- Siang Harinya -
Mia yang berniat ingin pulang pun terus dilarang oleh Liam yang sejak pagi terus menempel padanya. Bahkan Liam yang biasanya serba mandiri dan tak ingin merepotkan orang lain mendadak sangat manja hingga membuat Anne maupun beberapa maid terheran-heran melihat Liam. Kedekatan Liam dan Mia yang terbilang masih baru itu sungguh sangat diragukan, pasalnya mereka berdua terlihat seperti ibu dan anak sungguhan. Belum lagi wajah Mia yang terlihat persis seperti wajah Luna.
Bahkan tidak hanya Anne yang terharu melihatnya, kepala maid yang memang sejak awal sudah bersama David dan Luna pun cukup terkejut dan sempat takut ketika melihat wajah Mia. Wanita paruh baya itu bahkan menangis seraya menyentuh wajah Mia seakan-akan ia memang sedang melihat majikan yang sebenarnya. Luna yang begitu baik dan sopan dalam memperlakukan para maid dan pekerja lainnya membuat siapapun pasti akan selalu mengingatnya.
Mia awalnya heran dan bingung kenapa reaksi mau
"Sejak kepergian Luna, sikap David berubah dan berbanding terbalik dengan David yang dulu. David yang sekarang sungguh berbeda dan saya sendiri bahkan hampir tak mengenali lagi bagaimana putra saya sebenarnya. Liam selaku menjadi target kemarahan dan rasa sedih kehilangan Luna. David mengakui jika ia sangat membenci Liam. Bahkan setelah kelahiran Liam, selama berbulan-bulan David sama. Sekali tak ingin melihat Liam. David pernah dalam kondisi terparahnya hingga memiliki pemikiran untuk membunuh putranya sendiri."Mia tampak terkejut mendengar cerita Anne. Ia tidak kuat dan ikut sedih membayangkan nasib Liam sejak bayi. Namun disisi lain, Mia juga tidak bisa menyalahkan David sepenuhnya lagi. Setelah mengetahui alasan-alasan sikap David yang kasar pada Liam, Mia mulai mengerti jika pria gila itu belum bisa merelakan kepergian istrinya dan menyalahkan putranya sendiri atas kepergian Luna."Namun, mau sekasar dan sejahat apapun perlakuan David pada Liam. Liam selalu menya
- Kamar Liam -Mia menghela napas panjangnya ketika ponselnya kembali berdering tanda panggilan masuk dari kekasihnya. Entah kenapa ia masih malas berkomunikasi dengan Ricky semenjak perdebatan kemarin mengenai Ricky yang memintanya untuk menjaga jarak dengan Liam karena berbagai alasan. Terlebih alasan utamanya karena Ricky tak ingin Mia terlalu sering bertemu dengan David. Padahal niat Mia dari awal pun hanya untuk Liam dan ia sangat berharap kekasihnya itu bisa mengerti."Mommy, siapa yang menelepon?" Tanya Liam karena mendengar ponsel sang mommy terus berbunyi."Bukan siapa-siapa kok. Sekarang istirahat dulu karena sebentar lagi waktunya Liam minum obat dan mommy juga akan mengoleskan salep di setiap luka." Ujar Mia."Mommy perih~" Rengek Liam yang membayangkan bagaimana rasa perihnya ketika lukanya tersentuh oleh Mia nantinya."Mommy akan pelan-pelan, Baby. Mau cepat sembuh kan?" Liam pun menganggukkan kepalanya dan kembali menenggelamkan tubu
David yang baru saja menyelesaikan mandinya itu beranjak menuju walk in closet untuk segera memakai piyama tidurnya. Setelah selesai ia berjalan mendekati ranjang tidurnya, tatapannya langsung tertuju pada bingkai besar foto pernikahan dirinya dan juga Luna yang berada tepat didinding belakang ranjang. Ia menghela napas beratnya kala mengingat wanita yang sangat mirip dengan mendiang istrinya itu sedang berada di mansion miliknya. Ia langsung mengalihkan pandangannya kearah jam dinding yang hampir menunjukkan pukul 9 malam."Apa dia sudah pulang? Ck, apa lagi-lagi dia dijemput oleh kekasihnya? Dia benar-benar sulit diatur dan menganggu kenyamanan pribadiku." Geram David.Tatapan David pun kembali tertuju pada foto Luna, "Honey, apa kamu memiliki saudari kembar? Ah tapi itu tidak mungkin, aku sangat mengenal baik keluargamu dan mereka jelas tidak memiliki putri selain dirimu. Kamu hanya satu-satunya anak mereka. Tapi apa kamu tau, ada sosok wanita yang sangat mirip deng
Mia membalikkan tubuhnya dan mulai mengoleskan salep pada beberapa luka Liam dengan sangat hati-hati. Liam sempat meringis dan berbalik, namun Mia tetap berhasil mengatasi dan mengoleskan salep tersebut. Wanita itu mengabaikan ucapan David yang jelas tidak mengizinkan dirinya menginap di mansion. Lantas mau bagaimana lagi, Mia sudah menolak dan mencoba memberikan pengertian pada Liam. Namun, Liam tetap memaksanya dan memohon dengan sangat hingga membuat Mia tak tega lalu mengiyakan permintaan Liam."Aku sudah menolak keinginan Liam, namun aku tidak tega melihat wajah memohonnya. Maka aku putuskan untuk menginap satu malam saja disini. Hanya untuk Liam yang sedang sakit, maaf jika kehadiranku tidak membuatmu nyaman. Aku bisa kok memastikan untuk tidak berpas-pasan atau bertemu denganmu selama di mansion ini. Kau bisa pergi dari kamar Liam sekarang dan anggap saja aku tidak ada di mansionmu." Ujar Mia tanpa menatap David."Jika memang ini karena anak itu, maka aku akan b
"Cobalah untuk mendengarkan nasihat orang lain jika memang nasihat dari mama tak bisa kamu terima dengan baik. Mama sangat tau jika kamu begitu terpukul dam tak ingin kehilangan Luna. Tapi coba kamu bayangkan sejenak, bagaimana jika saat itu kamu kekeh untuk menggugurkan bayimu. Apakah Luna akan bahagia meskipun dia tetap hidup bersamamu? Kamu bisa mengingat bagaimana Luna sangat menginginkan Liam. Mama sudah bosan sebenarnya mengatakan hal ini berkali-kali karena selalu kamu abaikan. Mama hanya minta belajarlah untuk mengikhlaskan Luna agar dia tenang disana dan belajarlah juga untuk menerima Liam sebagai putramu. Ingat David, putramu akan selalu membutuhkan sosok dirimu. Minta maaf pada Liam sebelum anak itu benar-benar tak bisa memaafkanmu." Lanjut Anne.Anne menepuk pelan bahu David. Ia menghela napas beratnya melihat David hanya terdiam dengan tatapan kosongnya. Kedua tangan David mengepal kuat, Anne mencoba mengusap punggung tangan David dan berharap pria itu dapat mene
02:25 Pagi.Wanita itu masih gelisah membolak-balikkan tubuhnya dan mencari posisi ternyamannya agar cepat tidur. Rasanya sudah beberapa kali ia menguap lebar namun kedua matanya seakan sangat sulit untuk terpejam. Gerakan Mia yang gelisah itu tanpa sadar membuat bocah tampan itu terganggu dan perlahan membuka kedua matanya dengan susah payah."Mommy..." Panggil Liam dengan nada seraknya sambil mengusap-usap kedua matanya agar bisa terbuka lebar.Mia pun spontan membalikkan tubuhnya menghadap Liam dan terkejut melihat Liam tengah menatapnya saat ini."Baby, kenapa terbangun? Masih malam loh, ayo tidur lagi." Ujar Mia seraya menepuk-nepuk lembut bokong Liam."Mommy...haus..." Gumam Liam yang meminta minum pada Mia.Mia pun segera mengubah posisinya menjadi duduk diatas kasur. Ia menepuk jidatnya ketika melihat gelas yang awalnya berisi air penuh sudah kosong karena ia yang meminumnya tadi, padahal air itu memang disiapkan untuk Liam setiap ma
Mia begitu terkejut ketika melihat David tiba-tiba tidak sadarkan diri. Dirinya terlambat menahan tubuh David hingga tubuh pria itu terbaring begitu saja di lantai. Mia tampak kebingungan saat ini, ia merasa dirinya tidak mampu jika harus mengangkat tubuh David dan membawanya ke dalam kamar. Namun disisi lain Mia juga tidak tega melihat David tergeletak di lantai."Astaga, bagaimana ini? Tenagaku tidak kuat untuk mengangkat tubuh David sebelum memapahnya ke kamar. Aish! Kenapa juga dia pakai pingsan segala? Kalau tidak kuat minum seharusnya tidak usah minum. Dasar bodoh!" Kesal Mia yang sebenarnya sudah dilanda kepanikan saat ini."David, bangunlah! Jangan tidur disini! Ayo pindah ke kamarmu!" Mia menepuk-nepuk pelan pipi David. Namun, David tetap tidak sadarkan diri.Kekesalan Mia semakin menjadi ketika mendengar suara mendengkur pelan dari David. Wanita itu menghela napas kasarnya menyadari jika David sudah tertidur saat ini."Sudah kubilang janga
Mia menghampiri David setelah mengakhiri panggilannya dengan satpam penjaga. Melihat kepala David yang sudah cukup lama tergeletak di lantai, ia pun berinisiatif untuk memangku kepala David. Dengan sangat hati-hati ia meletakkan kepala David diatas kedua pahanya. Melihat wajah David di cahaya yang tak cukup terang membuat Mia tersenyum tipis dengan tatapan sendunya."Aku tidak tau apa yang membuatmu terus menyalahkan Liam atas kepergian istrimu. Tapi aku yakin kau sebenarnya orang baik. Entah bagaimana caranya untuk membuatmu sadar jika sikap dan tingkahmu selama ini salah. Namun, sebenarnya tak ada siapapun yang bisa disalahkan. Kau mungkin memang sangat salah bersikap kasar, tetapi disisi lain kau seperti itu karena kehilangan sosok berarti dalam hidupmu. Kau tak memiliki sandaran lagi untuk melepaskan dan berbagi keluh kesah. Kau melampiaskan rasa lelahmu dan tak ikhlas atas kepergian istrimu itu pada Liam. Itu salah besar, David. Aku harap kau segera menemukan pengganti L