Seratus juta! kata Rania dalam hati. Sejenak, ia semakin terkejut melihat tanda tangan dan nama yang terdapat dalam cek tersebut."Sakti Argantara!" Dua bola mata indah Rania seketika mengerling melihatnya. "Suami kamu memberikan cek itu pada ayah. Dia bilang, uang itu untuk keperluan ayah sehari-hari. Ayah tak menyangka jika dia begitu royal sama kita. Ayah kira, dia menikahimu karna terpaksa. Tapi, ternyata dia begitu mencintaimu dengan tulus!" lirih ayah tersenyum tipis.Rania mendongak mengimbangi tegakan salivanya yang mengalir dengan paksa. Rasa tak percaya perlahan datang menghampiri dirinya kembali.Kenapa dia begitu baik padaku? Memberiku dua kartu dan sekarang memberikan ayah sebuah cek yang jumlah rupiahnya tak sedikit! ujar batin Rania merapatkan bibirnya."Apa kamu masih punya pemikiran untuk pergi meninggalkannya setelah tau dia begitu peduli dengan keluargamu?" Pertanyaan ayah lagi dan lagi membuat Rania berpikir keras untuk menjawabnya."Ayah berharap kamu tak menyia
Aduh, apa yang harus aku ceritakan sama kak Larisa? Masa' iya, aku bercerita kalo waktu dulu aku sangat membencinya! gumam batin Rania melirik ke arah Sakti yang mulai pergi menuju ke kamar."Rania," panggil Larisa yang membuat Rania menoleh ke arahnya.Rania menghela nafas panjang. Ia mulai tersenyum sembari bersiap untuk menceritakan perjalanan cintanya dengan sakti Argantara."Sebenarnya ...," kata Rania terhenti. "Rania, terimakasih, ya. Kamu mau menerima Sakti apa adanya. Memang, orangnya sangat cerewet, keras kepala. Tapi, di balik sifatnya itu aslinya sangat perhatian dan begitu setia. Jadi, kakak harap kamu bersabar, ya, menghadapinya. Pasti, sangat sulit untuk kamu, ya. Harus berhadapan dengannya setiap hari?" Rania tersenyum tipis. Jari jemari tangannya mulai meraih tangan kanan mulus milik kak Larisa. Begitu mulus dan sangat berbeda dengan dirinya."Kak Larisa, aku dan dia sudah menikah. Dan, kami juga sudah mengenal keburukan kami satu sama lain. Jadi, kakak tak perlu k
"Mereka menginginkan ada anak di antara kita!" kata Rania yang membuat Sakti terbelalak kaget."Anak?" "Heem. Padahal, kita kan hanya terikat dalam sebuah buku nikah saja! Dan tak mungkin kan hal itu terjadi pada kita?" Rania dengan tegas.Sudut mata Sakti mengerut. Entah kenapa, ia sangat suka melihat ekspresi Rania yang begitu menggemaskan. "Lalu, apa yang kamu jawab saat mereka bertanya kepadamu?" tanya Sakti seraya menopangkan kedua tangan di dada.Lentik indah bulu mata Rania tak berhenti mengerjap. Bibirnya merapat menahan rasa malu yang datang menghampiri."Ehm, yah aku menjawabnya iya!" kata Rania."Iya?" "Ya, aku menjawab begitu bukan berarti aku mau menuruti keinginan mereka. Aku hanya tak enak saja, mereka kecewa kalo aku bilang tidak. Lagian, kalo kamu di posisiku pasti kamu akan menjawabnya sama sepertiku!" tebak Rania memanyunkan bibirnya.Sakti menghela nafas. Ia berpaling saat melihat bibir ranum Rania yang sangat menggoda itu. Mengingatkan akan ciuman yang pernah
Huft! Kenapa sih, dia selalu mengancamku segala? Di hadapan kak Larisa lagi. Sudah pasti, aku telat untuk masuk kerja! Dan, bagaimana kalo aku di pindahkan menjadi pekerja shift malam lagi?"Sesampai di tempat bekerja, apa yang ditakutkan Rania benar-benar terjadi. Lagi dan lagi, ia terlambat untuk sampai di perusahaan.Sampai-sampai ia tak mendapatkan tempat parkir untuk sepedanya."Tuh, kan. Telat lagi!" gumam Rania menghela nafas panjang.Dengan cepat, ia memarkir sepedanya di luar parkiran. Berlari sekencang-kencangnya dan berharap madam Sonya tak membuat keputusan yang akan membawanya ke posisi semula. Di mana ia harus menjadi pekerja biasa yang harus bekerja dengan waktu shift malam dan shift siang.Langkah Rania terhenti. Dahinya mengernyit mengimbangi nafasnya yang tak beraturan.Seseorang bertubuh besar yang selalu memarahi dirinya setiap kali datang terlambat, kini berdiri tepat di hadapannya."Madam," kata Rania tersenyum tipis seraya menyatukan kedua tangan sebagai tanda mi
What? Kevin bilang kalo aku ini cantik? tanya batin Rania bertanya. Baru kali ini dia memujiku! gumam batin Rania menahan rasa bahagia yang tertahan. Kevin menyeringai melihat wajah sahabatnya merah merona saat pujian terlontar dari dirinya."Sejak menikah, kamu terlihat sangat cantik, Rania!" Perkataan Kevin seketika membuat senyum Rania memudar.Rania mendongak menatap Kevin yang tersenyum ke arahnya. Ia tak menyangka, jika sahabatnya mengungkit pernikahan di dalam kantor. Di mana semua orang tak tau tentang statusnya. Kedua bola mata Rania tak berhenti berputar, memastikan tidak ada orang yang mendengarkan pembicaraan mereka berdua."Aku dengar suami ka ...," kata Kevin terhenti.SsstttttTelunjuk Rania seketika mendiamkan mulut sahabatnya itu. "Diamlah! Jangan bahas pernikahanku saat di kantor," bisik Rania yang membuat Kevin mengernyitkan dahi."Kenapa? Apa perusahaan ini tak tau jika kamu sudah ... menikah?" tanya Kevin terkejut melihat Rania menggelengkan kepala."Tidak. Bahk
GlekSakti menegak salivanya dengan paksa. Sesuatu barang yang membuatnya terkejut setengah mati.Bukankah ini ... Sakti mendongak. Dengan cepat, ia menutup kembali kotak tersebut saat Rania berlari menghampiri dirinya. Sudut matanya mengerut melihat Rania menenteng sepatu tanpa menggunakan alas kaki."Maaf, aku telat! Apa kak Larisa masih di dalam?" tanya Rania dengan nafas terengah-engah."Kenapa kamu berlari seperti itu? Lalu, mana sepeda kamu?" tanya Sakti yang tak melihat sepeda Rania."Sepedanya ...," kata Rania terhenti. Bibirnya merapat menahan perkataan yang akan terlontar.Flashback"Bagaimana bisa kempes begini? Masa' iya pulangnya aku harus jalan kaki?" gumam Rania mendesah sebal.Sejenak, dahi Rania mengernyit. Dua bola matanya mengerling melihat dua sepasang sepatu fantovel berada tepat di depannya.Ia mendongak dan sangat penasaran dengan pemilik tersebut. Terlihat begitu jelas, kaki putih mulus yang melekat dalam sepatu tersebut. Tanpa ada cacat sedikitpun seperti ked
"Bukankah itu jauh lebih bagus kamu merusak pernikahan mereka? Kamu bisa menjadi selingkuhannya!" pinta sang suami yang membuat Clara tercengang mendengarnya."Bener-bener kelewatan! Bisa-bisanya aku kalah dengan dia," gerutu suami Clara yang pergi meninggalkan Clara seorang diri.Clara tercekat. Rasa sesal dan kesal kini mulai datang menghampiri dirinya.Bagaimana bisa dia mengatakan seperti itu padaku? Menyuruhku untuk berselingkuh hanya demi kepentingannya sendiri. Kalo tau hidupku akan seperti ini, aku tak mungkin meninggalkan Sakti pada waktu itu! gumam Clara menghela nafas panjang. Menyesali dengan apa yang terjadi.***Mike menghela nafas panjang. Kedua tangannya menopang di dada seraya mendengarkan curahan isi hati sahabatnya itu. Curahan hati yang dulu sempat hilang kini muncul kembali lagi. Entah, setan apa yang merasuki pikiran dan hati Sakti Argantara saat ini."Apa menurutmu? Apa aku jatuh cinta padanya?" tanya Sakti memastikan apa yang terjadi dengan hatinya yang terus b
Ya Tuhan, bagaimana nasibku ini? Kalo aku tau mereka kedua orang tua Sarah, aku tak mungkin memarahi mereka habis-habisan pada waktu itu! gumam Mike mendongak perlahan, memastikan situasi yang ada. Glek Tegakkan salivanya mengalir dengan paksa. Tatapan kedua orang tua Sarah membuatnya tak mampu untuk berkata-kata. Jemari tangannya tak berhenti mengusap leher mengimbangi rasa gelisah yang menggelora. Mencoba untuk tersenyum meski hatinya menolak. "Jadi, kamu lelaki yang mau menikahi anak kami?" tanya ayah Sarah dengan lantang. Dua alis tebal, kedua tangan menopang di dada tersirat jelas di dalam diri lelaki paruh baya yang berprofesi sebagai Security perumahan tersebut. "Ayah, bukankah dia lelaki yang memarahi kita beberapa hari yang lalu?" sahut ibu Sarah mengernyit. Mike seakan tak mampu menegak salivanya sendiri. Ia hanya bisa pasrah dan bersiap mendengar amarah dari dua orang yang seharusnya akan menjadi calon mertuanya itu. Tamat sudah riwayatku! gumam Mike dalam hati. "Ben