Forin menghampiri Reon teramat bingung. Ketika angin memasuki ventilasi udara, tercampur dengan pendingin ruangan, maka semakin memabukkan dan pusing. Forin menarik napas panjang dan memberanikan diri menyentuh ujung rambut Reon. "Aku harus mandi bunga tujuh rupa setelah ini." Tiba-tiba Reon berbicara demikian membuatForin tersentak dan menarik tangannya. "Apa aku sekotor itu?" meneleng tersinggung. "Tidak lebih dari lalat yang hinggap kesana-kemari," jawab Reon sarkas.Forin berdecih dan berdiri. Melipat tangan di dada sombong. "Mario menyerahkanmu sepenuhnya padaku, jadi jangan sok berperilaku seperti penguasa di sini. Ini bukan rumahmu, bukan daerahmu. Terserah aku ingin melakukan apa padamu. Kau tidak boleh menolaknya." Reon pun menatap Forin tajam. Tetap sama, tatapan itu seakan menembus sukma. Dia dibekukan. "Coba saja jika berani."Tantang Reon membuat dada Forin bergemuruh. "Kenapa? Kenapa sulit sekali mendekatimu? Intimidasi macam apa yang kau miliki? Meskipun aku
Merah muda tersebar di mana-mana. Harum bunga mendadak menyeruak ke seluruh ruangan kala pintu itu terbuka. Sontak orang-orang yang mencari Zara di depan ruangan itu menepi. Kaki Zara mulai melangkah. Sang manajer tidak bisa menghentikannya. Hanya berdiri dengan tangan yang tertahan di udara. "Reon." Satu kata yang keluar bertepatan dengan langkah pertama. Gadis itu hanyut dalam imajinasi cinta. "Heh? Kenapa dia?" "Ada apa dengannya?" Pertanyaan-pertanyaan itu terlontar dari setiap bibir orang-orang yang mencarinya. Tidak peduli akan segalanya, Zara hanya fokus dengan binar yang berbeda. Tujuan dari sorotan mata itu hanya satu, yaitu rencananya. Hampir saja pergi dari agensi untuk mencari Mario, tetapi hatinya mengetuk sehingga Zara sadar. "Eh? Tunggu sebentar! Jangan terburu-buru. Sshhh, sepertinya aku bisa memanfaatkan situasi ini." Di ambang pintu masuk dia mengetuk dagu. Lalu, pindah ke kursi taman untuk menikmati waktu sendirian. "Hmm, kondisi menjadi tidak stabil. Ak
Berjalan cepat menemui manajer yang sudah duduk di kantor agensi. Zara masih harus menerima telepon dari Alexa. Orang itu sampai menyempatkan waktu untuk menghubunginya, berarti kondisi kantor sudah lumayan membaik."Apa? Hampir bangkrut?!" Pekikan terlalu keras hingga angin serasa enggan mendekat. Dia sudah hampir dekat dengan gedung agensi. "Begitulah! Jangan khawatirkan kami, khawatirkan dirimu sendiri. Namun, tak disangka berkat dirimu yang memulihkan produk lama kami, perusahaan ini bangkit kembali. Terima kasih, Zara." "Heh?! A-apa benar begitu?!" Zara melotot dan menganga lebar. Berkedip pun susah. Tangannya gemetar memegang Handphone di telinga.'Astaga, aku membuat situasi berbeda-beda! Baiklah, ini takdir yang indah, Zara. Kau membantu mereka tanpa sengaja. Tenangkan dirimu. Jangan terlalu senang dulu! Ah, sial, aku sangat senang dan bingung!' batinnya berteriak. "Eee, apa manajerku sudah menghubungimu?" Meringis takut jika Alexa marah. 'Huft, aku tau pekerjaan bukan
Zara menolaknya. Melalui sang manajer, dia menolak permohonan janji temu dengan Mario. Tentu saja tahu laki-laki itu kesal setengah mati. Ternyata usahanya belum berakhir. Mario berkali-kali mengajukan surat dan permohonan melalui sang manajer agar Zara bersedia bekerja sama kembali, tetapi Zara tetap menolaknya. "Bodoh!" Memberi tatapan ikan busuk menembus pantulan cermin. Jahitan kain hitam dan putih membalut tubuhnya begitu ketat. Bando dan celemek putih khas pelayan kembali melekat sempurna. Rambut yang terurai indah tetap menawan dengan warna aslinya. Zara kembali sebagai Pelayan Khusus Reon Varezan Dailendra. "Aku ... masih penasaran kenapa kau bisa masuk ke perusahaan Reon, Tuan Mario." desisnya kuat dalam setiap kata. Zara akan pergi ke taman bunga Sakura. Ramai orang dengan kesibukan masing-masing. Penampilan Zara yang mirip cosplayer menarik banyak perhatian. Dia dimintai foto dan tidak ada yang mengenalinya sebagai selebriti dengan penampilan itu.Mendongak di depa
Taman Sakura masih menghipnotis Zara. Dia tertidur di dekat pohon Sakura. Anehnya orang-orang banyak yang memotret tanpa izin. Telepon seluler di saku masih berdering. Gadis itu lemah tak berdaya dengan alam. "Eee, ada apa dengannya?" "Kenapa tidur di sini?" "Wah, cosplay yang sangat cantik!" Bisikan demi bisikan menghangat seiring kelopak bunga berjatuhan. Di sisi lain, Reon yang mulanya kesulitan menangani aksi gila Forin, dia terpaksa membebaskan diri membuat Forin terpana sekaligus takut. Hanya dengan melepas rantai borgol dengan tangan kosong tanpa bicara, Forin sudah pingsan. Hingga kini belum sadar. Sekarang Forin lah yang menjadi tahanan Reon. Diikat dengan rantai melilit tubuhnya bersandar tepian ranjang. "Hah?! Di mana aku?! Apa ini? Lepaskan aku! Lepaskan!" Tepat di jam yang sama, Forin sadar dalam kondisi kacau balau. Dress yang dikenakan sedikit kotor karena rantai itu. Celingukan panik juga meronta. Bahkan hampir ingin menangis. "Selamat datang, Tuan Putri. T
Lepas kejadian itu, Forin tidak berani melakukan apapun terhadap Reon. Dia hanya memandang dari dekat. Menunggunya bangun untuk kembali dibius. Lalu, di tengah gebyarnya Sakura, Zara masih sendiri menunggu. Seseorang yang mampu membuat tangannya terkepal. "Aku akan pergi," berujar pada pohon Sakura di depannya. Berbalik badan dan memandang restoran yang lumayan jauh nan lumayan ramai. "Tetaplah indah seperti ini sampai aku datang bersama Tuanku, Pohon Sakura," lanjutnya sebelum melangkah. Sesaat lagi tiba di penghujung hari. Zara berhasil duduk di antara pelanggan yang sepi. Tanpa suara, tanpa pesanan, dan tanpa perubahan. Melamun menyangga kepala menatap jalanan dari jendela restoran. Bibir itu bungkam bahkan tidak menyentuh air gratis yang tersedia di meja. Orang-orang di restoran tersenyum dengan arti yang berbeda-beda kala menatapnya. "Siapa yang sedang ditunggu, ya?" "Manisnya! Aku juga ingin cosplay di tempat terbuka!" "Apa sedang akting menjadi dewasa? Ah, teduhnya!"
"Cepat bergerak! Hari ini Zara menangkap Mario. Kita tidak punya banyak waktu!" Alexa sibuk menata barang dan mengotak-atik tablet hitam demi dapat terbang ke Tokyo sekarang juga. Jari-jemarinya sangat cekatan. "Hah, syukurlah semuanya selesai. Kita berhasil mengembalikan kepercayaan semua klien dan berkat kepopuleran Zara di kantor cabang membuahkan hasil besar. Aku sampai menerima suntikan amunisi ribuan kali! Mario keparat itu!" Zack membakar diri dengan semangat. Dia juga sedang mengemas barang ke koper. "Hei, tidak sebanyak itu, Tuan." Azuma menepuk udara dengan sebelah tangan. Keningnya bertaut heran. Teringin membantu, tetapi Zack dan Alexa melarangnya, sehingga hanya berdiri menjadi penonton di ruang tamu. "Sangat hebat Zara! Dia memang bisa diandalkan! Meskipun cukup lama juga. Eee, sudah berapa hari, ya? Dua hari? Tiga hari?" Bastian bahkan ada di sana. Dia sudah bersiap dengan kamera dan koper yang tertutup. Rumah itu menjadi sangat ramai. Setelah kobaran api memb
Malam telah menghiasi Tokyo. Tidak ada perbedaan antara langit dan permukaan tanah. Semua gelap di mata Zara. Dia berada di depan sebuah kamar yang nampak suram. Mario membawanya ke sana. Sontak Zara menendang pintu itu karena berpikir pintunya terkunci. Ternyata bisa terbuka dengan baik dan engselnya rusak. "Tuaaannn!!!" Terkejut dahsyat melihat Reon yang diborgol dan terikat rantai. Matanya tertutup, terpancar cahaya biru dari bulan di pantulan jendela. Segera lari mendekat, terpaksa Mario mengikuti langkahnya. Dia terduduk lemas. Teriakan itu tidak ada artinya.Seketika pandangan mengedar memeriksa kondisi. Deru napas yang stabil dan wajah segar tanpa ada tanda pucat sudah membuatnya bernapas lega. "Huft! Tidak ada luka lebam atau darah yang menetes. Tidak ada goresan sedikit pun. Tidak ada perubahan warna seperti makanan basi yang dikerumuni lalat karena ada dua lalat payah di sini. Syukurlah! Kau aman, Tuan! Aku di sini, aku datang untuk menyelamatkanmu. Ayo, pulanglah den