2 Hari Kemudian.
Tak ada yang berubah dari kedekatan hubungan Liam dan Miss Mia. Guru baru itu semakin menyayangi Liam dan memiliki keinginan kuat untuk memberikan Liam kasih sayang pengganti selama bocah tampan itu berada di sekolah bersamanya.
Sementara Liam, ia tentu saja semakin menempel pada Mia dan tak pernah lagi menunjukkan kesedihannya meskipun sebenarnya ia masih merasa sedih karena permintaan sang Daddy yang memintanya untuk menjauhi sosok yang mirip Luna itu.
Liam jelas tidak menurutinya, ia tidak bisa melakukan itu. Ketika melihat Miss Mia, Liam spontan berbinar dan bahagia seakan-akan memang itu sosok mommy yang selama ini belum ia temui. Liam masih sangat yakin jika wanita itu adalah wanita yang sama dengan sosok mommy yang melahirkannya. Meskipun sudah sangat jelas jika mereka berdua adalah wanita yang berbeda. Hanya saja Liam tidak bisa menghilangkan kekeliruannya karena wajah mereka yang begitu mirip tanpa ada perbedaan sedikit pun.
Liam dan Mia spontan saja menolehkan kepalanya menatap David. Bocah tampan itu seketika berbinar senang ketika melihat sang Daddy berada di sekolahnya dan mengira jika David datang untuk menjemputnya. Tentu saja ini pertama kalinya David datang ke sekolahnya dan itu sukses membuat Liam merasa bahagia meskipun pikiran bocah kecil itu salah terhadap David."Daddy!" Panggil Liam dengan riangnya tanpa melepaskan genggaman tangannya pada Mia.*SREETTT*Kedua mata Mia membola sempurna ketika melihat David baru saja menarik kasar Liam sehingga terpisah jauh dengannya. Melihat wajah David saja sudah membuat Mia emosi mengingat pertemuan pertama mereka yang tidak mengenakan itu, apalagi kini ia kembali menyaksikan tingkah kasar dari David yang dilakukan pada Liam. Sudah bisa dipastikan emosinya pun mulai membawa dan menatap tajam David."Jangan menyakitinya!" Tegas Mia penuh tekanan ketika berbicara pada David.David pun tak kalah menatap tajam Mia, s
Sementara itu di kamar Liam, bocah itu sama sekali tidak menangis atau bahkan merintih kesakitan. Ia bukannya tidak merasakan, hanya saja Liam menahan semuanya. Ia bahkan menggigil kuat bibir bawahnya agar isak tangis yang ia tahan itu tidak lolos dari bibi mungilnya. Kedua matanya benar sudah berair seakan air mata itu siap terjun bebas kapan saja ketika Liam mengedipkan kedua matanya. Memar di pergelangan tangannya akibat cekalan David 2 hari yang lalu saja masih tercetak jelas dan kini David kembali melakukan hal yang sama hingga membuat pergelangan tangan kiri Liam begitu merah padam dan terasa panas.Liam tampak begitu kuat dan sabar menghadapi sikap David yang begitu kasar padanya saat ini. Ia bahkan tidak berpikir buruk sedikitpun pada sang Daddy, hatinya selalu mengulang dan mempercayai jika sang Daddy benar-benar mencintai dan menyayanginya."Daddy, kenapa Daddy juga ikut memarahi Mommy?" Tanya Liam dengan sedikit ragu karena rasa takutnya."Mommy?!" De
Pria itu menghembuskan napas panjangnya melihat wajah sang kekasih yang sangat tidak bersemangat meskipun saat ini ia tengah memegang sesuatu yang selalu berhasil membangkitkan mood, apalagi kalau bukan ice cream mint chocolate kesukaannya.Mia yang sedang termenung memikirkan nasib Liam yang dibawa kasar oleh Daddy-nya sendiri itu. Entah sudah berapa kali ia menghela napas beratnya, namun jelas sekali jika pikirannya kini memang hanya tertuju pada bocah tampan yang akhir-akhir ini dekat dengannya dan memanggil dirinya dengan panggilan "Mommy"."Sayang, kamu kenapa?" Tanya Ricky dengan lembutnya seraya mengusap punggung tangan Mia.Mia pun terkesiap dan mencoba memberikan senyuman terbaiknya pada Ricky. Ia menggelengkan kepalanya berusaha tidak lagi memikirkan Liam disaat ia sedang bersama Ricky."Apa kamu ingin mencoba rasa lain? Biar aku pesankan jika kamu sedang tidak ingin rasa mint chocolate." Mia pun segera menahan tangan Ricky ketika pria itu henda
Mila seketika menampilkan raut wajah anehnya ketika mendengar satu kata yang berhasil membuatnya geli sekaligus tak percaya itu pada Mia."Putramu? Sejak kapan anak orang lain kau claim sebagai putramu, Yaya? Tunggu, atau jangan-jangan wajah kalian berdua yang sangat mirip itu benar-benar membuktikan jika kau dan Liam adalah ibu dan anak? Yaya, apa kau masih perawan? Oh tidak, jangan katakan kau tidak tau jika sebelumnya kau pernah diperkosa hingga hamil lalu tak sadar jika anakmu dibawa orang lain dan kalian bertemu kembali sehingga Liam memanggilmu dengan panggilan mommy? Astaga itu gila! Bagaimana nasib kekasihmu itu, Yaya? Apa dia mengetahui ini semua?" Cerocos Mila yang sangat ingin membuat Mia ingin menampar mulutnya itu.Mia yang sedang kesal itu menghembuskan napas kasarnya dan menatap jengkel Mila."Kenapa aku memiliki sahabat yang begitu bodoh seperti dirimu?"Mia yang tadinya ingin mengeluarkan seluruh umpatan kasarnya untuk pria gila itu
Mila pun perlahan mengusap bahu Mia, ia sangat mengerti jika mungkin Mia masih saja teringat akan masa kecilnya yang tidak cukup membahagiakan itu. Namun, Mila pikir sahabatnya itu tak perlu sampai seperti ini, padahal anak itu pun tidak ada hubungan apapun yang terlihat jelas dekat dengannya. Liam hanya orang asing yang baru saja bertemu dengan Mia. Namun lihat saja, belum satu tahun mereka bersama atau bahkan baru hitungan bulan saja kedekatan dan ikatan mereka berdua sudah sangat dekat. Mila sendiri pun tidak mengerti karena ia dan Liam juga tidak terlalu dekat. Mila benar-benar adil dalam bersikap dan mendidik muridnya. Mia sebenarnya sama adilnya, hanya saja diluar jam pelajaran wanita itu akan selalu ada didekat Liam."Menurutku kau sama sekali tidak salah memiliki empati yang besar seperti itu untuk murid-muridmu. Hanya saja kita sebagai guru mereka pun tetap memiliki batasan-batasan yang tidak bisa dilanggar. Yaya, kau tetap bisa menjaga dan melindungi Liam ketika di
Keesokan Harinya.Liam tampak lebih pendiam dan murung hari ini. Ia mendadak malas pergi ke sekolah. Ia takut bertemu dengan sosok wanita yang biasa ia panggil 'mommy' itu. Liam takut keceplosan memanggilnya mommy karena sudah terbiasa dengan panggilan itu. Liam takut ditemani olehnya ketika ia sedang sendiri ketika jam istirahat ataupun pulang sekolah nanti. Liam tidak ingin David kembali marah padanya, Liam tidak ingin David kembali mengatakan hal buruk. Liam hanya ingin menjadi anak baik dan membanggakan dimata David. Itulah kenapa ia selalu patuh atas ucapan atau perintah yang David lalukan dan memang kemarin itu pertama kalinya Liam berani membantah dan tak mendengarkan perintah David yang berujung kemarahan besar."Daddy, apa Liam boleh tidak pergi ke sekolah hari ini?" Tanya Liam seraya menunduk takut dan memainkan sendok garpu dihadapannya.Ya, mereka memang baru saja menyelesaikan sarapan mereka. Biasanya Liam selalu belakangan dalam menyelesaikan
Liam duduk di kursi putih tempat favoritnya ia sendirian ketika jam istirahat tiba. Liam memang kurang suka bermain permainan yang ada di sekolah bersama teman-temannya. Namun, jelas akan berbeda ketika ia bermain di taman bermain bersama Mia. Entahlah, Liam hanya kurang tertarik dan tidak nyaman bersosialisasi dengan teman-teman yang sebagian besar hanya mengejeknya.Tatapannya sendu dan tersenyum lirih melihat anak-anak lain bisa tertawa riang berlarian kesana kemari dan bermain perosotan, ayunan, jungkat-jungkit dan lainnya bersama-sama. Namun, Liam segera mengalihkan pandangannya dan membuka kotak bekal yang sudah disiapkan oleh koki di mansion.Namun, tiba-tiba saja..."Liam." Panggil seorang gadis kecil berkuncir dua datang menghampiri dan duduk disamping Liam.Liam hanya menolehkan kepalanya sekilas dan menatap bingung teman sekelasnya itu yang bernama Tasya."Liam, kenapa sendilian? Tumben, biasanya ditemani Miss Mia." Tanya Tasya dan Liam
Mia menghela napas beratnya dan memilih beranjak menuju ruang guru karena tak ingin membuat Liam tidak nyaman atas tindakannya jika ia terus mendesak dan mendekati Liam saat ini yang masih kekeh tidak ingin berdekatan dengannya. Jujur saja itu membuat perasaan Mia sangat sedih, entah kenapa hatinya menjerit tidak rela ketika Liam tak lagi memanggil dirinya dengan sebutan "mommy" ataupun bermanja ria padanya lagi.Mila yang melihat sahabatnya kembali memasukki ruang guru padahal jam masuk setelah istirahat belum berbunyi itu hanya mengernyitkan dahinya dengan heran. Belum lagi raut wajah Mia yang terlihat lesu dan sedih. Jelas saja Mila bertanya-tanya, pasalnya Mia biasanya sedang bersama Liam saat ini dan kembali jika jam masuk setelah istirahat itu berbunyi untuk memulai mengajar."Kau tidak bersama Liam?" Tanya Mila dengan raut herannya.Mia hanya menghembuskan napas panjangnya dan menggelengkan kepalanya pelan."Tumben sekali. Biar kutebak, Liam tidak
Ricky menatap Mia dengan tatapan meminta jawaban. Namun, Mia terlihat gelisah karena kebingungan harus menjawab pertanyaan Ricky seperti apa. Ia sangat tidak ingin menyakiti Ricky, namun disisi lain Mia juga tidak ingin buru-buru membawa hubungannya ke jenjang yang lebih serius. Ada sebuah keraguan yang begitu mengganjal didalam hatinya yang membuat Mia tidak bisa menerima Ricky saat ini juga."Kak Ricky..." Mia menghembuskan napas panjangnya dan menatap gelisah Ricky."Ya? Bagaimana menurutmu, Sayang? Oh iya, kira-kira kapan pekerjaan orang tuamu diluar negeri itu selesai? Kapan mereka kembali? Apa tidak bisa kamu meminta orang tuamu terlebih dahulu dan membujuknya untuk pulang cepat agar kita bisa berbicara serius mengenai hubungan kita pada mereka?" Tanya Ricky yang membuat Mia semakin gusar."Kak Ricky, tidak bisakah kita tidak membahas hal ini terlebih dahulu? Aku masih belum ingin mengubah status kita saat ini. Aku masih nyaman dengan hubungan kita. Bukank
Ricky memang diam-diam mulai mencari tahu semua informasi lengkap mengenai David. Pria itu cukup terkejut dan semakin merasa takut tersaingi ketika mengetahui jika David seorang CEO ternama dan begitu berpengaruh di dunia. Bahkan anak perusahaannya pun tersebar dimana-mana dan ia memiliki berbagai cabang maupun bidang lainnya yang membuat kekayaan David bisa dipastikan tidak akan habis dalam tujuh turunan.Ricky juga mengetahui jika David menyembunyikan identitasnya semaksimal mungkin di negara dimana ia tinggal saat ini. Tak hanya itu, sosok putranya yang tak lain adalah Liam pun masih menjadi misteri di mata publik karena memang begitu dirahasiakan oleh keluarga David. Hampir seluruh tentangnya kebanyakan privasi namun publik tetap mengetahui jika istri David telah meninggal dunia. Sayangnya, Ricky tak berhasil menemukan foto mendiang istri David itu. Padahal ia begitu penasaran, mengingat Mia pernah mengatakan jika Liam memanggilnya dengan sebutan mommy karena wajah Mia te
Sejak hari dimana David kehilangan Luna, wanita yang begitu susah payah ia dapatkan dan ia jaga dengan sepenuh hatinya. Sejak itu jugalah sosok David yang lembut dan penuh kasih sayang dalam menjaga seseorang yang berharga dalam dirinya menghilang dan berubah menjadi kasar dan penuh kebencian didalam hatinya. David yang ramah dan hangat berubah drastis menjadi dingin, tak tersentuh dan tak terbantahkan sedikitpun.Pria itu benar-benar tak bisa menerima kehadiran putranya. Bulan-bulan awal sejak kelahirannya, David masih memiliki ambisi yang kuat dan kekeh ingin melenyapkan bayinya agar cepat mati dan berpikir hidupnya akan jauh lebih baik jika seperti itu. Anne bahkan sampai membawa Liam tinggal bersamanya dan menjauh dari David yang memang belum siap menerima Liam, Anne hanya tak ingin Liam terus disakiti dan David tak kunjung sembuh dari rasa sakit kehilangan Luna dalam hidupnya jika terus melihat Liam setiap harinya.Namun hampir setiap malam, Luna seakan teru
Bahkan dengan kasarnya David mencium bibir pucat Luna dengan sangat lama. Air matanya semakin meleleh karena kali ini istrinya tak lagi membalas cumbuannya. David semakin meraung kencang memanggil Luna. Siapapun yang melihatnya menangis seperti ini pun pasti akan ikut bersedih melihatnya. David sungguh kehilangan semangat hidupnya."Aku sudah menghangatkan bibirmu yang kedinginan itu, kenapa kamu tak mau bangun juga? Aku harus apa agar kamu mau membuka kedua matamu itu. Aku mohon padamu, bangunlah. Aku tidak sanggup ditinggalkan seperti ini, Luna...""Kamu egois! Kamu terlalu jahat padaku jika seperti ini! Kamu tau jika dirimu adalah duniaku, tempatku pulang untuk menghilangkan segala ketakutan dan lelahku. Jika kamu pergi, kemana lagi aku harus mencari rumahku untuk berpulang? Bagaimana aku bisa menjalani hidup tanpamu dihidupku?""Aku sudah mengatakan jika aku jauh lebih menginginkanmu dibandingkan anak sialan itu. Seharusnya aku memaksamu lagi agar mau menuru
Anne tak bisa menahan tangisannya ketika mendapat kabar jika Luna sudah tak lagi bernyawa didalam ruangan. Sementara David belum mengetahuinya karena posisinya yang tidak sadarkan diri akibat suntikan obat penenang yang diberikan oleh perawat ketika didalam. UGD. Anne tak bisa berhenti memikirkan perasaan David jika mengetahui Luna wanita yang ia cintai itu sudah tiada. Anne sendiri bahkan merasa hancur dan sangat kehilangan, sosok Luna sebagai menantu terbaik itu pergi begitu cepat. Rasanya ia masih tidak menyangka jika tadi ia masih bercanda ria sambil memasak namun kini wanita itu sudah tak lagi bernyawa.Dengan langkah berat, Anne memilih menemui cucunya terlebih dahulu di ruang bayi. Hatinya teriris pedih melihat cucu laki-lakinya tengah menangis kencang dan para perawat wanita yang mencoba menenangkan bayi itu. Namun seakan mengetahui jika mommy yang melahirkannya telah tiada membuatnya mungkin ikut merasakan kehilangan hingga menangis kencang. Bahkan akibat tangi
Luna perlahan membalas ciuman lembut suaminya. Air matanya tak bisa berhenti mengalir membayangkan jika ini akan menjadi ciuman terakhir mereka berdua. Kesedihannya semakin menjadi ketika ia menyadari jika dirinya tak akan memiliki kesempatan untuk merawat putranya nanti. Melihat David seperti ini membuat Luna sangat takut untuk pergi meninggalkannya. Luna tau jika David memang akan selalu membutuhkan dirinya. Hanya saja Luna sudah tak ingin berharap apapun lagi, Luna hanya bisa pasrah dengan apa yang akan terjadi padanya nanti.David pun melepaskan ciumannya dan menyatukan keningnya dengan kening Luna."Jangan pernah katakan hal itu lagi, Luna. Aku sungguh tidak menyukai. Dengarkan aku, aku hanya akan mencintaimu sampai akhir hidupku. Hanya kamu dan kamu!" Bisik David yang membuat Luna menggelengkan kepalanya dengan lemah."Aku---""Berhenti berbicara atau aku akan menciummu lagi. Aku tidak mau mendengar ucapan mengerikan dari mulutmu itu. Tolong kembali
"Luna jangan katakan hal seperti itu dulu. Kamu masih mungkin memiliki kesempatan untuk merawat putramu bersama David. Kamu juga bisa memberikan sendiri apa yang kamu siapkan khusus untuknya. Kamu bisa menggendongnya, menyusuinya, membesarkannya seperti seorang ibu pada umumnya. Kamu bisa melakukan itu semua Luna!" Tegas Anne yang juga tidak rela jika kehilangan sosok menantunya itu. Meskipun disisi lain ia merasa tak tega jika membiarkan Luna terus menahan rasa sakit yang pasti rasanya luar biasa.Luna menggelengkan kepalanya dengan lemah, "Aku tidak yakin sebenarnya, Mah. Meskipun aku juga ingin yakin jika aku tetap bersama kalian semua. Dokter bilang aku telat melakukan perawatan dan pengobatan untuk memperlambat sel kanker itu menyebar. Jika mama dan David bertanya mengapa tidak dari awal aku memberitahu kalian, aku yakin jika kalian akan memaksaku untuk melakukan pengobatan misalnya kemoterapi yang jelas tidak bisa kulakukan disaat aku sedang hamil. Kalian bisa saja mema
Anne tampak terkejut dan kebingungan melihat kondisi David yang sangat kacau setelah keluar dari ruang UGD. Wanita paruh baya itu pun segera berdiri dan menghampiri David, namun David memilih segera duduk di kursi tunggu sambil menundukkan kepalanya. Kedua tangannya menutupi wajahnya. Ia kembali terisak dan menangis diluar ruangan. Hatinya seakan masih tak rela mengenai kabar buruk mengenai kondisi Luna saat ini."Astaga David, ada apa? Kenapa kau menangis dan duduk disini? Lalu kenapa juga tadi dokter dan perawat pada keluar dari ruangan? Bukankah Luna harus segera di operasi untuk mengeluarkan putra kalian?" Tanya Anne yang kini kembali duduk tepat disamping David.Tangannya mengusap lembut bahu David seakan ingin memberikan ketenangan untuk putranya itu, "Ada apa, Nak? Kenapa menangis seperti ini?" Anne sungguh khawatir melihat David terisak sedih. Bagaimana tidak, ini pertama kalinya ia melihat putranya menangis penuh kesedihan. Bahkan punggungnya sampa
"Kenapa kamu menyembunyikannya dariku? Kenapa kamu tidak memberitahuku sejak awal, huh? Jika dari awal aku mengetahuinya kita bisa melakukan pengobatan terbaik untuk mematikan kanker itu dari tubuhmu, Luna. Kenapa kamu tidak mengatakannya? Apa aku tidak berhak mengetahuinya dari awal?"David sungguh ingin marah saat ini, namun disisi lain ia tidak akan bisa marah pada Luna. Hatinya sakit mengetahui kabar buruk mengenai kondisi istrinya saat ini. Ia hanya bisa menangis tak mampu menutupi rasa takut akan kehilangan Luna."Jangan menangis, jangan bersedih. Aku baik-baik saja dan berhasil melewati semuanya. Mari menyambut kelahiran putra kita dengan bahagia. Aku yakin dia akan sangat bahagia memiliki daddy luar biasa seperti dirimu. Tolong jaga dia dengan baik dan maaf jika takdir nantinya tidak akan mengizinkanku untuk membantumu merawat serta membesarkan putra kita..."David menggelengkan kepalanya dengan tegas. Ia kembali menegakkan tubuhnya dan menatap ser