Mia begitu terkejut ketika melihat David tiba-tiba tidak sadarkan diri. Dirinya terlambat menahan tubuh David hingga tubuh pria itu terbaring begitu saja di lantai. Mia tampak kebingungan saat ini, ia merasa dirinya tidak mampu jika harus mengangkat tubuh David dan membawanya ke dalam kamar. Namun disisi lain Mia juga tidak tega melihat David tergeletak di lantai.
"Astaga, bagaimana ini? Tenagaku tidak kuat untuk mengangkat tubuh David sebelum memapahnya ke kamar. Aish! Kenapa juga dia pakai pingsan segala? Kalau tidak kuat minum seharusnya tidak usah minum. Dasar bodoh!" Kesal Mia yang sebenarnya sudah dilanda kepanikan saat ini.
"David, bangunlah! Jangan tidur disini! Ayo pindah ke kamarmu!" Mia menepuk-nepuk pelan pipi David. Namun, David tetap tidak sadarkan diri.
Kekesalan Mia semakin menjadi ketika mendengar suara mendengkur pelan dari David. Wanita itu menghela napas kasarnya menyadari jika David sudah tertidur saat ini.
"Sudah kubilang janga
Mia menghampiri David setelah mengakhiri panggilannya dengan satpam penjaga. Melihat kepala David yang sudah cukup lama tergeletak di lantai, ia pun berinisiatif untuk memangku kepala David. Dengan sangat hati-hati ia meletakkan kepala David diatas kedua pahanya. Melihat wajah David di cahaya yang tak cukup terang membuat Mia tersenyum tipis dengan tatapan sendunya."Aku tidak tau apa yang membuatmu terus menyalahkan Liam atas kepergian istrimu. Tapi aku yakin kau sebenarnya orang baik. Entah bagaimana caranya untuk membuatmu sadar jika sikap dan tingkahmu selama ini salah. Namun, sebenarnya tak ada siapapun yang bisa disalahkan. Kau mungkin memang sangat salah bersikap kasar, tetapi disisi lain kau seperti itu karena kehilangan sosok berarti dalam hidupmu. Kau tak memiliki sandaran lagi untuk melepaskan dan berbagi keluh kesah. Kau melampiaskan rasa lelahmu dan tak ikhlas atas kepergian istrimu itu pada Liam. Itu salah besar, David. Aku harap kau segera menemukan pengganti L
Liam yang mendengar bentakan keras David pun merasa gelisah dan takut. Ia mengingat Mia yang saat ini sedang bersama David. Tanpa mempedulikan ucapan Mia atau rasa sakit pada kakinya ia segera beranjak keluar dari kamarnya. Liam yang sejak tadi mengumpat diujung tangga pun memberanikan diri untuk menampakkan wajahnya pada Mia maupun David. Liam bisa melihat tatapan Mia yang menurutnya sedikit kecewa karena Liam tidak mendengarkan omongannya."Mommy maaf, tapi Liam khawatir sama mommy dan juga daddy. Jadi Liam keluar kamar deh. Mommy jangan marah." Ujar Liam menatap takut pada Mia yang tengah merangkuk David."Tidak apa-apa, mommy tidak akan marah. Bisa beritahu mommy dimana letak kamar daddymu, hm?" Tanya Mia pada Liam."Ikuti Liam mommy." Ujar Liam yang berjalan memimpin Mia."Liam, apa kakimu--""Liam bisa menahannya mommy, tidak terlalu sakit kok. Mommy tenang saja." Liam tersenyum manis pada Mia seakan tak ingin membuat wanita itu mengkhawatirk
- Keesokan Harinya -Dalam kesejukan dan keindahan pagi hari, burung-burung mulai berkicauan dengan suara merdunya. Seberkas cahaya matahari menyelinap memasukki jendela kamar David. Ketiga insan itu masih tertidur dengan pulasnya seakan masih terjaga dalam mimpi indahnya masing-masing.Pria dewasa itu melenguh pelan dan mengeliatkan tubuhnya perlahan. Tangannya spontan memegangi kepalanya yang terasa begitu sakit diiringi dengan ringisan pelannya. Kedua matanya yang terpejam itu perlahan mengerjap terbuka sempurna."Arggghh, kenapa sakit sekali? Berapa banyak sebenarnya aku minum..." Gumam David dengan nada lirihnya.Merasakan sesuatu berada di perutnya seakan memeluknya erat itu membuat David spontan menahan napasnya dan langsung menatap kearah perutnya. Tubuhnya menegang ketika melihat tangan Liam yang tengah memeluknya dan Mia tengah memeluk Liam dalam tidurnya. David mengerjapkan kedua matanya sekali lagi hanya untuk memastikan apa yang tengah ia lih
Mia kini tengah berkutat di dapur mewah yang berada di mansion David. Meskipun para maid dan Anne selalu melarangnya sejak kemarin untuk memasak, namun Mia tetap kekeh ingin ikut andil dalam menyiapkan sarapan Liam pagi ini. Terlihat sekali para maid tengah menatap sendu kearah Mia yang tampak sibuk pada masakannya itu, tidak hanya David atau Liam yang suka keliru dalam melihat Mia. Namun, mereka yang mengenal baik Luna pun juga ikut merasa keliru dan terharu melihat pemandangan didepannya saat ini."Liam, apa Liam dan Miss Mia benar-benar tidur di kamar Daddy semalam?" Tanya Anne yang sempat melihat Mia dan Liam keluar dari kamar David.Liam hanya mengangguk pelan."Kenapa kalian bisa tidur bersama daddy? Liam tau kan jika daddy---""Mommy menolong daddy semalam." Potong Liam tanpa mengalihkan pandangannya dari Mia yang tengah memasak khusus untuknya itu."Loh, memangnya apa yang terjadi pada Daddy semalam? Bukankah Daddymu baik-baik saja?"
Mia menghela napas beratnya, pasalnya ia kini tengah susah payah membujuk Liam agar mau mengizinkannya untuk segera pulang. Bocah laki-laki itu masih ingin menikmati dan menghabiskan waktunya bersama Mia, sang mommy. Mia memang sempat mengatakan jika dirinya akan bersama Liam sampai sore hari. Namun, ternyata tiba-tiba saja Ricky, kekasih Mia itu menghubungi Mia terus-terusan untuk mengajak Mia keluar bersama di hari minggu seperti weekend biasanya.Satu sisi Mia tidak tega melihat Liam yang tampak kecewa padanya, Mia juga merutukki kebodohannya karena memberikan harapan pada Liam jika ia akan menemaninya sepanjang hari ini. Namun, disisi lain Mia juga tidak bisa berbohong dan mengabaikan kekasihnya terus-terusan. Walau bagaimanapun, Mia juga ingin segera memperbaiki hubungannya dengan Ricky dan Mia yakin niat Ricky mengajaknya pergi keluar juga karena ingin membuatnya tak larut dalam kemarahan dan kekesalannya akibat perdebatan kemarin."Baby, jangan bersedih se
David berjalan menghampiri Liam dan Anne, Senyum lebar itu langsung menghiasi wajah tampan Liam ketika melihat sang Daddy. Namun, tiba-tiba seakan hilang begitu saja ketika mengingat jika Daddynya itu tak menyukai jika ia tersenyum."Daddy, daddy mau kemana?" Tanya Liam yang langsung berdiri mendekati David."Mau mengantar pulang mommymu." Jawab singkat David yang membuat Anne dan Mia terkejut mendengar jawaban Liam.Berbeda dengan Liam yang wajahnya langsung ditekuk karena ternyata semua orang disini menginginkan Mia untuk segera pulang meninggalkan mansion ini."Daddy, kenapa mommy diantarkan pulang? Liam belum mau mommy pulang. Daddy bantu Liam bujuk mommy dong. Please Daddy~" Pinta Liam.David pun langsung melayangkan tatapan tajamnya pada Liam, "Dengar! Jangan pernah terlihat mengemis jika menginginkan sesuatu apalagi itu pada orang asing! Biarkan dia pulang karena tempatnya memang tidak seharusnya berada disini. Jangan membantah!" Tegas David
Mia kembali dibuat pusing oleh Liam dan David. Pasalnya ketika mereka sampai rumah Mia, Liam dan David ikut turun dari mobil dan masuk ke rumah Mia tanpa menunggu persetujuan terlebih dahulu. Mia kebingungan bagaimana caranya mengusir daddy dan anak ini agar segera pergi dari rumahnya. Sementara kekasihnya akan datang menjemputnya sekitar 30 menit lagi."Kenapa kamar Bibi di mansion lebih besar dibandingkan rumah Mommy? Apa mommy bisa tidur disini? Apa tubuh mommy baik-baik saja? Huft, mommy pasti tidak nyaman ya?" Tanya Liam dengan nada polosnya seraya mengedarkan pandangannya ke seluruh rumah Mia.Meskipun hal ini bukan pertama kalinya Liam datang ke rumah Mia, namun tetap saja bocah tampan itu masih merasa terheran-heran melihat rumah sang mommy yang bisa dikatakan sebesar kandang kuda yang berada di mansion mewahnya.Mia hanya tersenyum tipis mendengar ocehan Liam. Mungkin jika bukan Liam ia akan merasa tersinggung dan tak terima."Mommy baik-baik saj
Di sepanjang perjalanan pulang menuju mansion, keadaan sunyi dan hening lah yang menyelimuti diantara daddy dan anak itu. Liam hanya diam tak berani berbicara apapun meskipun sesekali ia melirik kearah sang Daddy yang tampak fokus dan tenang menyetir mobil. Begitu pun dengan David yang terkadang juga diam-diam melirik kearah Liam yang lebih sering menatap kearah luar jendela.Mobil David berhenti karena sedang lampu merah. Pandangan Liam langsung tertuju pada sebuah keluarga kecil yany sepertinya sedang menunggu kendaraan umum di halte. Liam mendadak murung ketika melihat pemandangan seorang anak kecil seumurannya sedang duduk bersama orang tuanya yang tengah bercanda ria itu. Pikirannya melayang memikirkan dirinya sedang bersama Mia dan David. Namun mengingat David dan Mia yang kerap bertengkar terus setiap bersama membuat Liam menjadi sedih. Karena ia pikir kehadiran Mia dapat membuat sang Daddy akan bahagia dan perlahan akan menyayanginya kembali. Namun ternyata pikirannya