Cia merengut. Bukan karena melihat wajah datar Elgan, tapi karena kehadiran pria itu yang tiba-tiba membuatnya terkejut. Untung saja ia tidak punya riwayat penyakit jantung. Kalau tidak, Elgan mungkin akan menduda saat ini juga. Ck! Oh, tidak! Cia tidak akan rela. Ia tidak mau mati muda dan membiarkan Elgan mencari penggantinya. Demi Tuhan! Ia tidak ingin hal itu terjadi.
"Kenapa kalian membiarkan istriku memasak?! Aku kan sudah meminta kalian untuk mengawasinya dan tidak mendekati dapur!" Elgan mengintimidasi Santi dan Ratih yang berdiri kaku di tempat mereka. Kedua wanita itu menunduk takut menatap ujung kaki mereka yang mungkin lebih menarik dibandingkan melihat wajah menyeramkan Elgan.
"Maaf, Tuan," ujar Ratih pelan. Suaranya hampir tidak terdengar.
"Elgan, kamu jangan salahkan mereka. Tadi, mereka juga udah ngelarang aku biar gak masuk dapur. Cuma aku nya aja yang ngelawan. Aku bener-bener lagi pengen masakin sarapan buat kamu. Kamu jangan marah, ya?" Cia menyentuh lengan Elgan sambil menatap pria itu dengan puppy eyes andalannya. Ia tidak akan membiarkan Elgan memarahi Santi dan Rsalahka
Elgan menghela nafas, jika sudah begini mana mungkin ia menolak permintaan Cia. Melihat wajah memelas Cia membuatnya tidak tega untuk menolak keinginan istrinya itu. Well, Elgan akan menuruti Cia kali ini. Walaupun begitu, ia tidak akan membiarkan Cia tanpa pengawasannya. Jangan sampai ia lengah dalam mengawasi Cia yang keras kepala.
Elgan menarik ujung bibirnya, tipis. lalu mengecup kening dan bibir istrinya dengan penuh cinta. Cia yang belum siap, langsung saja membelalak dan mendorong dada bidang Elgan agar menjauh darinya.
"Morning kiss," Elgan menatap Cia dengan senyum jahilnya. Dorongan Cia di tubuhnya sama sekali tidak berpengaruh.
"Pagi, Sayang, kamu baik-baik aja kan di dalam sana?" Mengabaikan ketegangan Cia, Elgan berjongkok di depan perut istrinya itu. Menciumi perut besar Cia dan mengusapnya dengan lembut.
Santi dan Ratih yang tadinya memperhatikan majikan mereka langsung menunduk dan beranjak pergi dari tempat mereka. Tidak dapat dipungkiri kalau wajah mereka ikut memanas melihat kemesraan yang diberikan Elgan untuk nyonya mereka.
"Kamu iih," Cia memukul lengan kokoh Elgan. Ia cukup malu dengan pelayannya karena Elgan menciumnya di hadapan mereka. Elgan benar-benar tidak tahu tempat dan situasi.
Elgan mendongak, menatap wajah Cia dari balik perut wanita itu. Melihat wajah cemberut Cia membuatnya gemas.
"Kenapa, Sayang?" tanya Elgan tanpa beranjak dari tempatnya. Tangannya masih tetap menempel di perut besar Cia.
"Kamu bisa gak usah nyium aku di hadapan mereka. Aku malu tau," kesal Cia. Tangannya lantas menarik pelan rambut Elgan. Melampiaskan kekesalannya. But, Elgan tidak masalah dengan itu. Tidak apa ia dihajar sekalipun oleh Cia asalkan ia bisa mendapatkan apa yang ia mau. Good. Bukannya sedari dulu Elgan memang begitu? Ck!
"Tapi, aku suka. Gimana dong? Udah ah, kamu mau masak kan? Silahkan. Aku akan izinin kamu asalkan aku juga diizinin untuk meluk kamu selagi masak, gimana? Kamu setujukan?" Elgan menyeringai. Menaik turunkan alisnya seraya menatap Cia jahil.
Cia mengulum bibirnya. Berpikir sebentar dengan apa yang Elgan ucapkan barusan. Elgan mengizinkannya memasak asalkan pria itu bisa memeluknya. Ok, no problem. Walaupun agak sedikit sulit, Cia akan menuruti keinginan Elgan. Toh, mereka juga sama-sama diuntungkan. Ck!
Cia tersenyum senang, kehadiran Elgan di dekatnya semakin menambah semangatnya untuk memasak.
"Thank you honey. Aku setuju." Cia mengecup pipi Elgan, kegirangan.
Dapur yang didominasi oleh warna pink rose yang memberikan kesan romantis menjadi saksi kebahagiaan kedua orang itu.
Elgan berdiri di belakang Cia, siap untuk memeluk istrinya itu. Hal itu membuat Cia mengulum senyumnya. Elgan sangat posesif semenjak masa kehamilannya. Cia semakin yakin kalau suaminya itu pasti sangat mencintainya. Di sela-sela memasak, Cia sesekali bergidik merasa geli akibat sentuhan Elgan. Suami itu sangat jahil. Seperti ia tidak akan dibiarkan leluasa untuk menyelesaikan masakannya. C'mon, Cia sudah tidak sabar mengakhiri pekerjaannya dan bisa makan berdua dengan Elgan.
"Bisa geser sebentar?" Cia menoleh ke samping, melihat wajah datar Elgan yang tersenyum manis. Nah kan, pria itu kalau sudah ada maunya sangat pandai mengambil hati. Dasar buaya!
Elgan menggeleng seraya mengedipkan sebelah matanya. Enak saja Cia menyuruhnya bergeser. Gadis itu sudah menjadi miliknya di area dapur. Elgan tidak akan mau.
"Oke lah kalo kalo kamu gak mau," pasrah Cia akhirnya dan kembali melanjutkan pekerjaannya yang tadi sempat tertund.
Elgan tertawa dalam hati. Menggoda Cia membuat harinya dipenuhi oleh kebahagiaan. Dan benar saja! Elgan sama sekali tidak melepaskan pelukannya dari tubuh Cia hingga wanita itu selesai memasak. Kemanapun Cia melangkah, maka Elgan juga ikut melangkah. Pria itu sudah seperti anak Kangguru saja. Setelah Cia selesai memasak, baru lah Elgan melepaskan dekapannya. Namun, sebelum itu, ia masih sempat-sempatnya menggoda Cia dengan mengecup pipi mulus wanita itu. Cia yang melihat sisi manja Elgan hanya bisa menggeleng. Ia tidak mungkin marah. Elgan suaminya. Melihat Elgan yang seperti itu, justru membuatnya merasa diinginkan. Yah... Walaupun terkadang sedikit menyebalkan. Ck!
Elgan memasukkan sayur bening bayam yang telah jadi ke dalam mangkuk lalu membawanya ke meja makan. Kemudian mengambil piring, sendok dan air untuk ia dan Cia. Ternyata Elgan masih punya hati untuk membantu sedikit pekerjaan istrinya. Itu lebih bagus, sudah sepantasnya seorang suami membantu pekerjaan istrinya. Walaupun tidak seberapa, but itu sudah cukup membuat sedikit beban seorang istri berkurang.
Cia memperhatikan Elgan dengan senyum mengembang. Suaminya itu sangat luar biasa di matanya. Ini hal baru yang ia lihat dari diri Elgan untuk beberapa bulan ini.
Perubahan Elgan tampak sangat jelas ketika memperlakukan Cia. Pria itu tidak lagi sama seperti dulu, Elgan sudah menjadi dirinya yang sesungguhnya.
________
Lambert's Company
15:10 WIB
Elgan dan Niko baru saja keluar dari ruang rapat beberapa menit yang lalu. Kini mereka telah kembali ke tempat masing-masing dan kembali menjalani rutinitas seperti biasanya.
Elgan menatap puas pada hasil rapat tadi. Perusahaannya semakin maju dan sahamnya semakin tinggi. Elgan memutar kursinya, melihat pemandangan kota Jakarta dari kaca besar yang di ruangannya. Pikirannya berkelana kepada Cia yang berada di rumah. Mereka baru berpisah sekitar lima jam yang lalu, tapi rasa rindunya sudah sangat membuncah. Elgan lantas mengambil ponselnya dari atas meja dan berdiri mendekati jendela itu. Rindunya harus segera diobati. Elgan menelpon Cia. Terdengar suara deringan, namun wanita itu tidak menjawab panggilannya. Elgan mengusap keningnya yang tidak gatal. Mata tajamnya melihat bagaimana kokohnya gedung-gedung yang berjejer rapi menyeimbangi gedung perusahaannya. Elgan kembali menelpon Cia. Berharap istri itu mengangkat ponselnya dan berbicara kepadanya. Elgan harus segera mendengar suara Cia agar ia bisa kembali fokus melanjutkan pekerjaannya.
Tok tok tok
Ketukan pintu itu membuat Elgan menghendaki kegiatannya untuk menghubungi Cia. Ia harus meredam rindunya untuk saat ini. Elgan bertanya-tanya apa saja yang Cia lakukan saat ini hingga wanita itu tidak mendengar panggilannya. Huh, ingin rasanya Elgan menghubungi Syam dan meminta Cia agar mengangkat teleponnya. But, ia harus menunda hal itu dulu.
"Masuk," titah Elgan tanpa berbalik menatap pintu.
"apa?" tanya Elgan datar. Tanpa melihat orang itu, ia sudah tau siapa yang kini berdiri di belakangnya.
Niko menyerahkan sebuah amplop cokelat kepada Elgan.
"Bagian resepsionis mengantarkan ini," ujar Niko.
Elgan berbalik, mengambil amplop itu lalu membukanya. Ia mengeluarkan secarik kertas dari sana. Entah siapa pemilik amplop itu. Yang pasti, isinya membuat rahang Elgan mengeras dan tangannya terkepal kuat.
Selamat atas syukuran 4 bulan kehamilan istrimu.
Lalu terdapat simbol mawar merah gelap berukuran kecil di bagian tepi surat itu.
Elgan melihat tulisan yang berwarna merah itu dengan lekat lalu membantingnya di atas meja.
"Siapa yang mengirim ini?" tanyanya pada Niko. Tangannya yang terkepal kuat membuat urat-urat di tangannya semakin terlihat. Elgan tidak bodoh! Tentu ia tahu apa maksud dari tulisan tanpa indentitas pengirim itu. Seseorang telah memancing kemarahan Elgan. Ia tidak akan tinggal diam!
Niko menggeleng, ia juga tidak tau asal usul surat itu. Ia hanya menjalan tugas.
Elgan dengan kasar menyambar tablephone yang ada di depannya.
"Siapa pengirim amplop itu?!" tanyanya langsung kepada kepala receptionist.
"Maaf, Tuan. Tadi seorang pria yang mengantarkan surat itu. Katanya Tuan hanya perlu menerimanya," jawab wanita itu dengan sopan, setengah bergetar. Mendengar bentakan Elgan barusan cukup membuat wanita itu terkejut.
Elgan menggeram marah. Seseorang telah mengusik ketenangannya!
"Nik, aku harus pulang sekarang, kau lanjutkan pekerjaanmu," ujarnya datar.
Niko yang tidak ingin terkena masalah langsung mengangguk dan kembali ke mejanya.
Elgan dengan cepat menyambar jasnya lalu berjalan keluar. Ia harus segera bertemu dengan Cia. Ia harus memastikan keadaan istrinya sekarang. Tidak lupa, ia juga langsung menelepon Syam yang memimpin penjagaan di rumahnya agar lebih berhati-hati.
Simbol mawar merah pekat. Elgan tau makna simbol itu. Kematian, seseorang menginginkan kematian untuk istri dan anaknya. Yah, itu pasti! Ia tidak mungkin salah menduga. Siapa lagi kalau bukan istri dan anaknya? Perkiraannya tidak mungkin meleset. Elgan mencengkeram stir mobilnya. Ia tidak boleh terlambat. Ia tidak akan membiarkan sesuatu terjadi kepada orang tersayangnya. Demi Tuhan! Ia akan sangat menyalahkan dirinya kalau sampai hal itu terjadi.
Pria bertopi hitam yang sedang mengisap sebatang rokok melihat kepergian Elgan dengan senyum misterius. Ia tersenyum remeh melihat mobil Elgan yang semakin menjauh dari pandangannya.
"Aku tidak sabar ingin memiliki semua ini." Pria itu mendongak, menatap gedung perusahaan Elgan yang menjulang tinggi. Seringai di bibirnya semakin kentara saat ia melihat alat pelacak yang kini menunjukkan dimana keberadaan Elgan.
Mobil sport keluaran terbaru berwarna hitam tampak melaju dengan cepat menerobos mobil-mobil yang ada di depannya. Tidak peduli seberapa kencang mobil itu melaju dan seberapa besar bahaya yang akan disebabkan, Elgan tetap harus menekan gas di kakinya agar cepat sampai di rumah. Memang benar di jam-jam segini jalanan kembali padat dipenuhi oleh para pekerja atau apapun itu . Yang pasti, setiap harinya jalanan selalu saja padat dan bising.Kekhawatiran tengah melanda Elgan yang saat ini sedang menyetir dengan konsentrasi yang pecah. Mata elangnya menatap jalanan di depannya dengan serius. Tidak boleh ada kesalahan. Ia tetap harus bisa untuk tetap fokus agar tidak melakukan kesalahan sedikitpun. Sebuah surat tanpa pengirim itu sukses membuatnya takut dan khawatir dengan keadaan istri dan calon bayinya. Jika saja Elgan tau siapa pengirim surat itu, ia pasti akan langsung menghabisi orang itu tanpa ampun karena telah berani mengancam dan mengusik ketenangan rumah
Kamar bernuansa putih itu masih tampak remang-remang dan hanya diterangi oleh lampu tidur yang ada di atas nakas. Kedua insan yang tidur saling berpelukan itu tampak begitu nyenyak. Maybe, mimpi indah sedang menghampiri mereka. Untuk beberapa bulan belakangan ini, melihat kedua orang itu tidur sambil berpelukan buka lah lagi hal yang aneh. Tentu saja karena mereka telah mengetahui perasaan masing-masing dan telah menemukan orang yang tepat. Pasti akan ada yang kurang kalau mereka tidak seperti itu. Yups... Elgan dan Cia masih seperti pengantin baru. Pengantin baru yang terlambat. Oh my God!Di dalam pelukan Elgan yang sangat nyaman, Cia mulai gelisah saat merasa sesuatu yang aneh sedang terjadi dengan perutnya. Belum lagi mual yang ia rasakan saat ini semakin membuat Cia tidak nyaman untuk melanjutkan tidurnya. Mengalami hal seperti itu bukan lah yang pertama kalinya untuk Cia, sehingga ia konek dengan apa yang harus ia lakukan selanjutnya. Cia menjauhkan tangan
"Tidak ada yang perlu di khawatirkan. Keadaan janinnya baik-baik saja. Dan soal mengapa Ibu masih mengalami morning sick? Beberapa wanita hamil memang mengalami morning sick sampai 20 minggu. Dan yang terjadi dengan Ibu saat ini merupakan hal yang wajar." Obstetrician atau yang biasanya dikenal dengan dokter kandungan, baru saja mencek kandungan Cia dan menjelaskan hal-hal yang menjadi sumber kekhawatiran sepasang suami istri itu. Wajah ramahnya yang masih terlihat sangat muda dan cantik menatap Cia dengan senyuman manis. Ia dapat memahami kekhawatiran yang tengah dirasakan oleh pasang tersebut. Dan hal itu sangat wajar. Semua ibu hamil pasti mengalami hal semacam itu.Cia melirik nama wanita itu di nametag yang ada di depan dada dokter tersebut. Jas putih yang membalut tubuh dokter bernama Kirana itu membuat Cia kagum. Wanita itu sangat cantik dan pintar, pastinya. Cia sangat yakin, kedua orangtua dokter itu pasti bangga memiliki anak yang merupakan seora
Elgan dan Cia keluar dari toko tersebut setelah membayar belanjaan mereka. Sama seperti sebelum-sebelumnya ketika Cia meminta pendapat Elgan, suaminya itu tetap mengatakan apa yang ditunjukkan istrinya bagus dan lagi-lagi Elgan menyarankan untuk membeli semuanya. Cia yang sudah terbiasa hemat akhirnya mengikuti saran Elgan. Toh, semua itu juga untuk anak mereka. Tidak yang salah dengan hal itu.Elgan sendiri dibuat keheranan saat Cia mengatakan kalau apa yang ia cari sudah dapat sepenuhnya. Elgan pikir, Cia akan membeli beberapa baju untuknya, tapi ternyata tidak. Istrinya itu hanya membeli perlengkapan calon anak mereka.dan tidak membeli satu dress atau apapun itu. Lagi-lagi Elgan salah mengira mengenai Cia. Ayolah...mengapa ia selalu salah memprediksi istrinya sendiri? He is not a good husband!Sekitar 1 jam lebih mengelilingi mall dan memilih pernak-pernik perlengkapan bayi mereka, Elgan membawa Cia menuju restoran yang ada di mall itu. Sel
Mobil yang di kemudi oleh Syam tampak melambat sebelum akhirnya berbelok dan berhenti di depan rumah megah. Sesaat kemudian, mobil yang dinaiki para bodyguard juga tampak memasuki pekarangan rumah tersebut. Setelah memutari mobil dan membukakan pintu untuk istrinya, Elgan meraih tubuh Cia ke dalam gendongannya. Dengan sekali hentakan, ia sudah berhasil mendekap tubuh Cia dan membawanya ke ruang TV sesuai dengan permintaan wanita itu.Cia yang berada di gendongan Elgan melepaskan tautan tangannya dari leher Elgan ketika pria itu mendudukkannya di atas sofa. Tidak lupa, ia juga mengucapkan terimakasih kepada suami tercintanya itu."Kamu di sini sebentar dulu ya? Aku keluar dulu," ujar Elgan yang kini berjongkok di depan Cia dengan tumpuan lututnya. Elgan harus menemui orang-orangnya untuk memberi mereka tugas selanjutnya.Cia mengangguk sambil mengusap perut besarnya lembut."Tapi jangan lama-lama ya," jawabnya seraya menatap wajah Elgan
Setelah pesanan yang ditunggu-tunggu selesai dan telah berada di genggamnya, Cia mengulum senyum kepada seorang wanita counter, lalu berbalik dan melangkah menuju mobilnya. Melody yang tadi bercengkrama dengan Cia sudah tidak lagi terlihat lagi. Entah kemana perginya wanita itu. Cia tidak lagi melihatnya saat melintasi tempat yang ia duduki bersama Melody tadi. Cia bergedik acuh, tidak ingin ambil pusing kemana perginya wanita itu. Yang ia inginkan saat ini hanya cepat-cepat pulang dan segera menikmati makanannya. Cia memperbaiki slingbagnya setelah melewati pintu kaca yang tampak kokoh sebagai pembatas ruangan tersebut. Tiba-tiba saja suara Melody kembali menyapa dan menghentikan langkahnya."Flo, lo udah selesai?"Cia memperhatikan Melody dari atas sampai bawah, wanita itu sangat cantik dan anggun di matanya, membuat ia pangling dan merasa kalah jauh dari wanita itu. Apalagi kini berat badannya sudah naik dan perutnya membesar. Cia mencoba menying
Bukan hal yang menyenangkan bagi Elgan jika seseorang mengusik ketenangannya. Mencampuri urusan Elgan dan ingin menyakiti orang-orang yang ia sayangi bukan lah hal yang patut dilakukan. Hal itu sama saja dengan memancing kemarahan sisi iblis pria itu.Pengusik!Elgan sangat benci dengan orang-orang yang seperti itu. Emosinya sangat cepat tersulut ketika ketenangan yang ia miliki ataupun orang-orang yang ia cintai di usik oleh orang-orang yang tidak senang dengan kebahagiaannya. Kemarahan tampak jelas di mata Elgan saat melihat mobil istrinya yang melaju kencang di depan sana. Entah Cia atau siapa yang mengendalikan mobil itu, yang pasti Elgan sangat geram melihatnya. Mobil yang melaju cepat itu membuat jantung Elgan berdetak tidak karuan. Perasaannya tentu khawatir melihat hal itu. Elgan sudah tidak sabar. Ia ingin melihat siapa pelaku yang mengemudi mobil itu. Jika itu Cia, maka Elgan tidak akan segan-segan menghukum istrinya yang kelewat bandel itu. Cia y
Gerbang yang menjulang tinggi itu kembali tertutup saat mobil mewah Elgan telah masuk sempurna ke dalam pekarangan rumah. Sudah menjadi hal yang biasa bagi Elgan melihat bodyguard-bodyguard itu menundukkan setengah badan mereka saat ia melewat. Elgan tidak mengerti mengapa orang-orangnya melakukan hal tersebut, padahal ia tidak pernah menyuruh mereka melakukannya.Seorang bodyguard yang menjaga pintu utama berjalan mendekati pintu yang ada di samping tuannya lalu membuka pintu tersebut. Elgan lantas keluar dari sana dengan menggendong tubuh Cia yang terkulai lemas. Bodyguard itu kembali menutup pintu mobil setelah Elgan menjauh dari sana."Elgan, Cia kenapa, Nak?" Elena keluar dengan tergesa-gesa mendekati Elgan yang baru saja menaiki undakan tangga.Elgan sedikit terkejut melihat kehadiran mama mertuanya. Namun, ia sangat pandai mengatur ekspresinya. Melihat wanita yang mirip dengan Cia itu membuat rasa lega memenuhi perasaan Elg