Keesokan Harinya.
Liam tampak lebih pendiam dan murung hari ini. Ia mendadak malas pergi ke sekolah. Ia takut bertemu dengan sosok wanita yang biasa ia panggil 'mommy' itu. Liam takut keceplosan memanggilnya mommy karena sudah terbiasa dengan panggilan itu. Liam takut ditemani olehnya ketika ia sedang sendiri ketika jam istirahat ataupun pulang sekolah nanti. Liam tidak ingin David kembali marah padanya, Liam tidak ingin David kembali mengatakan hal buruk. Liam hanya ingin menjadi anak baik dan membanggakan dimata David. Itulah kenapa ia selalu patuh atas ucapan atau perintah yang David lalukan dan memang kemarin itu pertama kalinya Liam berani membantah dan tak mendengarkan perintah David yang berujung kemarahan besar.
"Daddy, apa Liam boleh tidak pergi ke sekolah hari ini?" Tanya Liam seraya menunduk takut dan memainkan sendok garpu dihadapannya.
Ya, mereka memang baru saja menyelesaikan sarapan mereka. Biasanya Liam selalu belakangan dalam menyelesaikan
Liam duduk di kursi putih tempat favoritnya ia sendirian ketika jam istirahat tiba. Liam memang kurang suka bermain permainan yang ada di sekolah bersama teman-temannya. Namun, jelas akan berbeda ketika ia bermain di taman bermain bersama Mia. Entahlah, Liam hanya kurang tertarik dan tidak nyaman bersosialisasi dengan teman-teman yang sebagian besar hanya mengejeknya.Tatapannya sendu dan tersenyum lirih melihat anak-anak lain bisa tertawa riang berlarian kesana kemari dan bermain perosotan, ayunan, jungkat-jungkit dan lainnya bersama-sama. Namun, Liam segera mengalihkan pandangannya dan membuka kotak bekal yang sudah disiapkan oleh koki di mansion.Namun, tiba-tiba saja..."Liam." Panggil seorang gadis kecil berkuncir dua datang menghampiri dan duduk disamping Liam.Liam hanya menolehkan kepalanya sekilas dan menatap bingung teman sekelasnya itu yang bernama Tasya."Liam, kenapa sendilian? Tumben, biasanya ditemani Miss Mia." Tanya Tasya dan Liam
Mia menghela napas beratnya dan memilih beranjak menuju ruang guru karena tak ingin membuat Liam tidak nyaman atas tindakannya jika ia terus mendesak dan mendekati Liam saat ini yang masih kekeh tidak ingin berdekatan dengannya. Jujur saja itu membuat perasaan Mia sangat sedih, entah kenapa hatinya menjerit tidak rela ketika Liam tak lagi memanggil dirinya dengan sebutan "mommy" ataupun bermanja ria padanya lagi.Mila yang melihat sahabatnya kembali memasukki ruang guru padahal jam masuk setelah istirahat belum berbunyi itu hanya mengernyitkan dahinya dengan heran. Belum lagi raut wajah Mia yang terlihat lesu dan sedih. Jelas saja Mila bertanya-tanya, pasalnya Mia biasanya sedang bersama Liam saat ini dan kembali jika jam masuk setelah istirahat itu berbunyi untuk memulai mengajar."Kau tidak bersama Liam?" Tanya Mila dengan raut herannya.Mia hanya menghembuskan napas panjangnya dan menggelengkan kepalanya pelan."Tumben sekali. Biar kutebak, Liam tidak
Setelah memastikan seluruh murid di kelas keluar dari kelas, Mia pun segera berjalan cepat menuju ruang guru untuk merapikan barang-barangnya. Tak peduli tatapan aneh yang dilayangkan oleh Mila, ia hanya ingin melihat Liam dan memastikan bocah tampan itu benar-benar masuk ke dalam mobil yang benar. Meskipun hati kecilnya sedikit berharap jika Liam menunggunya di depan gerbang utama sekolah."Yaya, kenapa kau buru-buru sekali. Kau mau kemana, hey?!" Tanya Mila yang tak dihiraukan oleh Mia yang sudah berlari keluar dari ruang guru setelah selesai absen akhir didekat pintu ruang guru tersebut.Mila hanya menggelengkan kepalanya pelan, "Apa Liam berhasil membuatnya gila seperti itu? Ck, aku tidak percaya jika Yaya terobsesi pada anak-anak. Kuharap kekasihnya bisa menyadarkan Mia secepatnya." Gumam Mila.Sesampainya di gerbang utama sekolah, kedua mata Mia berbinar ketika melihat Liam masih berdiri di tempat biasanya mereka menunggu supir pribadi Liam datang. Dengan
Anne tampak terkejut ketika melihat cucu semata wayangnya sedang terisak pelan seraya memeluk bingkai foto sang mommy. Wanita paruh baya itu mulai paham jika Liam seperti ini karena ia terpaksa secara mendadak untuk menjauhi sosok yang begitu mirip dengan mommy kandungnya. Semua itu jelas masih terasa membingungkan bagi anak seusia Liam. Namun, Anne juga tidak bisa menyalahkan David karena walau bagaimana pun itu semua demi kebaikan Liam juga agar tidak lagi keliru dalam mengenali sosok mommy yang sebenarnya.Langkahnya perlahan mendekati Liam dan tangannya dengan ragu mulai menyentuh punggung Liam lalu mengusapnya perlahan dengan penuh kelembutan."Liam..." Panggil Anne yang berusaha mengalihkan perhatian Liam.Benar saja, bocah tampan itu segera menatap sang Oma seraya dengan cepat mengembalikan bingkai foto itu ke tempat semula. Kedua tangannya bahkan langsung menghapus air matanya tanpa ingin meninggalkan jejak sedikitpun air matanya yang sempat luruh.
Satu minggu kemudian.Susah satu minggu ini bocah tampan itu mencoba menjaga jarak dengan guru yang mengajarnya di kelas. Liam kembali menjadi sosok bocah pendiam dan tak ingin banyak berinteraksi dengan teman-teman lainnya. Ia memilih melakukan apapun sendiri dan diam-diam mencari tempat baru untuk menyendiri dikala jam istirahat berlangsung.Ada rasa sedih kala Miss Mia tak lagi peduli sepenuhnya, tak lagi mencoba mendekatinya dan tak lagi memberikan perhatian lebih khusus untuk Liam. Jika awal-awal Miss Mia tetap mencoba mendekati dan mengajak ngobrol Liam untuk bertingkah seperti sebelumnya, namun hal itu tak lagi Miss Mia lakukan.Liam bahkan bisa merasakan jika guru yang memiliki wajah sangat mirip dengan sang mommy kandungnya itu mulai dekat dengan murid yang lain. Sebenarnya Miss Mia bersikap adil pada seluruh muridnya hanya saja memang ada beberapa yang terlihat manja dan selalu mengatakan tak bisa hingga Miss Mia harus memberikan extra perhatian untuk
Anne yang sudah siap sejak tadi dengan semangatnya memasukki mobil yang akan menjemput Liam. Anne memang sengaja ikut karena dirinya sudah sepakat dan berjanji untuk pergi ke mall untuk membeli sepatu baru Liam. Jelas itu semua tanpa sepengetahuan David, namun Anne mengatakan pada Liam jika David telah mengizinkan mereka pergi keluar untuk sebentar saja.Anne terpaksa berbohong, ia cukup sedih melihat Liam yang akhir-akhir ini tampak murung dan tak bersemangat seperti biasanya. Bahkan Liam tak lagi semangat berbagi cerita pada Anne seperti sebelumnya. Anne paham jika Liam masih menyesuaikan kondisi yang terjadi begitu cepat namun harus berubah begitu cepat pula.Beberapa hari yang lalu Anne pernah bertanya mengenai Liam yang biasanya pergi bermain bersama Miss Mia pada Liam. Awalnya Liam hanya diam dan ragu menjawab namun pada akhirnya Liam mengungkapkan jika ia mulai merindukan moment seperti itu pada Miss Mia. Namun bukan Liam namanya jika tidak terus berkata bahwa d
Melihat sang Oma sudah berdiri diluar mobil sambil melambaikan tangannya membuat semangat Liam semakin membuncah karena ia mengingat ucapan Anne yang ingin mengajaknya jalan-jalan ke mall untuk yang pertama kalinya. Liam tidak sadar jika ia menyebrang dalam kondisi berlari hingga suara klakson sebuah motor nyaring terdengar menyapa indera pendengarannya dan suara teriakkan yang memanggil namanya dengan keras. Bocah tampan itu tampak terkejut dan kedua matanya terbuka lebar namun sayangnya ia kalah cepat untuk menghindar dan supir pribadi maupun satpam yang menyaksikan tak keburu untuk menggapainya hingga ia memejamkan kedua matanya dan merasakan tubuhnya mulai terpental pelan ke bahu jalan.Liam masih sadarkan diri meskipun hidung, dahi dan dekat matanya sudah berdarah akibat luka goresan aspal kala ia terjatuh dalam posisi tengkurap. Rasa perih dan sakit menyerangnya namun ia tetap tidak menangis karena tak ingin membuat sang Oma terlalu mengkhawatirkannya. Bah
Melihat Mia yang tak kunjung memeluknya membuat Liam menunduk sedih dan tak lagi merentangkan kedua tangannya. Sebenarnya Mia ingin segera memeluk murid kesayangannya yang sukses membuat dirinya sangat khawatir itu. Hanya saja ia masih cukup terkejut dengan perubahan sikap Liam yang begitu cepat. Mia bahkan masih sangat ingat Liam mengatakan jika dirinya tak lagi mendekatinya dan menolak pelukannya.Namun, persetan dengan pikirannya itu. Mia yang memang sangat merindukan Liam lalu ditambah dengan kondisi Liam yang jauh dikatakan baik-baik saja itu segera memeluk tubuh mungil bocah tersebut dengan perlahan. Hal itu sontak saja membuat senyum lebar Liam tercipta menghiasi wajah tampannya yang sedang terluka."Thankyou, Mommy~" Bisik Liam yang kemudian mengeratkan pelukannya."Liam tau Mommy berbeda dengan mommy Luna. Tapi Liam ingin memiliki mommy seperti Mommy Mia. Liam ingin kembali memanggil mommy. Liam harus apa supaya daddy kembali mengizinkan Liam untu