"Mbak, bisa beri saya obat merah?" pinta Yota ketika baru saja tiba di depan etalase sebuah apotek. Matanya yang sembab melihat isi lemari kaca tersebut demi mencari benda yang diinginkan. Sekarang tidak hanya hati yang sakit, tangannya juga mulai berdenyut hebat dan itu semua karena Sakha. "Dan ju
"Itu, ada Tuan Reyden di depan. Katanya ingin bertemu Nona," sahut Oneng. Bumi berdengkus, lantas merebah malas di ranjang menatap plafon kamar yang berwarna putih tulang. "Untuk apa dia ke sini? Apa dia berpikir aku akan memaafkannya? Apa dia pikir kesalahannya ini mudah untuk aku maafkan?" Bumi
"Apa?" teriak Sakha dengan rahang mengetat. Setelah mendengar cerita Bumi dia jadi sangat kesal. Bumi, bagi Sakha adalah makhluk berjenis kelamin perempuan yang sangat rumit jika sudah berhadapan dengan pekerjaan. Sahabatnya itu akan jadi lupa daratan, tidak tahu diri karena selalu memosisikan peke
"Ya, aku tau. Kamu peduli dengan hubunganku dan Rey. Tapi aku mohon padamu, mungkin ini terdengar egois tapi ini rumah tangga kami. Jadi kamu tidak berhak ikut campur. Aku mencintainya." "Cinta?" Sakha terkekeh menahan kesal. Dia sampai berputar badan berharap letupan emosi dalam dada mereda. Namun
Sudah lama Yota menemani sang ibu yang terbaring tidak sadarkan diri. Sampai rasa lelah membuat gadis itu beranjak dari duduk dan keluar. Di depan pintu dia melihat dua polisi dari rutan tetap berjaga dengan sigap. Wajah mereka tampak kaku dan hanya sesekali saja menyapa. "Bagaimana keadaan Mama?"
"Tidak ada yang bisa seorang wiraswasta kecil seperti aku hadapi. Paling hanya berpikir keras bagaimana memutar modal agar bisa menjadi laba. Mengelola toko roti tidak mudah," sahut Yota, setelah itu menyikut lengan saudaranya. "Bagaimana kafemu?" "Yah begitulah. Banyaknya saingan membuat aku harus
Tepat setelah menggerutu seperti itu, dari kaca spion Sakha melihat ada satu sepeda motor mendekat dan berhenti tepat di depan pagar rumah Aryan. Dari balik kaca mobil, Sakha dapat melihat Yota masih mengenakan baju persis seperti tadi pagi. Mantan istrinya itu menyerahkan uang dan helm pada si peng
"Kamu mendatangkan laki-laki. Bukankah itu namanya tidak benar?" Rio ingin menjawab, tapi didahului Yota yang tergelak nyaring. "Kamu terlalu picik, Kha. Untuk apa kamu repot-repot menasehati sedangkan kita tidak ada hubungan apa-apa? Kita sudah bercerai! Dan kamu ...." Yota menunjuk dada Sakha sa