Home / Romansa / My Bastard Uncle / 2. Paman Rian

Share

2. Paman Rian

Author: Intan SR
last update Last Updated: 2021-05-14 12:26:20

Hanya ada tiga orang di rumah besar itu saat ini. Yaitu Carissa, Rian dan pembantu. Karena Rossa sedang pergi berangkat les dan orang tua Carissa pergi bekerja.

Carissa yang merasa badannya sangat lengket siang itu memutuskan untuk mandi di dalam kamar mandi yang ada di dalam kamarnya.

Jika di rumahnya kamar mandi hanya ada satu dan itu pun ada di luar ruangan. Tapi di rumah Rian kamar mandi ada di dalam kamarnya dengan luas dua kali lipat dibandingkan rumah sebelumnya.

Carissa mandi seperti biasa. Tak merasakan ada keanehan ketika ia berada di dalam kamar mandi. Tapi ia terkejut setengah mati ketika melihat Rian sudah duduk di tepi ranjangnya dan melihat ke sekitar kamarnya.

Saat itu ia hanya mengenakan handuk yang terlilit di tubuhnya. Membuat Carissa memekik tanpa sadar.

"Paman ke sini cuma mau ngasih kamu ini, Ris." Rian memberikan baju baru untuk Carissa. Tapi meski bagaimanapun Carissa pasti risih dengan kelakuan pamannya yang masuk tiba-tiba ke dalam kamarnya ketika ia sedang mandi.

"Maaf, kalau udah buat kamu terkejut," kata Rian. Ia kemudian keluar dari kamar Carissa. Namun yang membuat Carissa lebih risih adalah sewaktu mata Rian menatap bagian paha dan dada Carissa saat itu.

Carissa mencoba untuk membuang perasaan buruknya dan berpikir jika itu hanyalah firasatnya saja. Apalagi setelah ia melihat baju yang ada di atas kasur yang sangat bagus untuknya.

Ia pun langsung mengunci pintu kamarnya, agar tak ada orang yang tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya lagi.

"Tapi kayaknya tadi aku udah ngunci pintunya deh," gumam Carissa. "Apa aku lupa ya?" gumamnya lagi.

Ia kemudian melepaskan handuknya. Dan menampilkan tubuh polosnya. Ia mungkin berpikir jika hanya dirinya yang melihat hal itu.

Tapi tidak. Karena sebelumnya Rian sudah memasang sebuah kamera kecil di dalam kamar Carissa ketika dia sedang ada di dalam kamarnya tadi.

Di dalam ruang kerjanya. Rian tersenyum penuh dengan arti. Bagaimana dia sangat bahagia melihat pemandangan yang terlihat di dalam layar monitor tersebut.

Melihat bagaimana tubuh Carissa yang sangat polos dan tentunya menggugah naluri lelakinya yang selama ini tak bisa ia salurkan.

Rian memang sengaja mau menolong Riki, ayah dari Carissa karena dia ingat jika Riki sudah mempunyai anak gadis saat ini. Apalagi ketika melihat anak Riki, Carissa tumbuh sebagai gadis yang cantik dan montok.

Dan tentu saja dia mau menolong Riki kakak angkatnya tersebut. Dia juga sengaja membuat Riki dan istrinya untuk bekerja di tokonya karena bisa mengambil kesempatan seperti saat ini.

"Tunggu aja bentar lagi Carissa, paman akan memilikimu," gumam Rian dengan seringaian yang menakutkan.

Malamnya mereka makan malam bersama di meja makan. Riki awalnya menolak karena tak enak dengan adiknya lantaran sudah banyak merepotkannya.

Tapi Rian memaksanya dan mengatakan karena mereka keluarga makanya dia tak perlu sungkan.

"Oh ya, Mas. Aku ada cabang toko di kota lain, kalau mau kamu bisa bekerja di sana. Dan tentunya gajinya lebih tinggi," kata Rian pada kakaknya itu.

Mungkin dilihat dari segi istri dan anaknya Rian hanya berniat untuk membantu. Padahal bukan itu.

"Kamu serius?" tanya Riki pada Rian.

"Iya, biar kamu bisa cepat menyelesaikan masalah kamu."

Carissa memandang ayahnya ragu, sedangkan istrinya—dia sih senang jika suaminya akan mendapatkan pekerjaan baru. Namun dia harus tinggal sendirian di rumah Rian sepertinya itu agak tak pantas. Apalagi karena Rian adalah seorang duda.

"Di sana hari Sabtu dan Minggu kamu bisa pulang ke sini Mas," kata Rian lagi.

"Gimana?" tanya Riki pada Dina, istrinya.

"Terserah kamu aja sih Mas, lagian juga kalau kamu mau cepat lunasin utang kamu, memang harus begitu," sahut Dina.

"Aku pikirin dulu deh, Yan," kata Riki. Dia perlu berpikir karena ia akan meninggalkan anak istrinya di rumah adiknya.

Setelah makan malam berakhir Riki dan Dina datang ke dalam kamar Carissa, anaknya itu sedang mempersiapkan buku-bukunya untuk sekolah besok.

"Besok udah masuk?" tanya Dina pada Carissa.

"Udah Bu," jawab Carissa.

"Gimana, Ris. Ayah boleh gak kerja keluar kota?"

Carissa menghela napasnya. "Seperti kata ibu tadi, kalau ayah mau melunasi utang sepertinya memang harus begitu."

"Tapi kamu gak apa-apa di sini sendirian?"

"Masih ada ibu, Yah. Jadi jangan khawatir. Lagian Rissa udah gede. Bisa jaga diri sendiri."

Riki menghela napasnya, ini semua memang salahnya karena terjerat utang yang sangat banyak. Hingga membuat satu keluarganya terkena imbas seperti ini.

"Ingat ya, jangan pacaran kalau belum kuliah," kata ayahnya mewanti-wanti Carissa.

"Iya Yah."

"Jadi gimana, kamu mau?" tanya Dina pada Riki.

"Mau gimana lagi? Ini tawaran dari Rian, susah buat cari kerja dengan gaji tinggi jadi aku mau mencobanya," kata Riki akhirnya.

Dan setelah itu pagi harinya Riki langsung berangkat ke luar kota. Yang perjalanannya memakan waktu sampai lima jam. Lumayan jauh, tapi mau bagaimana lagi. Ini salah satu cara agar dia bisa cepat melunasi utangnya.

Carissa juga akan masuk ke sekolah pagi itu. Berangkat dengan Rossa karena sekolah mereka sama.

Cariisa dan Rossa masuk ke dalam mobil yang khusus untuk mengantar jemput sekolah anak semata wayang Rian. Sekolah hanya berjarak 5 kilometer dari rumah.

Jadi perlu waktu dua puluh menit mereka sudah sampai di sekolah tersebut.

"Mau kuanter ke ruang guru gak?" tanya Rossa pada Carissa.

"Boleh Cha, aku gak tau soalnya ruang kepala sekolah di mana," kata Carissa.

Rossa akhirnya memutar jalannya untuk mengantar ke ruang guru yang berada di lantai dua dalam gedung dua.

Sekolah itu memiliki tiga gedung, gedung pertama adalah gedung kelas satu dan beberapa gedung olahraga dan kesenian. Lalu gedung dua adalah gedung kelas dua dan ruang guru dan kepala sekolah. Dan gedung tiga adalah untuk kelas tiga dan ruang laboratorium dan perpustakaan juga UKS.

Sekolah yang lebih elit dari sekolah lama Carissa. Bahkan dia melihat di sekolah itu adalah anak-anak khusus orang kaya.

"Ups! Sorry," ucap seorang anak lelaki yang tak sengaja menabrak Carissa.

Dalam bet namanya tertulis nama Daniel. Bermata sipit dengan wajah putih oriental.

"Namanya Daniel, anak kelas tiga. Populer di sekolah, tapi jangan coba-coba deketin," ungkap Rossa.

"Emangnya kenapa?"

"Dia dingin dan jangan sampai kamu dipermalukan sama dia karena ditolak."

Carissa tersenyum. "Aku gak suka sama dia kok."

"Belum," sahut Rossa cepat. Ia kemudian mengantar Carissa sampai di ruang guru kelas satu.

"Masuk sendiri ya, aku mau ke kelas duluan."

Carissa mengangguk.

"Kak Daniel!" Suara Rosa terdengar ketika Carissa masuk ke dalam ruang guru.

Jangan-jangan Rossa menyukai Daniel?

Related chapters

  • My Bastard Uncle   3. Mendekati Perlahan

    Carissa masih merasa sangat asing di sekolah barunya. Dia masuk ke dalam sekolah itu ketika sudah pertengahan semester.Dan hal yang membuat Carissa tak nyaman bukan hanya itu saja, melainkan siswa lain yang nampaknya dari kalangan orang kaya. Mungkin bisa dikatakan jika 90 persen murid di sana adalah anak orang kaya dan sisanya kelas menengah ke bawah.Carissa menghela napasnya ketika duduk di pinggir lapangan basket. Sebelum akhirnya ia terkejut begitu melihat ada bola yang menggelinding ke arahnya."Anak baru! Lempar ke sini!"Carissa menyipitkan matanya, dan melihat Daniel sedang bermain basket dengan teman satu kelasnya.Dia mencoba melemparkan bola basket itu, meskipun lemparannya sangat lemah hingga membuat Daniel harus berjalan beberapa langkah lagi untuk mengambil bola tersebut.Setelah melemparkan bola itu, Carissa kembali ke dalam kelasnya. Dia mendengarkan apa kata

    Last Updated : 2021-05-14
  • My Bastard Uncle   4. Bukan Hari Ini

    Beberapa minggu Carissa tinggal di rumah Rian. Dia masih terasa asing di sana.Bahkan perlakuan baik dari Rian terkadang membuatnya risih. Seperti ketika makan malam beberapa hari yang lalu.Ketika Rossa hendak meraih ayam panggang yang ada di dekatnya. Secara halus ayam itu malah diberikan pada Carissa di depan matanya sendiri.Carissa benar-benar tidak enak. Apalagi ketika melihat raut Rossa berubah menjadi masam. Pasti dia kecewa pada ayahnya.Carissa benar-benar tak mau membuat Rossa tak nyaman. Dan menganggap Carissa merebut ayahnya darinya."Perhatian banget sama Carissa," sindir Rossa."Kamu kan udah tiap hari makan ayam. Memang kamu gak bosan?" tanya Rian."Ayah gak tau memangnya, kalau ayam itu kesukaan Ocha?!"Karena merasa tak enak. Akhirnya Carissa mengembalikan ayam itu ke dalam tempatnya lagi. Tapi sudah

    Last Updated : 2021-05-14
  • My Bastard Uncle   5. Cemburu

    Rossa rupanya tidak pergi ke tempat les. Dia hanya pergi ke rumah Daniel tanpa sepengetahuan ayahnya."Kak Daniel!" panggil Rosa ketika melihat Daniel keluar dari rumahnya.Rosa menghampiri lelaki yang menatapnya dengan wajah penuh tanya tersebut."Kenapa?""Kakak mau ke mana?" tanya Rosa. Berharap dia akan diajak pergi oleh Daniel."Main basket," jawab Daniel dingin."Aku ikut!"Daniel melirik jam di tangannya. "Bukankah kamu seharusnya pergi les?" tanyanya yang seakan sudah tahu jadwal harian Rosa."Aku bolos hari ini. Oh ya, aku mau minta kakak buat jadi guru les aku, kira-kira mau gak?" Rosa bertanya. Menjadikan Daniel guru les adalah salah satu hal yang bisa membuatnya dekat secara wajar dan alami."Tapi bayaranku gak murah.""Bisa diatur," sahut Rosa cepat-cepat. Lalu membiarkan Daniel pergi dengan sepeda moto

    Last Updated : 2021-05-14
  • My Bastard Uncle   6. Perang Dingin Dimulai

    "KALIAN MAU PACARAN ATAU BELAJAR SIH?!" sentak Rossa membuat Daniel dan Carissa menoleh. Terkejut.Carissa berdiri diikuti oleh Daniel yang menatap kedua wajahnya secara bergantian."Tadi aku sampai bela-belain buat ke rumah Kak Daniel, buat minta jadi guru les privatku. Tapi kakak nolak, dan sekarang tiba-tiba malah di sini, ngajar sepupuku sendiri." Rosa menangis, sudah menahan kesal dia juga menahan rasa cemburunya.Sudah lama dia berada di ambang pintu tanpa disadari oleh kedua orang itu. Tapi lama-kelamaan malahan pemandangan tersebut membuat Rossa patah hati."Karena ini yang nyuruh ayah kamu," jawab Daniel santai. Ia tak menunjukan kepanikan atau apapun, karena dia merasa jika dirinya benar."Oh gitu? Kakak lebih suka sama cewek yang baru kakak kenal, dibanding sama aku yang sudah lama suka sama kakak!"Kalimat itu meluncur begitu saja, antara malu dan

    Last Updated : 2021-05-19
  • My Bastard Uncle   7. Rubah Berbulu Kelinci

    "Aahhh!!" pekik Carissa ketika melihat ada bangkai tikus di dalam lacinya. Dia tak sengaja memegangnya ketika berusaha mengambil buku yang ada di dalam laci.Carissa berusaha membuang bangkai tikus itu sendirian. Dengan menggunakan kertas yang ia robek dari bukunya.Rossa yang melihat dari kejauhan hanya terkekeh geli karena semua itu adalah perbuatannya."Setelah merebut perhatian ayah, sekarang berusaha merebut perhatian dari Daniel," desis Rossa.Sebelumnya …Ketika dia melihat sepupunya yang sedang makan di kantin, dia pun langsung melancarkan serangan.Dia menyuruh Saipudin yang bucin padanya untuk meletakan bangkai tikus di dalam laci Carissa."Dari mana aku dapat bangkainya, Cha?!" tanya Udin dengan frustrasi,"Sama Pak Bon, pasti dia ada," jawab Rossa. "Pokoknya taro aja di laci Carissa."Dan akhirnya dia menuruti perintah d

    Last Updated : 2021-05-20
  • My Bastard Uncle   8. Malaikat Pelindung Carissa

    Rossa semakin membenci Carissa, terlebih ketika mengetahui jika gadis itu nampak semakin dekat dengan Daniel, dan karena itu lah Rossa semakin memusuhinya tak hanya di sekolah tapi juga di rumah.Ibu Carissa sama sekali tidak tahu, karena waktunya selama seharian ia habiskan di tempat kerjanya. Dia hanya tahu jika anaknya itu lebih bahagia dibanding dengan kehidupan sebelumnya."Sekolah kamu lancar kan, Ris?" tanya ibunya ketika malam itu melihat anaknya masih terjaga dan terpekur di meja belajar.Dia berusaha memahami pelajarannya karena tak ingin membuat Daniel susah."Lancar, Bu," jawab Carissa sambil menatap wajah ibunya yang nampak letih tersebut. "Ibu tidur aja, Carissa masih mau belajar.""Hubungan kamu sama Rossa, baik-baik aja kan?" Entah mengapa ibunya tiba-tiba bertanya seperti itu pada Carissa.Tak seperti biasanya juga dia masuk ke dalam kamar anaknya hanya untuk bertan

    Last Updated : 2021-05-31
  • My Bastard Uncle   9. Tak Ada yang Berpihak Padaku

    Daniel mengatakan hal itu bukan tanpa sebab, karena setiap hari dia melihat bagaimana pamannya memperlakukan Carissa sangat aneh dan berlebihan.Dan ia ingin membawa gadis itu pergi dari rumah itu nanti, setelah dia sudah menjadi seseorang yang membuat Carissa bisa hidup dengan nyaman.Seperti waktu itu ketika Daniel datang untuk memberikan les untuk Carissa. Dengan mata kepalanya sendiri dia melihat Rian memperlakukan Carissa bukan seperti layaknya keponakannya sendiri."Permisi," sapa Daniel ketika dia sudah berada di ruang tamu.Carissa yang berada di dapur dan tepat di belakangnya ada Rian, langsung menoleh. Wajah keduanya tegang, Rian gugup sedangkan Carissa takut."Oh, kamu sudah datang rupanya," sahut Rian dengan gugup. Ia tersenyum canggung dan menatap keduanya bergantian."Sana Carissa, jangan buat Daniel menunggu lama," kata Rian. Dia mendorong punggung Carissa pelan.

    Last Updated : 2021-05-31
  • My Bastard Uncle   10. Pernyataan Cinta yang Menyakitkan

    Mau tak mau Carissa pergi dengan Rossa dan Daniel. Daripada pergi dengan pamannya mungkin lebih baik pergi dengan mereka berdua meskipun banyak hal yang menyebalkan selama di perjalanan.Seperti ketika Rossa inginnya duduk di sebelah Daniel. Lalu ia akan berpura-pura ketiduran dengan kepala bersandar di bahunya.Daniel duduk di sebelah Rossa, dan Carissa duduk di depannya.Sesekali Daniel menampakan wajah tak nyamannya ketika Rossa terus menempel padanya seperti tikus yang terkena jebakan lem tikus.Carissa akan memalingkan wajahnya, karena jujur saja dia tidak begitu menyukai dengan sikap Rossa saat ini."Setelah ini kita naik apa?" tanya Daniel pada Carissa."Mungkin naik ojek," jawab Carissa."Aku gak mau kalau naik ojek, kalau kamu mau naik ojek kamu aja sendirian. Aku dan Kak Daniel akan naik taksi," sahut Rossa. Matanya tiba-tiba terbuka sempurna seperti belum

    Last Updated : 2021-05-31

Latest chapter

  • My Bastard Uncle   43. Tamat

    “Ada yang pengin aku tunjukin sama kamu,” kata Rendy malam itu. Setelah bebas, Carissa tinggal di sebuah kos yang dekat dengan Rendy. Dan karena itu lah membuat hubungan mereka dekat seperti sekarang.Selama tujuh tahun, Carissa tidak pernah mengizinkan Aaron untuk mengunjunginya. Dia menolak tiap kali Aaron ingin bertemu dengannya di penjara, karena Carissa tak ingin membuat Aaron tidak dapat melupakannya.Sudah tujuh tahun, harusnya Aaron sudah bisa melupakannya. Dan memiliki seseorang yang dia sayangi.“Kita mau ke mana, Kak?” tanya Carissa.“Kalau aku ngasih tau sekarang, namanya bukan kejutan,” jawab Rendy.Karena tak bisa menolak permintaan Rendy, akhirnya Carissa menurutinya. Mereka naik motor untuk menuju ke tempat yang dimaksud oleh Rendy.Di perjalanan, tiba-tiba saja Carissa teringat dengan Aaron. Ada perasaan rindu yang mengusiknya saat ini, tapi di sisi lain dia takut untuk bertanya pada Rendy bagaimana keadaan Aaron sekarang.Apakah dia sudah menikah? Apakah dia sudah m

  • My Bastard Uncle   42. Bahagia dengan cara masing-masing

    Tak ada penyesalan dari diri Carissa ketika dia mengetahui bahwa Rian telah mati di tangannya. Luka tusuk yang dia berikan rupanya menembus tepat ke jantungnya.Namun, ada penyesalan bagi Carissa sampai sekarang. Jika dirinya tidak bisa melihat dan menemani Aaron sampai sadar.Satu haru setelah kejadian itu, Carissa dibawa ke kantor polisi untuk diminta keterangan. Hingga akhirnya, statusnya berubah menjadi seorang pelaku pembunuhan.Carissa tidak mengelak. Dia mengaku bahwa dirinya memang sudah membunuh Rian.Di kantor polisi itu juga lah, dia bertemu dengan ibunya yang sudah tidak dia lihat selama beberapa bulan ini. Dan juga Rossa yang menangis karena dirinya telah menjadi anak yatim piatu.“Kenapa kamu harus melakukan ini pada pamanmu sendiri, Carissa?!” geram ibunya. Dian benar-benar sama sekali tidak mengasihani anaknya yang sebentar lagi akan dipenjara selama tujuh tahun.Carissa diam.“Padahal kamu tak perlu sampai membunuhnya.”Tiba-tiba Carissa menyeringai.“Apa ibu takut ak

  • My Bastard Uncle   41. Impas

    Dengan sekuat tenaga Carissa mencoba untuk agar tetap terjaga, meski rasa kantuknya saat ini benar-benar sangat menyiksanya.Samar-samar dia melihat bayangan Rian, lelaki yang sudah lama tidak dia lihat masuk ke kamar. Dia tersenyum dan mendekati Carissa.Baru saja saat Rian hendak menyentuh pipi Carissa. Bayangan lain masuk, meski Carissa setengah sadar tapi dia tahu bahwa bayangan lain itu adalah Aaron.Namun, sepertinya ada yang salah dengan Aaron. Wajahnya dipenuhi dengan darah yang menetes. Dengan mata yang ganas dia mencoba memukul Rian dengan kayu yang ada di tangannya.Rian yang sadar jika ada orang lain masuk ke kamar itu pun menoleh. Dia terkejut mendapati Aaron mampu melewati anak buahnya.“Kamu pikir aku akan membiarkanmu hidup!” ujar Aaron. Pukulan pertamanya meleset, lelaki itu terhuyung dan terjatuh.Rian menendang perut Aaron yang sudah tidak berdaya. Terus memukulinya sangat kalap tanpa takut jika hal itu dapat membunuh Aaron.Carissa membuka matanya lebar-lebar. Dia

  • My Bastard Uncle   40. Mereka dalam bahaya

    Aaron terkejut saat mendapati mobilnya tidak ada Carissa. Awalnya dia mengira jika Carissa mungkin saja ke toilet, tapi rasa curiganya muncul saat menemukan ponsel milik Carissa terjatuh di samping mobilnya.Aaron memungutnya, jelas Carissa bukan perempuan ceroboh seperti ini.Mobil melintas di sampingnya, sosok Carissa memukul jendela mobil di bangku penumpang dengan wajah ketakutan. Aaron dapat melihatnya sekilas dan yakin jika Carissa saat ini sedang diculik.Bergegas masuk ke dalam mobilnya, Aaron langsung mengejar mobil yang membawa Carissa. Ia tak ingin melewatkan waktu sedetik saja agar tidak kehilangan jejak mobil tersebut.Seorang lelaki menarik rambut Carissa hingga perempuan itu tertarik ke belakang. Dengan kasar dia lalu mengikat kedua tangan Carissa menggunakan tali rafia.“Diam. Kamu sudah cukup merepotkan selama ini, jadi berhenti bergerak atau aku akan membunuhmu.”Carissa dapat melihat pisau yang ditodongkan ke perutnya. Wajahnya memucat dan menggigil ketakutan.Aaron

  • My Bastard Uncle   39. Firasat yang tak enak

    “Kalian mau ke mana?” tanya Aarin saat melihat Aaron sudah mengenakan pakaian rapi tidak seperti tadi.“Mau jalan-jalan, kenapa? Kalian nggak boleh ikut,” jawab Aaron. Dia masih menunggu Carissa yang mengganti pakaiannya. Sementara Daniel, dia sedang mengobrol dengan ayah Aarin di taman belakang rumah.“Malam minggu? Kamu jalan-jalan sama Carissa? Nggak salah?”“Kenapa salah. Udah urus aja pacarmu,” kata Aaron. Dia melihat Carissa muncul dengan rok jeans berwarna biru terang. Atasnya dia memakai hoodie berwarna mocca yang pernah dibelikan oleh Aaron beberapa waktu yang lalu. Tak lupa Carissa mengenakan sepatu kets hasil hadiah dari Aaron.Aaron yang melihat jika Carissa memakai hadiah pemberiannya pun merasa bangga dan senang.Mata Carissa melihat ke sekitarnya, memastikan jika tak ada Daniel di sana.“Ayo berangkat,” ajak Aaron.Carissa mengangguk, dia pamitan pada Aarin kemudian pergi keluar. Tak lama kemudian Daniel muncul dan mengatakan pada Aarin jika malam ini ayahnya ingin pest

  • My Bastard Uncle   38. Sudah lama tidak bertemu

    Satu minggu kemudian …Tamu yang ditunggu-tunggu oleh Aarin akhirnya datang juga. Sejak pagi dia sudah sangat antusias dan bersemangat untuk mengenalkan pada ayah dan ibunya jika dia adalah pacarnya selama ini.Meski selalu diejek oleh Aaron karena mereka menjalani hubungan jarak jauh, tapi hal itu tak lantas membuat Aarin terpengaruh. Kerap Aaron mengatakan jika bisa saja kekasihnya selingkuh di luar negeri, tapi Aarin tetap percaya pada pacarnya itu.“Nggak usah masak yang enak-enak, Bi. Lagian juga belum tentu bakalan nikah sama si Aarin,” kata Aaron. Sejak tadi dia duduk di kursi meja makan dan mengawasi pembantu-pembantunya menyiapkan makanan untuk tamu Aarin. Padahal dia di sana hanya ingin mengawasi Carissa.“Inget ya, dia itu tamu penting. Very Important Person, jadi nggak boleh asal-asalan masaknya.” Setelah menjitak kepala Aaron, dia duduk di sebelah adiknya dan mengambil apel yang sedang dikupas Aaron.Aaron mendelik, padahal apel itu untuk Carissa.“Makannya belajar masak.

  • My Bastard Uncle   37. Cinta yang manis

    Carissa akhirnya makan siang dengan Rendy saat dia tahu bahwa Aaron akan makan dengan Indri. Dia pikir mungkin sesekali bisa lepas dari Aaron itu bagus.Tapi, ketika di restoran di dekat kampus, Aaron menghampiri meja Carissa yang datang lebih dulu di sana.Carissa mendelik kesal, tapi Aaron mengabaikannya.“Masih banyak meja kosong,” kata Carissa. Dia merasa tidak enak pada Rendy saat ini, di mana Rendy menatap penasaran lelaki itu.“Aku kerja di rumah dia, Kak,” kata Carissa. Rendy mengangguk saja dan meneruskan memilih menu makanan yang ada di buku menu. Sementara Indri, sejak Aaron mengajaknya untuk makan satu meja dengan Carissa, dia terus merengut kesal.Makan siang tak nyaman pun selesai, ketika Rendy bilang bahwa sudah saatnya dia masuk kerja. Tinggal Carissa, Aaron dan Indri di sana bertiga.“Yuk, balik,” ajak Indri mendesak Aaron.“Kamu duluan aja ya, aku mau ngomong dulu sama Carissa,” kata Aaron.Karena tahu tak ada gunanya berdebat, akhirnya Indri meninggalkan Aaron setel

  • My Bastard Uncle   36. Hmmm

    Carissa sudah memiliki ponsel sekarang, jadi dia tidak harus terpaku pada Aaron. Ketika dia berada di dalam mobil, dia tidak perlu berbicara dengan Aaron.Kini, dia sedang sibuk mencari-cari Daniel di sosial medianya. Bagaimana kabar Daniel? Apakah dia baik-baik saja? Apakah dia sudah kembali ke Indonesia?“Kamu sibuk banget sih,” kata Aaron, dia melirik melalui ekor matanya, melihat Carissa yang asik dengan ponselnya sejak tadi.“Ya, aku sibuk banget,” balas Carissa.“Dan aku kamu cuekin.”“Kamu bisa telepon Indri kalau bosen,” balas Carissa lagi.“Aku bisa ketemu sama Indri di kampus. Kalau sekarang kan bisa ngobrol sama kamu.”Carissa menghela napasnya. “Itu bukan pekerjaanku, tugasku cuma nemenin kamu kuliah,” katanya. “Kalau nanti mau pergi pesta atau apapun itu, tolong kirim pesan sama aku. Aku udah punya ponsel, jadi nggak ada alasan buat nggak ngabarin.”Aaron merasa Carissa sudah berubah. Entah sejak kapan, tapi Carissa menjadi bukan seperti perempuan penurut.“Oke oke, kayak

  • My Bastard Uncle   35. Aku ngerti

    Dua belas tahun yang lalu …Aaron yang masih kecil sudah ditinggal sendirian di rumah, ibu atau ayahnya tidak merasa khawatir ketika mereka sudah percaya pada pengasuh anak yang sudah merawat Aaron sejak kecil.Namanya adalah suster Anna, pengasuh Aaron yang saat itu berusia tiga puluh tahunan. Dia lumayan cantik dan pandai berbicara. Aaron banyak belajar dari Anna, tapi tidak dengan santu hal itu.Satu hari ketika Aaron harus ditinggal ayah dan ibunya pergi keluar kota karena kakaknya akan menjalani lomba di sekolahnya. Aaron kecil tidak diperbolehkan ikut. Kata Aarin, Aaron sangat menganggu, jadi akan lebih baik jika dia ada di rumah. Hingga akhirnya, Aaron hanya ditinggal dengan Anna.Malam hujan lebat, seluruh pembantu sudah tidur dua jam yang lalu. Aaron yang ketakutan malam itu, meringkuk di dalam selimut. Dia takut dengan petir dan kilat yang terus berkilat di langit.Mendengar suara Anna masuk ke dalam kamarnya, membuat Aaron merasa lega. Dia membuka selimutnya dan melihat An

DMCA.com Protection Status