- Kamar Liam -
Mia menghela napas panjangnya ketika ponselnya kembali berdering tanda panggilan masuk dari kekasihnya. Entah kenapa ia masih malas berkomunikasi dengan Ricky semenjak perdebatan kemarin mengenai Ricky yang memintanya untuk menjaga jarak dengan Liam karena berbagai alasan. Terlebih alasan utamanya karena Ricky tak ingin Mia terlalu sering bertemu dengan David. Padahal niat Mia dari awal pun hanya untuk Liam dan ia sangat berharap kekasihnya itu bisa mengerti.
"Mommy, siapa yang menelepon?" Tanya Liam karena mendengar ponsel sang mommy terus berbunyi.
"Bukan siapa-siapa kok. Sekarang istirahat dulu karena sebentar lagi waktunya Liam minum obat dan mommy juga akan mengoleskan salep di setiap luka." Ujar Mia.
"Mommy perih~" Rengek Liam yang membayangkan bagaimana rasa perihnya ketika lukanya tersentuh oleh Mia nantinya.
"Mommy akan pelan-pelan, Baby. Mau cepat sembuh kan?" Liam pun menganggukkan kepalanya dan kembali menenggelamkan tubu
David yang baru saja menyelesaikan mandinya itu beranjak menuju walk in closet untuk segera memakai piyama tidurnya. Setelah selesai ia berjalan mendekati ranjang tidurnya, tatapannya langsung tertuju pada bingkai besar foto pernikahan dirinya dan juga Luna yang berada tepat didinding belakang ranjang. Ia menghela napas beratnya kala mengingat wanita yang sangat mirip dengan mendiang istrinya itu sedang berada di mansion miliknya. Ia langsung mengalihkan pandangannya kearah jam dinding yang hampir menunjukkan pukul 9 malam."Apa dia sudah pulang? Ck, apa lagi-lagi dia dijemput oleh kekasihnya? Dia benar-benar sulit diatur dan menganggu kenyamanan pribadiku." Geram David.Tatapan David pun kembali tertuju pada foto Luna, "Honey, apa kamu memiliki saudari kembar? Ah tapi itu tidak mungkin, aku sangat mengenal baik keluargamu dan mereka jelas tidak memiliki putri selain dirimu. Kamu hanya satu-satunya anak mereka. Tapi apa kamu tau, ada sosok wanita yang sangat mirip deng
Mia membalikkan tubuhnya dan mulai mengoleskan salep pada beberapa luka Liam dengan sangat hati-hati. Liam sempat meringis dan berbalik, namun Mia tetap berhasil mengatasi dan mengoleskan salep tersebut. Wanita itu mengabaikan ucapan David yang jelas tidak mengizinkan dirinya menginap di mansion. Lantas mau bagaimana lagi, Mia sudah menolak dan mencoba memberikan pengertian pada Liam. Namun, Liam tetap memaksanya dan memohon dengan sangat hingga membuat Mia tak tega lalu mengiyakan permintaan Liam."Aku sudah menolak keinginan Liam, namun aku tidak tega melihat wajah memohonnya. Maka aku putuskan untuk menginap satu malam saja disini. Hanya untuk Liam yang sedang sakit, maaf jika kehadiranku tidak membuatmu nyaman. Aku bisa kok memastikan untuk tidak berpas-pasan atau bertemu denganmu selama di mansion ini. Kau bisa pergi dari kamar Liam sekarang dan anggap saja aku tidak ada di mansionmu." Ujar Mia tanpa menatap David."Jika memang ini karena anak itu, maka aku akan b
"Cobalah untuk mendengarkan nasihat orang lain jika memang nasihat dari mama tak bisa kamu terima dengan baik. Mama sangat tau jika kamu begitu terpukul dam tak ingin kehilangan Luna. Tapi coba kamu bayangkan sejenak, bagaimana jika saat itu kamu kekeh untuk menggugurkan bayimu. Apakah Luna akan bahagia meskipun dia tetap hidup bersamamu? Kamu bisa mengingat bagaimana Luna sangat menginginkan Liam. Mama sudah bosan sebenarnya mengatakan hal ini berkali-kali karena selalu kamu abaikan. Mama hanya minta belajarlah untuk mengikhlaskan Luna agar dia tenang disana dan belajarlah juga untuk menerima Liam sebagai putramu. Ingat David, putramu akan selalu membutuhkan sosok dirimu. Minta maaf pada Liam sebelum anak itu benar-benar tak bisa memaafkanmu." Lanjut Anne.Anne menepuk pelan bahu David. Ia menghela napas beratnya melihat David hanya terdiam dengan tatapan kosongnya. Kedua tangan David mengepal kuat, Anne mencoba mengusap punggung tangan David dan berharap pria itu dapat mene
02:25 Pagi.Wanita itu masih gelisah membolak-balikkan tubuhnya dan mencari posisi ternyamannya agar cepat tidur. Rasanya sudah beberapa kali ia menguap lebar namun kedua matanya seakan sangat sulit untuk terpejam. Gerakan Mia yang gelisah itu tanpa sadar membuat bocah tampan itu terganggu dan perlahan membuka kedua matanya dengan susah payah."Mommy..." Panggil Liam dengan nada seraknya sambil mengusap-usap kedua matanya agar bisa terbuka lebar.Mia pun spontan membalikkan tubuhnya menghadap Liam dan terkejut melihat Liam tengah menatapnya saat ini."Baby, kenapa terbangun? Masih malam loh, ayo tidur lagi." Ujar Mia seraya menepuk-nepuk lembut bokong Liam."Mommy...haus..." Gumam Liam yang meminta minum pada Mia.Mia pun segera mengubah posisinya menjadi duduk diatas kasur. Ia menepuk jidatnya ketika melihat gelas yang awalnya berisi air penuh sudah kosong karena ia yang meminumnya tadi, padahal air itu memang disiapkan untuk Liam setiap ma
Mia begitu terkejut ketika melihat David tiba-tiba tidak sadarkan diri. Dirinya terlambat menahan tubuh David hingga tubuh pria itu terbaring begitu saja di lantai. Mia tampak kebingungan saat ini, ia merasa dirinya tidak mampu jika harus mengangkat tubuh David dan membawanya ke dalam kamar. Namun disisi lain Mia juga tidak tega melihat David tergeletak di lantai."Astaga, bagaimana ini? Tenagaku tidak kuat untuk mengangkat tubuh David sebelum memapahnya ke kamar. Aish! Kenapa juga dia pakai pingsan segala? Kalau tidak kuat minum seharusnya tidak usah minum. Dasar bodoh!" Kesal Mia yang sebenarnya sudah dilanda kepanikan saat ini."David, bangunlah! Jangan tidur disini! Ayo pindah ke kamarmu!" Mia menepuk-nepuk pelan pipi David. Namun, David tetap tidak sadarkan diri.Kekesalan Mia semakin menjadi ketika mendengar suara mendengkur pelan dari David. Wanita itu menghela napas kasarnya menyadari jika David sudah tertidur saat ini."Sudah kubilang janga
Mia menghampiri David setelah mengakhiri panggilannya dengan satpam penjaga. Melihat kepala David yang sudah cukup lama tergeletak di lantai, ia pun berinisiatif untuk memangku kepala David. Dengan sangat hati-hati ia meletakkan kepala David diatas kedua pahanya. Melihat wajah David di cahaya yang tak cukup terang membuat Mia tersenyum tipis dengan tatapan sendunya."Aku tidak tau apa yang membuatmu terus menyalahkan Liam atas kepergian istrimu. Tapi aku yakin kau sebenarnya orang baik. Entah bagaimana caranya untuk membuatmu sadar jika sikap dan tingkahmu selama ini salah. Namun, sebenarnya tak ada siapapun yang bisa disalahkan. Kau mungkin memang sangat salah bersikap kasar, tetapi disisi lain kau seperti itu karena kehilangan sosok berarti dalam hidupmu. Kau tak memiliki sandaran lagi untuk melepaskan dan berbagi keluh kesah. Kau melampiaskan rasa lelahmu dan tak ikhlas atas kepergian istrimu itu pada Liam. Itu salah besar, David. Aku harap kau segera menemukan pengganti L
Liam yang mendengar bentakan keras David pun merasa gelisah dan takut. Ia mengingat Mia yang saat ini sedang bersama David. Tanpa mempedulikan ucapan Mia atau rasa sakit pada kakinya ia segera beranjak keluar dari kamarnya. Liam yang sejak tadi mengumpat diujung tangga pun memberanikan diri untuk menampakkan wajahnya pada Mia maupun David. Liam bisa melihat tatapan Mia yang menurutnya sedikit kecewa karena Liam tidak mendengarkan omongannya."Mommy maaf, tapi Liam khawatir sama mommy dan juga daddy. Jadi Liam keluar kamar deh. Mommy jangan marah." Ujar Liam menatap takut pada Mia yang tengah merangkuk David."Tidak apa-apa, mommy tidak akan marah. Bisa beritahu mommy dimana letak kamar daddymu, hm?" Tanya Mia pada Liam."Ikuti Liam mommy." Ujar Liam yang berjalan memimpin Mia."Liam, apa kakimu--""Liam bisa menahannya mommy, tidak terlalu sakit kok. Mommy tenang saja." Liam tersenyum manis pada Mia seakan tak ingin membuat wanita itu mengkhawatirk
- Keesokan Harinya -Dalam kesejukan dan keindahan pagi hari, burung-burung mulai berkicauan dengan suara merdunya. Seberkas cahaya matahari menyelinap memasukki jendela kamar David. Ketiga insan itu masih tertidur dengan pulasnya seakan masih terjaga dalam mimpi indahnya masing-masing.Pria dewasa itu melenguh pelan dan mengeliatkan tubuhnya perlahan. Tangannya spontan memegangi kepalanya yang terasa begitu sakit diiringi dengan ringisan pelannya. Kedua matanya yang terpejam itu perlahan mengerjap terbuka sempurna."Arggghh, kenapa sakit sekali? Berapa banyak sebenarnya aku minum..." Gumam David dengan nada lirihnya.Merasakan sesuatu berada di perutnya seakan memeluknya erat itu membuat David spontan menahan napasnya dan langsung menatap kearah perutnya. Tubuhnya menegang ketika melihat tangan Liam yang tengah memeluknya dan Mia tengah memeluk Liam dalam tidurnya. David mengerjapkan kedua matanya sekali lagi hanya untuk memastikan apa yang tengah ia lih