Home / Pernikahan / My Cassanova Husband / 47. Tamu Tak Diundang

Share

47. Tamu Tak Diundang

Author: Rosa Uchiyamana
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Lavina tertawa sendiri, lalu ia pun diam dan kembali menatap pemandangan di sebelah. Ia jauh lebih senang memandangi abang ojol yang melaju di samping mobil ketimbang menatap Auriga.

“Setidaknya, kamu nggak perlu berbohong pada laki-laki itu. Tinggal jawab saja saya ini suami kamu. Apa susahnya?” ujar Auriga lagi, suaranya yang berat memecah keheningan yang sempat tercipta di antara mereka berdua.

"Kenapa harus?" Lavina balas bertanya dan menatap Auriga dengan alis terangkat. “Kita menikah, ‘kan, cuma sebatas perjanjian aja. Di luar aku bebas dong mau ngapain aja dan bebas jalan bareng siapa aja.”

Tiba-tiba, Lavina terkejut ketika Auriga mendadak membanting stir ke tepian jalan, lalu mobil pun berhenti di tempat yang tidak begitu ramai. Lavina berpikir, bahwa Auriga pasti akan mengusirnya dari mobil lalu meninggalkannya.

Lavina mendengus. Siapa takut? Ia bisa kok pulang sendirian. Lagipula siapa juga yang minta dijemput!

Namun, Lavina kecele. Pria itu justru malah mendekatkan tubuhnya
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Siti Nur janah
apa entar Lavina bakal di marahi sama auriga kalau miniatur pesawat itu pecah....... dasar tamu ga tau diri pukul aja pakai panci yang kenceng Lavina biar kapok .........
goodnovel comment avatar
Cilon Kecil
sepertinya miniatur pesawat itu hafiah dari flora... waaah emak dan anak nyari gara² nih sama Lavina
goodnovel comment avatar
Amryna Rosyadah
Ud bs ditebak..kl ibu & ank minim akhlak itu muncul psti cm bikin kacau
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • My Cassanova Husband   48. Fitnah Lagi

    Lavina terhenyak. Matanya kembali terbelalak melihat pecahan kristal itu di lantai. Lavina mengepalkan tangannya. Ia menghampiri Resa dan berseru marah, “Kakak kalau mau ngapain aja di rumah ini boleh! Tapi Kakak juga perhatiin dong etikanya, ini tuh rumah suami aku, bukan—aaah!”Sebuah tamparan keras di pipi membuat ucapan Lavina tiba-tiba terhenti. Wajah Lavina terlempar ke samping. Kepalanya pening dan pipinya terasa kebas.“Jangan sok deh! Mentang-mentang jadi istri orang kaya lo bisa teriak-teriak di depan gue seenaknya!” berang Resa, yang tak tampak merasa bersalah sedikit pun telah memecahkan miniatur pesawat itu. “Nyesel gue datang ke sini. Demi benda kayak gitu lo sampai kurang ajar sama gue! Ayo, Ma, kita pergi aja dari sini.”Mawar mendelik tajam pada Lavina, lalu ia pun beranjak dari sofa dan menyusul Resa menuju pintu keluar.“Mau ke mana?” Lavina mengejar Resa dengan wajah merah padam. “Kak Resa harus tanggung jawab dan minta maaf sama suami aku!”Resa tak menghiraukan d

  • My Cassanova Husband   49. Karena Kamu Istri Saya

    “Sudah berapa lama kamu diperlakukan seperti ini?”“Huh? Maksud Om?”Auriga menempelkan handuk hangat itu ke sudut bibir Lavina yang berdarah, yang membuat Lavina seketika membeku.“Maksud saya, sejak kapan mereka memperlakukanmu dengan nggak baik seperti tadi?” ulang Auriga, memperjelas maksud dari pertanyaannya barusan.Lavina diam cukup lama. Perasaannya saat ini terasa campur aduk. Sikap Auriga yang tiba-tiba perhatian seperti ini membuat Lavina mendadak linglung.“Kalau nggak mau cerita, ya sudah. Saya nggak memaksa.” Nada suara Auriga terdengar sedikit jengkel.“Sejak Ayah meninggal,” timpal Lavina dengan cepat. “Enam tahun yang lalu.”Pupil Auriga melebar. “Dan selama itu kamu diam saja?”“Nggak. Aku selalu melawan. Makanya aku sama Kak Resa sering bertengkar dan adu fisik kayak tadi.” Lavina membuang napas, ia meringis saat Auriga menempelkan handuk hangat lagi di sudut bibirnya yang mulai terasa agak nyeri. “Mama cuma bersikap baik kalau di depan Ayah saja. Saat Ayah pergi ke

  • My Cassanova Husband   50. Kenapa Om Melakukannya?

    Lavina sedang membahas tugas yang diberikan dosen. Karena Juna mahasiswa berpengalaman di semester sebelumnya, ia meminta tolong pada lelaki itu untuk berdiskusi dengannya.Saat sedang asyik mencatat jawaban, seseorang tiba-tiba menarik kursi di hadapan mereka dan Lavina merasakan dirinya langsung ditatap oleh orang yang baru saja duduk itu.Lavina mendongak, matanya seketika membelalak. “Ngapain Om di sini?” tanya Lavina tanpa suara, hanya bibirnya saja yang komat-kamit.Juna pun terkejut melihat keberadaan Auriga di hadapan mereka. Ia berdehem pelan dan sedikit menggeser tubuhnya agak menjauhi Lavina.“Saya mau jemput kamu, Aurora rewel.”Mata Lavina mengerjap. “Kalau memang Aurora rewel, kenapa Om repot-repot datang ke sini? Kan bisa di chat aja.”Auriga membuang napas pelan. “Kamu nggak percaya sama saya?”“Percaya kalau ada bukti.” Lavina ingat ketika mereka sedang di Korea, Auriga pun menggunakan alasan yang sama ketika ia sedang asyik menghabiskan waktu di sauna bersama Young S

  • My Cassanova Husband   51. Tidur Bersama

    “Tapi dalam perjanjian kita nggak ada poin yang melarang kita untuk saling menyentuh,” timpal Auriga, “itu hanya ucapan saya saja, nggak disepakati secara resmi.”“APA?!” Mata Lavina tiba-tiba membelalak. “Itu nggak adil dong, Om!” serunya, kesal.Auriga menanggapinya dengan senyuman samar. “Makanya, dulu saya sudah kasih kesempatan untuk menambahkan poin apa saja yang sekiranya kamu mau cantumkan di surat perjanjian. Tapi kamu cuma iya-iya aja.”Lavina ingin protes lagi, tapi ucapan Auriga benar adanya. Itu kesalahan Lavina sendiri karena tidak mencamtumkan poin tersebut dalam perjanjian.Saking kesal, Lavina meneguk minumannya dengan cepat. Hingga tanpa Lavina sadari, ada sisa minuman yang menempel di bibir atasnya.“Jadi, jangan marah lagi. Saya sama sekali nggak menganggap kamu sebagai Flora,” lanjut Auriga sembari menoleh pada Lavina, lalu, detik itu juga ia menelan saliva, matanya sedikit melebar menatap bibir Lavina yang terlihat… menggoda.Mobil berhenti di lampu merah, tanpa

  • My Cassanova Husband   52. Tanpa Izin

    Lavina merasakan tubuhnya seperti terpenjara saat ia terbangun pagi ini. Begitu matanya terbuka, Lavina terkesiap karena pemandangan yang pertama ia lihat adalah wajah Auriga, yang jaraknya begitu dekat dengannya. Bahkan, Lavina bisa merasakan napas hangat Auriga yang menerpa wajah.Kenapa dia bisa ada di sini? Ke mana Aurora? Terus kenapa orang ini bisa memelukku seperti ini?! batin Lavina dengan perasaan waspada sekaligus kebingungan.Lavina kesulitan melepaskan diri dari pelukan Auriga, karena pria itu menguncinya sangat erat.Alhasil, Lavina memilih untuk diam saja sembari memandangi paras Auriga yang ternyata… memesona.Lavina tidak mau mengakui itu, akan tetapi… ia juga tidak bisa membohongi diri bahwa Auriga memang tampan. Kali ini Auriga mencukur habis cambangnya, yang membuat wajahnya tampak jauh lebih muda dan ada warna hijau kebiruan samar-samar pada bekas tumbuhnya rambut itu.Saat Lavina tengah memandangi wajah Auriga, tiba-tiba, kelopak mata pria itu perlahan terbuka.La

  • My Cassanova Husband   53. Peringatan Terakhir

    Suasana di dalam mobil mendadak terasa canggung. Beruntung ada anak kecil yang tidak tahu menahu yang duduk di tengah-tengah mereka, yang membuat ramai seisi mobil dengan celotehannya.Sesekali, Auriga melirik Lavina. Namun, saat pandangan mereka bertemu, Lavina langsung membuang muka dengan ekspresi muram.Saat mobil berhenti di lampu merah, Lavina terkesiap dan buru-buru menutupi mata Aurora menggunakan tangannya. Anak ini tidak boleh melihat adegan seorang pria dan dua wanita di trotoar yang sedang bertengkar.Si wanita berpakaian rapi dan sopan menampar wanita yang berpakaian seksi. Sementara si pria, tampak kebingungan sambil berusaha menenangkan wanita yang berpakaian rapi itu.“Sepertinya laki-laki itu ketahuan selingkuh sama istrinya,” celetuk Auriga.“Iya, aku rasa begitu.” Lavina mendengus, lalu bergumam pelan, “Jaman sekarang, makin banyak aja laki-laki yang nggak merasa puas dengan satu wanita. Apa mereka pikir perbuatannya itu nggak bakal berimbas pada anak-anak mereka? G

  • My Cassanova Husband   54. Nikmati Waktumu

    Kenyataannya tidak bisa.Auriga tidak bisa untuk berhenti penasaran. Semakin keras ia berusaha melupakan, semakin besar pula keinginannya untuk kembali mereguk rasa manis dari bibir gadis itu. Beberapa hari ini ia selalu uring-uringan tak jelas.Auriga mencoba melupakan apa yang ia lakukan pada Lavina di lorong rumahnya pada hari keberangkatannya ke bandara, sepuluh hari yang lalu, dengan melampiaskannya kepada wanita lain. Namun, tak pernah ada yang berhasil membuat Auriga lupa akan sosok Lavina.Dia bergairah ketika membayangkan gadis itu, tapi setiap kali ia membuka mata dan menyadari wanita yang tengah ia sentuh bukanlah Lavina, gairah Auriga mendadak lenyap. Bagai api yang membara diguyur air dari langit.Sial!Ada apa dengan dirinya?Auriga mendengus. Ia berhenti mondar-mandir di kamar apartemennya, pandangannya bergeser ke arah jam digital di nakas. Baru pukul enam sore, itu artinya di Indonesia masih pukul dua.Auriga menyeret langkah menuju ruang tengah untuk mengambil ponsel

  • My Cassanova Husband   55. Masak Bersama

    Lavina sedang menyembunyikan perasaan waswasnya ketika ia mendengarkan penjelasan Juna. Otaknya tidak benar-benar bekerja. Sebab ia kepikiran dengan ancaman Auriga sewaktu di bandara kala itu. Auriga akan memindahkan kuliahnya ke universitas swasta lainnya, jika Lavina kedapatan dekat-dekat dengan Juna.Sebenarnya, Lavina tidak mengerti, apa alasan yang membuat Auriga mengancamnya dengan ancaman mengerikan itu?Memangnya kenapa kalau aku dekat sama Juna? batin Lavina sembari memperhatikan layar laptop milik Juna dengan tatapan tidak fokus.“Selamat siang.”Sapaan itu membuyarkan lamunan Lavina, ia mendongak, seketika itu juga matanya terbelalak melihat kembaran suaminya sedang berdiri di dekat meja sambil tersenyum.“K-Kak Archer,” gumam Lavina dengan tatapan tak percaya. Ia berdiri dan balas menyapa sembari tersenyum lebar, “Oh, selamat siang, Kak. Ngomong-ngomong Kakak sedang apa di sini? Lagi meeting sama klien Kakak, ya? Kok bisa kebetulan ketemu? Ternyata dunia ini benar-benar ke

Latest chapter

  • My Cassanova Husband   Extra Chapter 9

    Auriga menghela napas panjang, perintah Lavina sulit untuk ia bantah. Akhirnya ia pun melajukan kendaraannya meninggalkan tempat tersebut. Auriga melirik Aurora melalui kaca spion tengah.“Sayang, gimana latihannya?”“Em… kayak biasa aja, Dad.” Aurora mengedikkan bahu sambil mencubit pipi Melody dengan gemas. “Nggak ada yang spesial, tapi juga nggak ngebosenin.”“Kenapa dia ikut kamu ke sini?”“Farel?”“Iya.”“Farel cuma mau lihat aku latihan, Dad.”“Memangnya kenapa dia harus nonton kamu latihan?”“Daddy….” Aurora merotasi matanya dengan malas. “Daddy mulai, deh. Aku tahu Daddy melarang aku pacaran, dan aku emang nggak niat pacaran. Okay? Aku dan Farel cuma teman biasa aja. Jadi, Daddy stop bersikap posesif.”Auriga mengembuskan napas, dan ia tidak puas dengan jawaban Aurora. Namun sentuhan lembut Lavina di pahanya membuat Auriga memfokuskan matanya kembali ke arah jalanan.Lavina yang sejak tadi mendengarkan dan tidak mau pembahasan itu menjadi panjang lebar, buru-buru ia mengalihkan

  • My Cassanova Husband   Extra Chapter 8

    Selepas menjemput Samudra dan Melody di rumah orang tuanya, kini Auriga melajukan kendaraannya menuju tempat les biola untuk menjemput Aurora.Sore ini ibukota kembali di guyur hujan. Lavina memandang ke luar, memperhatikan tetesan hujan yang jatuh ke kaca pintu mobil. Akan sangat menyenangkan jika ia menikmati secangkir kopi hangat sambil membaca buku dan menikmati musik yang merdu.Namun, yang terjadi pada kenyataannya tidak sesuai dengan apa yang ia bayangkan. Di dalam mobil ini, alih-alih menikmati lagu yang romantis, Lavina justru harus mendengar lagu Cocomelon yang berjudul Wheels on the Bus, diiringi gelak tawa dan celotehan kedua putranya di kabin belakang.“Love….”“Hm?” Lavina menoleh saat Auriga memanggilnya. Pria berkaos polo hitam itu menumpukan siku di pintu sambil mengusap-usap dagu, sementara tangan kirinya masih menggenggam tangan Lavina. Mobil sedang berhenti di lampu merah.“Kenapa, Mas?” tanya Lavina kemudian.“Kamu tahu nggak, ada berapa banyak rintik hujan yang j

  • My Cassanova Husband   Extra Chapter 7

    5 tahun kemudian.Di luar rumah langit terlihat mendung, tetesan-tetesan gerimis berjatuhan ke atas dedaunan dan tanah kering yang menimbulkan aroma khas.Gemerisik daun dari pepohonan yang memagari rumah mewah tersebut terdengar berisik saat angin sepoi-sepoi menerpanya.Cahaya matahari seakan enggan menerobos masuk ke dalam kamar karena tertutupi awan kelabu. Suasana terasa hening di dalam kamar yang didominasi warna putih itu.Di dinding yang bersebrangan dengan ranjang, terlihat sebuah foto yang terbingkai, berukuran besar, menggantung di sana. Jika dulu dalam foto itu hanya ada empat anggota keluarga, sekarang sudah bertambah satu orang lagi.Foto itu diambil di sebuah studio foto, dengan background bunga-bunga kering yang bernuansa vintage. Kelima orang itu memakai pakaian senada,

  • My Cassanova Husband   Extra Chapter 6

    Suasana di dalam restoran malam itu tidak begitu ramai, tapi juga tidak sepi. Musik klasik mengalun merdu di seluruh penjuru ruangan. Lavina mengibaskan rambut bergelombang sepunggungnya ke belakang. Matanya tertuju pada meja yang terletak di dekat pintu masuk. Auriga, Aurora, Flora dan Jiro duduk di sana.Lavina mengembuskan napas panjang, berusaha menahan diri untuk tidak cemburu melihat pemandangan tersebut.Lavina tahu, Auriga juga tidak ingin ada di sana, tapi karena Aurora yang meminta ditemani untuk mengobrol dengan Flora—setelah Flora memohon-mohon agar diizinkan bicara dengan Aurora, akhirnya Auriga pun menemani Aurora sejak lima menit yang lalu.“Mama… Mama….”Celotehan Samudra yang duduk di baby chair, membuat Lavina mengalihkan pandangan dari mereka, ke arah anaknya yang sedang memakan biskuit.Lavina terkekeh karena bibir dan tangan Samudra belepotan. Ia mengambil tisu basah untuk membersihkan tangan dan mulut anak berkulit putih itu.Samudra memanggil-manggil ayahnya sam

  • My Cassanova Husband   Extra Chapter 5

    “Capt, perempuan kalau lagi marah, jangan didiamkan. Bujuk dan rayu dia sampai luluh. Karena kalau di silent treatment, marahnya bakal menjadi-jadi.”Auriga mengangkat satu sudut bibirnya sembari mendengarkan nasihat Fredy—copilot yang terbang bersamanya hari ini, yang berbicara dengan nada bijak itu.“Aku tahu.” Dan kepala Auriga sedang menyusun rencana, setelah selama penerbangan pikirannya ia tumpahkan untuk pekerjaan. Sekarang, saat ia kembali ke Jakarta, barulah ia memikirkan cara untuk membuat Lavina luluh kembali.“Pantas saja dari pagi kamu nggak ceria, ternyata gara-gara istri marah, toh.” Fredy tersenyum kecil. “Melihat gimana cara kamu memperlakukan istrimu, kurasa kamu sangat mencintai dia.”Auriga mengangguk, mengiakan ucapan lelaki yang duduk di hadapannya itu. “Begitulah,” jawabnya sambil terkekeh. “Dia sangat istimewa.”Pada saat yang sama, deringan ponsel Auriga berhasil menginterupsi percakapan mereka.Auriga mengangkat panggilan tersebut dan menempelkan ponsel di te

  • My Cassanova Husband   Extra Chapter 4

    Auriga memandangi Lavina dengan kening berkerut. Ia duduk di sofa, menyamping menghadap Lavina dengan satu tangan bertumpu di dagu. Sementara itu yang dipandangi tengah asyik membaca buku sambil ngemil keripik kentang.“Love, sejak kapan buku lebih menarik dipandangi daripada wajahku, hem?” Auriga akhirnya tidak bisa menahan diri untuk tidak bersuara.“Sejak hari ini,” jawab Lavina enteng, suara kriuk terdengar begitu nyaring saat ia menggigit keripik kentang itu yang sengaja dikeraskan.“Kamu tahu? Dari tadi siang kamu aneh banget, Love.”“Masa?”Iya, sejak tadi siang Auriga merasakan ada yang aneh dengan sikap Lavina. Perempuan itu memang tidak ketus, tapi justru dia terlihat cuek pada Auriga. Seperti saat ini contohnya, entah sudah berapa puluh menit Auriga duduk di sampingnya, tapi Lavina malah asyik membaca novel roman picisan.“Kamu mengabaikan suami kamu sendiri, Sayang. Aku di sini dari tadi, lho, nunggu perhatian dan kasih sayang dari kamu.”Mata Lavina merotasi matanya denga

  • My Cassanova Husband   Extra Chapter 3

    Sore harinya, Auriga kembali ke kamar setelah pulang dari mini market untuk membeli makanan ringan pesanan Lavina dan Aurora.Begitu memasuki kamar, ia melihat Lavina sedang mondar mandir di tengah ruangan sambil menggigit kuku ibu jarinya.“Love, aku pulang. Camilannya mau dimakan sekarang?”Lavina tidak menjawab, dan ia masih asyik dengan pikirannya sendiri sambil terus mondar-mandir.Auriga merasa kebingungan, apa yang sedang Lavina pikirkan sampai-sampai dia tidak menyadari kedatangannya? Setelah menaruh kantong belanjaan di meja, Auriga lantas mendekati Lavina dan memeluk pinggangnya, yang membuat Lavina terkesiap dan membulatkan mata saat menatap Auriga.“Mas, bikin kaget aja, deh,” gerutu Lavina dengan bibir merengut.“Memangnya kamu nggak dengar suaraku barusan dan nggak sadar aku datang?”Lavina menggeleng. Ia sempat menahan napas saat Auriga mendaratkan ciuman lembut di bibirnya.“Mikirin apa memangnya, hm?” tanya Auirga setelah menjauhkan wajahnya dan menatap manik mata La

  • My Cassanova Husband   Extra Chapter 2

    Ah, itu. Auriga mengusap wajahnya sambil terkekeh pelan. Ia sama sekali tidak ingat dengan kejadian itu. Sungguh.Selain karena sudah berlalu begitu lama dan terlalu banyak wanita yang pernah menghabiskan malam dengannya, Auriga juga tidak pernah mengingat-ingat apa yang telah ia lakukan bersama mereka. Urusan mereka telah selesai ketika pagi menjelang.“Bagi saya masa lalu sudah selesai,” ucap Auriga sambil tetap memegangi Samudra yang berkecipak di dalam air. “Empat tahun yang lalu, satu tahun yang lalu, bahkan kemarin… semuanya sudah selesai. Kita nggak perlu membuka lagi apa yang sudah kita tutup. Kamu pasti mengerti maksud saya."Hanya itu yang Auriga ucapkan, yang membuat wanita cantik itu melongo dan kemudian ekspresi wajahnya berubah jengkel dan memerah.“Sialan,” desis wanita itu, sebelum akhirnya meninggalkan Auriga dan keluar dari kolam renang.Wanita yang tadi sempat memuji Samudra terheran-heran melihat wanita itu tiba-tiba berwajah muran. Lalu ia menyusul temannya itu ya

  • My Cassanova Husband   Extra Chapter 1

    Cantik.Hanya satu kata itu yang terlintas di pikiran Auriga, ketika ia membuka mata dan pemandangan pertama yang ia lihat adalah wajah Lavina, yang hanya berjarak sekitar satu jengkal saja dari wajahnya.Auriga mengulum senyum. Jemarinya terulur, menyingkirkan helaian rambut dari dahi wanita yang berpenampilan polos itu.Setiap pagi, ketika membuka mata, Auriga selalu disambut dengan kehadiran Lavina di sisinya. Sehingga tidak ada alasan bagi Auriga untuk tidak semangat menjalani hari.“Aku sayang kamu, Lav,” bisik Auriga sebelum mendaratkan kecupan di pipi Lavina dengan mesra.Perlahan ia bangkit dari tidur dan membetulkan letak selimut Lavina. Udara dingin dari AC pasti membuat Lavina kedinginan, tubuhnya masih polos setelah mereka menghabiskan malam yang sangat panjang dengan panas dan mesra.Bel yang berbunyi berkali-kali membuat Auriga buru-buru melompat dari tempat tidur. Ia memunguti pakaiannya yang tergeletak di lantai dan sofa setelah semalam ia melemparkannya dengan tak sab

DMCA.com Protection Status