Home / Romansa / My Chilly Fiance / Bab 8 : Malu-maluin

Share

Bab 8 : Malu-maluin

Author: Akarihikarii
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Halo, Mas Solar! Perkenalkan, kami teman-temannya Hanna! Aku Via dan di sebelahku Elora! Salam kenal, ya!”

“Salam kenal, calon tunangan temen saya yang paling ganteng!”

Hanna mengusap wajah gusar saat dua teman gilanya ini memaksakan diri untuk berkenalan dengan Solar. Lihatlah sekarang wajah Solar yang tampak bingung, bahkan sampai menatap Hanna, seolah meminta penjelasan atas kekacauan semua ini.

Seharusnya, Hanna tinggalkan saja dua orang itu setelah ia selesai salat dzuhur tadi. Kalau tahu bakal malu-maluin begini, ia enggak akan sudi menunggu mereka dari tadi. Sekarang Hanna benar-benar menyesal. Sungguh, Hanna malu punya teman enggak tahu diri kayak mereka!

“I-iya, ini teman-teman aku. Teman kuliah,” ucap Hanna dengan ogah-ogahan.

“Oh, kalau begitu salam kenal.” Sudut bibir Solar terangkat sedikit, membentuk sebuah senyuman formalitas.

“Salam kenal juga, Mas! Mas tau, enggak? Hanna pas menceritakan tentang Anda, dia selalu mesem-mesem, loh! Mas Solar ini katanya ganteng banget! Ternyata memang benar-benar ganteng, ya!” Via menyahut dengan antusias sekaligus melirik Hanna dengan jahil.

Seketika Hanna memucat. Apa yang teman-temannya ini katakan?

“Bener banget! Dia katanya bersyukur banget loh, Mas! Dia kalau cerita ke kita-kita ini terus menggebu-gebu begitu! Pantas saja dia selalu antusias, orang calonnya seganteng ini!” Elora sengaja mengompori Hanna sampai terkikik geli melihat wajah Hanna yang memerah.

“Benar sekali! Mas Solar ini idaman Hanna banget! Udah kayak pangeran berkuda putih~! Makanya, dia tuh suka malu-malu kucing begini. Iya enggak, Han? Jujur aja, udah! Hahahahaha!” Via tertawa puas melihat wajah Hanna yang semakin memerah.  

“Argh! Sudah kalian pergi sana!” seru Hanna, sudah kelewat malu karena dua teman gilanya ini. Tangannya langsung mendorong dua temannya itu untuk menjauh. “Pergi sana! Hush! Hush!”

“Tuh, kan! Dia udah enggak sabar buat berduaan, nih! Makanya ngusir-ngusir kita gitu!”

“Iya! Mentang-mentang udah ada calon, sekarang maunya berduaan terus! Enggak apa-apa sih, asalkan nanti undang-undang, ya! Hahahahaaha!”

“Ih, kalian ini!” Hanna mengepal tangan dan menggeram malu. “Awas kalian, ya!”   

“Kabuuurr! Ahahahahaha!”

Via dan Elora tertawa puas dan kabur begitu saja ketika Hanna sudah bersiap memukul mereka berdua. Terlihat sangat jelas betapa jahilnya dua orang itu yang sampai mengedipkan mata nakal pada Hanna saat berlari menjauh.

Hanna sudah tidak tahu harus berwajah seperti apa di depan Solar. Hancur sudah semuanya. Ia sampai menutup wajahnya yang semakin memerah, merutuki dua orang yang telah membuatnya seperti ini. Seharusnya, ia bisa menikmati waktu siang dengan tenang dan mendekatkan hubungan dengan Solar. Bukannya menanggung malu seperti ini.

Sumpah, malu-maluin banget sih mereka!  

“Aku enggak tahu kamu punya teman seperti mereka.” Solar membuka suara, tampak menahan senyum dengan jemarinya yang terkepal ringan. Dilihatnya Hanna yang masih menutup wajah dengan kedua tangannya.

“Maaf, ya. Teman-temanku kalo ngeledek emang enggak ada otak,” ucap Hanna, masih menahan malu di balik telapak tangannya.

“Santai aja,” sahut Solar, masih memperhatikan Hanna di sebelahnya. “Mau sampai kapan kamu di sana? Ayo.”

Hanna menarik napas panjang sebelum membuka kedua telapak tangannya. Wajahnya masih panas, tetapi sudah tidak semerah tadi. Beruntung Solar sudah berjalan di depannya sehingga tidak perlu melihat bagaimana mukanya saat ini.

Awas saja kalian! Dasar Via! Dasar Elora!   

********

Sejujurnya, Hanna masih menahan malu karena terus teringat perbuatan dua teman gilanya yang malu-maluin. Namun, begitu sampai di sebuah mall mewah, seketika Hanna melupakan rasa malunya, bergantikan dengan rasa kagum melihat seisi mall yang tak pernah ia pijaki sebelumnya. Kedua manik coklatnya berbinar tanpa sadar, amat sangat terpukau saat melihat benda-benda yang terpajang di sana.

Semuanya terlihat mewah, apik, dan mahal. Barang-barang berlapis branded bertebaran dimana-mana. Bukan hanya pajangan yang tampak mewah, tetapi pengunjungnya pun juga tak kalah memukau mata. Kali ini Hanna tidak menyesal karena sudah berpakaian rapi sejak pagi dan telah memoles ulang wajahnya dengan make-up tipis sebelum Solar datang. Setidaknya, ia tidak seperti upik abu yang mengikuti langkah majikannya.

“Mau kemana dulu?” tanya Solar, melirik Hanna sekilas.

Hanna tampak berpikir sesaat, tapi akhirnya mengendikkan bahu. “Terserah kamu aja. Aku enggak begitu familiar dengan mall ini.”

“Hm, kalau gitu lihat cincin dulu aja, ya?”

Hanna hanya mengangguk ketika Solar berjalan di depannya. Tanpa sadar, tatapannya beralih pada punggung Solar. Langkah lelaki yang begitu tegap, tubuhnya yang terlihat atletis, dan aroma parfum pria yang masih tercium meski mereka hanya berjarak dua langkah. Ia baru sadar kalau penampakan Solar dari belakang ternyata sudah terlihat begitu tampan.

Buru-buru Hanna menggelengkan kepalanya, menghapus pikiran nista itu. Ia tidak mau melihat pesona Solar, meski ia memang tidak bisa membantah kalau Solar memang tampan. Ia tidak mau disamakan dengan gadis-gadis di luar sana yang menilai dari ketampanan seseorang.

Hanna kembali merutuki isi kepalanya yang mulai berpikiran aneh, sepertinya ia telah terprovokasi akibat ucapan Via dan Elora tadi.

“Selamat datang, Tuan Hamid. Kami telah menunggu kedatangan Anda sedari tadi.” Seorang pelayan wanita menyambut dengan ramah begitu mereka sampai di sebuah toko perhiasan.

Hanna memiringkan sedikit kepalanya, bingung dengan panggilan ‘Hamid’. Begitu Solar membalas pelayan itu dengan senyuman, barulah Hanna sadar kalau Hamid adalah nama belakang sekaligus nama keluarga Solar. Ia baru ingat kalau Solar dikenal dengan sebutan ‘Tuan Hamid’ kalau di dunia luar.

“Wah, pasti ini calon tunangan Anda, ya. Cantik sekali.” Pelayan tersebut beralih pada Hanna yang berada dua langkah di belakang Solar. “Mari saya tunjukkan model yang cocok untuk Anda.”

Hanna hanya bisa diam mengikuti langkah Solar saat beranjak ke salah satu etalase perhiasan. Terlihat macam-macam kalung, cincin, anting emas yang tampak berkilau dengan pajangan harga yang memukau. Hanna tak bisa melepaskan pandangannya begitu melihat salah satu nominal dari cincin yang ada di sana.

Jika dia disuruh membayar, pastilah dia tidak sanggup untuk melunasi semuanya dalam sesaat. Matanya saja sampai tak tahan melihat seberapa banyaknya angka nol di sana.

“Hanna, kamu mau yang kayak gimana?”

Hanna tersentak, sadar dari lamunannya. Ia pun memasang pose berpikir, celingak-celinguk memperhatikan macam-macam cincin di dalam etalase bening tersebut dan tampak ragu. Sebenarnya semua bagus, bahkan jika Solar memilih acak pun, dia pasti akan menyukainya. Hanya saja Hanna tidak berani memilih yang mahal, tetapi di cincin di sini di atas sepuluh juta semua. Ia tidak enak, takut kalau Solar akan memikirnya cewek matre.

“Ada rekomendasi enggak, Mbak?” tanya Hanna pada pelayan yang ada di depannya. Pelayan itu pun tersenyum dan mengeluarkan sebuah kotak cincin merah.

 “Tentu saja ada. Ini dia rekomendasi kami. Three stone diamond ring klasik dari Eropa. Jenis diamondnya menggunakan berlian asli satu carat dengan total berlian 47 biji. Berat cincinnya lima gram. Bagaimana?”

Hanna tidak bisa menahan diri untuk tidak kagum melihat cincin cantik di depannya saat ini. Cincin bermodelkan three stone diamond ring itu berwarna putih dengan ukiran yang begitu apik. Begitu ia coba, ukurannya pun kebetulan pas dan terlihat begitu cantik. Tidak terlalu menor, tapi terkesan klasik dan cantik di pandang mata.

Namun begitu melihat harga yang tertempel di sana, sepasang manik hitam itu langsung melotot. Harganya melebihi lima belas juta. Astaga, mahal sekali!

“Kamu suka?” tanya Solar, mendekati Hanna yang masih syok dengan harga.

Hanna mengangguk pelan, tak bisa melepas pandangan dari cincin tersebut. “Suka, cuma harganya—”

“Kalau begitu, kami pilih yang ini, Mbak. Tolong disiapkan, ya. Nanti, suruhan saya yang mengambil.”

Refleks, Hanna mendelik tak percaya melihat Solar sebegitu mudahnya memesan. Kemudian ia beralih pada pelayan yang langsung tersenyum sumringah dan mengangguk semangat sambil menutup box cincin tersebut. Hanna tidak percaya kalau cincin itu benar-benar dibeli oleh Solar.

“Solar, kamu serius?” bisik Hanna sebelum mereka benar-benar beranjak dari etalase tersebut. “Itu harganya … harganya ….”

Solar menaruh telunjuknya di bibir Hanna, membungkam gadis itu. “Masalah uang enggak usah khawatir.”

Hanna memerah, malu sekaligus membeku karena tiba-tiba Solar menunjukkan sisi gentlemannya seperti ini. Terlebih ketika ia menarik Hanna untuk keluar, Hanna hanya bisa mengikutinya dalam diam. 

“Terima kasih, Tuan Hamid. Semoga hari Anda menyenangkan.”

Solar hanya mengangguk dan mengajak Hanna untuk beralih ke toko lain. Diam-diam Hanna melirik punggung Solar, memikirkan betapa enaknya orang kaya yang tidak perlu pikir dua kali untuk menghamburkan uang. 

Bahkan untuk cincin lima belas juta pun, bisa langsung dibeli tanpa pikir panjang. Sesuatu yang tak pernah terpikirkan olehnya.

“Terima kasih, Solar.” Hanna bergumam kecil. 

Solar menoleh, menatap Hanna dengan bingung. “Untuk?”

“Buat tadi. Cincin tadi. Aku … enggak pernah berpikir ada yang mau membelikannya untukku,” jawab Hanna dengan jujur. Jika ia tidak dijodohkan dengan Solar, mungkin saja ia tak akan pernah bisa melihat cincin sebegitu mahalnya.

“Tidak masalah.” Solar mengangguk sekenanya. Menyadari kalau Hanna yang tiba-tiba berjalan di belakangnya, ia memelankan langkahnya dan berjalan berdampingan dengan Hanna.

Hanna tersenyum tipis, menyadari ekspresi Solar yang tak lagi datar. Sepertinya bertunangan dengan Solar tak begitu buruk. Atau … belum terlihat buruk?

Related chapters

  • My Chilly Fiance   Bab 9 : Kompor!

    “Hee? Solar enggak menjemputmu hari ini? Kalian enggak berantem, kan?” Via dengan suara cemprengnya kembali mengheboh-hebohkan keadaan. Sengaja ia besar-besarkan suara, memanas-manasi Hanna yang tengah menyantap mie ayam spesial.“Kenapa, nih? Kenapa? Ada sesuatu, kah?” Elora yang tak mau kalah itu langsung ikut-ikutan mengompori situasi.Hanna menghela napas panjang dan memutar bola mata jemu. Ekspresinya kembali jengkel melihat bagaimana respon dari dua teman gilanya ini. Makan siang yang tadinya damai, berakhir ribut hanya karena Hanna mengatakan Solar tidak ke sini. Seketika ia menyesal sudah mengungkit nama Solar di tengah makan siang mereka. “Bukan begitu. Aku ini mau bimbingan dulu, woi! Udah tiga hari skripsiku terlantar, belum ada progressan. Aku ini enggak mau nambah semester lagi!” Hanna mengacung-acungkan garpunya pada dua gadis di depannya itu dengan geram.Iya, sudah tiga hari berturut-turut Solar s

  • My Chilly Fiance   Bab 10 : Sisi Manis

    “Hm, kayaknya kita masih perlu membandingkan gaun tadi sama yang lain.”“Se-serius?”“Iya. Kata Papa, ada rekomen pakaian bagus di sana.”Hanna mengusap wajah gusar ketika Solar kembali menunjuk sebuah toko pakaian. Ini hari minggu, hari dimana seharusnya ia mrehatkan otak dan tubuhnya. Tetapi hari ini berbeda karena Solar mengajaknya untuk mencari gaun dan jas yang cocok untuk pertunangan mereka yang tinggal dua hari lagi. Sudah lima jam lamanya mereka mengitari mall ini, tapi entah kenapa sulit sekali mencari pilihan yang sesuai dengan selera Solar.Padahal saat kemarin mencari cincin dan beberapa keperluan lain, mereka tidak perlu berlama-lama seperti ini. Tapi entah kenapa, untuk yang satu ini begitu berbeda. Lelaki itu mudah sekali mengajaknya ke toko lain untuk sekedar mencoba, lalu mereview baju tersebut dan meskipun sesekali ia memuji Hanna cantik, tetap saja Solar merasa belum puas.Seketika Hanna merasa

  • My Chilly Fiance   Bab 11 : Curiga

    “Berhenti menjelek-jelekkan aku dan calon tunanganku, dasar sampah!”Hanna membentak keras, tak bisa lagi menahan emosinya. Tak lagi peduli pada dirinya yang seketika menjadi pusat perhatian. Mau bercanda atau tidak, ia paling tidak bisa mentolerir siapapun yang menginjak-injak harga diri seseorang. Baginya, ini sudah sangat keterlaluan. Wanita di sebelah Vincent sudah bersiap menampar Hanna balik. “Berani-beraninya—”“Cukup, Sayang. Aku enggak apa-apa,” ucap Vincent tiba-tiba. Digenggamnya pergelangan tangan wanitanya itu dan tersenyum tipis. Kemudian ia beralih menatap Hanna takjub dan kembali tertawa, seperti telah menenemukan sesuatu yang menarik.“Apa lihat-lihat?” Hanna berseru garang.“Di luar perkiraan, ternyata calonmu ini pemberani banget, ya.” Vincent kembali tertawa, hendak menyentuh Hanna dengan seujung jarinya. Namun, Solar langsung menghentikan pergerakan lelaki

  • My Chilly Fiance   Bab 12 : Awal Pertengkaran

    “Jadi, kamu ke sini diam-diam?”Hanna yang tengah berada di dalam kamar Aufan itu menggeleng pelan. Seperti biasa, ia menyempatkan berkunjung saat senja tiba. Sebenarnya, ini kesempatan terakhirnya untuk bertemu Aufan. Besok adalah hari pertunangannya. Setelah itu, Hanna tak yakin kalau Solar mengijinkannya begitu saja untuk bertemu Aufan.“Apa nanti tunanganmu itu enggak salah paham?” tanya Aufan lagi.Hanna menarik napas panjang, enggan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Sejujurnya, ia memang belum berani mengungkit Aufan sama sekali di hadapan Solar karena ia takut kalau lelaki itu akan salah paham. Ia butuh waktu untuk menjelaskan siapa Aufan ini pada Solar dan itu bukan sekarang.Ditatapnya layar ponsel berisikan percakapannya hari ini dengan Solar. Lelaki itu hanya bilang oke saat Hanna mengingatkannya tidak perlu menjemputnya.Seharusnya ia tidak perlu khawatir akan terjadi sesuatu yang mengejutkan, bukan?&ld

  • My Chilly Fiance   Bab 13 : Egois

    Helaan napas panjang kembali keluar dari bibir gadis itu, meratapi beban di punggung yang terasa begitu berat. Ditatapnya pantulan cermin yang menampilkan sosok gadis yang kacau. Hidungnya memerah, kelopak matanya sedikit membengkak, dan sisa-sisa bulir air mata masih membekas di pipi.Aneh rasanya. Padahal mereka bukanlah sepasang kekasih, bukan pula dua orang yang saling jatuh cinta dengan sendirinya. Mereka hanyalah dua orang asing yang bertemu karena sebuah wasiat pertunangan. Namun, kenapa rasanya begitu sakit setelah menatap punggung Solar yang pergi begitu saja?Hanna menggelengkan kepala pasrah dan mulai membasahi wajahnya yang kusam. Entah sudah berapa liter air mata yang ia keluarkan hanya karena memikirkan Solar dan pertunangan mereka besok. Rasanya, ia tidak bisa menguasai perasaannya sendiri yang penuh kecamuk. Perasaan yang penuh akan kemarahan, bersalah, dan kesedihan itu menjadi satu begitu saja, sehingga Hanna pun tak tahu alasan ia menangis sebenarnya

  • My Chilly Fiance   Bab 14 : Engagement Day

    Balutan jas dan gaun warna-warni menghiasi keramaian pesta malam ini. Seharusnya, suatu pesta yang terlihat mewah dan megah tak lagi mengherankan bagi orang-orang kaya di luar sana. Namun, beda halnya dengan Hanna yang notabenenya adalah kaum biasa. Ia cukup terperangah, sampai tak bisa berkedip ketika menyaksikan sesuatu yang sangat jarang dilihatnya. Padahal ini hanya acara pertunangan yang biasanya dihadiri oleh keluarga dan teman-teman dekat, tetapi rasanya ini sudah sangat-sangat berlebihan. Rasanya seperti perkumpulan orang-orang konglomerat, sementara ia hanyalah upik abu terpilih yang bisa bersanding dengan orang semacam Solar. Hanna tidak habis pikir, jika dia benar-benar menikah dengan Solar, seberapa megah lagi acara pernikahannya nanti? Buru-buru Hanna menghapus pikiran tersebut dan mengendalikan diri, berusaha bersikap senormal mungkin ketika acara dimulai. Karena kecamuk dalam kepalanya begitu riuh, ia hampir melupakan fakta kalau mereka sedang

  • My Chilly Fiance   Bab 15 : Saudara Tiri

    “Selamat atas pertunangannya, ‘Kakakku Tersayang’. Ah, aku jadi iri melihatmu bisa bersanding dengan cewek secantik ini,” Aufan berucap dengan penuh penekanan. Sebuah senyuman miring terbentuk di bibirnya dengan ekspresi yang begitu terpaksa. Diliriknya Hanna yang seketika membuat gadis itu tak nyaman.“Makasih. Kalau iri, cari jodoh sana,” balas Solar, terdengar sedikit ketus. Ia balas menjabat tangan itu kemudian melepasnya kembali hanya dalam beberapa detik.“Aw, sakitnya hatiku, Kak. Seperti biasa, kakak begitu dingin, ya. Padahal aku ini udah repot-repot ke sini, loh.” Aufan menyeringai tipis begitu menyadari kedutan di kening Solar.“Ck, menjengkelkan,” gumam Solar pelan, tetapi Hanna masih bisa mendengarnya.“Ish, ish, jangan dingin begitu. Padahal aku ke sini bukan hanya karena kakak, tetapi karena sahabatku telah berhasil ‘diikat’ oleh seseorang.” Aufan bera

  • My Chilly Fiance   Bab 16 : Overthinking

    Berhubungan dengan seseorang yang baru seharusnya tidak selamanya sulit, tetapi Hanna tidak pernah merasakan bagaimana terpaksanya seorang anak yang memiliki saudara non-biologis seatap dengannya. Sekalipun hidup Hanna selalu diwarnai dengan keterpaksaan, tetapi ia tak bisa membayangkan bagaimana berada di posisi Solar yang harus menerima keberadaan Aufan sebagai saudara tirinya.Teringat bagaimana mereka saling sindir-menyindir dingin saat acara pertunangan pun, membuat Hanna berpikir masalah mereka tidak sesederhana itu. Apalagi sampai Papa turun tangan, mengingatkan bagaimana Solar yang harus bertindak dewasa. Entah sudah berapa lama pertengkaran itu berlangsung, Hanna hanya bisa berharap kalau keduanya bisa cepat akur.Berada di tengah-tengah orang yang berselisih bukanlah sesuatu yang menyenangkan. Jika menghadapinya satu per satu, Hanna masih bisa bersikap biasa saja. Tetapi jika ia bertemu di tengah dua orang itu di saat yang bersamaan, momen itulah yang membuat

Latest chapter

  • My Chilly Fiance   Bab 18 : I Am His Fiance, So Why?

    Tiga hari setelah pertunangan, Hanna mulai merasakan perubahan dalam kehidupan kampusnya. Setiap kali ia melangkah, punggungnya serasa dihujani tatapan tajam bersamaan dengan bisikan-bisikan yang tak bisa ia dengar dengan jelas. Bahkan di perpustakaan atau di kantin pun, orang-orang di seberang mejanya akan kembali berbisik-bisik.Hanna tahu kalau hampir semua mahasiswa manajemen bisnis mengenali Hamid Coorperation, perusahaan terkaya se-Asia Tenggara. Perusahaan itu seringkali diungkit oleh dosen mereka sebagai contoh nyata. Tetapi ia tidak tahu kalau ternyata berita-berita tentang perusahaan itu seringkali diungkit sebagai bahan gibahan mahasiswa.Dan sekarang, namanya seolah menjadi trending topik di jurusan, sebagai tunangan resmi dari calon penerus perusahaan Hamid Coorperation. Bukannya berita itu tidak benar, tetapi Hanna begitu risih. Kalau mereka membicarakan diam-diam atau di belakang Hanna, sih, tidak apa. Tetapi ini ia gibahin orang tak jauh d

  • My Chilly Fiance   Bab 17 : Please, Don't Talk About Him

    Hanna tak bisa tidak terpukau setiap kali Solar mengajaknya ke suatu tempat berkelas. Kali ini, ia mengajaknya ke suatu restaurant bintang lima yang berada di suatu hotel berkelas. Sesuatu yang belum pernah ia masuki sepanjang hidupnya.Baru masuk satu langkah ke sini pun, rasanya Hanna kembali minder dengan penampilannya. Lihatlah orang-orang yang berpakaian mahal nan bermerk dan terlihat begitu elegan. Mereka semua adalah orang-orang berkelas yang setiap hari menghabiskan puluhan juta untuk makan dan minum. Sangat berbeda dari Hanna yang selalu hidup dengan kesederhanaan.“Apa … aku enggak apa-apa ke sini?” bisik Hanna sebelum melangkah lebih jauh.“Kenapa enggak? Ini cabang perusahaanku juga, kok,” jawab Solar begitu santai. Sorot mata yang biasanya begitu dingin, kini terlihat begitu teduh. Diulurkannya tangan kanannya pada Hanna. “Ayo.”Hanna meneguk ludah dan meraih tangan Solar yang terasa begitu hangat. T

  • My Chilly Fiance   Bab 16 : Overthinking

    Berhubungan dengan seseorang yang baru seharusnya tidak selamanya sulit, tetapi Hanna tidak pernah merasakan bagaimana terpaksanya seorang anak yang memiliki saudara non-biologis seatap dengannya. Sekalipun hidup Hanna selalu diwarnai dengan keterpaksaan, tetapi ia tak bisa membayangkan bagaimana berada di posisi Solar yang harus menerima keberadaan Aufan sebagai saudara tirinya.Teringat bagaimana mereka saling sindir-menyindir dingin saat acara pertunangan pun, membuat Hanna berpikir masalah mereka tidak sesederhana itu. Apalagi sampai Papa turun tangan, mengingatkan bagaimana Solar yang harus bertindak dewasa. Entah sudah berapa lama pertengkaran itu berlangsung, Hanna hanya bisa berharap kalau keduanya bisa cepat akur.Berada di tengah-tengah orang yang berselisih bukanlah sesuatu yang menyenangkan. Jika menghadapinya satu per satu, Hanna masih bisa bersikap biasa saja. Tetapi jika ia bertemu di tengah dua orang itu di saat yang bersamaan, momen itulah yang membuat

  • My Chilly Fiance   Bab 15 : Saudara Tiri

    “Selamat atas pertunangannya, ‘Kakakku Tersayang’. Ah, aku jadi iri melihatmu bisa bersanding dengan cewek secantik ini,” Aufan berucap dengan penuh penekanan. Sebuah senyuman miring terbentuk di bibirnya dengan ekspresi yang begitu terpaksa. Diliriknya Hanna yang seketika membuat gadis itu tak nyaman.“Makasih. Kalau iri, cari jodoh sana,” balas Solar, terdengar sedikit ketus. Ia balas menjabat tangan itu kemudian melepasnya kembali hanya dalam beberapa detik.“Aw, sakitnya hatiku, Kak. Seperti biasa, kakak begitu dingin, ya. Padahal aku ini udah repot-repot ke sini, loh.” Aufan menyeringai tipis begitu menyadari kedutan di kening Solar.“Ck, menjengkelkan,” gumam Solar pelan, tetapi Hanna masih bisa mendengarnya.“Ish, ish, jangan dingin begitu. Padahal aku ke sini bukan hanya karena kakak, tetapi karena sahabatku telah berhasil ‘diikat’ oleh seseorang.” Aufan bera

  • My Chilly Fiance   Bab 14 : Engagement Day

    Balutan jas dan gaun warna-warni menghiasi keramaian pesta malam ini. Seharusnya, suatu pesta yang terlihat mewah dan megah tak lagi mengherankan bagi orang-orang kaya di luar sana. Namun, beda halnya dengan Hanna yang notabenenya adalah kaum biasa. Ia cukup terperangah, sampai tak bisa berkedip ketika menyaksikan sesuatu yang sangat jarang dilihatnya. Padahal ini hanya acara pertunangan yang biasanya dihadiri oleh keluarga dan teman-teman dekat, tetapi rasanya ini sudah sangat-sangat berlebihan. Rasanya seperti perkumpulan orang-orang konglomerat, sementara ia hanyalah upik abu terpilih yang bisa bersanding dengan orang semacam Solar. Hanna tidak habis pikir, jika dia benar-benar menikah dengan Solar, seberapa megah lagi acara pernikahannya nanti? Buru-buru Hanna menghapus pikiran tersebut dan mengendalikan diri, berusaha bersikap senormal mungkin ketika acara dimulai. Karena kecamuk dalam kepalanya begitu riuh, ia hampir melupakan fakta kalau mereka sedang

  • My Chilly Fiance   Bab 13 : Egois

    Helaan napas panjang kembali keluar dari bibir gadis itu, meratapi beban di punggung yang terasa begitu berat. Ditatapnya pantulan cermin yang menampilkan sosok gadis yang kacau. Hidungnya memerah, kelopak matanya sedikit membengkak, dan sisa-sisa bulir air mata masih membekas di pipi.Aneh rasanya. Padahal mereka bukanlah sepasang kekasih, bukan pula dua orang yang saling jatuh cinta dengan sendirinya. Mereka hanyalah dua orang asing yang bertemu karena sebuah wasiat pertunangan. Namun, kenapa rasanya begitu sakit setelah menatap punggung Solar yang pergi begitu saja?Hanna menggelengkan kepala pasrah dan mulai membasahi wajahnya yang kusam. Entah sudah berapa liter air mata yang ia keluarkan hanya karena memikirkan Solar dan pertunangan mereka besok. Rasanya, ia tidak bisa menguasai perasaannya sendiri yang penuh kecamuk. Perasaan yang penuh akan kemarahan, bersalah, dan kesedihan itu menjadi satu begitu saja, sehingga Hanna pun tak tahu alasan ia menangis sebenarnya

  • My Chilly Fiance   Bab 12 : Awal Pertengkaran

    “Jadi, kamu ke sini diam-diam?”Hanna yang tengah berada di dalam kamar Aufan itu menggeleng pelan. Seperti biasa, ia menyempatkan berkunjung saat senja tiba. Sebenarnya, ini kesempatan terakhirnya untuk bertemu Aufan. Besok adalah hari pertunangannya. Setelah itu, Hanna tak yakin kalau Solar mengijinkannya begitu saja untuk bertemu Aufan.“Apa nanti tunanganmu itu enggak salah paham?” tanya Aufan lagi.Hanna menarik napas panjang, enggan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Sejujurnya, ia memang belum berani mengungkit Aufan sama sekali di hadapan Solar karena ia takut kalau lelaki itu akan salah paham. Ia butuh waktu untuk menjelaskan siapa Aufan ini pada Solar dan itu bukan sekarang.Ditatapnya layar ponsel berisikan percakapannya hari ini dengan Solar. Lelaki itu hanya bilang oke saat Hanna mengingatkannya tidak perlu menjemputnya.Seharusnya ia tidak perlu khawatir akan terjadi sesuatu yang mengejutkan, bukan?&ld

  • My Chilly Fiance   Bab 11 : Curiga

    “Berhenti menjelek-jelekkan aku dan calon tunanganku, dasar sampah!”Hanna membentak keras, tak bisa lagi menahan emosinya. Tak lagi peduli pada dirinya yang seketika menjadi pusat perhatian. Mau bercanda atau tidak, ia paling tidak bisa mentolerir siapapun yang menginjak-injak harga diri seseorang. Baginya, ini sudah sangat keterlaluan. Wanita di sebelah Vincent sudah bersiap menampar Hanna balik. “Berani-beraninya—”“Cukup, Sayang. Aku enggak apa-apa,” ucap Vincent tiba-tiba. Digenggamnya pergelangan tangan wanitanya itu dan tersenyum tipis. Kemudian ia beralih menatap Hanna takjub dan kembali tertawa, seperti telah menenemukan sesuatu yang menarik.“Apa lihat-lihat?” Hanna berseru garang.“Di luar perkiraan, ternyata calonmu ini pemberani banget, ya.” Vincent kembali tertawa, hendak menyentuh Hanna dengan seujung jarinya. Namun, Solar langsung menghentikan pergerakan lelaki

  • My Chilly Fiance   Bab 10 : Sisi Manis

    “Hm, kayaknya kita masih perlu membandingkan gaun tadi sama yang lain.”“Se-serius?”“Iya. Kata Papa, ada rekomen pakaian bagus di sana.”Hanna mengusap wajah gusar ketika Solar kembali menunjuk sebuah toko pakaian. Ini hari minggu, hari dimana seharusnya ia mrehatkan otak dan tubuhnya. Tetapi hari ini berbeda karena Solar mengajaknya untuk mencari gaun dan jas yang cocok untuk pertunangan mereka yang tinggal dua hari lagi. Sudah lima jam lamanya mereka mengitari mall ini, tapi entah kenapa sulit sekali mencari pilihan yang sesuai dengan selera Solar.Padahal saat kemarin mencari cincin dan beberapa keperluan lain, mereka tidak perlu berlama-lama seperti ini. Tapi entah kenapa, untuk yang satu ini begitu berbeda. Lelaki itu mudah sekali mengajaknya ke toko lain untuk sekedar mencoba, lalu mereview baju tersebut dan meskipun sesekali ia memuji Hanna cantik, tetap saja Solar merasa belum puas.Seketika Hanna merasa

DMCA.com Protection Status