Setelah selesai mengurus administrasi, Sarah langsung kembali ke ruangan Shireen berada. Ia menelepon suaminya dan memberitahukan bahwa anaknya sedang terbaring di rumah sakit.
Ayah dari Shireen, bergegas kembali ke Kota mereka dengan menggunakan penerbangan kelas 1. Hanya butuh beberapa jam saja, hingga ia sampai di rumah sakit tersebut."Sarah!! Bagaimana keadaan Shireen?" tanya Gandhi, setelah sampai di rumah sakit dan menghampiri istrinya.Sarah berdiri dari duduknya, ia langsung berhambur memeluk suaminya dna pura-pura menangis."Mas!! Shireen sakit, Mas. Tadi aku menemukannya pingsan di dalam kamar mandi," serunya terbata-bata menjelaskan kejadiannya dengan berbohong."Bagaimana bisa? Apa yang sebenarnya anak itu lakukan, sehingga membuatnya menjadi seperti itu!!" seru Gandhi marah."Aku juga tidak tahu, Mas. Mungkin saja dia kelelahan sehabis bermain seharian bersama teman-temannya," ujar Sarah berbohong, ia sengaja memanas manasi suaminya itu untuk membenci anaknya sendiri."Dasar anak nakal!! Menyusahkan saja!!" seru Gandhi kesal, rahangnya mengerat karena menahan kesal."Sudahlah Mas, tidak perlu marah-marah. Sebaiknya Mas duduk dulu istirahat disini, Mas pasti sangat lelah, setelah menempuh perjalanan yang jauh," ujar Sarah memasang raut wajah manjanya, sembari merayu suaminya itu.Gandhi menganggukkan kepalanya tanda setuju. Mereka berdua duduk di kursi tunggu yang tersedia di dekat ruangan tersebut.Setelah beberapa saat kemudian, para perawat dan dokter yang menangani Shireen, keluar dari ruangan UGD.Gandhi dan Sarah langsung mendekati dokter tersebut, dan langsung memberikan rentetan pertanyaan."Dokter, bagaimana keadaan putri saya? Sebenarnya sakit apa dia?" tanya Gandhi penasaran."Iya, Dokter, beritahu kami bagaimana keadaan putri kami," seru Sarah menimpali."Anak Bapak dan Ibu mengalami hipotermia. Efek dari terlalu lama dalam keadaan yang kedinginan, dan nampaknya tubuh anak anda basah kuyup dan menyebabkan ia menggigil kedinginan, karena terlalu lama sehingga membuat tubuhnya melemah," jawab sang Dokter panjang lebar menjelaskan."Jadi bagaimana keadaannya sekarang, Dok?" tanya Gandhi tidak sabaran."Anak anda akan melakukan terapi uap dan juga tidak boleh lepas dari selang oksigen, jika sampai hal itu terjadi maka anak anda bisa saja mengalami nafas terhenti mendadak dan membuat kerja jantungnya juga ikut terhenti," jawab sang Dokter."Baiklah, Dokter. Tolong berikan perawatan yang terbaik untuk anak saya," pinta Gandhi kepada Dokter tersebut."Baiklah, Pak. Kami akan memberikan perawatan yang terbaik untuk pasien," ujar sang Dokter meyakinkan."Terima kasih banyak, Dokter," ucap Gandhi."Sama-sama. Kalau begitu saya permisi dulu, Pak, Bu!" seru sang Dokter yang berpamitan kepada Gandhi dan juga Sarah.Setelah menganggukkan kepalanya mempersilahkan Dokter tersebut untuk meninggalkan mereka, Gandhi dan Sarah bergegas masuk ke dalam ruang rawat anaknya.Gandhi mendekati putrinya, ia mengelus wajah sang putri yang terlihat tamoak sangat pucat.Sarah berdiri di belakang Gandhi, ia tak berani mendekati Shireen karena masih takut jika Shireen tiba-tiba terbangun dan langsung mengadu kepada ayahnya, apa yang sebenarnya telah terjadi kepadanya."Cepat bangun anak nakal!! Jangan buat ayahmu ini panik!! Ayah banyak sekali kerjaan yang tidak bisa ditinggalkan terlalu lama!!" seru Gandhi memarahi putrinya yang masih saja terpejam menghiraukannya. Gandhi menitikkan air matanya, ia merasa sesak melihat kondisi putri sematawayangnya yang terbaring tidak berdaya di ranjang rumah sakit.Walaupun selama ini ia telah bersikap kasar kepada putrinya, tetapi di dalam lubuk hatinya yang paling dalam, Gandhi sangat menyayangi putrinya. Tetapi karena ego dan rasa kecewanya karena telah kehilangan istri yang sangat ia cintai, membuatnya mengeraskan hatinya dan lebih memilih mengabaikan dan melampiaskan kemarahannya kepada Shireen.Gandhi menenggelamkan kepalanya dilengan putrinya, dengan diam-diam ia menciumi punggung tangan putrinya yang masih terasa dingin."Bangunlah, Nak. Ayah sangat menyangimu," bisik Gandhi pelan.Entah Shireen mendengarnya atau tidak, tiba-tiba tangannya bergerak, membuat Gandhi terkejut dan refleks melihat kearah wajah Shireen.Kedua matanya mulai berkedut-kedut, mencoba mengangkat kelooak matanya yang sangat berat hendak dibuka.Dengan sekuat tenaga, Shireen akhirnya berhasil membuka satu persatu matanya. Pertama kali yang ia lihat adalah, langit-langit ruangan tersebut yang berwarna putih."Apakah aku sudah mati?" gumam Shireen.Gandhi tersentak mendengarnya."Shi... Shireen," panggil Gandhi terbata menyebut nama putrinya."Ayah... Mengapa aku mendengar suara ayah," seru Shireen yang masih belum sadar keberadaan ayahnya, ia masih terus menatao langit-langit ruang kamarnya. Mungkin karena efek obat bius yang di berikan oleh Dokter, membuat Shireen agak lamban merespon sekelilingnya.Gandhi memegang erat punggung tangan anaknya."Nak, ayah disini!" seru Gandhi menyadarkan Shireen.Dengan gerakan lamban, Shireen menolehkan wajahnya menatap Gandhi yang menatapnya dengan cemas."A... Ayah? Apakah aku sedang bermimpi?" guman Shireen tidak percaya."Tidak Sayang, kamu tidak sedang bermimpi. Ini benar ayahmu Nak," seru Gandhi yang terus berusaha menyadarkan anaknya.Shireen tersadar, ia meneteskan air matanya dengan deras.A... Ayah!! Shireen merindukan Ayah!" seru Shireen menangis histeris.Gandhi sudah tidak tahan menahan sesak di dadanya, ia berhambur memeluk putrinya yang lemah."Maafkan ayah, Nak. Ayah baru bisa pulang sekarang," ucap Gandhi meminta maaf kepada putrinya.Shireen tetap menangis tersedu-sedu, tangisannya sangat menyayat hati siapapun yang mendengarnya.Tangisannya sangat pilu, membuat siapapun yang mendengarnya, ikut teriris iris hatinya.Rasa rindu yang sudah lama ia pendam, akhirnya sekarang ia keluarkan semuanya dengan memeluk sang ayah dengan sangat erat, seakan ia tidak ingin kehilangan ayahnya."Ayah, jangan tinggalkan Shireen lagi, Shireen tidak bisa hidup sendirian! Shireen mau menyusul Bunda, tetapi Bimda tidak membawa Shireen bersamanya!!" seru Shireen dengan pilu, tangisannya bertambah deras.Gandhi tidak bisa menahan air matanya lagi, ia ikut terhanyut dengan suasana yang sangat menyedihkan ini.Sarah yang berada di belakang Gandhi, hanya bisa memutar kedua bola matanya malas, melihat adegan yang mellow dihadapannya.Gandhi melepas pelukannya, dengan serius ia menatap wajah anaknya."Sebenarnya apa yang terjadi, hingga menyebabkanmu pingsan di kamar mandi?" tanya Gandhi, ia memasang wajah mengintimidasi.Shireen melirik kearah Sarah yang sangat terkejut mendengar pertanyaan suaminya.Sarah memelototkan kedua matanya, dan memberikan kode kepada Shireen agar tidak menceritakan kejadian sebenarnya.Shireen yang ketakutan karena diancam Sarah, akhirnya berbohong kepada ayahnya."Sebenarnya, Shireen kelelahan ayah, dan kepala Shireen terasa sangat pusing ketika di kamar mandi, karena hilang keseimbangan akhirnya Shireen terjatuh, dan membentur tembok," jelas Shireen berbohong."Astaga!! Jadi benar yang Mama kamu katakan, kamu lelah karena seharian bermain bersama teman-temanmu?" tanya Gandhi menyelidik.Shireen kembali melirik kearah Sarah yang wajahnya menunjukkan raut wajah yang sangat cemas."Benar, Mas. Sudahlah tidak usah di perpanjang, lagian juga Shireennya sudah tidak kenapa-napa lagi," ujar Sarah menenangkan suaminya.Gandhi menghela nafasnya lelah. Akhirnya ia beranjak berdiri, hendak mengistirahatkan tubuhnya yang lelah dan juga pikirannya yang kacau."Ayah istirahat sebentar, ya," pamit Gandhi, ia berjalan menjauhi putrinya menuju sofa besar yang ada diruangan itu. Gandhi menyenderkan kepalanya di sandaran kursi yang sangat empuk dan memejamkan kedua matanya.Sarah mendekati Shireen."Awas saja kalau kamu berani mengadu kepada Mas Gandhi, akan aku berikan pelajaran yang sangat kejam untukmu kalau sampai berani macam-macam!!" Bisik Sarah mengancam Shireen.Shireen hanya bisa mengangguk patuh, ia tidak bisa berbuat apa-apa untuk melawan ibu tirinya.Setelah kerpegian Sarah yang menyusul suaminya dan duduk bersamanya, Shireen menghapus buliran air matanya yang terjatuh, ia sedikit senang melihat Ayahnya yang masih peduli kepadanya.Shireen menyunggingkan senyumnya yang manis, selanjutnya ia terlelap masuk ke alam mimpinya dengan nyenyak.Keesokan harinya...Pagi- pagi sekali, Shireen melakukan terapi uap, dengan di dampingi oleh sang Ayah.Ibu tirinya yaitu Sarah, masih saja terpejam dan tidur diatas sofa besar yang ada di ruangan tersebut.Setelah menjalani terapi, Shireen kembali diberikan obat lewat suntikan bius, yang membuatnya kembali mengantuk dan tertidur nyenyak.Gandhi masih setia menemaninya. Ia sudah menelepon sekertarisnya di kantor untuk mengubah senua jadwal pertemuan, dikarenakan alasan anaknya sakit.Ia tidak tega meninggalkan putrinya lagi, setelah melihat kondisinya yang sangat mendebarkan kemarin, di dalam hatinya ia berjanji untuk menemani putrinya di masa sulit itu.Beberapa hari menjalani pengobatan di rumah sakit, akhirnya Shireen sudah di perbolehkan untuk pulang ke rumahnya sendiri.Setelah kejadian itu, Ayah Shireen yaitu Gandhi, sudah merubah sikapnya yang tadinya dingin, sekarang sudah bersikap hangat kepada putrinya itu.Sedangkan Sarah masih saja sama, sikapnya hanya baik ketika sang suami berada disekitar Sarah dan Shireen, jika Gandhi berada dengan jarak yang jauh, Sarah kembali memperlakukan Shireen dengan kasar.Begitulah hari-hari yang di lewati Shireen hingga sekarang ia sudah mulai beranjak dewasa.Tepat di umurnya yang ke 23 tahun, Shireen sudah menyelesaikan pendidikan S-2 nya, dengan usia yang sangat terbilang muda.Shireen mempunyai seorang adik laki-laki, hasil buah cinta Ayahnya dan Ibu tirinya. Adiknya diberi nama Randi Akagani, sang penerus tahta perusahaan karena ia merupakan keturunan laki-laki pertama di keluarga tersebut.Shireen tidak mengambil pusing persoalan tahta perusahaan, Ia hanya fokus kepada pendidikannya saja dan berusaha untuk menjadi seorang dosen di sebuah Universitas ternama di Indonesia.Shireen sangat menyayangi adik satu-satunya itu, karena jarak mereka yang terbilang sangat jauh, membuatnya terlihat seperti keibuan, dan adiknya pun menganggapnya seperti itu. Randi sangat dekat dengan Kakaknya, dibanding dengan Ibunya yang suka memarahinya jika ia terlalu dekat dengan Shireen.Sikap Sarah kepada Shireen tetap saja sama seperti dulu, ia tetap memperlakukan Shireen seperti pembantu ketika suaminya sedang tidak nerada dirumah.Shireen yang sudah terbiasa sejak kecil, tidak terlalu memasukkannya ke dalam hati.Ia malah berusaha mengikis karang kerasnya hati Ibu tirinya itu.Walaupun ribuan kali merasa kecewa, tetapi Shireen tetap tidak menyerah. Ditambah semangat dari adik satu-satunya, Shireen tetap berusaha mendekati Ibu tirinya.Shireen lebih memilih berdamai dengan masa lalunya dan mencoba memperbaikinya dengan sekuat tenaga."Kak Shireen!!" teriak Randi memanggil Kakaknya dengan semangat.Shireen yang baru saja pulang dari kantor tempatnya bekerja, langsung merentangkan kedua tangannya menyambut pelukan sang adik.Randi memeluknya dengan sangat erat."Kakak kenapa lama sekali pulangnya?" keluh Randi kecil memarahi Kakaknya."Sayang, Kakak kan bekerja, jadi tentu lama pulangnha," jawab Shireen sekenanya."Tetapi kenapa harus lama, Kak? Kenapa Kakak tidak pulang duluan saja!!" Rajuk Randi kecil.Shireen terkekeh pelan, dengan gemas ia mencubit pipi Randi."Sayang, adik Kakak yang paling tampan, kalau Kakak pulang duluan nanti bos Kakak akan marah, memangnya Randi mau lihat Kakak dimarahi?" tanya Shireen sembari tersenyum."Tidak!! Siapa yang berani memarahi Kakak, biar Randi yang akan memarahinya juga!" seru Randi kecil dengan perkataannya yang cadel, membuatnya terlihat sangat lucu dan menggemaskan."Makanya, kalau Randi tidak mau Kakak dimarahi, jadi kamu harus lebih bersabar ya, menunggu Kakak pulang," ujar Shireen menjelaskan dengan sangat lembut."Hmm, Baiklah Kakak, Randi akan lebih sabar tungguin Kakak pulang," jawab Randi dengna sangat riang."Bagus!! Itu baru adiknya Kakak yang paling pintar!!" seru Shireen senang, ia kembali memeluk adiknya dengan sayang.Mereka berdua pun langsung beranjak menuju keatas, Shireen mengantarkan adiknya ke kamar adiknya terlebih dahulu, setelah itu ia pun bergegas menuju kamarnya sendiri yang terletak di lantai dua rumahnya yang megah.Tiba-tiba, Sarah muncul menghadang langkah Shireen, yang baru saja sampai di lantai dua."Mama, ada apa?" tanya Shireen heran.Sarah menatapnya dengan tajam sembari tersenyum sinis melihatnya."Wah, enaknya!! Jam segini baru pulang kamu, dari mana saja,hah!!" cetus Sarah sembari menatap tajam Shireen.Shireen menghembuskan nafasnya lelah, ia mencoba untuk bersabar menghadapi makhluk yang berada dihadapannya ini."Tuhan berikanlah aku kesabaran dalam menghadapinya," doa Shireen di dalam hatinya."Hey!! Kenapa malah diam, kamu tidak punya telinga ya!" seru Sarah menudingnya."Shireen di luar kerja, Ma!! wajar saja kalau jam segini baru pulang, karena di kampus lembur dan juga ditambah jalanan yang sangat macet, membuat perjalananku semakin lama," ujar Shireen menjelaskan.Sarah terkekh pelan."Alah!! Tidak usah banyak alasan. Bilang saja kamu habis berkencan dengan laki-laki hidung belang kan diluar sana!!" Celetuk Sarah merendahkan Shireen.Shireen terhenyak mendengar perkataan dari ibu tirinya itu. Karena dirinya merasa tub
Shireen mengendarai mobilnya sembari menangis meratapi nasibnya yang begitu buruk."Mengapa Tuhan selalu mengujiku dengan ujian yang sangat membuatku menderita!!' teriak Shireen menangis tersedu-sedu.Shireen menghapus air matanya dengan kasar, ia membawa mobilnya menuju kampus tempat ia bekerja.Setelah sampai disana, Shireen menghapus sisa air matanya, ia tidak mau dilihat habis menangis oleh anak didiknya. Setelah wajahnya sudah tampak segar, Shireen bergegas turun dari mobilnya.Shireen berjalan dengan tegas menuju kelas yang akan diajarnya. Beberapa saat kemudian, ia sampai di kelasnya. Semua anak didiknya sudah duduk rapi di kursinya masing-masing. Shireen duduk di kursi mengajarnya dan meletakkan tasnya di atas meja."Selamat pagi semua!" teriak Shireen menyapa anak didiknya dengan ceria seperti biasanya.Ia berusaha menampilkan senyumnya dan sifatnya yang ceria, yang membuat ia sangat di sukai oleh anak didiknya."Selamat pagi, Bu Can
Setelah menempuh perjalanan yang lumayan jauh, mobil mereka akhirnya sampai di salah satu Apartemen tertinggi di kota itu.Alkan keluar dari mobilnya di susul Shireen di belakangnya.Shireen berjalan dengan tertatih-tatih karena gaunnya yang sangat panjang, membuatnya menjadi susah berjalan cepat.Alkan yang sudah berada dengan jarak yang jauh, segera menghentikkan langkahnya dan berbalik melihat kearah Shireen yang masih berjalan dengan lambat sembari memegang gaunnya."Apakah kau tidak bisa berjalan lebih cepat!!" seru Alkan dingin.Shireen tersentak, ia berhenti berjalan dan menatap sepenuhnya kearah Alkan.Ia memicingkan matanya dengan tajam."Kau tidak bisa melihat, gaunku yang panjang ini sangat menyusahkanku berjalan!" celetuk Shireen tajam."Kalau begitu lepaskan saja gaunmu!!" teriak Alkan tidak peduli, ia kembali berjalan meninggalkan Shireen di belakangnya.Shireen menghembuskan nafasnya dengan kasar."Dasar laki-laki berhati es!! Tidak punya
Shireen baru saja terbangun dari tidurnya. Ia merenggangkan otot-otot tubuhnya yang terasa kaku, setelahnya ia terduduk di atas ranjang dan berusaha mengembalikan kesadarannya.Ia melihat ke sekeliling kamar itu yang membuatnya merasa heran."Sejak kapan lampu kamar ini semuanya hidup? Dan juga gorden ini sudah tertutup," batin Shireen heran."Ah sudahlah, mungkin saja pembantu rumah ini yang melakukannya," gumam Shireen positif thinking.Ia beranjak berdiri dari kasurnya hendak ke kamar mandi dan membersihkan tubuhnya dengan mandi di air hangat.Shireen masuk ke dalam kamar mandi, hidungnya sudah di manjakan dengan wanginya lilin aroma terapi."Hmm, nyamannya!!" seru Shireen yang mengendus wanginya.Ia melangkahkan kakinya memasuki kamar mandi tersebut, yang tanpa ia sadari, di balik dinding kaca dan gorden pemisah ruangan terdapat tubuh Alkan yang sedang berendam di dalam Bathup.Shireen menanggalkan pakaiannya satu persatu dan beralih memak
Setelah selesai berdandan, Shireen keluar dari kamarnya dan berjalan menuruni anak tangga menuju lantai bawah apartement suaminya.Shireen berjalan menuju dapur hendak memasak makanan untuk dirinya makan, karena perutnya sudah minta diisi karena lapar.Setelah sampai di dapur, Shireen di sambut seorang koki wanita yang langsung menghampirinya."Selamat malam Nona Shireen, apakah ada yang bisa saya bantu?" tanya sang koki dengan sopan.Shiren menampilkan senyum ramah di wajah cantiknya."Saya mau memasak untuk makan malam," jawab Shireen."Maaf Nona, Tuan Alkan tidak mengizinkan anda untuk memasak. Biarkan saya saja yang melakukannya," jelas sang koki.Shireen menghembuskan nafasnya kesal."Nona mau makan apa? Biarkan saya yang memasaknya, dan silahkan Nona tunggu saja di meja makan," ujar sang Koki dengan sopan mengatakannya."Baiklah kalau begitu buatkan saya beef steak dengan saus italian, saya tunggu di meja makan," seru Sh
Tanpa Shireen sadari, seseorang sedang memperhatikanya dari kejauhan, orang tersebut hanya melihat gerak-geriknya tanpa sedikit pun bergerak mendekati wanita itu. Setelah puas menangis, ia langsung menghapus sisa air mata yang masih membasahi kedua pipinya. Ia mengatur nafasnya guna mengurangi rasa sesak di dadanya, untuk sejenak ia menutup kedua matanya sambil menarik nafas dan menghembuskannya secara perlahan. Ketika ia rasa dadanya sudah terasa normal, Shireen meraih remote yang tergeletak di sebelahnya dan langsung menekan tombol power guna mematikan layar televisi tersebut. Shireen beranjak berdiri dari duduknya, baru saja ia berbalik dari tempatnya tiba-tiba kedua matanya terpaku menatap seorang pria yang berdiri tegap sembari menatapnya dengan pandangan yang tidak terbaca. "Mas Alkan!" serunya terkejut. Tanpa sepatah kata laki-laki itu berbalik meninggalkannya yang hanya bisa berdiri terpaku menatap kepergian laki-laki itu. Shireen hany
Shireen merupakan anak pertama sekaligus anak satu-satunya dari ayahnya bernama Akagani dan ibu kandungnya bernama Naisyila . Ibu kandung Shireen sudah lama meninggal, setelah beberapa jam melahirkan Shireen.Karena alasan meninggalnya ibunya Shireen, menjadi penyebab ayahnya Shireen sangat membencinya dan selalu menyalahkannya atas kematian istri sekaligus ibunya Shireen.Sejak kecil, Shireen selalu diperlakukan semena-mena oleh ayahnya dan juga ibu tirinya yang bernama Sarah. Ayah Shireen menikah untuk kedua kalinya, saat Shireen menginjak umur 12 tahun, Ia menikahi sekertarisnya sendiri yang usianya masih sangat muda saat itu.Semenjak mempunyai ibu tiri, hidup Shireen semakin terpuruk, tidak ada kenahagiaan di dalam hidupnya yang ada hanya siksaan dan tangisan yang selalu ia tampakkan.Shireen kecil, hanya bisa menangis meratapi nasibnya yang sangat buruk, ketika ayahnya sedang bekerja atau pun keluar kota, Shireen sering diperlakukan bak seperti seor
Tanpa Shireen sadari, seseorang sedang memperhatikanya dari kejauhan, orang tersebut hanya melihat gerak-geriknya tanpa sedikit pun bergerak mendekati wanita itu. Setelah puas menangis, ia langsung menghapus sisa air mata yang masih membasahi kedua pipinya. Ia mengatur nafasnya guna mengurangi rasa sesak di dadanya, untuk sejenak ia menutup kedua matanya sambil menarik nafas dan menghembuskannya secara perlahan. Ketika ia rasa dadanya sudah terasa normal, Shireen meraih remote yang tergeletak di sebelahnya dan langsung menekan tombol power guna mematikan layar televisi tersebut. Shireen beranjak berdiri dari duduknya, baru saja ia berbalik dari tempatnya tiba-tiba kedua matanya terpaku menatap seorang pria yang berdiri tegap sembari menatapnya dengan pandangan yang tidak terbaca. "Mas Alkan!" serunya terkejut. Tanpa sepatah kata laki-laki itu berbalik meninggalkannya yang hanya bisa berdiri terpaku menatap kepergian laki-laki itu. Shireen hany
Setelah selesai berdandan, Shireen keluar dari kamarnya dan berjalan menuruni anak tangga menuju lantai bawah apartement suaminya.Shireen berjalan menuju dapur hendak memasak makanan untuk dirinya makan, karena perutnya sudah minta diisi karena lapar.Setelah sampai di dapur, Shireen di sambut seorang koki wanita yang langsung menghampirinya."Selamat malam Nona Shireen, apakah ada yang bisa saya bantu?" tanya sang koki dengan sopan.Shiren menampilkan senyum ramah di wajah cantiknya."Saya mau memasak untuk makan malam," jawab Shireen."Maaf Nona, Tuan Alkan tidak mengizinkan anda untuk memasak. Biarkan saya saja yang melakukannya," jelas sang koki.Shireen menghembuskan nafasnya kesal."Nona mau makan apa? Biarkan saya yang memasaknya, dan silahkan Nona tunggu saja di meja makan," ujar sang Koki dengan sopan mengatakannya."Baiklah kalau begitu buatkan saya beef steak dengan saus italian, saya tunggu di meja makan," seru Sh
Shireen baru saja terbangun dari tidurnya. Ia merenggangkan otot-otot tubuhnya yang terasa kaku, setelahnya ia terduduk di atas ranjang dan berusaha mengembalikan kesadarannya.Ia melihat ke sekeliling kamar itu yang membuatnya merasa heran."Sejak kapan lampu kamar ini semuanya hidup? Dan juga gorden ini sudah tertutup," batin Shireen heran."Ah sudahlah, mungkin saja pembantu rumah ini yang melakukannya," gumam Shireen positif thinking.Ia beranjak berdiri dari kasurnya hendak ke kamar mandi dan membersihkan tubuhnya dengan mandi di air hangat.Shireen masuk ke dalam kamar mandi, hidungnya sudah di manjakan dengan wanginya lilin aroma terapi."Hmm, nyamannya!!" seru Shireen yang mengendus wanginya.Ia melangkahkan kakinya memasuki kamar mandi tersebut, yang tanpa ia sadari, di balik dinding kaca dan gorden pemisah ruangan terdapat tubuh Alkan yang sedang berendam di dalam Bathup.Shireen menanggalkan pakaiannya satu persatu dan beralih memak
Setelah menempuh perjalanan yang lumayan jauh, mobil mereka akhirnya sampai di salah satu Apartemen tertinggi di kota itu.Alkan keluar dari mobilnya di susul Shireen di belakangnya.Shireen berjalan dengan tertatih-tatih karena gaunnya yang sangat panjang, membuatnya menjadi susah berjalan cepat.Alkan yang sudah berada dengan jarak yang jauh, segera menghentikkan langkahnya dan berbalik melihat kearah Shireen yang masih berjalan dengan lambat sembari memegang gaunnya."Apakah kau tidak bisa berjalan lebih cepat!!" seru Alkan dingin.Shireen tersentak, ia berhenti berjalan dan menatap sepenuhnya kearah Alkan.Ia memicingkan matanya dengan tajam."Kau tidak bisa melihat, gaunku yang panjang ini sangat menyusahkanku berjalan!" celetuk Shireen tajam."Kalau begitu lepaskan saja gaunmu!!" teriak Alkan tidak peduli, ia kembali berjalan meninggalkan Shireen di belakangnya.Shireen menghembuskan nafasnya dengan kasar."Dasar laki-laki berhati es!! Tidak punya
Shireen mengendarai mobilnya sembari menangis meratapi nasibnya yang begitu buruk."Mengapa Tuhan selalu mengujiku dengan ujian yang sangat membuatku menderita!!' teriak Shireen menangis tersedu-sedu.Shireen menghapus air matanya dengan kasar, ia membawa mobilnya menuju kampus tempat ia bekerja.Setelah sampai disana, Shireen menghapus sisa air matanya, ia tidak mau dilihat habis menangis oleh anak didiknya. Setelah wajahnya sudah tampak segar, Shireen bergegas turun dari mobilnya.Shireen berjalan dengan tegas menuju kelas yang akan diajarnya. Beberapa saat kemudian, ia sampai di kelasnya. Semua anak didiknya sudah duduk rapi di kursinya masing-masing. Shireen duduk di kursi mengajarnya dan meletakkan tasnya di atas meja."Selamat pagi semua!" teriak Shireen menyapa anak didiknya dengan ceria seperti biasanya.Ia berusaha menampilkan senyumnya dan sifatnya yang ceria, yang membuat ia sangat di sukai oleh anak didiknya."Selamat pagi, Bu Can
"Mama, ada apa?" tanya Shireen heran.Sarah menatapnya dengan tajam sembari tersenyum sinis melihatnya."Wah, enaknya!! Jam segini baru pulang kamu, dari mana saja,hah!!" cetus Sarah sembari menatap tajam Shireen.Shireen menghembuskan nafasnya lelah, ia mencoba untuk bersabar menghadapi makhluk yang berada dihadapannya ini."Tuhan berikanlah aku kesabaran dalam menghadapinya," doa Shireen di dalam hatinya."Hey!! Kenapa malah diam, kamu tidak punya telinga ya!" seru Sarah menudingnya."Shireen di luar kerja, Ma!! wajar saja kalau jam segini baru pulang, karena di kampus lembur dan juga ditambah jalanan yang sangat macet, membuat perjalananku semakin lama," ujar Shireen menjelaskan.Sarah terkekh pelan."Alah!! Tidak usah banyak alasan. Bilang saja kamu habis berkencan dengan laki-laki hidung belang kan diluar sana!!" Celetuk Sarah merendahkan Shireen.Shireen terhenyak mendengar perkataan dari ibu tirinya itu. Karena dirinya merasa tub
Setelah selesai mengurus administrasi, Sarah langsung kembali ke ruangan Shireen berada. Ia menelepon suaminya dan memberitahukan bahwa anaknya sedang terbaring di rumah sakit.Ayah dari Shireen, bergegas kembali ke Kota mereka dengan menggunakan penerbangan kelas 1. Hanya butuh beberapa jam saja, hingga ia sampai di rumah sakit tersebut."Sarah!! Bagaimana keadaan Shireen?" tanya Gandhi, setelah sampai di rumah sakit dan menghampiri istrinya.Sarah berdiri dari duduknya, ia langsung berhambur memeluk suaminya dna pura-pura menangis."Mas!! Shireen sakit, Mas. Tadi aku menemukannya pingsan di dalam kamar mandi," serunya terbata-bata menjelaskan kejadiannya dengan berbohong."Bagaimana bisa? Apa yang sebenarnya anak itu lakukan, sehingga membuatnya menjadi seperti itu!!" seru Gandhi marah."Aku juga tidak tahu, Mas. Mungkin saja dia kelelahan sehabis bermain seharian bersama teman-temannya," ujar Sarah berbohong, ia sengaja memanas manasi suaminya itu un
Shireen merupakan anak pertama sekaligus anak satu-satunya dari ayahnya bernama Akagani dan ibu kandungnya bernama Naisyila . Ibu kandung Shireen sudah lama meninggal, setelah beberapa jam melahirkan Shireen.Karena alasan meninggalnya ibunya Shireen, menjadi penyebab ayahnya Shireen sangat membencinya dan selalu menyalahkannya atas kematian istri sekaligus ibunya Shireen.Sejak kecil, Shireen selalu diperlakukan semena-mena oleh ayahnya dan juga ibu tirinya yang bernama Sarah. Ayah Shireen menikah untuk kedua kalinya, saat Shireen menginjak umur 12 tahun, Ia menikahi sekertarisnya sendiri yang usianya masih sangat muda saat itu.Semenjak mempunyai ibu tiri, hidup Shireen semakin terpuruk, tidak ada kenahagiaan di dalam hidupnya yang ada hanya siksaan dan tangisan yang selalu ia tampakkan.Shireen kecil, hanya bisa menangis meratapi nasibnya yang sangat buruk, ketika ayahnya sedang bekerja atau pun keluar kota, Shireen sering diperlakukan bak seperti seor