Home / Rumah Tangga / My Beloved Partner / Rencana Jahat Dimas

Share

Rencana Jahat Dimas

last update Last Updated: 2024-06-03 06:37:04
Setelah beberapa jam perjalanan, Taka dan Wisang akhirnya tiba di alamat yang diberikan. Rumah tua di pinggir kota itu terlihat sepi dan terabaikan. Taka memeriksa sekeliling sebelum mereka berdua perlahan-lahan mendekati pintu depan.

“Ini tempatnya,” bisik Taka. “Kita harus berhati-hati.”

Wisang mengangguk, hatinya berdebar keras. Mereka membuka pintu dengan hati-hati, langkah mereka pelan namun tegas. Ketika mereka masuk, aroma debu dan kelembaban menyambut mereka. Dengan cepat, mereka menyusuri lorong menuju kamar di ujung.

Di dalam kamar, Kakek Radez terkejut melihat cucunya dan Taka. Matanya berbinar melihat mereka, meski tubuhnya terlihat lemah. Wisang berlari mendekat, memeluk kakeknya dengan erat.

“Kakek, kami datang untuk menyelamatkanmu,” kata Wisang dengan suara yang terisak.

Kakek Radez mengangguk lemah. “Aku tahu kau akan datang, Wisang. Kau selalu kuat.”

Taka berjaga-jaga di dekat pintu, memastikan tidak ada tanda-tanda keberadaan Dimas. “Kita harus segera per
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • My Beloved Partner   Ethan dan Tawaran Bisnisnya

    Beberapa hari kemudian, Taka menghadiri sebuah konferensi bisnis internasional di hotel mewah di pusat kota. Acara tersebut dihadiri oleh berbagai pebisnis dan investor terkenal dari seluruh dunia. Taka berjalan memasuki aula utama dengan percaya diri, meski pikirannya masih dipenuhi oleh ancaman Dimas.Saat dia sedang berbicara dengan beberapa kolega, Taka melihat Dimas memasuki ruangan. Dimas tidak sendirian; dia datang bersama seorang pria muda berambut pirang, berdarah Jerman, yang dikenal sebagai Ethan. Ethan adalah seorang pebisnis asing yang sangat terkenal dengan keberaniannya dalam berinvestasi besar-besaran. Taka merasakan jantungnya berdetak lebih cepat. Dia tahu bahwa kedatangan Dimas bersama Ethan bukanlah kebetulan.Dimas tersenyum sinis saat pandangan mereka bertemu. Tanpa basa-basi, dia mendekati Taka dengan Ethan di sisinya. "Taka, perkenalkan, ini Ethan," kata Dimas dengan nada yang penuh dengan kepura-puraan ramah. "Ethan, ini Taka, pria yang sering kali membuat bis

    Last Updated : 2024-06-04
  • My Beloved Partner   Dimas Tidak Akan Menandatangani Surat Cerai

    Malam semakin menia, Taka dan Wisang memutuskan untuk menghabiskan waktu bersama lebih lama. Mereka berdua beranjak ke kamar, di mana suasana semakin intim dan penuh dengan cinta. Setiap sentuhan dan bisikan semakin memperkuat ikatan yang mereka miliki.Wisang menarik Taka mendekat, jemarinya dengan lembut mengusap wajah Taka. Mereka saling memandang, memahami perasaan masing-masing tanpa perlu berkata-kata. Taka kemudian memeluk Wisang erat, mencium lehernya dengan lembut, merasakan detak jantung yang semakin cepat.Wisang merespons dengan ciuman yang penuh gairah, bibir mereka bertemu dalam ciuman yang panas dan penuh hasrat. Sentuhan mereka semakin intens, tangan mereka menjelajahi tubuh satu sama lain, menikmati setiap momen kedekatan yang selama ini dirindukan.Mereka jatuh ke tempat tidur, masih terjebak dalam ciuman yang membara. Wisang menggenggam tangan Taka, menariknya lebih dekat lagi. Malam itu menjadi malam yang penuh gairah, di mana mereka membiarkan perasaan mereka meng

    Last Updated : 2024-06-07
  • My Beloved Partner   Aku takut Kehilangan Kamu, Taka.

    Wisang baru saja pulang kerja dan merasa sangat lelah. Dia memutuskan untuk berganti pakaian sebelum menemui Kakek yang sedang berkebun di halaman belakang. Setelah merasa lebih nyaman, Wisang berjalan keluar dan melihat Kakek sedang sibuk dengan tanah dan bibit di tangannya.Wisang mengetuk pintu pagar dan melangkah masuk. "Kakek, aku pulang!"Kakek, yang sedang berjongkok, berdiri dan membersihkan tangannya dari tanah. Senyum hangat menyambut Wisang."Oh, Wisang! Bagaimana harimu di kantor?"Wisang tersenyum sambil melepas sepatu, merasa senang bisa pulang."Cukup baik, Kek. Banyak pekerjaan seperti biasa. Aku pulang sebentar untuk ganti pakaian."Kakek mengangguk sambil tersenyum, lalu melanjutkan pekerjaannya dengan penuh semangat."Bagus. Kerja keras memang penting. Ayo, masuk dulu. Kebetulan Kakek sedang menanam bunga mawar baru."Wisang mendekat dan memandangi bunga-bunga yang sedang ditanam oleh Kakek."Mawar? Warna apa kali ini, Kek?"Kakek tersenyum bangga dan menunjuk bunga

    Last Updated : 2024-06-21
  • My Beloved Partner   Aku Tidak Takut

    Malam itu, bulan menggantung tinggi di langit, memancarkan cahaya perak yang lembut. Di bawah sinar rembulan, Wisang dan Taka duduk di taman kota yang sepi, tempat yang sering mereka kunjungi sejak awal hubungan mereka. Namun, malam ini terasa berbeda. Ada jarak yang tak kasat mata di antara mereka, dan hati mereka dipenuhi kebingungan dan kecemasan.Wisang menatap ke arah bintang-bintang, pikirannya melayang jauh. "Taka," katanya dengan suara pelan, "kita sudah berusaha sebaik mungkin. Tapi jika Dimas tidak kunjung menceraikanku, kita tak akan pernah bisa bersama secara utuh."Taka menghela napas panjang, menundukkan kepala. "Aku tahu, Wisang. Tapi aku juga tahu betapa sulitnya bagimu untuk meninggalkannya. Kau sudah mencoba sejauh ini, tapi Dimas selalu menemukan cara untuk menunda perceraian itu."Wisang mengangguk, merasakan keputusasaan yang mendalam. "Dia selalu berjanji akan melakukannya, tapi selalu ada alasan baru setiap kali. Aku tidak ingin terus berada dalam ketidakpastian

    Last Updated : 2024-07-19
  • My Beloved Partner   Kehadiran Lita

    Malam harinya, Dimas duduk sendirian di bar, gelas wiski di tangannya. Ia telah menenggak beberapa gelas, mencoba menenggelamkan rasa sakit dan kebenciannya dalam alkohol. Malam itu terasa gelap dan berat, seakan memantulkan kekacauan yang terjadi dalam hatinya."Apa yang kau lakukan, Dimas?" gumamnya pada diri sendiri. "Bagaimana bisa dia meninggalkanku begitu saja? Kita sudah bersama begitu lama."Pikirannya melayang pada malam-malam yang dihabiskan bersama Wisang, cinta yang pernah mereka miliki, dan janji-janji yang mereka buat. Tapi sekarang semua itu terasa hampa, dan yang tersisa hanyalah rasa marah dan penghinaan. Ia merasa dikhianati oleh orang yang paling dicintainya.Seorang pelayan bar mendekat, melihat Dimas yang tampak kacau. "Anda baik-baik saja, Pak? Mungkin sudah cukup untuk malam ini."Dimas menggelengkan kepala, meneguk sisa wiski dalam gelasnya. "Tidak, aku tidak baik-baik saja. Aku kehilangan segalanya."Pelayan itu menghela napas, merasa kasihan pada pria yang je

    Last Updated : 2024-07-23
  • My Beloved Partner   Dimas dan Lita Semakin Dekat

    Ketika Dimas sampai di rumah, perasaan campur aduk menghinggapi hatinya. Ia membuka pintu dengan hati-hati, berusaha tidak membuat kebisingan. Namun, langkahnya yang berat membangunkan ibunya yang sedang beristirahat di ruang tamu."Dimas, kamu sudah pulang," sapa ibunya dengan suara lembut namun penuh kekhawatiran. "Kamu terlihat lelah. Apa yang terjadi? Dan di mana Wisang?"Dimas terdiam sejenak, merasakan kebingungan yang semakin mendalam. Ia belum sempat memberi tahu ibunya tentang perpisahan dengan Wisang. Bagaimana caranya menjelaskan semuanya?"Bu," Dimas akhirnya membuka suara, suaranya bergetar, "ada banyak yang perlu Ibu ketahui. Wisang... dia sudah pergi."Wajah ibunya berubah, terlihat cemas dan terkejut. "Pergi? Maksudmu apa, Nak? Apa yang terjadi?"Dimas mengambil napas panjang, berusaha mengumpulkan kekuatan untuk menceritakan semuanya. "Wisang dan aku... kami sudah tidak bersama lagi, Bu. Dia memilih untuk bersama Taka."Ibunya terdiam, mencoba mencerna informasi yang

    Last Updated : 2024-07-24
  • My Beloved Partner   Becek (21+)

    Proses perceraian antara Dimas dan juga Wisang tidaklah semudah yang mereka bayangkan, perjanjian pranikah yang dibuat dan disahkan oleh pengacara resmi keluarga mereka membuat perceraian menjadi hal yang sangat mustahil bagi Dimas maupun Wisang saat ini."Kenapa? Apa ada yang membuatmu merasa tidak nyaman?" Taka yang sedari tadi memperhatikan Wisang terus melamun akhirnya bertanya. sayang, pertanyaan dari kakak tersebut tak bisa didengar dengan baik oleh Wisang yang memang tengah hanyut dalam bayangannya sendiri. Taka menghembuskan nafasnya dengan sangat kasar ... dia mulai menyadari jika Wisang sedang gelisah dan dia tidak bisa melakukan apapun untuk membantu wanita itu. Diantara dinginnya pantai di pelabuhan yang berangin kencang serta suara deburan ombak yang terdengar memecah karang, dua insan yang tengah dilanda asmara ini nampaknya sedang sibuk dalam benaknya masing-masing. Ya untuk jeda panjang baik Wisang maupun Taka ... keduanya sama-sama terdiam menikmati angin malam t

    Last Updated : 2024-08-04
  • My Beloved Partner   Satu Kata Maaf dari Taka

    Pagi itu, Wisang terbangun dengan perasaan hampa. Tangannya meraba tempat tidur di sebelahnya, mencari kehangatan yang seharusnya ada di sana, tapi yang dia temukan hanyalah dinginnya seprai yang kosong. Matanya membuka perlahan, masih diselimuti kantuk, dan perasaan cemas mulai merayap di hatinya."Taka?" panggil Wisang dengan suara serak. Tak ada jawaban.Dia bangkit dari tempat tidur, merasa ada yang aneh. Semua benda di kamar terlihat sama seperti malam sebelumnya. Namun, keberadaan Taka yang tak lagi di sisinya membuat suasana kamar itu seketika berubah menjadi asing.Wisang berjalan keluar kamar, menelusuri setiap sudut rumah dengan harapan menemukan Taka duduk di dapur atau sedang menyiapkan kopi seperti biasanya. Tapi rumah itu sunyi. Bahkan, tak ada tanda-tanda keberadaan Taka sama sekali. Ketika Wisang kembali ke kamar, pandangannya tertuju pada ponselnya yang tergeletak di meja samping tempat tidur. Ada satu pesan baru yang belum terbaca, dari Taka. Dengan jantung yang ber

    Last Updated : 2024-08-11

Latest chapter

  • My Beloved Partner   Menangkap Musuh

    Subuh masih menggantung di langit, meninggalkan sisa embun dan hawa dingin yang menempel di kulit. Wisang, Taka, Kompol Arief, dan Ipda Santi melaju dalam kendaraan taktis menuju lokasi cadangan yang tak tercatat dalam sistem manapun—sebuah rumah aman milik intelijen yang bahkan sebagian besar anggota kepolisian pun tidak tahu keberadaannya.Mobil berhenti di bawah jembatan layang tua di luar Jakarta, lalu masuk ke jalur servis tersembunyi. Gerbang besi terbuka otomatis setelah Arief mengirimkan kode melalui perangkat satelit. Di balik gerbang itu, sebuah bangunan beton sederhana berdiri. Tak mencolok, tapi dijaga ketat oleh pasukan tak berseragam.Begitu masuk, mereka langsung diarahkan ke ruang brifing. Peta besar Jakarta dan sekitarnya terpajang di dinding, disertai titik-titik merah menyala yang berkedip—menunjukkan pergerakan musuh yang sedang dilacak.Kompol Arief menatap Wisang. “Mulai sekarang, kita harus main cepat. Wira tidak hanya mengincarmu, tapi juga nama besar keluarga

  • My Beloved Partner   Panik

    Wisang bergerak cepat. Ia menggenggam tangan Taka dan menariknya ke belakang, menuju dapur yang terhubung langsung dengan pintu keluar belakang vila.“Jangan panik. Kita harus cari jalan keluar, bukan buka pintu,” bisiknya.Namun belum sempat mereka melangkah lebih jauh, suara dentuman keras terdengar. Pintu depan tidak diketuk lagi—melainkan didobrak paksa.BRAK!Taka menjerit tertahan. Wisang segera meraih pisau dapur sebagai alat pertahanan seadanya. Langkah kaki bergema memasuki ruang utama vila, diiringi desisan suara laki-laki yang jelas tidak mereka kenal.“Ayo keluar, Wisang... Taka. Jangan bikin aku membuang waktu.”Wisang memberi isyarat kepada Taka untuk berlari ke luar lewat pintu belakang, namun suara di luar semakin ramai. Setidaknya ada tiga orang lain di luar sana—dan mereka tidak datang dengan niat baik.Tiba-tiba, bunyi tembakan terdengar. Satu peluru melesat menembus jendela kaca dapur, membuat mereka tersentak mundur.“Kita terjebak,” gumam Wisang.Taka mulai gemet

  • My Beloved Partner   Tangan Keluarga

    Salah satu polisi itu, yang mengenakan seragam lengkap dengan tanda nama bertuliskan “F. Alvaro,” menatap mereka dengan sorot waspada.“Maaf kami datang tiba-tiba,” katanya tegas, “tapi kami mendapat informasi kredibel bahwa Anda berdua masuk dalam daftar target ancaman dari sindikat kejahatan keuangan lintas negara. Kami perlu membawa Anda ke tempat aman sementara penyelidikan dilanjutkan.”“Tempat aman?” Wisang menggenggam tangan Taka erat. “Apa yang sedang terjadi sebenarnya?”Polisi lain, yang lebih muda dan mengenalkan diri sebagai Briptu Maya, mengangguk. “Ada kemungkinan kelompok ini sudah mengetahui posisi Anda sejak beberapa minggu lalu. Penangkapan Dimas memicu pergerakan baru dari pihak-pihak yang ingin mengamankan diri mereka sendiri... dan mungkin menghabisi saksi-saksi kunci.”Taka menarik napas tajam. “Mereka menganggap kita saksi kunci?”“Lebih dari itu, Pak Taka,” jawab Briptu Maya serius. “Anda berdua adalah potongan utama dalam rangkaian besar yang sedang coba kami

  • My Beloved Partner   Tak Akan Mundur

    Taka mendekat pelan, duduk di samping Wisang. Ia meraih tangan Wisang dan menggenggamnya erat, memberi ruang untuk tenang tanpa perlu bicara. Tapi detik berikutnya, ponsel Wisang kembali bergetar.Pesan masuk dari nomor tak dikenal.Satu foto. Satu kalimat.“Sudah saatnya kamu tahu siapa Dimas sebenarnya.”Wisang dan Taka menatap layar yang sama.Foto itu memperlihatkan dua remaja laki-laki berseragam sekolah internasional di luar negeri. Salah satunya adalah Dimas. Dan satunya lagi...“Taka?” Wisang menatap pria di sampingnya. “Itu... kamu?”Taka menegang. Rahangnya mengeras.Ia berdiri, menjauh, lalu menyandarkan diri ke dinding.“Wisang…” katanya pelan. “Aku nggak pernah cerita soal masa laluku di Swiss. Aku sempat sekolah di sana. Dan Dimas—dia temanku. Teman dekat. Satu asrama. Tapi juga orang pertama yang bikin aku sadar bahwa nggak semua orang datang buat niat baik.”Wisang menatapnya tajam. “Jangan bilang kalau kalian pernah—”“Tidak.” Taka buru-buru menepis. “Tapi aku pernah

  • My Beloved Partner   Dimas Ditangkap atas Tuduhan Penggelapan Dana Perusahaan

    Taka terlihat terdiam, tak langsung menjawab pertanyaan Dira. Sorot matanya bergerak dari wajah Wisang ke Dira, lalu kembali ke Wisang—seolah sedang memohon izin untuk bicara jujur.“Dira nggak ada di daftar itu,” ujar Taka pelan. “Kamu satu-satunya yang dari awal aku anggap pelindung Wisang. Saksi hidup... kalau dia masih punya seseorang yang peduli sebelum aku datang.”Dira mengerutkan dahi, emosi yang tadi memuncak perlahan menurun, meski belum sepenuhnya percaya. “Tapi lo tetap ngelakuin semua itu di belakang dia, Tak.”“Aku tahu,” jawab Taka, nyaris berbisik. “Dan aku siap tanggung semua risikonya.”Sebelum ada yang sempat menimpali…Ponsel Wisang berdering keras. Ia melihat nama di layar—Pak Rendra, tetangganya dulu saat masih tinggal bersama Dimas. Dengan keraguan, ia menjawab panggilan itu, dan seisi ruangan langsung hening.“Pak Rendra? Ada apa pagi buta begini?”Suara berat pria itu terdengar panik, tapi jelas. “Wisang… kamu udah tahu kabar Dimas belum?”“Belum. Kenapa?” Jan

  • My Beloved Partner   Dira Datang

    Ketukan di pintu menginterupsi keheningan pagi itu. Lembut, tapi cukup untuk membuat Wisang dan Taka menoleh bersamaan.Taka bangkit refleks. “Aku yang bukain,” katanya cepat, mencoba menjaga kendali atas situasi.Wisang membiarkan.Saat pintu dibuka, sosok perempuan dengan hoodie oversized dan celana training abu-abu muncul di ambang pintu—Dira.“Pagi,” sapa Dira, wajahnya terlihat gelisah. “Aku... nggak tahu harus ke mana. Jadi, maaf banget kalau tiba-tiba datang.”Taka mengerutkan kening. “Dira? Ada apa?”Wisang mendekat, sedikit bingung. “Masuk dulu.”Dira melangkah masuk, memeluk tubuhnya sendiri seolah berusaha tetap tenang. Ia duduk di tepi sofa, menunduk. Taka duduk di hadapannya, Wisang berdiri tak jauh.“Gue kabur dari rumah,” katanya akhirnya. “Bokap gue maksa gue nikah sama calon yang dia pilih. Buat nutup-nutupin proyek yang dia gagal handle. Semacam... barter nama baik keluarga.”Taka menghela napas berat. “Dan lo nggak bisa bilang ke nyokap?”“Nyokap gue udah nyerah. Lo

  • My Beloved Partner   Taka Tersudut

    Layar ponsel memantulkan wajah Dira yang tersenyum samar—bukan senyum hangat, tapi senyum penuh rahasia. Suara di seberangnya tenang, bahkan nyaris manis."Aku tahu kamu mungkin mikir aku ini cuma masa lalu Taka yang belum move on," ujar Dira, matanya menatap lurus ke arah kamera. "Tapi kamu salah, Wisang. Aku bukan cuma masa lalu. Aku bagian dari hidup Taka yang dia sembunyikan, dan itu... termasuk dirimu."Wisang menegang. "Maksudmu apa?"Taka yang duduk tak jauh di belakang, tampak mulai panik. Wajahnya pucat. “Dira, hentikan. Kamu nggak tahu apa-apa—”"Aku tahu semuanya, Tak," potong Dira tajam. "Dan kamu nggak bisa tutup-tutupin ini selamanya."Ia kembali menatap Wisang. "Taka nggak ngaku, kan? Kalau dia dulu pernah ikut dalam proyek 'Clean List'? Program bersih-bersih sosial yang waktu itu dijalankan pemerintah secara diam-diam. Termasuk pencatatan data penyintas trauma dan orang-orang yang dianggap ‘bermasalah secara mental dan moral’?"Wisang mengernyit, bingung. Tapi Dira ter

  • My Beloved Partner   Info dari Dira

    Malam itu, setelah kepulangan dari kejaksaan dan pertemuan tak terduga dengan Dira, Wisang dan Taka memutuskan untuk singgah di rumah Wisang. Rumah itu kini lebih hangat, dengan aroma lavender di ruang tamu dan foto-foto kecil yang Wisang gantung kembali di dinding—kenangan yang dulu ia singkirkan ketika semuanya terasa hancur.Taka duduk di sofa, menatap foto lama Wisang saat masih menjadi guru les privat, tersenyum pada anak-anak yang memeluknya dalam potret. “Kamu kelihatan bahagia di sini,” gumamnya.Wisang menyeduh dua cangkir teh jahe dan menyerahkannya pada Taka. “Aku memang bahagia saat itu. Tapi bukan karena mereka... tapi karena aku merasa dihargai. Diperlukan. Dan... dicintai dengan tulus oleh diriku sendiri.”Taka menatapnya. “Aku bikin kamu kehilangan itu, ya?”Wisang tidak menjawab langsung. Ia duduk di sebelah Taka, lalu berkata pelan, “Bukan kamu yang membuat aku kehilangan diriku, Tak. Tapi semua yang kita alami... rasa takut, rasa sayang, semua bercampur sampai aku s

  • My Beloved Partner   Keributan Berlanjut

    Beberapa hari setelah pertemuan itu…Wisang kembali ke rutinitasnya, mencoba menata hidup di rumah barunya. Ia mulai mengajar les lagi, membuka kelas daring, dan menata hari-harinya agar tetap sibuk. Tapi pikirannya tak pernah benar-benar tenang. Tatapan Dimas, cara Taka meminta maaf, semua itu terus berputar dalam benaknya.Dan benar saja…Malam itu, saat Wisang baru saja selesai membersihkan dapur, pintu rumahnya diketuk keras.Dug… dug… dug…Ia mengintip dari jendela—jantungnya langsung melompat.Dimas. Lagi.Namun kali ini, ekspresinya jauh berbeda. Wajahnya tampak marah. Sorot matanya tajam. Seperti seseorang yang datang membawa dendam.Wisang membuka pintu dengan hati-hati. “Apa lagi, Dim?”“Boleh aku masuk?” tanya Dimas, tanpa senyum.“Kalau kamu datang buat bikin keributan, lebih baik kamu pulang.”“Bukan. Aku cuma mau kasih kamu sesuatu.”Ia menyerahkan sebuah amplop cokelat besar.Wisang ragu, tapi ia mengambilnya. Begitu dibuka, matanya membelalak.“Ini…?”Foto-foto. Bebera

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status