.
...So Enjoy Reading.Wanitu itu sesekali tersenyum sambil membalas pesan di ponsel.
Pesan yang berasal dari Grace dan Lucaz . Walapun sejak pertemuan pertama mereka belum bertemu kembali karna kesibukan Aira, tapi hubungan mereka menjadi lebih dekat. Terutama Lucaz, lelaki itu cukup intens mengirim pesan, sehingga Aira menjadi sedikit terbuka dengannya.Aira tersenyum kecil mengingat pertama kali datang di mansion ini. Dia sangat membenci pekerjaannya. Meski saat ini tak sepenuhnya menerima, tapi setidaknya pekerjaannya tak terlalu menjadi beban. Alex sedikit berbeda dari pertama bertemu. Ya, lelaki itu sudah tak begitu bertingkah seperti dulu. Mungkin karna setiap hari berinteraksi jadi dia sudah terbiasa akan keberadaannya.
Aira masih mengingat jelas terakhir kali Alex marah, berapa minggu yang lalu, tepatnya ketika dirinya pulang terlambat bersama Lina. Alex lebih mengerikan dari sebelum-sebelumya. Aira sampai bergidik ngeri ketika ingatan itu kembali, ia berharap hari itu adalah terakhir kalinya mendapat kamarahan dari Boss gilanya.
Flashback
Setelah berlari dari gerbang sampai pintu besar mansion dua gadis itu langsung di hadang oleh Joana di depan pintu. Tatapan berbeda diberikan wanita paruh baya itu pada Aira. Wajah datar dan sorot mata tak bersahabat. Sama sekali tak menunjukkan keramahan yang biasa Joana berikan.
" Joana maafkan kami, kami terlambat." Aira memberanikan diri berbicara, meski jantungnya bergemuruh hebat dan merasa ketakutan, tapi ia tetap harus menyuarakan maaf. Aira tahu bahwa ia sudah bersalah dan berharap Joana mau memaafkan
" Kalian sadar ini jam berapa? jangan kalian fikir aku sudah melonggarkan kewaspadaanku, kalian sudah bisa berbuat sesuka hati," ucap Joana dingin.
Aira meneguk ludahnya kasar, tak menyangka keterlambatannya akan membuatnya dalam masalah besar. Sedangkan Lina berdiri di belakang Aira dengan wajah pucat, ia belum pernah melihat kemarahan Joana menjadi takut dan tak berani berkata-kata.
" Maafkan aku Joana, ini salahku," saut Aira penuh sesal.
" Aku menganggapmu wanita yang memiliki sikap dewasa Aira, tapi apa? di hari pertamamu keluar, kamu sudah berani bertingkah." Joana menghembuskan nafas pelan, untuk mengontrol emosinya.
"Naiklah Aira! temui tuan, dia sedang mengamuk sekarang. Tenangkan dia, itu adalah tugasmu." perintah Joana penuh penekanan.
Tubuh Aira mendadak bergetar, mendengar Alex mengamuk rasa takut melingkupi.
'Apa ini? kenapa aku seperti mendapat vonis kematian? tenangkan dirimu Aira , kau pasti bisa mengatasinya.' gumam Aira dalam hati. Menghembuskan nafasnya beberapa kali.
Rasa iba di perlihatkan Lina pada Aira. Jika ia di posisi Aira mungkin ia sudah lari ketakutan. Lina tahu betul bagaimana jika Bossnya itu marah, semua benda tak luput dari amukan.
Lina menepuk lengan Aira, mencoba memberi semangat melalui tatapan matanya.Langkah kaki Aira dibuat sepelan mungkin, membuka pintu kamar Alex perlahan. Ruang gelap itu terlihat mencekam dan menakutkan. Aira seperti memasuki rumah berhantu, tapi menurutnya, lebih baik bertemu hantu daripada berhadap-hadapan dengan orang gila yang mengamuk.
Tempat itu sangat kacau, Semua barang berserekan di mana-mana. Aira menghentikan langkah saat kakinya menginjak sesuatu, ia membekap mulutnya menggunakan kedua tangan yang gemetar.
Mendengar pintu terbuka dan suara benda terinjak Alex membalikkan kursi roda menyorot tajam. Jika mata itu bisa menusuk, mungkin Aira sudah berdarah-darah. Giginya saling bergemlutuk menahan amarah.
Dengan secepat kilat, benda yang dipegang Alex melayang dan mengenai kepala Aira. Tidak ada jeritan atau ringisan kesakitan, walau benda keras itu sudah membuat dahinya terluka dan berdarah.
Hanya cairan bening jatuh dari sudut mata dan seluruh tubuhnya menggigil menandakan jika wanita itu dilanda ketakutan yang begitu hebat.
Bola mata Alex sedikit membesar melihat darah meleleh di pelipis menyusuri pipi mulus Aira. Ada perasaan sesal menggelayuti, apalagi cairan bening yang mengintip di sudut mata gadis itu membuat dadanya berdenyut ,sakit.
Sebenarnya Ia tak ingin menyakiti Aira, tapi perasaan marah telah menguasai sehingga lepas kontrol. Alex membawa kursi rodanya mendekati Aira, untuk melihat keadaan wanitanya lebih jelas lagi.
Tapi justru tindakan Alex semakin menyulut rasa takut Aira kian membesar. Aira reflek memundurkan tubuhnya ia takut Alex menyakitinya lebih dari itu.
Alex menggeram rendah, merasa tak teima karna Aira menghidarinya.
"Jangan coba-coba beranjak dari tempat ini Ara..!" suara serak nan berat milik Alex menggelegar di ruangan. Iris hitam itu semakin menyatu dengan gelapnya ruangan menguarkan aura yang menakutkan dan menyesakkan.
Aira berjengkit kaget, lututnya serasa lemas tak bertenaga bahkan untuk menghirup udarapun sangat sulit. Suara Alex bagai melodi kematian, kelebatan bayang mengerikan mengitari kepala Aira membentuk simpul kengerian.
Dan suara itu bak mantra untuk Aira hingga tubuhnya kini menjadi kaku bagai bongkahan es. Tidak dapat bergerak dan beranjak.
"Kau takut padaku, hemm...?"
suaranya melembut tapi tersirat nada ancaman. Tubuh Aira meremang, bulir air mata semakin deras berjatuhan membasahi pipi.Alex menarik Aira agar duduk di pangkuannya. Memandang Aira dengan tatapan lembut, mengusap air mata itu menggunakan ibu jari.
"Jangan menangis! itu menyakitiku." ucapnya selembut kapas. Gerakan ibu jarinya begitu pelan penuh ke hati-hatian seolah Aira benda beharga yang sangat rapuh.
Aira memejamkan mata merasakan kelembutan yang di hantarkan Alex malui reseptor kulitnya. Alex mencium kedua mata Aira, lalu bibir cukup lama tak ada lumatan atau gairah. Ciuman kasih sayang dan sarat akan permohonan maaf.
Aira membuka mata. Manik keduanya bertemu iris gelap itu terlihat teduh dan melembut jauh dari kesan menakutkan.
Alex merengkuh pinggang Aira erat. menenggelamkan kepalanya di dada Aira dan memejamkan mata menghirup aroma gadis itu untuk menenangkan hati dan kegundahannya. Aira hanya diam fikirannya masih berkecamuk.
Kini mereka berada diatas ranjang king size milik Alex dengan Aira tertidur pulas dalam rengkuhan.
Setelah memeluk Aira yang kelelahan sehabis menagis, wanita itu tertidur pulas di pangkuannya.Alex memperhatikan setiap jengkal wajah Aira, menyentuh kening terlukanya. Masih ada sisa darah yang sudah mengering. Pandangan matanya berubah sayu.
"Maaf...."
Hanya kata itu yang ingin ia ucapkan.
Tapi egonya terlalu tinggi membuatnya sulit mengungkapkan.Diciumnya luka itu lembut, lalu pindah kekedua mata Aira, hidung yang terakhir bibir lembutnya, di kecupnya bibir itu singkat."Bermimpilah yang indah, baby."
Lewat tengah malam Alex menghubungi seseorang. Beberapa menit kemudian muncullah seorang wanita, berwajah datar tanpa ekspresi. Ia memberikan kotak obat kepada sang boss.
"Bereskan semua kekacaun yang ada disini! bekerjalah sepelan mungkin, aku tidak mau wanitaku terbangun." ucap Alex menatap si wanita pelayan lekat. Pelayan itu hanya membungkuk tanda menerima perintah.
Alex membuka kotak obat, mengambil anti septik. Membersihkan luka Aira perlahan. Walau tidak terbangun, saat obatnya menempel pada luka dia akan mengeryit dalam tidunya.
Alex meniup luka itu lembut, memberinya plester dan mengecup pelan luka Aira yang sudah tertempel plester. Setelah mengemasi kotak obat ia ikut berbaring di sebelah Aira sambil memeluknya posesif, sama sekali tak terganggu dengan keadaan sekitar.
Flashback off
Setelah kejadian malam itu, semua berjalan seperti sedia kala. Joana kembali seperti biasa sosok keibuan dan ramah. Alex pun kembali seperti dulu selalu diam seperti orang kehilangan jiwa. suara yang ia dengar adalah pertama dan terakhir kalinya.
Kadang Aira merasa dirinya hanya bermimpi, pasalnya saat terbangun semua kembali seperti sedia kala. tak ada tanda-tanda tempat itu telah dihancurkan. Yang menyakinkan Aira hanyalah luka dikening masih terasa berdenyut.
******
"Hallo Greace," sapa Aira riang.
"Kau bersemangat sekali, apa sebegitu senangnya mendengar suaraku?" Greace tertawa pelan.
Aira ikut tertawa mendengar candaan Greace. "Bagaimana kabarmu?"
"baik, kau sendiri?, bagaimana pekerjaanmu?"
Setelah mendengar pertayaan Greace, Aira mulai mencertikan semuanyapada Greace. Aira juga mengeluhkan banyak hal pada sahabatnya itu."Aira, apa mungkiin bossmu menyukaimu?" tawa keras meluncur dari Aira. Perkataan Greace terdengar sangat konyol.
"Hei... Aku bicara serius!"
" Aku juga serius, itu tidak mukin. Bossku gila, orang gila akan bertingkah aneh bukan?"
"Terserahlah, begini saja kau pergi saja dari situ aku akan membantumu bekerja ditempatku. bagaimana?"
"Itu tidak mungkin, paspor dan visaku ditahan bagaimana aku bisa keluar, sedangkan aku sudah menandatangani kontrak tiga tahun"
"Jangan cemaskan itu, aku bisa membantumu, aku akan meminta bantuan Lucaz dia pasti dengan senang hati membantu."
"Cekz..., apa hubungannya dengan Lucaz?"
" Hei...., dia tergila-gila padamu. Dia takkan keberatan jika kau meminta bantuannya, pikirkan dulu Aira, aku tidak mau kau tertekan dengan pekerjaanmu"
"Terima kasih Greace, aku akan memikirkannya"
Mereka akhirnya memutuskan sambungan telpon. Aira mulai memejamkan mata untuk menyambut mimpi.
.
.
.
Sepanjang hari pikiran Aira berkecamuk, menjadi tidak tenang dan terus gelisah memikirkan tawaran dari Greace. Kakinya tak bisa diam berjalan mondar-mandir di taman.
'Apa aku harus menerimanya? tawaran itu sungguh menggoda, aku tidak harus berurusan dengan Alex lagi. Tapi, bagaimaana Alex?
Aaahh...., kenapa aku memikirkan dia, setelah aku pergi dia pasti mendapat perawat baru bukan? Ya aku harus pergi.' Aira sudah menentukan pilihan.Sayup -ayup Aira mendengar seorang bicara, ia menajamkan indra pendengarannya.
"Ya, aku sudah melakukan yang anda perintahkan"
Itulah suara yang ditangkap indra pendengar Aira. Aira yang penasaranpun mencari sumber suara. Suara itu semakin jelas.
"Ya, obat itu setiap hari diberikan pada Alex melalui pengasuhnya. Efeknya seperti yang anda katakan, Alex semakin tak terkendali dan jika terjadi sesuatu padanya, maka pengasuhnyalah yang di persalahkan."
Aira melihat punggung orang itu, dia memakai baju pelayan sama seperti dirinya. Kedua mata Aira melebar saat mendengar penjelasan wanita asing itu, perasaanya mendadak kacau.
'Obat itu aku yang memberikannya, berati aku yang sudah membuat tuan seperti itu.'
Perasaan bersalah menelusup di dada. Meski bukan dirinya yang membuat Alex seperti itu, tapi bukankah dia yang membawa obatnya dan memaksa Alexbmeminumnya, secara tak langsung dia juga terlibat.
Untuk beberapa saat Aira terus bergumul dengan hatinya.
Fikiranya mengatakan semua bukanlah salahnya, tapi hati terdalamnya mengutuk dirinya sendiri.Aira tersadar dari lamunan, mendadak menjadi panik karna tak menemukan sosok itu lagi. Berkeliling mencari diberbagai tempat. Netra matanya menangkap sesosok pelayan wanita berjalan terburu-buru.
Aira semakin terkejut karna mengenal pelayan itu. Dia adalah Nora, pelayan berwajah datar. Nora pelayan pendiam dan tak penah besosialita bersama yang lain.
Pelayan berdarah spanyol itu nampak mencurigakan. Apalagi beberapa kali Aira sering memergoki Nora, selalu berkeliling di mansion ini saat tengah malam. Aira mencoba mengejar Nora, tapi ia kehilangan jejak wanitanya.
Aira menutup wajahnya menggunakan kedua tangan, sedikit frustasi dengan permasalahan yang menimpa bossnya.
Ditempat persembuyianya tampak seorang wanita menatap Aira dengan seringainya , mata tajamnya, memperhatikan Aira yang kebingung mencari keberadaanya.
Senyum puas tersungging dari bibirnya..
..Revisi 10 juli 2021Ig Cayraalmera.Enjoy Reading. .Aira menyuapi Alex seperti biasanya. Lelaki itu hanya diam. Dulu Alex akan mengamuk, tapi sekarang lelaki itu menjadi semakin penurut. Entah karna telah terbiasa dengannya atau karna obat yang selalu ia berikan hingga Alex menjadi lelaki idiot penurut.Aira mencekram sendok yang dipegang kuat, perasaan marah dan bersalah menguasainya.'Ini bukan salahmu Aira, kau hanya berada di posisi yang salah.''Jika kau tak memberinya obat itu, Alex takkan seperti ini, kau memang penyebab Alex seperti ini.''Sebelu
Ost : Abraham Matteo~ Loco Enamorado.. ...Saat ini Aira berada di dapur dengan Joana, ia membantu Joana membuat kue.Aira bertekat akan mencari tahu tentang permasalahan Alex.Mengingat nama Alex membuatnya sedikit jengkel, setelah penyamarannya terbongkar, lelaki itu semakin menyebalkan.Dia selalu menempel padanya dan menciumnya sesuka hati. Ia kadang frustasi menghadapi kemesuman Alex yang sialnya berstatus majikannya.Aira mulai memilah kata-kata yang tepat untuk ditanyakan pada Joana, berdehem untuk menetralkan kegugupannya."Joana, kau kan sudah lama bekerja dengan keluarga tuan Alex. sebenarnya apa yang menyebabkan tuan Alex seperti sekarang ini?" tanya Aira sambil mengaduk adonan kue.Joana yang mencetak adonan kue di dalam loyang pun berhenti. meng
..Enjoy Reading. ..Jam menunjukkan pukul 01.05 tengah malam. Merasa haus Aira meraih pitcher yang selalu tersedia di atas nakas sebelah tempat tidurnya. Rasa haus seperti mencekik kerongkongan. Menghembuskan nafas pelan ketika pitcher itu kosong.Aira terpaksa menurunkan kakinya, melangkah keluar menuju dapur.Langkahnya terhenti saat melihat sekelebat bayangan seseorang.Mengedarkan pandangan dan mendapati siluit wanita tak jauh darinya. Aira segera bersembunyi di balik dinding memperhatikan postur tubuh wanita itu dari belakang. Sudah bisa ditebak dari cara berjalan saja dia adalah Nora. " Dia lagi, sebenarnya apa
Enjoy Reading..Dering ponsel berasal dari laci nakas berbunyi cukup keras. Hingga sang empunya menoleh ke asal suara. Sedikit enggan Alex membuka laci dan mengambil benda pipih yang terus mengeluarkan bunyi. Ingin sekali Alex mengabaikannya karna ia sudah tahu apa yang akan di bahas bocah cunguk itu. Tapi ibu jarinya seolah menghianiti sang pemilik dengan bergerak mengusap tombol bewarna hijau."Apa?" suara serak Alex terdengar malas, enggan untuk berbasa-basi."Cekz...., setelah mendapatkan kesenangan di sana kau melupakanku." Si penelponpun menggeram rendah menahan kekesalan. Alex memutar bola mata jengah. "Apa hanya itu yang ingin kau s
Enjoy Reading..Aira duduk di ranjang kamar, sambil menopang dagu. Sesekali tersenyum dan mengacak rambut kemudian tertawa—lalu merebahkan tubuhnya kasar di ranjang."Ooh..., kau memang gila Aira. Bagaimana bisa kau memiliki affair bersama majikanmu? bagaimana kalau Joana tahu, pasti dia akan mengamuk."Aira menggeleng keras, membayangkan Joanamarah karna telah memikat boss beharganya."Maafkan aku joana. Alex sangat menggoda, dan aku menyukainya."Aira tertawa sendiri kemudian menenggelamkan wajahnya ke dalam bantal. Mulai memejamkan kedua mata karna malam sudah larut....Semantara di ruangannya Alex merasa ge
Tepat tengah hari Aira turun dari lantai dua dengan senyum tak pernah luntur dari wajahnya.Dia menghabiskan waktu bersama Alex. Hatinya menghangat ketika mengingat hal sederhana yang baru mereka lakukan.Aira tak percaya, ia awalnya bekerja menjadi pengasuh bossnya malah terjebak dalam pesona Alex.Melihat Aira bertingkah aneh membuat Lina mengerutkan kening. "Kak, apa kau baru saja memenangkan lotre? kau bahkan tersenyum sendiri seperti orang gila. ""Lebih dari itu," jawab Aira riang."Apa kau mempunyai kekasih baru?" tanya Lina asal.Sontak Aira pun menoleh,Ia heran kenapa Lina selalu bisa menebak apa yang ada di hatinya. Apa dia keturunan dukun?.Melihat ketegangan di wajah Aira, Lina pun menampilkan senyum tipis. "Jadi benar kau memiliki kekasih, siapa kekasihmu? aahh... aku ingat kemarin kau mengatakan hubunganmu dengan tuan tam
Area dewasa harap bijak memilih bacaan...So Enjoy Reading...Matahari belum menampakkan sinarnya, tapi Aira sudah terbangun dan bergegas menuju tempat Alex. Lelaki itu masih tertidur pulas di atas ranjang.Ia mendekat, duduk berjongkok di sebelah ranjang, memandang wajah damai kekasihnya. Sudut bibirnya melengkung ke atas, ia tak pernah bosan memandangi mahluk Tuhan satu ini. Alex terlihat tampan dalam keadaan apapun."Kenapa hidungmu sangat panjang, seharusnya kau membagikan sedikit untukku dan lihat bibirmu kenapa kau memiliki bibir sesexy ini. Sangat tidak adil, kau memiliki segalanya y
...So Enjoy Reading....Alex mulai mengetik sesuatu di ponsel, mengirim pesan kepada orang kepercayaannya. Meremas benda pipih itu kemudian melemparnya asal ke atas ranjang.Ia harus mempercepat rencana. Dulu ia tak pernah mempermasalahkan jika harus bersembunyi dan tetap pada rencana awal, tapi sekarang ia sudah memiliki Aira dan tak mungkin meyembunyikan hubungan mereka terus-menerus.Ia juga ingin menikmati waktu bebas dengan Aira seperti pasangan kekasih pada umumnya, bukan dengan cara kucing-kucingan seperti ini. Membawa hubungan mereka ke tahap
Area dewasa bijak memilih bacaan 21+Bibir Aira dan Alex saling mencecap beradu begitu liar dalam desiran gairah yang mereka ciptakan. Ciuman hanya terlepas sebentar karna ingin meraup oksigen yang mulai habis setelahnya berlanjut lebih intim.Suara deru nafas terdengar bersautan ketika Alex melepas ciuman, bibir Aira masih terbuka dengan mata memejam erat dan dahi saling menempel. Perlahan kelopak mata itu terbuka menatap wajah Alex sayu. Entah mengapa Aira merasa tak rela bibir mereka terpisah."Kita sudahi semuanya," bisik Alex serak menahan segala gairah yang sudah memenuhi jiwanya. Saat ini mereka di mobil dan ia tak ingin berbuat lebih jauh lagi."Aku merindukanmu, Al," ucap Aira lirih tapi terdengar seperti desahan merdu yang menggoda Alex.Shhiiittt,&
Enjoy Reading..Tubuh Aira membeku saat menyasikkan pemandangan didepannya. Senyum cantik tersungging di sudut bibir. Tak jauh darinya pemandangan indah terhampar di sana.Terdapat papan kayu diletakkan diatas pasir yang berguna sebagai pijakan, disisi kiri dan kanan terdapat sebuah lampion kecil sebagai hiasan serta memasang kelambu bewarna putih untuk mempercantiknya.Terdapat beberapa tiang digunakan untuk menggantung lampion dengan ukuran yang lebih besar, beberapa bunga diletakkan disamping tiang tersebut.Hingga beberapa meter darinya tampaklah sebuah meja persegi terbuat dari kayu, diatas meja sudah terisi dua gelas dan 1 botol minuman, satu tangkai bunga mawar turut diletakkan ditengah meja.Senyum Aira semakin lebar kala meliha
Setelah sampai mansion, Alex langsung menuju kamar, melepas semua pakaiannya menyisakan celana dalam. Baju yang dipakai juga berbeda dari saat pergi. Menyibak selimut kemudian berbaring disebalah Aira.Alex membalik tubuh Aira yang tidur membelakangi, memeluk tubuh itu dan mencium pucuk kepalanya singkat. Kedua matanya terpejam lalu ikut terbuai kealam mimpi...Usapan lembut dikepala lelaki yang masih terlelap itu membuat tidurnya semakin nyaman bahkan enggan untuk membuka mata hingga suara halus memasuki indra pendengar, membuanya mengerjap."Al, bangun!" bisik Aira beberapa kali di dekat telinga Alex. Tanpa di duga tangan besar Alex meraih telapak tangan Aira, membawanya ke bibir, mencium jemari itu penuh cinta."Five minute, baby,"
Part ini mengandung unsur kekerasan. Bijak dalam memilih bacaan. ⛏️🔫🔫 Enjoy Reading ........ "Wajah tampanku ini sangat tidak cocok dengan rantang di tanganku ini." Acer meletakkan bekal makan siang dari Aira di atas meja kerja Alex begitu keras membuat siempunya yang sedang berkutat dengan pekerjaannya menatapnya dengan dahi mengerut. "Aku baru tahu, kalian berdua memang pasangan yang serasi, sama-sama menjengkelkan," ujarnya lagi sedikit jengkel. "Sekarang tugasmu sudah selesai, pergilah!" perkataan Alex benar-benar membuat Acer terbengong beberapa saat, sebelum umpatan keluar lagi dar
Enjoy ReadingAlex meremas sebuah laporan yang diberikan oleh Ryan sang sekretaris. Menatap pemuda tersebut tajam."Jelaskan!" perintah Alex bernada dingin."Itu adalah bukti penggelapan dana yang dilakukan oleh beberapa orang penting di perusahaan ini," jawab Ryan tenang dan sesopan mungkin."Selama anda pergi mereka memanipulasi data keuangan sehingga menimbulkan kerugian yang cukup besar. Dan itu cukup berimbas pada beberapa perusahaan anak cabang. Dua perusahaan anak cabang anda sudah diambil alih. Anda pasti sudah tahu siapa pelaku sebenarnya. "Kedua mata Alex memejam, menyandarkan punggung pada kursi. Mendengarkan seluruh informasi yang disa
Enjoy ReadingSetelah memberi Aira obat dan teh hangat, kini mereka berbaring di ranjang dengan posisi miring. Alex memeluk tubuh Aira dari belakang juga mengelus perut sang kekasih naik turun, untuk meredakan sakit perutnya.Aira memejamkan mata menikmati elusan tangan Alex yang membuatnya nyaman, sakit perutnya sudah sedikit reda setelah dokter Edward memberinya obat."Ceritakan padaku bagaimana kau bisa kenal lelaki yang bernama Martines." Alex tak bisa menahan rasa penasarannya daripada menyimpulkan sendiri, berakhir meyakiti Aira, ia akan menanyakan langsung tentang kedekatannya dengan lelaki bernama Martinez.Mungkin saran dari Edward benar berbicara dengan baik serta kepala dingin juga diperlukan, walau sebenarnya itu bukan gayanya.Hembusan nafas pelan terdengar, kenapa Alex
Enjoy ReadingSetelah memberi Aira obat dan teh hangat, kini mereka berbaring di ranjang dengan posisi miring. Alex memeluk tubuh Aira dari belakang juga mengelus perut sang kekasih naik turun, untuk meredakan sakit perutnya.Aira memejamkan mata menikmati elusan tangan Alex yang membuatnya nyaman, sakit perutnya sudah sedikit reda setelah dokter Edward memberinya obat."Ceritakan padaku bagaimana kau bisa kenal lelaki yang bernama Martines." Alex tak bisa menahan rasa penasarannya daripada menyimpulkan sendiri, berakhir meyakiti Aira, ia akan menanyakan langsung tentang kedekatannya dengan lelaki bernama Martinez.Mungkin saran dari Edward benar berbicara dengan baik serta kepala dingin juga diperlukan, walau sebenarnya itu bukan gayanya.Hembusan nafas pelan terdengar, kenapa Alex
Enjoy Reading.Mobil Roll Royce bewarna hitam itu berhenti tepat di pelataran mansion. Seorang pengawal yang berjaga sigap membukakan pintu mobil sang boss. Alex turun menarik paksa tubuh Aira membawanya memasuki mansion. Aura lelaki itu semakin mengerikan, disaat seperti ini tak ada seorangpun yang berani mendekat termasuk para maid yang biasa menyambut. Semua hanya menyaksikan dari jauh kedua pasangan itu.Tentu mereka heran karna tadi ketika berangkat keduanya masih sangat mesra , apalagi selama disini tak pernah melihat sang Tuan memperlakukan wanitanya kasar. Tapi saat iniAlex seperti orang kalap bahkan tak memperdulikan Aira yang berjalan pincang dengan kaki telanjang.Hembusan kecil dilayangkan Joana, memandang punggung sang Tuan yang sema
"Alex..." Panggilan itu membuat tubuh Alex menegang seketika. Suara itu adalah suara yang sangat dibenci Jug tak ingin didengar lagi. Bunyi heels terketuk lantai semakin terdengar mendekat, kedua mataAlex memejam lalu membuka. Pandangan itu seketika menajam juga dingin. Alex berbalik, pertama kali yang dilihatnya netra sayu Evelin. Kaki berbalut heels lima lima cm itu semakin mendekat, satu tangan Envelin bahkan terulur bermaksud meraih jaz lelaki tersebut. Tapi sebelum terjadi Alex sudah memundurkan langkahnya hingga tangan Evelin melayang sia-sia di udara. "Jangan coba-coba menyentuhku!" Ucapan itu terlampau dingin sampai Evelin menarik kembali lengannya. Cairan bening sudah menumpuk di pelupuk mata. "Aku merindukanmu, aku senang kau sudah kembali." suara Evelin begitu lirih, wajahnyapun tertunduk dalam merasa bersalah karna telah mengkh