"Mama, ada apa?" tanya Shireen heran.
Sarah menatapnya dengan tajam sembari tersenyum sinis melihatnya."Wah, enaknya!! Jam segini baru pulang kamu, dari mana saja,hah!!" cetus Sarah sembari menatap tajam Shireen.Shireen menghembuskan nafasnya lelah, ia mencoba untuk bersabar menghadapi makhluk yang berada dihadapannya ini."Tuhan berikanlah aku kesabaran dalam menghadapinya," doa Shireen di dalam hatinya.
"Hey!! Kenapa malah diam, kamu tidak punya telinga ya!" seru Sarah menudingnya."Shireen di luar kerja, Ma!! wajar saja kalau jam segini baru pulang, karena di kampus lembur dan juga ditambah jalanan yang sangat macet, membuat perjalananku semakin lama," ujar Shireen menjelaskan.Sarah terkekh pelan."Alah!! Tidak usah banyak alasan. Bilang saja kamu habis berkencan dengan laki-laki hidung belang kan diluar sana!!" Celetuk Sarah merendahkan Shireen.Shireen terhenyak mendengar perkataan dari ibu tirinya itu. Karena dirinya merasa tubuhnya dan pikirannya sangat lelah membuatnya menjadi badmood dan akhirnya emosinya sedikit terpancing dengan perkataan Ibu tirinya."Jangan Sembarangan kalau ngomong, Ma!! Aku bukan wanita seperti itu!" seru Shireen tajam."Kenapa?? Memang benar bukan, apa yang saya katakan!!" seru Sarah tidak mau kalah.Shireen kembali menghela nafasnya dengan kasar.
"Shireen memang benar-benar bekerja, Ma. Dan sekarang tubuh Shireen lelah, tolong jangan buat Shireen terpancing dan menjaid marah," ujar Shireen menjelaskan, ia masih tetap menahan kesabarannya."Tubuh kamu lelah? Habis ngapain kamu diluar sana?? Habis melayani laki-laki ya," seru Sarah sembari tertawa meledeknya.Kesabaran Shireen telah habis, akhirnya ia melampiaskan emosinya yang memuncak.Plak.....Tangan Shireen menampar wajah Ibu tirinya dengan kuat, membuatnya melotot karena terkejut. Pipi Sarah memerah akibat bekas tamparannya yang keras."Aw!!" teriak Sarah kesakitan, ia menatap wajah Shireen dengan tajam. "Berani-beraninya kamu menamparku!!"teriak Sarah marah."Kenapa? Kamu tidak suka? Sudah cukup ya selama ini aku bersikap sabar menghadapi tingkahmu, hari ini kamu sudah sangat kelewatan!!" Bentak Shireen dengan emosi.Sarah terlonjak kaget mendengar bentakan Shireen."Ka.. kamu!! Sudah sangat berani melawanku, lihat saja, aku akan melaporkan semuanya kepada Mas Gandhi!!" ujar Sarah mengancam."Silahkan saja!! Aku tidak takut!!" seru Shireen tidak peduli, ia berlalu meninggalkan Sarah yang geram melihatnya.Shireen membuka pintu kamarnya dan segera masuk ke dalam kamarnya, ia membanting pintunya dengan sangat keras, membuat Sarah terlonjak kaget."Dasar anak kurang ajar!! Berani-beraninya dia memperlakukan aku seperti ini!!" teriaknya marah.Sarah berjalan dengan menghentakkan kakinya karena kesal, ia berjalan menuju kamarnya dan ikut membanting pintu kamarnya dengan tidak kalah keras.Shireen menutup kedua telinganya menggunakan bantal, ia tidak ingin mendengar cacian dari Ibu tirinya lagi."Huuff, hari yang sangat melelahkan," gumam Shireen lelah.Ia merebahkan dirinya di atas kasurnya dan lebih memilih terlelap dan tidak membersihkan dirinya terlebih dahulu, ia sudah tidak perduli dengan tubuhnya yang lengket, ia hanya ingin melupakan kejadian tadi dengan tertidur pulas mengistirahatkan tubuhnya.Keesokan harinya, Shireen terbangun dengan tubuhnya yang terasa kaku. Ia merenggangkan otot-ototnya hingga membuatnya terasa sedikit berkurang rasa pegalnya."Ahh, sudah pagi saja!!" seru Shireen mengeluh sembari mengusap kedua matanya.Ia beranjak menuju kamar mandinya dan segera membersihkan tubuhnya yang sudah sangat lengket.Setelah bersih dan wangi, Shireen langsung memakai pakaian kerjanya yang sudah tersusun rapi di dalam lemarinya, dan langsung memakainya.Setelah memakai baju kerjanya, Shireen sedikit berdandan, ia memoles bedak ke wajahnya yang polos dan memakai pelembab bibir agar wajahnya tidak terlihat pucat.Setelah semua sudah sempurna, akhirnya Shireen beranjak keluar dari kamarnya menuruni anak tanggan dan menuju meja makan.Ternyata disana sudah ada sang Ayah dan Ibu tirinya yang menunggunya dengan tidak sabar."Ayah!!" teriak Shireen senang, ia berlari mendekati Ayahnya dan memeluknya dengan sangat erat melepas kerinduannya.Sang ayah membalas pelukannya, tetapi tidak lama kemudian ia melepasnya."Shireen duduk dulu sebentar, ada yang ingin Ayah bicarakan," ujar sang Ayah memberikan perintah kepada putrinya.Shireen yang keneranan akhirnya memilih menuruti perintah sang Ayah.Shireen duduk di kursi sebelah Ayahnya."Ayah mau bicara apa?" tanya Shireen penasaran, ia heran melihat wajah Ayahnya yang tampak sangat serius.Sang ayah menarik nafasnya dan menghembuskannya kembali."Shireen!! Perusahaan Ayah kolaps!" seru Gandhi pelan.Shireen melototkan kedua matanya karena terkejut mendengar pernyataan Ayahnya."Ayah bercanda ya?" tanya Shireen tidak percaya.Gandhi menghembuskan nafasnya yang berat menenangkan gemuruh yang ada di dadanya."Ayah serius, Nak. Perusahaan kita akan mengalami kebangkrutan," seru Gandhi memperjelas perkataannya."Tapi... Kenapa bisa, Yah? bukannya Ayah sangat teliti menangani masalah perusahaan," ujar Shireen, ia sangat heran mengapa bisa perusahaan yang di bangun dengan susah payah oleh sang Ayah bisa kolaps begitu saja."Staff Papa ada yang berkhianat, Nak. ia menguras semua keuangan perusahaan, sehingga perusahaan kita mengalami kerugian yang sangat besar," ujar Gandhi menjelaskan secara detil.Shireen terduduk lemas mendengarnya."Lalu sekarang kita harus bagaimana, Yah?" tanya Shireen bingung."Ayah sudah meminta bantuan kepada salah satu relasi Ayah. Ia akan membantu kita, tetapi dengan satu syarat," jelas Gandhi terpotong. Sekali lagi ia menghembuskan nafasnya dengan berat."Syaratnya apa, Yah?" tanya Shireen penasaran."Relasi Ayah mau membantu kita dengan menyuntikkan saham ke perusahaan Ayah, asalkan kamu mau menikah dengannya," ucap Gandhi akhirnya.Bagai tersambar petir, Shireen mendengar pernyataan Ayahnya dengan sangat terkejut tidak percaya."Ap... Apa maksud Ayah? Jelaskan kepadaku Ayah, jangan buat aku bingung," tanya Shireen terbata-bata."Nak, Maukah kamu membantu Ayahmu ini? Ayah tidak pernah meminta apapun darimu selama ini, tapi kali ini, Ayah memohon kepadamu untuk membantu Ayah sekali ini saja. Demi Ayah dan juga adikmu Randi. Pikirkan masa depannya, bagaimana jadinya kalau kita menjadi gelandangan?" seru Gandhi membawa-bawa nama anak lelakinya, agar putrinya itu luluh.Shireen terdiam, ia tidak bisa menjawab apa-apa."Sudahlah Shireen, terima saja tawaran Ayahmu, buktikan baktimu kepadanya bahwa kamu memang benar-benar menyayanginya!" seru Sarah yang ikut menimpali suaminya.Shireen tetap diam saja tidak bergeming sedikit pun.Tiba-tiba ia beranjak berdiri, berbalik dan meninggalkan meja makan tanpa suara dan pamit kepada sang Ayah.Shireen merasa sangat kecewa terhadap Ayahnya. Bisa-bisanya seorang Ayah hendak menjual putrinya kepada relasinya hanya demi harta?Shireen melenggang masuk ke dalam mobilnya, ia melajukannya dengan sangat kencang membelah jalanan Ibu Kota yang sangat padat.Berkali-kali, Shireen memukul stir mobilnya dengan keras, ia melampiaskan rasa kecewanya dengan menyakiti dirinya sendiri."Arghhhh!!!" teriak Shireen melampiaskan kemarahannya."Ayah!! Mengapa kamu sangat jahat kepadaku!!!" teriak Shireen putus asa. Akhirnya air mata yang ia bendung tertumpah juga, membasahi kedua pipinya yang mulus.Shireen menangis melampiaskan sesaknya dan emosinya yang memuncak.Shireen mengendarai mobilnya sembari menangis meratapi nasibnya yang begitu buruk."Mengapa Tuhan selalu mengujiku dengan ujian yang sangat membuatku menderita!!' teriak Shireen menangis tersedu-sedu.Shireen menghapus air matanya dengan kasar, ia membawa mobilnya menuju kampus tempat ia bekerja.Setelah sampai disana, Shireen menghapus sisa air matanya, ia tidak mau dilihat habis menangis oleh anak didiknya. Setelah wajahnya sudah tampak segar, Shireen bergegas turun dari mobilnya.Shireen berjalan dengan tegas menuju kelas yang akan diajarnya. Beberapa saat kemudian, ia sampai di kelasnya. Semua anak didiknya sudah duduk rapi di kursinya masing-masing. Shireen duduk di kursi mengajarnya dan meletakkan tasnya di atas meja."Selamat pagi semua!" teriak Shireen menyapa anak didiknya dengan ceria seperti biasanya.Ia berusaha menampilkan senyumnya dan sifatnya yang ceria, yang membuat ia sangat di sukai oleh anak didiknya."Selamat pagi, Bu Can
Setelah menempuh perjalanan yang lumayan jauh, mobil mereka akhirnya sampai di salah satu Apartemen tertinggi di kota itu.Alkan keluar dari mobilnya di susul Shireen di belakangnya.Shireen berjalan dengan tertatih-tatih karena gaunnya yang sangat panjang, membuatnya menjadi susah berjalan cepat.Alkan yang sudah berada dengan jarak yang jauh, segera menghentikkan langkahnya dan berbalik melihat kearah Shireen yang masih berjalan dengan lambat sembari memegang gaunnya."Apakah kau tidak bisa berjalan lebih cepat!!" seru Alkan dingin.Shireen tersentak, ia berhenti berjalan dan menatap sepenuhnya kearah Alkan.Ia memicingkan matanya dengan tajam."Kau tidak bisa melihat, gaunku yang panjang ini sangat menyusahkanku berjalan!" celetuk Shireen tajam."Kalau begitu lepaskan saja gaunmu!!" teriak Alkan tidak peduli, ia kembali berjalan meninggalkan Shireen di belakangnya.Shireen menghembuskan nafasnya dengan kasar."Dasar laki-laki berhati es!! Tidak punya
Shireen baru saja terbangun dari tidurnya. Ia merenggangkan otot-otot tubuhnya yang terasa kaku, setelahnya ia terduduk di atas ranjang dan berusaha mengembalikan kesadarannya.Ia melihat ke sekeliling kamar itu yang membuatnya merasa heran."Sejak kapan lampu kamar ini semuanya hidup? Dan juga gorden ini sudah tertutup," batin Shireen heran."Ah sudahlah, mungkin saja pembantu rumah ini yang melakukannya," gumam Shireen positif thinking.Ia beranjak berdiri dari kasurnya hendak ke kamar mandi dan membersihkan tubuhnya dengan mandi di air hangat.Shireen masuk ke dalam kamar mandi, hidungnya sudah di manjakan dengan wanginya lilin aroma terapi."Hmm, nyamannya!!" seru Shireen yang mengendus wanginya.Ia melangkahkan kakinya memasuki kamar mandi tersebut, yang tanpa ia sadari, di balik dinding kaca dan gorden pemisah ruangan terdapat tubuh Alkan yang sedang berendam di dalam Bathup.Shireen menanggalkan pakaiannya satu persatu dan beralih memak
Setelah selesai berdandan, Shireen keluar dari kamarnya dan berjalan menuruni anak tangga menuju lantai bawah apartement suaminya.Shireen berjalan menuju dapur hendak memasak makanan untuk dirinya makan, karena perutnya sudah minta diisi karena lapar.Setelah sampai di dapur, Shireen di sambut seorang koki wanita yang langsung menghampirinya."Selamat malam Nona Shireen, apakah ada yang bisa saya bantu?" tanya sang koki dengan sopan.Shiren menampilkan senyum ramah di wajah cantiknya."Saya mau memasak untuk makan malam," jawab Shireen."Maaf Nona, Tuan Alkan tidak mengizinkan anda untuk memasak. Biarkan saya saja yang melakukannya," jelas sang koki.Shireen menghembuskan nafasnya kesal."Nona mau makan apa? Biarkan saya yang memasaknya, dan silahkan Nona tunggu saja di meja makan," ujar sang Koki dengan sopan mengatakannya."Baiklah kalau begitu buatkan saya beef steak dengan saus italian, saya tunggu di meja makan," seru Sh
Tanpa Shireen sadari, seseorang sedang memperhatikanya dari kejauhan, orang tersebut hanya melihat gerak-geriknya tanpa sedikit pun bergerak mendekati wanita itu. Setelah puas menangis, ia langsung menghapus sisa air mata yang masih membasahi kedua pipinya. Ia mengatur nafasnya guna mengurangi rasa sesak di dadanya, untuk sejenak ia menutup kedua matanya sambil menarik nafas dan menghembuskannya secara perlahan. Ketika ia rasa dadanya sudah terasa normal, Shireen meraih remote yang tergeletak di sebelahnya dan langsung menekan tombol power guna mematikan layar televisi tersebut. Shireen beranjak berdiri dari duduknya, baru saja ia berbalik dari tempatnya tiba-tiba kedua matanya terpaku menatap seorang pria yang berdiri tegap sembari menatapnya dengan pandangan yang tidak terbaca. "Mas Alkan!" serunya terkejut. Tanpa sepatah kata laki-laki itu berbalik meninggalkannya yang hanya bisa berdiri terpaku menatap kepergian laki-laki itu. Shireen hany
Shireen merupakan anak pertama sekaligus anak satu-satunya dari ayahnya bernama Akagani dan ibu kandungnya bernama Naisyila . Ibu kandung Shireen sudah lama meninggal, setelah beberapa jam melahirkan Shireen.Karena alasan meninggalnya ibunya Shireen, menjadi penyebab ayahnya Shireen sangat membencinya dan selalu menyalahkannya atas kematian istri sekaligus ibunya Shireen.Sejak kecil, Shireen selalu diperlakukan semena-mena oleh ayahnya dan juga ibu tirinya yang bernama Sarah. Ayah Shireen menikah untuk kedua kalinya, saat Shireen menginjak umur 12 tahun, Ia menikahi sekertarisnya sendiri yang usianya masih sangat muda saat itu.Semenjak mempunyai ibu tiri, hidup Shireen semakin terpuruk, tidak ada kenahagiaan di dalam hidupnya yang ada hanya siksaan dan tangisan yang selalu ia tampakkan.Shireen kecil, hanya bisa menangis meratapi nasibnya yang sangat buruk, ketika ayahnya sedang bekerja atau pun keluar kota, Shireen sering diperlakukan bak seperti seor
Setelah selesai mengurus administrasi, Sarah langsung kembali ke ruangan Shireen berada. Ia menelepon suaminya dan memberitahukan bahwa anaknya sedang terbaring di rumah sakit.Ayah dari Shireen, bergegas kembali ke Kota mereka dengan menggunakan penerbangan kelas 1. Hanya butuh beberapa jam saja, hingga ia sampai di rumah sakit tersebut."Sarah!! Bagaimana keadaan Shireen?" tanya Gandhi, setelah sampai di rumah sakit dan menghampiri istrinya.Sarah berdiri dari duduknya, ia langsung berhambur memeluk suaminya dna pura-pura menangis."Mas!! Shireen sakit, Mas. Tadi aku menemukannya pingsan di dalam kamar mandi," serunya terbata-bata menjelaskan kejadiannya dengan berbohong."Bagaimana bisa? Apa yang sebenarnya anak itu lakukan, sehingga membuatnya menjadi seperti itu!!" seru Gandhi marah."Aku juga tidak tahu, Mas. Mungkin saja dia kelelahan sehabis bermain seharian bersama teman-temannya," ujar Sarah berbohong, ia sengaja memanas manasi suaminya itu un
Tanpa Shireen sadari, seseorang sedang memperhatikanya dari kejauhan, orang tersebut hanya melihat gerak-geriknya tanpa sedikit pun bergerak mendekati wanita itu. Setelah puas menangis, ia langsung menghapus sisa air mata yang masih membasahi kedua pipinya. Ia mengatur nafasnya guna mengurangi rasa sesak di dadanya, untuk sejenak ia menutup kedua matanya sambil menarik nafas dan menghembuskannya secara perlahan. Ketika ia rasa dadanya sudah terasa normal, Shireen meraih remote yang tergeletak di sebelahnya dan langsung menekan tombol power guna mematikan layar televisi tersebut. Shireen beranjak berdiri dari duduknya, baru saja ia berbalik dari tempatnya tiba-tiba kedua matanya terpaku menatap seorang pria yang berdiri tegap sembari menatapnya dengan pandangan yang tidak terbaca. "Mas Alkan!" serunya terkejut. Tanpa sepatah kata laki-laki itu berbalik meninggalkannya yang hanya bisa berdiri terpaku menatap kepergian laki-laki itu. Shireen hany
Setelah selesai berdandan, Shireen keluar dari kamarnya dan berjalan menuruni anak tangga menuju lantai bawah apartement suaminya.Shireen berjalan menuju dapur hendak memasak makanan untuk dirinya makan, karena perutnya sudah minta diisi karena lapar.Setelah sampai di dapur, Shireen di sambut seorang koki wanita yang langsung menghampirinya."Selamat malam Nona Shireen, apakah ada yang bisa saya bantu?" tanya sang koki dengan sopan.Shiren menampilkan senyum ramah di wajah cantiknya."Saya mau memasak untuk makan malam," jawab Shireen."Maaf Nona, Tuan Alkan tidak mengizinkan anda untuk memasak. Biarkan saya saja yang melakukannya," jelas sang koki.Shireen menghembuskan nafasnya kesal."Nona mau makan apa? Biarkan saya yang memasaknya, dan silahkan Nona tunggu saja di meja makan," ujar sang Koki dengan sopan mengatakannya."Baiklah kalau begitu buatkan saya beef steak dengan saus italian, saya tunggu di meja makan," seru Sh
Shireen baru saja terbangun dari tidurnya. Ia merenggangkan otot-otot tubuhnya yang terasa kaku, setelahnya ia terduduk di atas ranjang dan berusaha mengembalikan kesadarannya.Ia melihat ke sekeliling kamar itu yang membuatnya merasa heran."Sejak kapan lampu kamar ini semuanya hidup? Dan juga gorden ini sudah tertutup," batin Shireen heran."Ah sudahlah, mungkin saja pembantu rumah ini yang melakukannya," gumam Shireen positif thinking.Ia beranjak berdiri dari kasurnya hendak ke kamar mandi dan membersihkan tubuhnya dengan mandi di air hangat.Shireen masuk ke dalam kamar mandi, hidungnya sudah di manjakan dengan wanginya lilin aroma terapi."Hmm, nyamannya!!" seru Shireen yang mengendus wanginya.Ia melangkahkan kakinya memasuki kamar mandi tersebut, yang tanpa ia sadari, di balik dinding kaca dan gorden pemisah ruangan terdapat tubuh Alkan yang sedang berendam di dalam Bathup.Shireen menanggalkan pakaiannya satu persatu dan beralih memak
Setelah menempuh perjalanan yang lumayan jauh, mobil mereka akhirnya sampai di salah satu Apartemen tertinggi di kota itu.Alkan keluar dari mobilnya di susul Shireen di belakangnya.Shireen berjalan dengan tertatih-tatih karena gaunnya yang sangat panjang, membuatnya menjadi susah berjalan cepat.Alkan yang sudah berada dengan jarak yang jauh, segera menghentikkan langkahnya dan berbalik melihat kearah Shireen yang masih berjalan dengan lambat sembari memegang gaunnya."Apakah kau tidak bisa berjalan lebih cepat!!" seru Alkan dingin.Shireen tersentak, ia berhenti berjalan dan menatap sepenuhnya kearah Alkan.Ia memicingkan matanya dengan tajam."Kau tidak bisa melihat, gaunku yang panjang ini sangat menyusahkanku berjalan!" celetuk Shireen tajam."Kalau begitu lepaskan saja gaunmu!!" teriak Alkan tidak peduli, ia kembali berjalan meninggalkan Shireen di belakangnya.Shireen menghembuskan nafasnya dengan kasar."Dasar laki-laki berhati es!! Tidak punya
Shireen mengendarai mobilnya sembari menangis meratapi nasibnya yang begitu buruk."Mengapa Tuhan selalu mengujiku dengan ujian yang sangat membuatku menderita!!' teriak Shireen menangis tersedu-sedu.Shireen menghapus air matanya dengan kasar, ia membawa mobilnya menuju kampus tempat ia bekerja.Setelah sampai disana, Shireen menghapus sisa air matanya, ia tidak mau dilihat habis menangis oleh anak didiknya. Setelah wajahnya sudah tampak segar, Shireen bergegas turun dari mobilnya.Shireen berjalan dengan tegas menuju kelas yang akan diajarnya. Beberapa saat kemudian, ia sampai di kelasnya. Semua anak didiknya sudah duduk rapi di kursinya masing-masing. Shireen duduk di kursi mengajarnya dan meletakkan tasnya di atas meja."Selamat pagi semua!" teriak Shireen menyapa anak didiknya dengan ceria seperti biasanya.Ia berusaha menampilkan senyumnya dan sifatnya yang ceria, yang membuat ia sangat di sukai oleh anak didiknya."Selamat pagi, Bu Can
"Mama, ada apa?" tanya Shireen heran.Sarah menatapnya dengan tajam sembari tersenyum sinis melihatnya."Wah, enaknya!! Jam segini baru pulang kamu, dari mana saja,hah!!" cetus Sarah sembari menatap tajam Shireen.Shireen menghembuskan nafasnya lelah, ia mencoba untuk bersabar menghadapi makhluk yang berada dihadapannya ini."Tuhan berikanlah aku kesabaran dalam menghadapinya," doa Shireen di dalam hatinya."Hey!! Kenapa malah diam, kamu tidak punya telinga ya!" seru Sarah menudingnya."Shireen di luar kerja, Ma!! wajar saja kalau jam segini baru pulang, karena di kampus lembur dan juga ditambah jalanan yang sangat macet, membuat perjalananku semakin lama," ujar Shireen menjelaskan.Sarah terkekh pelan."Alah!! Tidak usah banyak alasan. Bilang saja kamu habis berkencan dengan laki-laki hidung belang kan diluar sana!!" Celetuk Sarah merendahkan Shireen.Shireen terhenyak mendengar perkataan dari ibu tirinya itu. Karena dirinya merasa tub
Setelah selesai mengurus administrasi, Sarah langsung kembali ke ruangan Shireen berada. Ia menelepon suaminya dan memberitahukan bahwa anaknya sedang terbaring di rumah sakit.Ayah dari Shireen, bergegas kembali ke Kota mereka dengan menggunakan penerbangan kelas 1. Hanya butuh beberapa jam saja, hingga ia sampai di rumah sakit tersebut."Sarah!! Bagaimana keadaan Shireen?" tanya Gandhi, setelah sampai di rumah sakit dan menghampiri istrinya.Sarah berdiri dari duduknya, ia langsung berhambur memeluk suaminya dna pura-pura menangis."Mas!! Shireen sakit, Mas. Tadi aku menemukannya pingsan di dalam kamar mandi," serunya terbata-bata menjelaskan kejadiannya dengan berbohong."Bagaimana bisa? Apa yang sebenarnya anak itu lakukan, sehingga membuatnya menjadi seperti itu!!" seru Gandhi marah."Aku juga tidak tahu, Mas. Mungkin saja dia kelelahan sehabis bermain seharian bersama teman-temannya," ujar Sarah berbohong, ia sengaja memanas manasi suaminya itu un
Shireen merupakan anak pertama sekaligus anak satu-satunya dari ayahnya bernama Akagani dan ibu kandungnya bernama Naisyila . Ibu kandung Shireen sudah lama meninggal, setelah beberapa jam melahirkan Shireen.Karena alasan meninggalnya ibunya Shireen, menjadi penyebab ayahnya Shireen sangat membencinya dan selalu menyalahkannya atas kematian istri sekaligus ibunya Shireen.Sejak kecil, Shireen selalu diperlakukan semena-mena oleh ayahnya dan juga ibu tirinya yang bernama Sarah. Ayah Shireen menikah untuk kedua kalinya, saat Shireen menginjak umur 12 tahun, Ia menikahi sekertarisnya sendiri yang usianya masih sangat muda saat itu.Semenjak mempunyai ibu tiri, hidup Shireen semakin terpuruk, tidak ada kenahagiaan di dalam hidupnya yang ada hanya siksaan dan tangisan yang selalu ia tampakkan.Shireen kecil, hanya bisa menangis meratapi nasibnya yang sangat buruk, ketika ayahnya sedang bekerja atau pun keluar kota, Shireen sering diperlakukan bak seperti seor