Happy reading ;)
------------------
Bolshoi Tkhach, Russia.
Private jet milik Vin tengah berada di atas salah satu gunung yang terletak di Kaukasus Barat Rusia, Bolshoi Tkhach. Vin menatapnya dari balik jendela pesawat.
Setelah pesta di apartemen Tara, esoknya ia langsung terbang menuju markas pusat di Russia perihal informasi kedatangan Marco bos mafia sisilia secara mendadak.
Vin tahu jika pria itu sampai berkunjung ke Russia, akan ada hal yang harus ia selesaikan. Vin melirik jam tangannya dan kembali memandang taman alam Bolshoi Tkhach di bawah sana.
Taman yang menyerupai benteng raksasa langsung dari Abad Pertengahan ini segera saja mengisi indra penglihatan Vin, sejujurnya ia selalu menikmati udara segar disini jika dirinya merasa depresi karena pekerjaan.
Tak berselang lama, private jet mendarat tepat di runway lapangan yang berhadapan langsung dengan markas miliknya. Ia segera turun seraya mengenakan kacamata hitam dengan di s
Happy reading ;) ------------------ "Tanda vital 130/78 mmHg. Nadi 80 Respirasj 20," ucap Joey sebelum operasi dimulai. Tara mengangguk dan menerima pisau bedah untuk melakukan insisi. Satu jam berlalu. "Pemisahan lobus untuk membuka vena cava inferior. Tolong turunkan lupku." Seorang perawat segera melakukan instruksi. Tara meraih gunting jaringan sedang Gabriella dan Nick mengikat pembuluh darah. Perawat instrumen melakukan suction di area operasi. "Monopolar." Tara mulai menagangkat pembulu darah di atas jantung. "Gab, ikat pembuluh darah dekat vena porta." "Ya." "Nick, angkat lebih tinggi." "Okay." Tara berhasil memisahkan kanker yang sudah bermetastasis ke jantung. "THVE selesai, hitung waktunya." Joey segera menyalakan stopwatch dan menghitung. Tara bergegas memotong akar vena porta kanan dengan pisau bedah. Tangannya cepat berganti pada mosquito. Ia mengangkat cuping kanan
Happy reading ;) --------------- "Seperti yang kau lihat," jawabnya santai namun matanya menyipit curiga. "Ada apa?" Vin membawa wanita itu duduk di sampingnya. "Ku dengar kau memiliki kekasih? Benarkah? Mengapa aku tak tahu?!" Dominika, salah satu adik sepupu Vin itu berdecih sebal. Diantara semua saudara, hanya dia orang terakhir mengetahui informasi tentang percintaan sang kakak, dan itu cukup membuatnya kesal. "Salahmu sendiri tak datang ke Los Angeles waktu itu." Vin tertawa kecil melihat gerutuan adiknya. "Ck! Aku bahkan sibuk menghilangkan jejak tentang pria yang kau buru. Kau tahu? Pedro hampir saja ketahuan." Ia melipat kedua tangannya di dada mengingat hal yang hampir menjerumuskan suaminya beberapa minggu lalu. Vin benar benar memburu Samuel, seorang anggota FBI yang merupakan dalang dari rencana penyadapan Tara di Paris saat itu. Tentu beberapa anggota FBI curiga oleh gerak Vin yang halus tak berjejak terlebih pemer
Happy reading ;)---------------Satu minggu berlalu. Tara bergegas masuk ke dalam ruang pra operasi bersama Gabriella. Sejujurnya ia enggan bergabung, namun Gabriella memaksa mengingat pasien penting yang akan di bahas kali ini."Apa susahnya memberikan pasien itu ke departemen penyakit dalam?" gerutu Tara hingga terpaksa duduk di kursi belakang. Bukankah pasien itu sudah jelas diagnosisnya? Jika harus melakukan pertemuan, lantas apa yang dilakukan para dokter selama ini? Ia mendengus kesal."Diamlah, ku dengar wanita ini sponsor Mr Ryan untuk naik jabatan, ia bahkan memiliki kunci hidup beberapa pejabat lainnya."Tara mendelik malas. "Aku tak perduli." Berbeda dengan otaknya yang kemudian mencerna beberapa dugaan."Terimakasih telah datang di pertemuan pra operasi ini, pasien VIP wanita Ny. A usia 40 tahun dia masuk dengan perikarditis akut setelah menjalani pemeriksaan ia terkena kanker pankreas stadium empat. Sel kanker yang terdeteksi a
Happy reading ;)-------------"Apa?! Kau serius?!" Suara Tara terdengar panik berbeda dengan Vin yang begitu santai di dalam helikopter. Ia bahkan mendesah samar mendengar wanitanya tengah suara derap langkahnya berlari."Tak perlu berlari sayang, santai saja. Ia seorang pria.""Mike terluka Vin! Ia tak sadarkan diri, bagaimana bisa kau-" Tara mendesah percuma, entah bagaimana kronologi awal kejadian itu Tara tak tahu tapi satu hal, ia harus segera tiba di helipad."Ya, aku segera mendarat." Vin mematikan ponselnya dan membuka kacamata hitam yang ia kenakan. Bermodal keberanian tanpa skill, Vin terkekeh penuh cemooh mengingat Mike.Mike memang berusaha menyelamatkan Emily dengan bantuan anak buahnya tapi tetap saja pria itu tak memiliki kemampuan bela diri bahkan teknik memegang senjata.Vin bergegas turun saat Tara tengah berjalan tergesa di atas helipad. Ia merentangkan kedua tangannya berharap wanita itu akan memeluknya. Diluar du
Happy reading ;)--------------Tara memandang Vin sesaat dan kembali menatap Emily. "Benarkah?"Emily terkekeh menerima tatapan tajam bosnya. Tak ia sangka menggoda bosnya seperti ini cukup menyenangkan. Setidaknya ia tahu kelemahan Vin."Bukankah, ia pria menjengkelkan? Kau tahan dengan itu?" Emily melipat bibirnya menahan senyum, gestur Vin seketika mengendur dan bersandar tenang. Sial! Emily mempermainkannya."Aku sudah terbiasa," Tara tertawa seraya memakan makanan yang di bawakan oleh Emily."Ku harap kau pun akan terbiasa dengan hal lainnya."***"Ku dengar kau terlibat dalam pernikahan Joey dan Cindy? Kau membantunya?" Tara menekan tombol kode dan membuka pintu. Vin mengikuti langkahnya di belakang dan mengedarkan pandangan di seluruh ruangan."Kau kira aku tak ada kerjaan lain?" Pria itu membuka kulkas dan meraih botol mineral."Aku tak percaya, Joey yang mengatakannya." Tara menaruh tas sembarang di atas
Happy reading ;)--------------Sial! Vin menggeram rendah mengepalkan tangannya. Tara terkekeh sembari merapikan blouse yang tak melekat pada tempatnya semula. Ia kemudian beralih merapikan kemeja sang kekasih lalu menyematkan kecupan singkat di bibirnya.Reeves menoleh dengan pandangan sulit di baca. Namun pria itu segera mengecup Tara yang menghampirinya sedikit malu. "Kau tak perlu malu, next time kunci pintunya jika ingin bercinta di sana."Rona merah pada pipi Tara mencuat bukan lagi seperti kepiting rebus tapi hampir jelas seperti chibi maruko chan di film kartun. "Mengapa kau datang kemari?" Tara menggaruk belakang kepalanya.Pertanyaan bodoh itu kini keluar begitu lancar dari mulutnya. "Aku baru tahu selama ini kau tak menganggapku ada." Reeves meraih wine dan meneguknya.Ia duduk di barstool sambil menatap Vin yang tengah menenggak air mineralnya santai. "Tidak, bukan seperti itu. Bukankah harusnya kau ada di Italia?"Vin me
Happy reading ;)--------------Tak pernah ia kira jika Vin tega menyembunyikan dirinya selama ini. Ia seorang bos mafia? Tara terkekeh bodoh, ia menekan dadanya yang mulai sesak. Tara berjalan mundur hingga tanpa sadar mnyentuh sesuatu.PRANG!Hiasan dinding jatuh tepat di sebelah kakinya. Pecahan itu menggores telapaknya, namun ketakutan Tara melebihi apapun yang ia rasakan saat ini. Vin dan Reeves menoleh dan mendapati Tara tengah berdiri di sana."Tara, apa yang terjadi?" Vin mendekat cemas melihat body language Tara yang bergetar takut. Namun satu tangan Tara menahan pria itu."Jangan mendekat!" pekiknya marah. Berbeda dengan hatinya yang sangat ingin menjerit menyuarakan kekesalan dan sakit hatinya."Tara kakimu-""Diam!" Reeves tersentak dan melirik Vin yang juga tengah terpaku. Dada Vin seakan tertusuk kala mendapati luka di mata sang kekasih. Juga penolakan yang tak pernah ia dapatkan selama ini.Namun pikiranny
Happy reading ;)----------------Vin melepas beberapa kancing kemeja atas saat helikopter telah siap untuk membawanya ke Italia. Pikirannya kembali di terjang dengan potongan potongan kejadian yang baru saja terjadi.Ketiga made guy Sisilia menunduk hormat saat Vin menapaki kabin dan duduk santai berbeda dengan hatinya yang terus bergemuruh mengapai pusat kepala.Made guy yang menjemput Vin saling menoleh melihat kacaunya bos Bratva itu. Tetapi Vin memang selalu tampak agung dan dingin berbeda dari Don mereka yang santai namun tetap keji.Helikopter mengudara menampilkan keindahan kerlip bintang juga ramainya kota di bawah sana. Walau begitu, tak mengubah gundahnya hati Vin saat ini justru membuatnya semakin geram.Vin tak bisa melepaskan Tara begitu saja, ia perlu rencana matang agar wanita itu kembali dalam hidupnya dan menerima fakta tentangnya. Vin mendengus kasar, mustahil! Ia menengadah memejamkan mata, ingatannya justru tertarik pada
Waaah ini adalah part endingnya yaa temen temen, terimakasih banyak udah setia membaca novelku sampai akhir ya huhu terharuu akutuuu :')Yuk ah lanjuuuuutttt ;*Have you fun enjoy it!------------Pink Sands Beach, Bahama.Nyatanya Vin benar benar berdebar karena pembahasan di ruang meeting bersama beberapa rekan dan kerabatnya kini menjadi kenyataan. Sepagi ini ia bahkan terjun sendiri untuk melihat dekorasi pernikahan yang sesuai dengan keinginan Tara.Vin tahu, Tara akan kesal karena hal ini begitu mendadak. Pria itu hanya merasa tak sabar dan tak ingin jauh dari wanitanya. Mengingat kecelakaan yang kemarin terjadi justru semakin kuat baginya untuk cepat melangsungkan pernikahan mereka. Agar seluruh dunia tahu bahwa Tara adalah istrinya. Maka dari itu tak akan ada yang berani menyentuh nya sedikitpun.Garis pantai unik dengan pasir merah muda muda yang ia pijaki membuat Vin kagum terpesona. Warna yang tidak biasa dan pemandangan ya
Happy reading ;)-------------Tara benar benar menikmati hari harinya disana. Ia bahkan sempat terkejut dan gemetar saat Vin menjelaskan bahwa kecelakaan yang ia alami bukan sekedar kecelakaan tak di sengaja melainkan rencana pembunuhan yang di lakukan oleh temannya sendiri Luke Richard.Dan yang lebih mengejutkan bahwa Vin sudah membunuh pria itu. Namun Tara tak mungkin marah padanya saat ia membuktikan bahwa Vin mampu melindungi dan membalas rasa sakit yang ia alami.Lagipula Vin selalu terus menemaninya dan melatih dirinya mobilisasi serta ia bahkan tak pernah memberikan tubuhnya kepada perawat untuk sekedar di bersihkan. Awalnya ia malu dan tak menyangka pria yang begitu di segani dan di hormati melakukan hal yang tak pernah ia lakukan sebelumnya.Saat ini, ia selalu mengajak berkeliling hingga berhenti di sebuah balkon yang menghadap menatap taman kecil yang memang di sediakan seperti di mansion Kiel. "Taman ini, untuk ayahku jika datang berk
Happy reading ;)-------------Reeves terdiam mendengar penjelasan Vin barusan di telepon. Ia harusnya tahu bahwa pria itu memang akan selalu keji pada siapapun yang menyakiti keluarga bahkan orang orang terkasih.Jadi, hal semacam ini sudah tak asing bagi mereka. Dengan membunuh perlahan si pelaku adalah balas dendam terbesar dan setimpal dari apa yang sudah Tara alami. Namun ia juga tak menutup mata bahwa tindakan tersebut melanggar hukum negara.Reeves mencengkram railing besi di atas balkon menengadah pada langit yang mulai terang dengan kehadiran matahari. Di waktu bersamaan Tara mengerjap menolak cahaya yang menembus melewati celah jendela.Ia berbalik dan langsung meringis merasakan sakit yang teramat. Vin terbangun mendengar suara samar dan bergegas menghampiri Tara begitu menangkap raut wajah nyeri pada kekasihnya."Ada apa? Kau ingin apa? Katakan padaku," cecar pria itu proteksi."Ah, maaf aku membangunkan mu," lirih T
Happy reading :)-----------"Am..pu..ni a..ku," lirih Luke lemah di atas sana. Ia menatap tubuhnya yang sudah tidak memiliki kaki. Ia bahkan menangis melihat singa itu dengan lahap memakan kedua kaki tersebut."To..long lepas..kan aku," gumamnya kemudian. Ia bahkan tak kuasa menahan sakit yang teramat ketika singa itu kembali melompat menggigit perutnya.Luke sudah tak dapat lagi berteriak karena nyeri itu begitu menghujam dirinya. Usus dan seluruh isi perutnya telah menjadi santapan liar di bawah sana.Sementara Vin tersenyum puas dan kembali meraih cerutu. Matt hanya bergidik dan sempat membuang muka ketika pria itu bahkan hanya tersisa bagian dada dan kepala. Vin tahu bahwa pria itu masih hidup."Lempar ia saat nadi dan nafasnya terhenti." Vin kemudian beranjak meninggalkan lokasi. Ia membersihkan diri setelah itu kembali ke rumah sakit. Operasi Tara sudah selesai, Pedro dan Dominika setia menunggu juga beberapa rekan Tara yang berada di
Happy reading ;)---------------"Vin?" Reeves segera menghampiri Vin kala pria itu terduduk di lantai sembari memijat kepalanya. Pria itu menoleh mendapati kecemasan di raut wajah tua Reeves."Maafkan aku," lirih Vin tak tahu lagi harus berkata apa saat semua itu seakan merenggut jiwanya. Semua terlalu cepat. Bahkan bodyguard yang menjaga Tara pun kini telah mati di tangan Fyodor."It's okay, tapi kau yakin ini hanya kecelakaan?" tanya Reeves sedikit menyindir."Tidak, orangku sedang melacaknya.""Haruskah ia mendapat hukuman mati di penjara?" Reeves melipat kedua tangannya di dada dengan bersandar pada dinding rumah sakit."Tidak, ia tak akan mati dengan mudah." Tepat saat itu juga Pedro dan Dominika menghampiri Vin."Vin? Bagaimana keadaan Tara?" Dominika membantu Vin berdiri dan menatap iba pada kakaknya."Ia masih di dalam sana." Pandangan Vin tertuju pada ruang operasi. Sementara Reeves berpamit untuk melihat berja
Happy reading :)----------------Jantung Vin seolah berhenti. Ia segera meraih Tara dalam dekapannya. Vin berlari menabrak beberapa orang yang berlalu lalang disana. Sementara Gabriella yang hendak masuk ke dalam taxi terhenti saat Vin berteriak sembari menggendong Tara masuk ke dalam ruang UGD."Astaga, Tara!" Wanita itu ikut berlari di belakang Vin. Matanya berlarian mencari Tara di beberapa ruang pasien. Hingga ia menemukan Vin yang keluar sembari meremas keras rambut nya sendiri."Vin? Ada apa?" Gabriella menatap baju pria itu yang telah berubah warna merah oleh darah Tara. Vin kemudian terduduk seolah tulang dan syarafnya patah.Sedangkan Laura segera melakukan pemeriksaan survei primer yang dilakukan penanganan pada keadaan yang mengancam nyawa, seperti sumbatan jalan napas, henti napas, atau henti jantung.Gabriella segera masuk ke dalam begitu tak mendapatkan jawaban dari Vin. Mata Gabriella membulat mendapati Tara yang sedang di be
Happy reading ;)------------Tiga hari kemudian, Tara dan Gabriella memutuskan mengunjungi Nick di jam pulang. Ia meletakkan makan malam untuk temannya. Sedangkan Nick tersenyum lembut berbeda dengan hatinya yang masih menyangkal kebenaran tentang pernikahan Tara."Bagaimana keadaanmu?" tanya Tara seraya bersandar pada jendela."Baik, berkatmu," jawaban santai. Gabriella membantu Nick untuk duduk bersandar pada kepala ranjang."Thanks.""Ku dengar besok kau pulang?" Gabriella mengupa kulit apel kemudian memotong nya menjadi bagian kecil."Ya, aku tak tahu bahwa profesor itu gagal mengoperasi ku." Nick menerima mangkuk yang telah terisi potongan apel. Ia lantas memakannya lahap."Dia bukan gagal, hanya otaknya terus bekerja untuk reputasi saja," jawab Tara sembari melipat kedua tangannya di dada."Kau pasti menyerangnya saat selesai operasi ulang," tebak Nick terkekeh. Ia sekarang tahu sikap dan sifat Tara yang memang su
Happy reading ;)----------"Apa dia terkesan?" tanya Dominika setelah pelukannya terurai. Vin tersenyum bangga namun ia tak tahu jika sang adik merencanakan hal gila seperti ini."Begitulah," jawab Vin sembari merangkul sang adik kemudian membawanya bertemu dengan Tara. Sedangkan Tara membulatkan mata melihat kedatangan mereka.Ia tak sadar pikiran kotornya telah mengisi hatinya. Matt yang tahu pikiran Tara dan melihat ekspresi itu segera terbahak. "Dia adiknya Tara bukan selingkuhannya. Coba kau jernihkan otak dan hatimu paksa ia untuk sinkron di situasi tertentu." Matt terkekeh dan meninggalkan Tara begitu saja.Wanita itu mendelik sebal. Sialan! Beraninya dia menebak pikiranku. Awas saja kau! teriak batinnya. "Hai Tara," sapa Dominika memeluk calon kaka iparnya dengan hangat."Kenalkan ini adikku," sambung Vin seraya menempatkan tangannya pada pinggang Tara."Oh, hai kau sangat cantik," pujinya jujur. Tubuh tinggi semampai, kulit
Happy reading ;)--------------Vin membuka sabuk pengaman Tara dan membawanya ke kursi belakang. "Kau sudah menerimaku kan?" Tara memperhatikan gerak Vin yang tangkas dan cepat."Y- ya tapi kita? Mengapa melakukan inj?" Tara kembali menunduk memperhatikan tubuhnya yang telah terikat pengaman juga bersama Vin. Mereka menyatu bersamaan dengan Vin yang telah memakai tas parasut."Jangan katakan bahwa kita akan melompat?!" peringat Tara panik dengan membukatkan matanya. Vin mengecup bibir wanitanya sebelum memposisikan tubuhnya di belakang Tara."Semuanya akan baik-baik saja, percayalah." Vin telah bersiap membawa Tara ke sisi kabin."Vin! Tidak tidak! Kau gila!" seru Tara. Tepat saat itu juga Vin mendorong tubuh mereka melompat meninggalkan helikopter yang telah berbelok dan siap mendarat.Vin memeluk tubuh kekasihnya sedangkan satu tangannya menarik parasut. "Oh God," lirih Tara tertahan. Ia tak bisa berteriak saat ketakutan itu menyer