Di sepanjang perjalanan pulang menuju mansion, keadaan sunyi dan hening lah yang menyelimuti diantara daddy dan anak itu. Liam hanya diam tak berani berbicara apapun meskipun sesekali ia melirik kearah sang Daddy yang tampak fokus dan tenang menyetir mobil. Begitu pun dengan David yang terkadang juga diam-diam melirik kearah Liam yang lebih sering menatap kearah luar jendela.
Mobil David berhenti karena sedang lampu merah. Pandangan Liam langsung tertuju pada sebuah keluarga kecil yany sepertinya sedang menunggu kendaraan umum di halte. Liam mendadak murung ketika melihat pemandangan seorang anak kecil seumurannya sedang duduk bersama orang tuanya yang tengah bercanda ria itu. Pikirannya melayang memikirkan dirinya sedang bersama Mia dan David. Namun mengingat David dan Mia yang kerap bertengkar terus setiap bersama membuat Liam menjadi sedih. Karena ia pikir kehadiran Mia dapat membuat sang Daddy akan bahagia dan perlahan akan menyayanginya kembali. Namun ternyata pikirannya
David tersenyum lebar setiap menatap wajah cantik istrinya meskipun kali ini hanya bisa lewat foto saja. David tidak akan pernah lelah menganggumi keindahan Tuhan yang satu itu. Luna terlalu sempurna dimata David hingga membuat pria itu sulit dan nyaris tak bisa membuka hatinya untuk wanita manapun selama bertahun-tahun. Ibu jarinya perlahan mengusap foto wajah Luna dan senyuman lebarnya perlahan mulai menghilang ketika ingatannya mengingat waktu dimana beberapa bulan sebelum ia kehilangan wanita berharganya.- Flashback On -Wanita hamil itu berjalan dengan senyum sumringahnya menghampiri suaminya yang baru saja pulang kerja. Ia tidak peduli ocehan sang suami yang melarang dirinya untuk memeluk karena merasa kotor dari luar. David memang sangat bawel dan begitu menjaga Luna dengan sangat-sangat berlebihan sebenarnya, jika ada kata yang lebih tinggi dari posesif maka itulah yang menggambarkan David dalam menjaga Luna."Honey, tubuhku kotor dan berkeringat.
Satu Bulan Kemudian.Wanita paruh baya itu sedang asik berbicara dan sibuk memasak sarapan untuk menu sarapan mereka. Keduanya sengaja meminta kepala koki dan para maid untuk tidak bekerja pagi ini. Entah kenapa Luna memang sangat ingin menghabiskan waktunya untuk memasak makanan yang enak untuk David. Dirinya memang bukan wanita yang pandai memasak. Namun Luna adalah sosok yang sangat giat dan serius dalam belajar jika ingin menguasai sesuatu. David sama sekali tidak mempermasalahkan Luna yang tidak bisa memasak karena memang ia lebih memilih maid dan koki saja yang bekerja. Semenjak hamil memang Luna jadi lebih sering memasak untuk David dan David selalu menyukainya karena meskipun baru memulai memasak rasa yang dihasilkan dari masakan Luna tak pernah gagal menurutnya."Ibumu tidak jadi datang dan menginap disini, Luna? Bukankah minggu ini kamu sudah waktunya melahirkan?" Tanya Anne seraya memotong-motong sayuran."Ibu baru terbang besok, Mah. Peke
Sesampainya di rumah sakit, Luna langsung dilarikan ke ruang UGD. David benar-benar frustrasi karena ia tak diizinkan masuk oleh dokter yang sedang sibuk memeriksa kondisi istrinya. David paham jika memang seperti itu peraturannya, namun ia tidak bisa tenang dan mengkhawatirkan Luna didalam sana yang belum jelas kondisinya. Terlebih wanitanya itu tiba-tiba pingsan tanpa alasan yang belum ia ketahui.David terus mondar-mandir menunggu di ruang ugd dan tak mendengarkan perintah sang mama yang memintanya untuk duduk dan sabar menunggu dokter memeriksa."Astaga, kenapa lama sekali? Sebenarnya apa yang terjadi pada Luna? Ayolah ini bahkan belum waktunya Luna melahirkan. Kenapa juga harus sampai dibawa ke UGD seperti ini?" Gumam David yang terus menatap pintu ruang UGD yang masih tertutup rapat.Namun, tiba-tiba pintu tersebut terbuka dan David dengan sigapnya langsung menghampiri dokter. Begitu pun dengan Anne yang juga langsung berdiri dan ikut menghampiri dokter.
"Kenapa kamu menyembunyikannya dariku? Kenapa kamu tidak memberitahuku sejak awal, huh? Jika dari awal aku mengetahuinya kita bisa melakukan pengobatan terbaik untuk mematikan kanker itu dari tubuhmu, Luna. Kenapa kamu tidak mengatakannya? Apa aku tidak berhak mengetahuinya dari awal?"David sungguh ingin marah saat ini, namun disisi lain ia tidak akan bisa marah pada Luna. Hatinya sakit mengetahui kabar buruk mengenai kondisi istrinya saat ini. Ia hanya bisa menangis tak mampu menutupi rasa takut akan kehilangan Luna."Jangan menangis, jangan bersedih. Aku baik-baik saja dan berhasil melewati semuanya. Mari menyambut kelahiran putra kita dengan bahagia. Aku yakin dia akan sangat bahagia memiliki daddy luar biasa seperti dirimu. Tolong jaga dia dengan baik dan maaf jika takdir nantinya tidak akan mengizinkanku untuk membantumu merawat serta membesarkan putra kita..."David menggelengkan kepalanya dengan tegas. Ia kembali menegakkan tubuhnya dan menatap ser
Anne tampak terkejut dan kebingungan melihat kondisi David yang sangat kacau setelah keluar dari ruang UGD. Wanita paruh baya itu pun segera berdiri dan menghampiri David, namun David memilih segera duduk di kursi tunggu sambil menundukkan kepalanya. Kedua tangannya menutupi wajahnya. Ia kembali terisak dan menangis diluar ruangan. Hatinya seakan masih tak rela mengenai kabar buruk mengenai kondisi Luna saat ini."Astaga David, ada apa? Kenapa kau menangis dan duduk disini? Lalu kenapa juga tadi dokter dan perawat pada keluar dari ruangan? Bukankah Luna harus segera di operasi untuk mengeluarkan putra kalian?" Tanya Anne yang kini kembali duduk tepat disamping David.Tangannya mengusap lembut bahu David seakan ingin memberikan ketenangan untuk putranya itu, "Ada apa, Nak? Kenapa menangis seperti ini?" Anne sungguh khawatir melihat David terisak sedih. Bagaimana tidak, ini pertama kalinya ia melihat putranya menangis penuh kesedihan. Bahkan punggungnya sampa
"Luna jangan katakan hal seperti itu dulu. Kamu masih mungkin memiliki kesempatan untuk merawat putramu bersama David. Kamu juga bisa memberikan sendiri apa yang kamu siapkan khusus untuknya. Kamu bisa menggendongnya, menyusuinya, membesarkannya seperti seorang ibu pada umumnya. Kamu bisa melakukan itu semua Luna!" Tegas Anne yang juga tidak rela jika kehilangan sosok menantunya itu. Meskipun disisi lain ia merasa tak tega jika membiarkan Luna terus menahan rasa sakit yang pasti rasanya luar biasa.Luna menggelengkan kepalanya dengan lemah, "Aku tidak yakin sebenarnya, Mah. Meskipun aku juga ingin yakin jika aku tetap bersama kalian semua. Dokter bilang aku telat melakukan perawatan dan pengobatan untuk memperlambat sel kanker itu menyebar. Jika mama dan David bertanya mengapa tidak dari awal aku memberitahu kalian, aku yakin jika kalian akan memaksaku untuk melakukan pengobatan misalnya kemoterapi yang jelas tidak bisa kulakukan disaat aku sedang hamil. Kalian bisa saja mema
Luna perlahan membalas ciuman lembut suaminya. Air matanya tak bisa berhenti mengalir membayangkan jika ini akan menjadi ciuman terakhir mereka berdua. Kesedihannya semakin menjadi ketika ia menyadari jika dirinya tak akan memiliki kesempatan untuk merawat putranya nanti. Melihat David seperti ini membuat Luna sangat takut untuk pergi meninggalkannya. Luna tau jika David memang akan selalu membutuhkan dirinya. Hanya saja Luna sudah tak ingin berharap apapun lagi, Luna hanya bisa pasrah dengan apa yang akan terjadi padanya nanti.David pun melepaskan ciumannya dan menyatukan keningnya dengan kening Luna."Jangan pernah katakan hal itu lagi, Luna. Aku sungguh tidak menyukai. Dengarkan aku, aku hanya akan mencintaimu sampai akhir hidupku. Hanya kamu dan kamu!" Bisik David yang membuat Luna menggelengkan kepalanya dengan lemah."Aku---""Berhenti berbicara atau aku akan menciummu lagi. Aku tidak mau mendengar ucapan mengerikan dari mulutmu itu. Tolong kembali
Anne tak bisa menahan tangisannya ketika mendapat kabar jika Luna sudah tak lagi bernyawa didalam ruangan. Sementara David belum mengetahuinya karena posisinya yang tidak sadarkan diri akibat suntikan obat penenang yang diberikan oleh perawat ketika didalam. UGD. Anne tak bisa berhenti memikirkan perasaan David jika mengetahui Luna wanita yang ia cintai itu sudah tiada. Anne sendiri bahkan merasa hancur dan sangat kehilangan, sosok Luna sebagai menantu terbaik itu pergi begitu cepat. Rasanya ia masih tidak menyangka jika tadi ia masih bercanda ria sambil memasak namun kini wanita itu sudah tak lagi bernyawa.Dengan langkah berat, Anne memilih menemui cucunya terlebih dahulu di ruang bayi. Hatinya teriris pedih melihat cucu laki-lakinya tengah menangis kencang dan para perawat wanita yang mencoba menenangkan bayi itu. Namun seakan mengetahui jika mommy yang melahirkannya telah tiada membuatnya mungkin ikut merasakan kehilangan hingga menangis kencang. Bahkan akibat tangi