Happy reading ;)
----------------
"Sampai kapan kau akan di Los Angeles?" tanya Matt di sebrang telepon. Saat ini ia tengah sibuk mengamati jalannya ujian pertama tank yang baru saja di selesaikan.
"Entahlah, aku belum siap kembali ke Rusia, lagipula ada kau yang menangani perusahaan ku." Vin mengapit ponselnya diantara telinga dan bahu.
Sementara kedua tangannya sibuk mencari ip address rumah sakit tempat Tara bekerja. Dengan santai kakinya terjulur di atas sofa ketika telunjuknya langsung menekan enter.
"Kalau begitu, naikan gajiku!" kesal Matt. Sejujurnya tak mudah menangani dua perusahaan sekaligus belum lagi perusahaan LO di Russia sedang mengalami masalah.
"Sudah, kau tak lihat transferanku?" Vin menempatkan kedua tangannya di belakang kepala. Sementara matanya terfokus pada layar laptop.
Ia tersenyum melihat Tara yang kembali ceria. Namun senyum itu sirna berganti dengan dahi yang mengerut ketika seorang pria paruh baya berteku
Happy reading ;)---------------Malamnya, Tara menceritakan kejadian di rumah sakit pada Vin. Walau pria itu sudah mengetahui tetap saja menanggapinya seolah tak tahu menahu tentang itu. Saatbini mereka tengah berada di mobil audi hitam milik Vin.Mr Kiel mengundang Tara untuk berkunjung ke mansion sesuai janjinya dahulu. Dengan senang hati wanita itu menyanggupi dan disinilah mereka berada.Vin menghentikan mobil menunggu gerbang utama untuk di buka oleh penjaga. Tara tak berkedip saat bangunan megah dan modern di depannya ternyata milik ayah dari kekasihnya.Beberapa bodyguard tengah berjaga ketat dan rapi. Tak ada sedikitpun pakaian lusuh yang mereka pakai. Ia menoleh pada Vin yang tampak santai dengan balutan jas hitam senada dengan celana juga sepatu.Sementara dirinya mengenakan midi dress berwarna putih hingga mencapai lutut dan di bagian belakang terbelah hampir mencapai panggul. Sementara di bagian lengan memakai tulle pearls
Happy reading ;)-------------"Kau mengenalnya?" Agnes mengikuti arah pandang Tara."Iya, dia ayah temanku. Tapi, mengapa dia disini?" Tara berbalik meraih wine."Entahlah," jawab Agnes mengedikkan bahu. Tara kembali memandang mereka bersamaan dengan Vin yang berbalik menatap Tara.Ia tersenyum lembut dan mengatakan sesuatu pada Mr Axton sebelum melangkah mendekat. "Ikut aku," Vin menggenggam tangan Tara.Wanita itu mengangkat alis sambil menaruh wine di meja. "Ada apa?""Kau akan tahu nanti." Tangan Vin mengusap pinggang wanitanya membuat Tara menoleh singkat."Apa kalian sudah saling kenal?" Vin tak mengenalkan Tara secara resmi karena ia tahu hubungan mereka di masa lalu."Ya Gospodin." Axton menunduk hormat tak enak hati. Ia tahu anaknya telah mengkhianati Tara, wanita baik dan cerdas. Dan sekarang Nick justru melampaui batas karena telah mengusik kekasih bos mafia."Ah, ya kami saling mengenal." Tara t
Happy reading ;)------------------"Tidak mungkin!" Nick terkekeh mengejek. Sedangkan kepalanya berusaha menolak kenyataan yang Axton ucapkan."Terserah padamu, peringatan terakhir untukmu. Jika kau terus bersikap seperti bajingan. Kau sendiri yang menanggung akibatnya." Axton menggeram kesal kemudian pergi meninggalkan Nick.Pria itu bergeming, perkataan sang ayah tak mungkin bohong karena Axton tipikal orang yang jujur dan menghindari kebohongan sekecil apapun itu.Jika itu semua benar, berarti ia tak bisa gegabah dalam bertindak. Ia harus memikirkan cara yang tepat dan sunyi untuk merebut Tara kembali.***"Bagaimana kabarmu?" tanya Tara saat berpapasan dengan Alma, perawat yang ia rekomendasikan untuk menjaga Kiel di mansion."Baik, kau sendiri?" Alma membawa dua gelas minuman dan menyerahkan satu gelasnya pada Tara."Seperti biasa, bagaimana perkembangan Mr Kiel?""Berjalan lancar hanya saja, aku sedik
Happy reading ;)-------------------Vin terpelanting dan terjatuh karena Arella tengah menerkam hendak menjilati wajahnya namun berakhir dengan gigitan gigitan kecil di bagian lengan karena Vin melindungi wajahnya."Oh baby, hentikan! Jangan merusak wajah tampanku!" seru Vin dengan gelak tawa dan berusaha berdiri."Yes baby, aku juga merindukanmu." Vin mengusap kasar rambut singa yang terus menyusup ke dalam tubuhnya."Oke c'mon aku akan memelukmu!" Singa betina yang memiliki ukuran tinggi mencapai 240 cm itu berdiri bersamaan dengan Vin yang merentangkan tangannya.Mereka berpelukan layaknya seorang kekasih yang sama sama merindu. Sedangkan Tara, ia terduduk lemas dengan mata bergetar takut.Tangannya berusaha menggapai apa saja untuk membantu tubuhnya berdiri. Tak pernah ia sangka bahwa Arella yang di maksud adalah seekor singa betina dewasa.Tara mengerjap menetralkan nafasnya yang berderu cemas. Mengapa Vin menjadikan sing
Happy reading ;) -------------- Vin terpejam seiring sesapan lembut wanitanya yang penuh kasih. Deru nafas keduanya beradu saat Tara menjauhkan wajahnya. "I will stay with you, so you won't get lonely, you won't be cold again and anything," "Because?" lirih Vin dengan mata yang selalu menemukan ketulusan di manik hitam itu. "Because i love you.. ." Jantung Vin tersentak. Ia membawa tengkuk Tara dan kembali mempertemukan bibir mereka yang sama sama kosong. Namun suara klakson dari arah belakang membuat keduanya berpisah dengan tawa kecil. "Memalukan," Tara memukul ringan lengan Vin. "Kau yang memulainya." Vincent segera melaju menuju apartemen Tara. Sesampainya di sana, pria itu benar benar membuat wanitanya tidak tidur sesuai janjinya di mansion. Hingga keesokan harinya Tara mendesah karena lelah. Vincent seperti kelaparan dan membuatnya melambung tinggi mencapai kenikmatan yang mereka raih. Ia menatap w
Happy reading ;)--------------------Vin melirik jam tangan dengan cemas. Sedangkan Matt berusaha meretas CCTV jalan yang memperlihatkan Tara keluar dari apartemennya.Mengapa ia begitu tergesa? Matt kembali melacak kepergian Tara setelah mobil yang ia kendarai melintas melewati rumah sakit."Apa dia bekerja di beberapa rumah sakit?" tanya Matt di sebrang telepon."Ku rasa tidak, ada apa?" Vin tak sabar menunggu jawaban sahabatnya. Tetapi tiba tiba suara pintu terbuka menampakkan Tara dengan beberapa makanan di tangannya."Akan ku hubungi nanti." Vin memutus sambungan telepon. Ia bergegas menarik Tara dengan cengkramannya yang kuat."Kau pergi kemana Tara?" geram Vin rendah. Ia berusaha menahan marahnya dan tetap bersikap tenang. Tara tak seperti biasanya, ia bahkan selalu mengabari jikapun pergi ke suatu tempat atau sekedar ke rumah sakit.Tapi sekarang? Ia bahkan tak peduli dengan rasa khawatirnya. Tara justru tersenyu
Happy reading ;)--------------------"Teacher!" pekik Tara tak percaya."I'm coming baby!" Keduanya tertawa saling berpelukan rindu. Tara tak menyangka bahwa pria tua ini berkunjung ke Los Angeles dan menemukan tempat tinggalnya.Vin yang memandang mereka mengerutkan kening. Siapa pria tua itu? Mengapa mereka tampak akrab? Bukankah ayah Tara sudah meninggal? Apakah ia kerabat Tara?"Masuklah, masuklah aku akan memberikanmu teh hijau." Tara menggandeng pria tua itu masuk. Namun langkahnya terhenti memandang pria yang kini berdiri di hadapannya."Ah tunggu, siapa pria muda ini?""Dia kekasihku.""Senang bertemu denganmu," ucap Vin mengulurkan tangannya."Ooh kau sangat tampan, tapi.. sedikit menakutkan." Ia menjabat tangan Vin mencengkramnya kuat."Apa?!""Tampangmu kriminal tapi harus ku akui Tara tak salah memilihmu. Aku Reeves, guru yang telah membuat Tara menjadi seorang dokter brilliant." Reeves terkeke
Happy reading ;)-------------Vin menatap wajah Tara yang telah terlelap di atas pangkuannya. Ia begitu imut dan polos tapi di balik semua yang Vin ketahui tentangnya, ternyata ada beberapa bagian yang Tara sembunyikan. Seperti yang sedang Reeves ceritakan sekarang.Wanita itu memilih melanjutkan permainan hingga mengantuk dan tertidur seperti ini daripada menjawab pertanyaan Reeves tentang ayahnya.Vin kembali meraih kartu dan memasang nomor yang sama di atas meja. "Kalian sering memainkan ini dengan mendiang ayah Tara?"Reeves mengangguk sambil bersiul. "Tara yang selalu kalah dari kami. Namun wanita itu tak pernah mengeluh apapun permainannya. Begitu juga dengan operasi yang ia lakukan."Reeves memasang kartu di atas kartu Vin. "Beberapa partai politik telah menghancurkan ayah Tara karena tak mau berpihak dan memberi dana. Selama sisa hidupnya kami berdualah yang merawatnya."Vin terdiam sesaat sebelum kembali menatap beberapa kar
Waaah ini adalah part endingnya yaa temen temen, terimakasih banyak udah setia membaca novelku sampai akhir ya huhu terharuu akutuuu :')Yuk ah lanjuuuuutttt ;*Have you fun enjoy it!------------Pink Sands Beach, Bahama.Nyatanya Vin benar benar berdebar karena pembahasan di ruang meeting bersama beberapa rekan dan kerabatnya kini menjadi kenyataan. Sepagi ini ia bahkan terjun sendiri untuk melihat dekorasi pernikahan yang sesuai dengan keinginan Tara.Vin tahu, Tara akan kesal karena hal ini begitu mendadak. Pria itu hanya merasa tak sabar dan tak ingin jauh dari wanitanya. Mengingat kecelakaan yang kemarin terjadi justru semakin kuat baginya untuk cepat melangsungkan pernikahan mereka. Agar seluruh dunia tahu bahwa Tara adalah istrinya. Maka dari itu tak akan ada yang berani menyentuh nya sedikitpun.Garis pantai unik dengan pasir merah muda muda yang ia pijaki membuat Vin kagum terpesona. Warna yang tidak biasa dan pemandangan ya
Happy reading ;)-------------Tara benar benar menikmati hari harinya disana. Ia bahkan sempat terkejut dan gemetar saat Vin menjelaskan bahwa kecelakaan yang ia alami bukan sekedar kecelakaan tak di sengaja melainkan rencana pembunuhan yang di lakukan oleh temannya sendiri Luke Richard.Dan yang lebih mengejutkan bahwa Vin sudah membunuh pria itu. Namun Tara tak mungkin marah padanya saat ia membuktikan bahwa Vin mampu melindungi dan membalas rasa sakit yang ia alami.Lagipula Vin selalu terus menemaninya dan melatih dirinya mobilisasi serta ia bahkan tak pernah memberikan tubuhnya kepada perawat untuk sekedar di bersihkan. Awalnya ia malu dan tak menyangka pria yang begitu di segani dan di hormati melakukan hal yang tak pernah ia lakukan sebelumnya.Saat ini, ia selalu mengajak berkeliling hingga berhenti di sebuah balkon yang menghadap menatap taman kecil yang memang di sediakan seperti di mansion Kiel. "Taman ini, untuk ayahku jika datang berk
Happy reading ;)-------------Reeves terdiam mendengar penjelasan Vin barusan di telepon. Ia harusnya tahu bahwa pria itu memang akan selalu keji pada siapapun yang menyakiti keluarga bahkan orang orang terkasih.Jadi, hal semacam ini sudah tak asing bagi mereka. Dengan membunuh perlahan si pelaku adalah balas dendam terbesar dan setimpal dari apa yang sudah Tara alami. Namun ia juga tak menutup mata bahwa tindakan tersebut melanggar hukum negara.Reeves mencengkram railing besi di atas balkon menengadah pada langit yang mulai terang dengan kehadiran matahari. Di waktu bersamaan Tara mengerjap menolak cahaya yang menembus melewati celah jendela.Ia berbalik dan langsung meringis merasakan sakit yang teramat. Vin terbangun mendengar suara samar dan bergegas menghampiri Tara begitu menangkap raut wajah nyeri pada kekasihnya."Ada apa? Kau ingin apa? Katakan padaku," cecar pria itu proteksi."Ah, maaf aku membangunkan mu," lirih T
Happy reading :)-----------"Am..pu..ni a..ku," lirih Luke lemah di atas sana. Ia menatap tubuhnya yang sudah tidak memiliki kaki. Ia bahkan menangis melihat singa itu dengan lahap memakan kedua kaki tersebut."To..long lepas..kan aku," gumamnya kemudian. Ia bahkan tak kuasa menahan sakit yang teramat ketika singa itu kembali melompat menggigit perutnya.Luke sudah tak dapat lagi berteriak karena nyeri itu begitu menghujam dirinya. Usus dan seluruh isi perutnya telah menjadi santapan liar di bawah sana.Sementara Vin tersenyum puas dan kembali meraih cerutu. Matt hanya bergidik dan sempat membuang muka ketika pria itu bahkan hanya tersisa bagian dada dan kepala. Vin tahu bahwa pria itu masih hidup."Lempar ia saat nadi dan nafasnya terhenti." Vin kemudian beranjak meninggalkan lokasi. Ia membersihkan diri setelah itu kembali ke rumah sakit. Operasi Tara sudah selesai, Pedro dan Dominika setia menunggu juga beberapa rekan Tara yang berada di
Happy reading ;)---------------"Vin?" Reeves segera menghampiri Vin kala pria itu terduduk di lantai sembari memijat kepalanya. Pria itu menoleh mendapati kecemasan di raut wajah tua Reeves."Maafkan aku," lirih Vin tak tahu lagi harus berkata apa saat semua itu seakan merenggut jiwanya. Semua terlalu cepat. Bahkan bodyguard yang menjaga Tara pun kini telah mati di tangan Fyodor."It's okay, tapi kau yakin ini hanya kecelakaan?" tanya Reeves sedikit menyindir."Tidak, orangku sedang melacaknya.""Haruskah ia mendapat hukuman mati di penjara?" Reeves melipat kedua tangannya di dada dengan bersandar pada dinding rumah sakit."Tidak, ia tak akan mati dengan mudah." Tepat saat itu juga Pedro dan Dominika menghampiri Vin."Vin? Bagaimana keadaan Tara?" Dominika membantu Vin berdiri dan menatap iba pada kakaknya."Ia masih di dalam sana." Pandangan Vin tertuju pada ruang operasi. Sementara Reeves berpamit untuk melihat berja
Happy reading :)----------------Jantung Vin seolah berhenti. Ia segera meraih Tara dalam dekapannya. Vin berlari menabrak beberapa orang yang berlalu lalang disana. Sementara Gabriella yang hendak masuk ke dalam taxi terhenti saat Vin berteriak sembari menggendong Tara masuk ke dalam ruang UGD."Astaga, Tara!" Wanita itu ikut berlari di belakang Vin. Matanya berlarian mencari Tara di beberapa ruang pasien. Hingga ia menemukan Vin yang keluar sembari meremas keras rambut nya sendiri."Vin? Ada apa?" Gabriella menatap baju pria itu yang telah berubah warna merah oleh darah Tara. Vin kemudian terduduk seolah tulang dan syarafnya patah.Sedangkan Laura segera melakukan pemeriksaan survei primer yang dilakukan penanganan pada keadaan yang mengancam nyawa, seperti sumbatan jalan napas, henti napas, atau henti jantung.Gabriella segera masuk ke dalam begitu tak mendapatkan jawaban dari Vin. Mata Gabriella membulat mendapati Tara yang sedang di be
Happy reading ;)------------Tiga hari kemudian, Tara dan Gabriella memutuskan mengunjungi Nick di jam pulang. Ia meletakkan makan malam untuk temannya. Sedangkan Nick tersenyum lembut berbeda dengan hatinya yang masih menyangkal kebenaran tentang pernikahan Tara."Bagaimana keadaanmu?" tanya Tara seraya bersandar pada jendela."Baik, berkatmu," jawaban santai. Gabriella membantu Nick untuk duduk bersandar pada kepala ranjang."Thanks.""Ku dengar besok kau pulang?" Gabriella mengupa kulit apel kemudian memotong nya menjadi bagian kecil."Ya, aku tak tahu bahwa profesor itu gagal mengoperasi ku." Nick menerima mangkuk yang telah terisi potongan apel. Ia lantas memakannya lahap."Dia bukan gagal, hanya otaknya terus bekerja untuk reputasi saja," jawab Tara sembari melipat kedua tangannya di dada."Kau pasti menyerangnya saat selesai operasi ulang," tebak Nick terkekeh. Ia sekarang tahu sikap dan sifat Tara yang memang su
Happy reading ;)----------"Apa dia terkesan?" tanya Dominika setelah pelukannya terurai. Vin tersenyum bangga namun ia tak tahu jika sang adik merencanakan hal gila seperti ini."Begitulah," jawab Vin sembari merangkul sang adik kemudian membawanya bertemu dengan Tara. Sedangkan Tara membulatkan mata melihat kedatangan mereka.Ia tak sadar pikiran kotornya telah mengisi hatinya. Matt yang tahu pikiran Tara dan melihat ekspresi itu segera terbahak. "Dia adiknya Tara bukan selingkuhannya. Coba kau jernihkan otak dan hatimu paksa ia untuk sinkron di situasi tertentu." Matt terkekeh dan meninggalkan Tara begitu saja.Wanita itu mendelik sebal. Sialan! Beraninya dia menebak pikiranku. Awas saja kau! teriak batinnya. "Hai Tara," sapa Dominika memeluk calon kaka iparnya dengan hangat."Kenalkan ini adikku," sambung Vin seraya menempatkan tangannya pada pinggang Tara."Oh, hai kau sangat cantik," pujinya jujur. Tubuh tinggi semampai, kulit
Happy reading ;)--------------Vin membuka sabuk pengaman Tara dan membawanya ke kursi belakang. "Kau sudah menerimaku kan?" Tara memperhatikan gerak Vin yang tangkas dan cepat."Y- ya tapi kita? Mengapa melakukan inj?" Tara kembali menunduk memperhatikan tubuhnya yang telah terikat pengaman juga bersama Vin. Mereka menyatu bersamaan dengan Vin yang telah memakai tas parasut."Jangan katakan bahwa kita akan melompat?!" peringat Tara panik dengan membukatkan matanya. Vin mengecup bibir wanitanya sebelum memposisikan tubuhnya di belakang Tara."Semuanya akan baik-baik saja, percayalah." Vin telah bersiap membawa Tara ke sisi kabin."Vin! Tidak tidak! Kau gila!" seru Tara. Tepat saat itu juga Vin mendorong tubuh mereka melompat meninggalkan helikopter yang telah berbelok dan siap mendarat.Vin memeluk tubuh kekasihnya sedangkan satu tangannya menarik parasut. "Oh God," lirih Tara tertahan. Ia tak bisa berteriak saat ketakutan itu menyer