Setelah beberapa saat Erika vakum dari mengetik novel, ini adalah hari pertama Erika kembali menyentuh laptop miliknya. Erika berniat untuk kembali mengetik bab lanjutan novel itu.
"Semangat, Erika! Semangat! Ingat kamu harus kuat demi calon bayimu kelak." Erika menyemangati dirinya sendiri. Ia lalu menghapus air matanya dan kembali fokus dengan layar laptop yang masih berada di pangkuannya.
Mengingat sudah lebih dari sebulan Erika tidak update bab terbaru (terhitung sejak Bu Fatma dirawat di rumah sakit hingga meninggal), Erika harus membaca ulang beberapa bab terakhir sebelum mengetik bab lanjutan. Supaya ia tidak lupa akan alur cerita yang di buatnya.
Walau Erika sedang hamil, tapi tidak menyurutkan niatnya kembali bangkit dari keterpurukan yang ia alami. Justru janin yang berada di dalam perutnya, menjadi penyemangat bagi Erika menjalani semua cobaan.
Sebuah ketukan pintu mengalihkan perhatian Erika, ia pun segera berdiri dari sofa untuk m
Zack yang sangat berharap supaya Erika dapat melakukan kerjasama dengan pihak J entertainment dengan baik. Kini justru ia harus menelan kekecewaannya, karena di hari yang harusnya Erika bisa menandatangani kontrak kerjasama dengan J entertainment, justru Erika dalam keadaan kurang sehat. Dan Zack sangat memaklumi hal itu. Zack tahu kalau Erika masih dalam keadaan ngidam. Sehingga ia masih sering mual bahkan sampai muntah."Maafkan aku, Zack. Aku telah mengecewakanmu." ucap Erika lemah saat dirinya baru saja memuntahkan semua isi perutnya. Erika mendudukkan dirinya di sofa yang ada di ruang tamu, wajahnya masih terlihat pucat."Jangan banyak berpikir, Er. Sekarang ini yang penting adalah kondisi kesehatan kamu. Anggap saja kesempatan kamu belum datang di saat seperti ini, Er. Tapi aku yakin jika suatu saat nanti kamu pasti bisa lebih sukses." ucap Zack memberikan semangat pada Erika."Minumlah ini, supaya sedikit mengurangi rasa mual yang kamu rasakan
Suasana kantor seketika menjadi sangat mencekam. Banyak pegawai yang di pecat hanya karena kesalahan yang sangat kecil. Posisi meja sekertaris ia biarkan kosong tanpa berniat mencari pengganti Erika. Sungguh Jimmy sudah menjelma menjadi monster bagi para pegawainya di kantor Adinata group. Keadaan akan berbanding terbalik saat ia sudah berada di dalam kamar seorang diri. Ia hanya bisa menengguk beberapa gelas minuman beralkohol sekedar untuk menghilangkan bayangan Erika yang selalu menghantuinya. Ia sangat, sangat, sangat merindukan istrinya. Tapi bagaimana cara supaya ia bisa menemukan Erika-nya? Jimmy benar-benar tersiksa dengan kondisi semacam ini. Seumur hidupnya, ini baru pertama kali ia kehilangan orang yang sangat ia cintai. Dan bodohnya itu karena kesalahannya sendiri. Sungguh melihat kondisi Jimmy yang seperti itu, membuat orang di sekelilingnya akan merasa sangat kasihan terhadapnya. Setelah Jimmy hilang kesadaran karena minuman beralkoh
"Soal kesempatan kedua, hanya Erika yang berhak untuk menentukannya. Apakah ia akan memberikan kesempatan itu atau tidak. Tapi yang paling penting saat ini, jangan sampai membuat Erika terlalu tertekan dengan permasalahan yang timbul diantara kalian." ucap Indri seolah menyiratkan sebuah makna terpendam untuk Jimmy. Jimmy melihat keluar jendela, lalu ia menghela napas. "Seandainya aku bisa bertemu dengannya, aku tidak akan mengulangi kesalahan yang sama dan tidak akan membiarkan Erika merasa tertekan atau pun tidak bahagia. Aku sangat mencintai dia, dan baru kali ini aku seperti orang gila tanpa adanya Erika di sisiku." ucap Jimmy putus asa. Pandangannya menerawang jauh ke depan, seolah ia sangat berharap adanya kejelasan dimana keberadaan Erika. "Setidaknya tolong beritahu aku kalau kamu mempunyai kabar terbaru tentang dia. Termasuk tentang keberadaan dia saat ini." ucap Jimmy dengan nada memohon pada Indri. Saat ia sudah kembali berpaling dari melihat keluar jendel
Di sela kesibukannya di kantor, ponsel Jimmy berdering. Saat melihat siapa yang sedang menghubunginya, dengan segera Jimmy mengangkat panggilan tersebut. "Ada kabar apa?" tanya Jimmy tanpa basa-basi. "Mengenai orang yang tuan Jimmy cari, dua hari yang lalu anak buahku melihatnya memasuki rumah mewah bersama wanita paruh baya. Sepertinya mereka sudah saling kenal dan terlihat akrab." ucap detektif suruhan Jimmy. "Kirimkan alamatnya padaku, sekarang!" ucap Jimmy. "Saya akan kirimkan alamatnya segera Tuan Jimmy." "Hem." jawab Jimmy lalu ia mematikan panggilan teleponnya. "Rumah siapa yang dia datangi? Dan siapa wanita paruh baya itu?" gumam Jimmy penuh tanya. Saat rasa penasaran mulai muncul di dalam hatinya, ada sebuah pesan masuk dari detektif suruhannya. Dengan segera Jimmy membuka pesan tersebut untuk melihat apa isinya. "Ini kan alamat rumah Mama?" Jimmy terkejut saat membaca alamat yang di kirim detektif itu. "Tern
"In, aku ke toilet sebentar." Erika berbisik untuk berpamitan pada Indri yang berdiri disebelahnya.Mereka berdua saat ini sedang menghadiri sebuah acara pesta pertunangan salah satu teman kampusnya bernama Nisa, yang diadakan di sebuah hotel berbintang yang ada di Jakarta.Sebenarnya Erika tidak ingin hadir di acara pesta seperti ini, tapi Indri yang memaksanya ikut. Hitung-hitung supaya Erika sejenak bisa melupakan tentang masalah pribadinya. Karena semenjak kematian sang bunda, dan rumitnya masalah rumah tangga yang Erika alami. Membuat Erika jarang hadir di acara-acara seperti ini.Erika lebih memilih menyendiri ditempat kosnya hanya dengan mengetik dan mengetik untuk novelnya. Kalau pun ia mau datang di sebuah acara, mungkin hanya acara seminar yang ia hadiri."Mau ditemani nggak?" tanya Indri."Nggak usah, kamu disini aja." jawab Erika"Ok, ok, tapi jangan lama-lama ya." jawab Indri."Iya," sahut Erika. Lalu ia
Walaupun gaun yang ia kenakan tertutup dengan blazer, tapi tidak dapat menyembunyikan jika kini perutnya sudah mulai terlihat membuncit. Jantung Erika pun berdetak kencang seperti habis lari maraton. Apa yang akan ia katakan jika orang itu menanyakan kondisinya? "M-mama." Erika tampak gugup. Setelah tadi di luar bertemu dengan Allan secara kebetulan, sekarang ia harus bertemu dengan Angela. Dunia ini terasa begitu sempit, sehingga di hari yang sama dan waktu yang hampir bersamaan, Erika bertemu dua orang yang saat ini tidak ingin ia temui. Mengingat jika dirinya sedang dalam keadaan mual dan juga muntah. "Ya ampun sayang, kamu kenapa? Wajah kamu pucat sekali? Apa kamu sakit?" tanya Angela yang terlihat cemas, ia mendekati Erika untuk melihat keadaan Erika yang memang sangat pucat. "Aku tidak apa-apa, Ma." jawab Erika dengan senyum yang di paksakan. "Mama ada acara juga di tempat ini?" "Hari ini kan ulang tahun perusahaan, sayang. A
"Istri?" tanya Dokter Mira terkejut. Karena selama ia kenal dengan Erika, ia tidak mengetahui kalau Erika adalah istri dari pemilik rumah sakit tempatnya bekerja. Ia melihat ke arah Erika seperti ingin bertanya apakah itu benar adanya.Selama menjadi Dokter kandungan yang selalu memeriksa kondisi Erika, ia tidak pernah sekalipun melihat Jimmy mengantar Erika check up. Yang ia ketahui justru Zack yang selalu siaga di samping Erika.Lagi pula tidak ada berita yang menyebutkan bahwa Erika adalah istri Jimmy di berbagai media manapun. Lantas kenapa bisa Jimmy menyebut Erika sebagai istrinya? Begitulah pertanyaan yang ada di kepala Dokter Mira.Erika yang mendapat tatapan penuh tanya dari Dokter Mira, dia lebih memilih diam. Pikirannya benar-benar sedang kacau saat ini, sehingga Erika tidak tahu harus mengatakan apa pada Dokter Mira. Yang ada di kepalanya kini hanya rasa takut seandainya Jimmy akan mengambil anaknya kalau mereka resmi bercerai nanti.Saat Jimm
Erika membelalakkan matanya, "A-apa?" Erika shock mendengar ucapan Jimmy yang tidak pernah ia sangka Terdengar helaan napas Jimmy, ia lalu meletakkan kantong plastik putih dari apotik yang berisi vitamin Erika di atas meja. Setelah itu Jimmy beranjak dan berjalan mendekati Erika. Jantung Erika berdebar begitu kencang. Tubuhnya juga seakan membeku seolah tak bisa ia gerakkan. Apakah ini nyata? Jimmy ingin menjemputnya? Jimmy meraih kedua tangan Erika dan menggenggamnya. "Iya, sayang. Kedatanganku kemari ingin menjemputmu pulang bersamaku. Aku ingin memulai semua dari awal lagi. Ada kamu, aku dan juga anak kita." ucap Jimmy yang berada tepat di depan Erika. Erika masih terdiam, ia hanya menunduk melihat kearah tangannya yang ada di genggaman Jimmy. Perasaan Erika tidak bisa tergambarkan lagi. Kata-kata Jimmy sepertinya sedikit mempengaruhi pikiran dan hati Erika. "Aku minta maaf selama ini telah banyak menyakiti hati kamu. Aku minta maaf karena
Pandangan mata Jimmy tidak lepas dari Erika yang berdiri di samping ranjang baby Nino yang tertidur pulas. Raut wajah penuh rasa khawatir tergambar jelas di sana. Karena kelahirannya yang prematur, maka mau tidak mau baby Nino masih berada di dalam boks inkubator. Untuk menjaga agar tubuhnya tetap hangat.'Apa ini mimpi?' batin Jimmy yang masih bingung dan tidak percaya dengan apa yang sudah terjadi hari ini. Walau tubuhnya masih terlihat capek sehabis perjalanan jauh, namun itu tidak membuatnya mengeluh.'Kalaupun ini mimpi, rasanya aku tidak ingin terbangun. Mimpi ini terlalu indah.' batin Jimmy dengan perasaan campur aduk tak karuan.Setelah demam Nino turun, dokter memberikan ijin untuk dipindahkan ke ruang perawatan khusus bayi. Di ruangan VVIP itu hanya tinggal Jimmy dan Erika yang menemani. Angela memilih untuk pulang dan memberikan ruang bagi keduanya bicara dari hati ke hati.Jimmy masih belum bisa percaya bahwa dirinya kini telah menjadi seorang
Seminggu sudah berlalu semenjak acara konferensi pers berlangsung, namun berita panas tentang pernikahan Jimmy masih saja menghiasi berbagai layar kaca. Banyak yang tidak menyangka jika pernikahan mereka sudah berjalan lebih dari setahun lamanya.Entah Jimmy yang pandai menyembunyikan hal itu, atau mungkin para wartawan yang lengah dengan hal itu. Namun yang pasti saat ini dari pernikahan Jimmy dan Erika, mereka sudah memiliki seorang bayi mungil yang sangat menggemaskan."Er, bagaimana kalau sepulang dari sini kita mampir dulu ke tempat Indri. Sudah lama kita tidak ngumpul." ajak Zack saat berada di salah satu bioskop untuk nonton bareng film 'My Boss' bersama beberapa artis yang terlibat dalam penggarapan film itu."Nino gimana?" Erika sepertinya mencemaskan Nino yang ditinggalkannya di rumah bersama baby sitter."Apanya yang gimana, suruh aja mbaknya ke cafe Indri sekalian bawa Nino. Biasanya juga gitu kan?" ucap Zack yang sepertinya tidak mene
3 Bulan kemudian. "Apa kamu sudah siap, sayang?" suara Jimmy terdengar sudah tidak sabar dari luar kamar. "Sebentar lagi, mas." jawab seorang wanita dari dalam kamar. "Buruan, sayang. Acaranya sebentar lagi akan dimulai. Nanti kita bisa terlambat." ucap Jimmy mengingatkan. "Iya, ini sudah selesai kok." Tak lama setelah menjawab 'iya', seorang perempuan cantik keluar dari kamar dengan kaos lengan pendek berlogo judul film 'My Boss', serta celana jeans panjang dengan seorang balita imut berada di gendongannya. "Tadi Nino pup, makanya lama." ucapnya merasa bersalah telah membiarkan Jimmy menunggu lama diluar kamar. Bukannya marah, Jimmy justru memberikan kecupan hangat di kening perempuan itu. "Aku tidak akan keberatan walau harus menunggu seumur hidupku." ucap Jimmy yang kini mencium sekilas bibir perempuan tersebut yang tidak lain adalah Erika. "Ih ... Gombal." ucap Erika dengan senyum menggoda sambil
Jimmy langsung menutup panggilannya dan segera pergi menuju ke rumah sakit. Jantungnya berdebar kencang, ia takut terjadi sesuatu hal buruk pada Erika. "Apa yang membuatmu sampai harus ke rumah sakit?" ucap Jimmy.Setelah sampai di rumah sakit, seorang petugas parkir dengan sigap mengambil alih kemudi mobil Jimmy untuk memarkirkan mobilnya di tempat khusus yang hanya dirinya dan keluarga yang boleh menempati tempat tersebut.Jimmy langsung berlari menuju tempat dimana Erika saat ini berada. "Apa kamu merindukan anak kita? Kepergian anak kita pasti membuatmu sangat terpukul." Jimmy berhenti saat melihat Erika berdiri didepan ruang rawat bayi.Jimmy berpikir mungkin saja Erika sangat merindukan bayinya, sehingga dia rela berdiri begitu lama didepan ruang rawat bayi hanya untuk melihat beberapa bayi yang berada di dalam ruangan tersebut.Erika yang fokus melihat keadaan didalam ruang perawatan bayi, tidak menyadari kedatangan Jimmy yang kini sudah berdiri te
Berita tentang Monika yang melakukan tabrak lari, kini menghiasi berbagai media cetak maupun media elektronik. Rekaman cctv yang menunjukkan hal itu, berseliweran juga diberbagai media sosial. Sehingga menambah berita tersebut semakin viral. Apalagi Monika adalah model papan atas, sehingga membuat keadaan semakin memanas.Kini kasus itu juga sedang ditangani pihak kepolisian, dan Monika sudah resmi ditetapkan sebagai tersangka kasus tabrak lari. Dan dari pengakuan Monika, ia tidak sengaja melakukannya. Hanya karena takut dihakimi massa, sehingga dia memilih untuk kabur.Polisi yang tidak semudah itu percaya dengan pengakuan Monika, masih melakukan penyelidikan lebih lanjut motif dibalik peristiwa itu. Namun hingga kini polisi belum bisa berkomunikasi dengan korban tabrak lari itu, yang tidak lain adalah Erika. Karena hingga kini Erika belum mau menemui polisi, dengan alasan masih dalam tahap pemulihan pasca operasi.Berbagai media berlomba-lomba menyoroti
"Mama akan tunggu di luar ya sayang." ucap Angela saat akan keluar dari kamar Erika. "Iya, Ma." jawab Erika singkat sambil tersenyum. Lalu ia melanjutkan kembali sapuan make up tipis di wajahnya. Dua wanita beda generasi itu sepertinya sedang bersiap untuk pergi keluar rumah. Sudah menjadi agenda kegiatan rutin bagi keduanya, apalagi semenjak Erika tinggal di rumah Angela. Mereka akan lebih banyak menghabiskan waktu berdua, baik itu di luar rumah atau didalam rumah itu sendiri. Mereka sering sekali pergi bersama-sama. Bahkan terkadang bisa memakan waktu hingga seharian penuh, dan akan kembali ke rumah itu di sore hari atau malam hari. Tujuan mereka sebenarnya tidak lain adalah ke tempatnya Indri. Kalau tidak ke cafe milik Indri, ya ke rumahnya. Itu saja. Jimmy yang tahu akan hal itupun, tidak pernah melarang. Karena Jimmy merasa tenang kalau Erika pergi bersama dengan Mamanya. Ditambah lagi ada bodyguard yang selalu saja menemani mereka. Sehingga Jimm
Erika hanya diam saat mobil yang dikemudikan Jimmy membawanya pulang kearah rumah Angela. Diamnya Erika dikarenakan ada beberapa hal yang mengganggu pikirannya saat ini, salah satunya soal Zack.Erika terlihat sedih karena tidak bisa ikut dengan Zack, saat Zack menjemputnya di rumah sakit tadi. Ya tentu saja itu semua karena ulah Jimmy yang melarang keras Erika ikut dengan Zack. Kecemburuan Jimmy membuat Erika terpaksa harus ikut dengannya.Melihat Erika yang lebih banyak diam, membuat Jimmy sesekali melirik kearahnya. Untuk memastikan apa yang sedang Erika lakukan. Jimmy melihat Erika duduk dengan kepala bersandar ke kaca jendela serta matanya melihat pemandangan lalu lalang diluar sana.Perjalanan yang sudah hampir 30 menit berlalu itu hening, tanpa ada satu patah katapun dari keduanya. Jimmy yang masih merasa kesal dan cemburu pada Zack memilih diam, sedangkan Erika yang sedih tidak dapat pulang bersama Zack juga melakukan hal yang sama. Padahal j
Erika terkejut mendapat respon Jimmy yang tidak pernah ia sangka sebelumnya. Seketika Erika pucat pasi karena takut membayangkan amarah Jimmy. 'Apa mas Jimmy menyalahkanku atas kecelakaan itu?' batin Erika.Tatapan intimidasi dan juga aura dingin yang Jimmy berikan, membuat lidah Erika kelu seketika dan tak mampu untuk berkata-kata. Bahkan beberapa kalimat yang sudah dia rangkai dan dia susun sebelumnya, hilang begitu saja tanpa jejak di kepalanya.Erika hanya bisa terdiam dan seperti kehilangan fokus, dia tidak tahu harus bagaimana lagi supaya Jimmy tidak mendominasi hidupnya. Dia tidak tahu lagi bagaimana membuat Jimmy mengerti bahwa dia tidak ingin anak yang ada di kandungan Monica lahir tanpa sosok seorang ayah dan disebut sebagai anak haram.Ditambah sebenarnya Erika juga sudah lelah dengan semua yang telah ia lalui selama menjadi istri seorang Jimmy Adrean Adhinata. Walaupun dia mencintai laki-laki itu, tapi hatinya tidak siap jika harus terus tersakiti. E
Erika terlonjak kaget ketika mendengar ada seseorang sedang membuka pintu ruangan VVIP di rumah sakit yang ia tempati saat ini. Erika dengan mudah dapat menebak siapa yang barusan datang, sehingga dia cepat-cepat mengakhiri panggilan video call-nya dengan Angela (mertuanya). Erika yang duduk bersandar pada sandaran ranjang rumah sakit, seketika raut wajahnya tegang disaat orang yang tadi membuka pintu berjalan memasuki ruangan. Bahkan orang itu semakin mendekat kearah ranjang tempatnya beristirahat. Apakah Erika berbuat kesalahan? Sehingga kedatangan Jimmy membuatnya setakut itu? Entahlah. Hanya saja dia tidak menyangka akan kedatangan Jimmy di jam kerja seperti ini, itulah yang membuat Erika benar-benar terkejut bukan main. 'Mas Jimmy? Kenapa dia datang di jam kerja seperti ini? Sungguh ini diluar dugaan.' batin Erika. Ia melihat sekilas Jimmy yang sekarang berdiri tepat disisi ranjang. Jimmy mengerutkan keningnya saat ia melihat ekspre