Mia menghela napas beratnya, pasalnya ia kini tengah susah payah membujuk Liam agar mau mengizinkannya untuk segera pulang. Bocah laki-laki itu masih ingin menikmati dan menghabiskan waktunya bersama Mia, sang mommy. Mia memang sempat mengatakan jika dirinya akan bersama Liam sampai sore hari. Namun, ternyata tiba-tiba saja Ricky, kekasih Mia itu menghubungi Mia terus-terusan untuk mengajak Mia keluar bersama di hari minggu seperti weekend biasanya.
Satu sisi Mia tidak tega melihat Liam yang tampak kecewa padanya, Mia juga merutukki kebodohannya karena memberikan harapan pada Liam jika ia akan menemaninya sepanjang hari ini. Namun, disisi lain Mia juga tidak bisa berbohong dan mengabaikan kekasihnya terus-terusan. Walau bagaimanapun, Mia juga ingin segera memperbaiki hubungannya dengan Ricky dan Mia yakin niat Ricky mengajaknya pergi keluar juga karena ingin membuatnya tak larut dalam kemarahan dan kekesalannya akibat perdebatan kemarin.
"Baby, jangan bersedih se
David berjalan menghampiri Liam dan Anne, Senyum lebar itu langsung menghiasi wajah tampan Liam ketika melihat sang Daddy. Namun, tiba-tiba seakan hilang begitu saja ketika mengingat jika Daddynya itu tak menyukai jika ia tersenyum."Daddy, daddy mau kemana?" Tanya Liam yang langsung berdiri mendekati David."Mau mengantar pulang mommymu." Jawab singkat David yang membuat Anne dan Mia terkejut mendengar jawaban Liam.Berbeda dengan Liam yang wajahnya langsung ditekuk karena ternyata semua orang disini menginginkan Mia untuk segera pulang meninggalkan mansion ini."Daddy, kenapa mommy diantarkan pulang? Liam belum mau mommy pulang. Daddy bantu Liam bujuk mommy dong. Please Daddy~" Pinta Liam.David pun langsung melayangkan tatapan tajamnya pada Liam, "Dengar! Jangan pernah terlihat mengemis jika menginginkan sesuatu apalagi itu pada orang asing! Biarkan dia pulang karena tempatnya memang tidak seharusnya berada disini. Jangan membantah!" Tegas David
Mia kembali dibuat pusing oleh Liam dan David. Pasalnya ketika mereka sampai rumah Mia, Liam dan David ikut turun dari mobil dan masuk ke rumah Mia tanpa menunggu persetujuan terlebih dahulu. Mia kebingungan bagaimana caranya mengusir daddy dan anak ini agar segera pergi dari rumahnya. Sementara kekasihnya akan datang menjemputnya sekitar 30 menit lagi."Kenapa kamar Bibi di mansion lebih besar dibandingkan rumah Mommy? Apa mommy bisa tidur disini? Apa tubuh mommy baik-baik saja? Huft, mommy pasti tidak nyaman ya?" Tanya Liam dengan nada polosnya seraya mengedarkan pandangannya ke seluruh rumah Mia.Meskipun hal ini bukan pertama kalinya Liam datang ke rumah Mia, namun tetap saja bocah tampan itu masih merasa terheran-heran melihat rumah sang mommy yang bisa dikatakan sebesar kandang kuda yang berada di mansion mewahnya.Mia hanya tersenyum tipis mendengar ocehan Liam. Mungkin jika bukan Liam ia akan merasa tersinggung dan tak terima."Mommy baik-baik saj
Di sepanjang perjalanan pulang menuju mansion, keadaan sunyi dan hening lah yang menyelimuti diantara daddy dan anak itu. Liam hanya diam tak berani berbicara apapun meskipun sesekali ia melirik kearah sang Daddy yang tampak fokus dan tenang menyetir mobil. Begitu pun dengan David yang terkadang juga diam-diam melirik kearah Liam yang lebih sering menatap kearah luar jendela.Mobil David berhenti karena sedang lampu merah. Pandangan Liam langsung tertuju pada sebuah keluarga kecil yany sepertinya sedang menunggu kendaraan umum di halte. Liam mendadak murung ketika melihat pemandangan seorang anak kecil seumurannya sedang duduk bersama orang tuanya yang tengah bercanda ria itu. Pikirannya melayang memikirkan dirinya sedang bersama Mia dan David. Namun mengingat David dan Mia yang kerap bertengkar terus setiap bersama membuat Liam menjadi sedih. Karena ia pikir kehadiran Mia dapat membuat sang Daddy akan bahagia dan perlahan akan menyayanginya kembali. Namun ternyata pikirannya
David tersenyum lebar setiap menatap wajah cantik istrinya meskipun kali ini hanya bisa lewat foto saja. David tidak akan pernah lelah menganggumi keindahan Tuhan yang satu itu. Luna terlalu sempurna dimata David hingga membuat pria itu sulit dan nyaris tak bisa membuka hatinya untuk wanita manapun selama bertahun-tahun. Ibu jarinya perlahan mengusap foto wajah Luna dan senyuman lebarnya perlahan mulai menghilang ketika ingatannya mengingat waktu dimana beberapa bulan sebelum ia kehilangan wanita berharganya.- Flashback On -Wanita hamil itu berjalan dengan senyum sumringahnya menghampiri suaminya yang baru saja pulang kerja. Ia tidak peduli ocehan sang suami yang melarang dirinya untuk memeluk karena merasa kotor dari luar. David memang sangat bawel dan begitu menjaga Luna dengan sangat-sangat berlebihan sebenarnya, jika ada kata yang lebih tinggi dari posesif maka itulah yang menggambarkan David dalam menjaga Luna."Honey, tubuhku kotor dan berkeringat.
Satu Bulan Kemudian.Wanita paruh baya itu sedang asik berbicara dan sibuk memasak sarapan untuk menu sarapan mereka. Keduanya sengaja meminta kepala koki dan para maid untuk tidak bekerja pagi ini. Entah kenapa Luna memang sangat ingin menghabiskan waktunya untuk memasak makanan yang enak untuk David. Dirinya memang bukan wanita yang pandai memasak. Namun Luna adalah sosok yang sangat giat dan serius dalam belajar jika ingin menguasai sesuatu. David sama sekali tidak mempermasalahkan Luna yang tidak bisa memasak karena memang ia lebih memilih maid dan koki saja yang bekerja. Semenjak hamil memang Luna jadi lebih sering memasak untuk David dan David selalu menyukainya karena meskipun baru memulai memasak rasa yang dihasilkan dari masakan Luna tak pernah gagal menurutnya."Ibumu tidak jadi datang dan menginap disini, Luna? Bukankah minggu ini kamu sudah waktunya melahirkan?" Tanya Anne seraya memotong-motong sayuran."Ibu baru terbang besok, Mah. Peke
Sesampainya di rumah sakit, Luna langsung dilarikan ke ruang UGD. David benar-benar frustrasi karena ia tak diizinkan masuk oleh dokter yang sedang sibuk memeriksa kondisi istrinya. David paham jika memang seperti itu peraturannya, namun ia tidak bisa tenang dan mengkhawatirkan Luna didalam sana yang belum jelas kondisinya. Terlebih wanitanya itu tiba-tiba pingsan tanpa alasan yang belum ia ketahui.David terus mondar-mandir menunggu di ruang ugd dan tak mendengarkan perintah sang mama yang memintanya untuk duduk dan sabar menunggu dokter memeriksa."Astaga, kenapa lama sekali? Sebenarnya apa yang terjadi pada Luna? Ayolah ini bahkan belum waktunya Luna melahirkan. Kenapa juga harus sampai dibawa ke UGD seperti ini?" Gumam David yang terus menatap pintu ruang UGD yang masih tertutup rapat.Namun, tiba-tiba pintu tersebut terbuka dan David dengan sigapnya langsung menghampiri dokter. Begitu pun dengan Anne yang juga langsung berdiri dan ikut menghampiri dokter.
"Kenapa kamu menyembunyikannya dariku? Kenapa kamu tidak memberitahuku sejak awal, huh? Jika dari awal aku mengetahuinya kita bisa melakukan pengobatan terbaik untuk mematikan kanker itu dari tubuhmu, Luna. Kenapa kamu tidak mengatakannya? Apa aku tidak berhak mengetahuinya dari awal?"David sungguh ingin marah saat ini, namun disisi lain ia tidak akan bisa marah pada Luna. Hatinya sakit mengetahui kabar buruk mengenai kondisi istrinya saat ini. Ia hanya bisa menangis tak mampu menutupi rasa takut akan kehilangan Luna."Jangan menangis, jangan bersedih. Aku baik-baik saja dan berhasil melewati semuanya. Mari menyambut kelahiran putra kita dengan bahagia. Aku yakin dia akan sangat bahagia memiliki daddy luar biasa seperti dirimu. Tolong jaga dia dengan baik dan maaf jika takdir nantinya tidak akan mengizinkanku untuk membantumu merawat serta membesarkan putra kita..."David menggelengkan kepalanya dengan tegas. Ia kembali menegakkan tubuhnya dan menatap ser
Anne tampak terkejut dan kebingungan melihat kondisi David yang sangat kacau setelah keluar dari ruang UGD. Wanita paruh baya itu pun segera berdiri dan menghampiri David, namun David memilih segera duduk di kursi tunggu sambil menundukkan kepalanya. Kedua tangannya menutupi wajahnya. Ia kembali terisak dan menangis diluar ruangan. Hatinya seakan masih tak rela mengenai kabar buruk mengenai kondisi Luna saat ini."Astaga David, ada apa? Kenapa kau menangis dan duduk disini? Lalu kenapa juga tadi dokter dan perawat pada keluar dari ruangan? Bukankah Luna harus segera di operasi untuk mengeluarkan putra kalian?" Tanya Anne yang kini kembali duduk tepat disamping David.Tangannya mengusap lembut bahu David seakan ingin memberikan ketenangan untuk putranya itu, "Ada apa, Nak? Kenapa menangis seperti ini?" Anne sungguh khawatir melihat David terisak sedih. Bagaimana tidak, ini pertama kalinya ia melihat putranya menangis penuh kesedihan. Bahkan punggungnya sampa