Milea hanya meringis dan tersenyum canggung. Setelah sukses berdiri dia pun mengucapkan terima kasih. Anehnya Rey melihat dengan sorot mata tak dipahaminya. Karena malu, Milea pun kembali memutar tumit dan menjauh. "Milea, tunggu!" panggil Rey. Milea menghentikan langkah, hati-hati dia membalik
"Kalau kamu mau, ikuti saja mamamu. Jangan banyak drama!" teriak Rajesh Kumar yang diakhiri dengan suara keras dari pintu yang terbanting. Namun, Milea tidak peduli, dia tatap lekat sang mama, lalu menggenggam erat tangannya. "Sebenarnya ada apa, Ma?" tanyanya lagi. Mikha menyeka air matanya, lalu
"Jangan berkhayal. Ayahmu itu terlalu sibuk. Yang ada dipikirannya hanyalah pekerjaan. Apa kamu lupa itu? Nenek yakin hari ulang tahun kamu saja dia tidak ingat," lanjut Salma lagi. "Tapi wanita itu adalah alasan ibuku pergi, Nek," sambar Imron tidak terima. "Kamu tau apa, Imron? Kamu masih kecil
Rey dan Bumi tampak mesra. Hubungan keduanya membaik ketika Rey menuruti saran Aryan. Sepulangnya dari kafe dia langsung mengutarakan isi hatinya. Bumi pun menyadari, apa yang dilakukannya ternyata salah. Mereka pun berencana akan memperbaiki diri agar hubungan kembali seperti semula. Mereka juga se
Sekarang Bumi sudah bergabung dan berbaur dengan anggota tim dan membiarkan Rey berjalan-jalan di lantai dasar. Saat berjalan Rey tak henti menghela napas. Gedung yang sekarang dia amati begitu indah dan megah. Gedung yang harusnya menjadi miliknya. Gedung tujuh lantai di atas tanah seluas 7.800 m²
"Rey, bisa kita bicara sebentar?" tanya Bumi yang terdengar manja. Lalu menatap Milea. "Nikmati pestanya, ya. Aku dan Rey harus membahas sesuatu." Dengan segera Bumi menarik tangan Rey tanpa memedulikan wajah si pemilik tangan maupun pendapat Milea, tidak juga Sakha. Baginya ada sesuatu yang lebih
Jujur, dia merasakan sesuatu tidak akan berjalan dengan semestinya. Dia menyadari itu padahal baru bertemu Milea, dan ketidaksenangannya makin menjadi kala melihat Milea menatap Rey. Insting seorang wanita ataukah dia hanya berburuk sangka saja. Entahlah, Bumi tidak mengerti. Dia pegang tangan Rey k
Di perjalanan pulang, Rey yang sedang tidak senang hatinya memilih memejamkan mata di kursi belakang. Dia biarkan Milea mengemudi dan mencoba mengacuhkan apa pun. Termasuk suara lirih Milea, gadis itu terus saja bernyanyi pelan mengikuti suara radio yang menengahi kebersamaan mereka. Namun, Rey tib