulan-bulan berlalu Azura sudah kembali lagi dari India. Dia khusus kembali hari ini karena Alfa akan menikah. Semua orang bahagia menyambut kehadiran Azura yang sudah sangat lama dirindukan.Zia benar-benar bahagia akhirnya Azura berada dalam pelukannya. "Hei, kau semakin kurus saja sayang."Azura hanya mampu tersenyum.Jika perpisahan itu tidak menyiksa maka cinta mu adalah bohong semata.Nyatanya Azura semakin memikirkan Devan setiap saatnya. Apalagi kabar kalau perusahaan Devan mengalami kebangkrutan mulai terdengar oleh nya. Dia semakin memikirkan keadaan Pria itu.Akira memeluk tubuh Azura dengan riang. Dia memamerkan jari manisnya yang sudah dihiasi oleh cincin lamaran dari Azka. "Hem...ada yang akan menjadi Nyonya Orlando ternyata." Akira tertawa dan kembali memeluk adik_nya itu. "Terimakasih Azura.""Hem...kenapa aku.""Kalau kau tidak mengalah pasti aku akan patah hati."
Lima tahun berlalu…
“SAH…,” ucap semua orang dan Devan mencium keningAzura sangat mesra. Akhirnya jarak yang terjadi diantara mereka kini sirna, danDevano sangat bersyukur atas semua yang terjadi padanya dan Azura. Dia tidakmenyesali apa yang terjadi, tidak sama sekali ! karena semua yang terjadiantara dia dan Azura membawa mereka pada tahap dimana semua perkataan oranglain tentang hubungan mereka tidak penting. Karena yang terpenting adalahmereka saling mencintai.
Hai...setelah Part ini akan ada ekstra part tambahan ya... Jadi sabar menanti oke. Gak lama kok aku up nya. Ingatkan saja jika nanti kelamaan. Wkwkwk...****Jangan tanya bagaiman dinginnya tubuh mu saat terkena salju di musim dingin. Sungguh ini benar-benar sangat dingin, Devano bahkan menyadari kalau wajahnya sedikit kaku karena dia sudah lima jam berada diluar untuk menatap kearah cctv rumah itu.Dia sudah yakin kalau sebentar lagi dia akan konyol dengan pingsan atau mati kedinginan. Devan menghembuskan napasnya yang sudah mengeluarkan hawa dingin. Sementara itu Azura memberontak didalam kamarnya. Alfa sialan itu mengambil ponsel dan juga ipadnya. Benar-benar membuat Azura terkurung.“Buka…Mom, dad. KALIAN TIDAK BISA MEMPERLAKUKAN KU BEGINI, AKU BERHAK MENENTUKAN PILIHANKU.”Teriak Azu
Mobil Devano sampai kedalam rumah Azura, sebelum turun Azura sempat melirik Devan sekilas. Devan tersenyum padanya dan menggenggam erat tangan Azura."Boleh aku minta ciuman untuk langkah awal ku ?" Azura memutar bola matanya malas namun dia tetap memberikan sebuah kecupan lembut di pipi Devano."Ah setelah badai ini berlalu aku akan membuat bibir seksi itu bengkak." Azura tertawa dan mereka segera turun dari dalam mobil.Begitu sampai didalam rumah ternyata Zia dan Reikhan sudah menunggu Azura."Ah ternyata kita kedatangan tamu tidak diundang." Sarkas Zia."Mom__,""Azura naik kekamar mu."
Salju yang turun lebat di London tidak menghentikan aktifitas dari orang-orang yang tinggal disana.Seperti Azura yang masih harus pergi untuk melakukan pemotretan dan mengurus panti asuhan yang dia miliki.Azura merapatkan mantelnya saat dia turun dari dalam mobil bersama Bobby, dan seperti dugaan Bobby kalau dibelakang mereka adalah mobil Devano yang memang sudah mengikuti mereka sedari keluar dari pekarangan mansion.Azura tertegun melihat wajah kusut Devano yang terburu-buru menghampirinya.Sedikit tidak tega melihat pria yang dia cintai harus seperti ini."Azura, bisa kita bicara ?" Azura hanya mampu membisu, seolah jika dia berbicara maka semua akan berantakan.Sementara Bobby memilih kembali masuk kedalam mobil, sebenarnya Bobby sangat tidak ingin berbicara pada Devano. Dia masih sakit hati atas penyekapan yang dilakukan Devan ke
Devan membanting setir mobilnya saat dia mendengar dari Laura kalau Zia tidak menyambut baik niat mereka juga permintaan maaf Laura. Devan menghidupkan mobilnya, dia pergi ke apartement Azura dulu.Salju tebal yang dia lewati sepanjang jalan tidak membuat kecepatan mobil itu berkurang malah semakin bertambah.Beberapa kali Devan hampir menabrak pengendara lain, dia juga menerobos lampu merah hingga dia sampai di tempat itu.Jika Zia tidak menyetujui mereka maka apa lagi yang harus Devan lakukan.Begitu sampai pada unit yang dia dan Azura miliki Devan langsung masuk menuju kamar. Dia menggapai ponselnya dan menelpon Azura, tidak ada jawaban.Memang ini sudah larut malam. Bahkan pesannya tadi tidak di balas oleh Azura.Devan menelpon orang yang bisa dia pakai untuk melancarkan niatnya."H
Wanita anggun dengan tatapan intimidasi yang cukup kuat itu membuat lawannya bicaranya hanya terdiam setelah lima belas menit mereka bertemu."Wanita ular ini, berani sekali datang ke rumahku. Apa dia mau meminta maaf."Zia menatap tak suka Laura yang tiba-tiba datang ke rumahnya.Keadaan menjadi cair saat Akira datang membawa keberkahan bagi Laura."Mom," panggil Akira dan Zia masih tidak berkedip menatap Laura."Oh my god mom, tante Laura datang kesini ingin berbicara dengan Mommy tapi kenapa Mommy seolah menjadikannya sandra dirumah kita Mom."Zia menyunggingkan senyuman sinisnya dan bersidekap."Silahkan jika kau ingin berbicara. Waktu ku tidak banyak." Akira menepuk jidatnya karena Zia berlakon seperti ini.
Espresso hangat yang sedang dinikmati Laura dan Abraham menjadi tidak nikmat seperti biasanya saat sebuah berita infotaiment yang tidak mengenakkan di lihat oleh Laura.Abraham yang sedang membaca majalah bisnis pun terpaksa berhenti dan melihat kearah televisi. Disana Devano kembali terlihat konyol.Tapi berbeda dengan Laura, Abraham menyunggingkan senyuman. Dia tidak perduli dengan kata berselingkuh yang menjadi judul berita itu. Dia hanya ingin putranya bahagia.Laura terdiam saat wajah Azura menghiasi layarkaca itu, dia dikelilingi para paparazi yang siap menarik informasi darinya."Aku tidak ada hubungannya dengan perceraian atau apapun yang kalian katakan. Aku dan Devan tidak lagi memiliki hubungan."Azura terlihat menerob