Di perjalanan pulang, Rey yang sedang tidak senang hatinya memilih memejamkan mata di kursi belakang. Dia biarkan Milea mengemudi dan mencoba mengacuhkan apa pun. Termasuk suara lirih Milea, gadis itu terus saja bernyanyi pelan mengikuti suara radio yang menengahi kebersamaan mereka. Namun, Rey tib
"Maaf, Pak." Milea tersenyum kecut dan memegang perut. Sementara Rey, dia kembali berdeham menahan rasa tidak enak di dada. Seingatnya tadi Milea baru saja datang ke pesta dan dia dengan seenaknya meminta gadis itu untuk menjadi sopir. Tentu saja di sana Milea tidak sempat makan. "Pinggirkan mobil
"Heh Imron, tidakkah kamu berhutang maaf padaku. Lihat, karena ulahmu bajuku kotor," balas Milea tak kalah garang. "Minta maaf? Siapa? Jangan bilang kamu minta aku buat minta maaf?" kata lelaki berjambang yang memiliki tubuh kurus tegap itu. Sedetik kemudian menunjuk dadanya sendiri. Dia juga terke
Setelah kepergian Imron, Rey mau tidak mau terpaksa menenangkan Milea yang terisak-isak di sebelahnya. Ditepuk-tepuknya pundak sang sekretaris berharap gadis itu bisa tenang. Akan tetapi Milea yang sejatinya tidak apa-apa berpura-pura sedih. Baginya ini kesempatan emas untuk meraih simpati Rey karen
"Baiklah, aku coba saja. Siapa tahu ini akan berhasil," lanjutnya bermonolog. Senyum licik terpatri beberapa detik sebelum akhirnya dia memunggungi Rey. Dalam diam memberikan tanda bibir di sapu tangan Rey. Tak hanya sampai di sana, Milea juga sengaja menyelipkan sapu tangan bertanda itu ke saku jas
Bumi menarik napas lagi kala terbayang wajah ayu Milea. Wajah yang sangat mengusik hati dan pikiran. Dia jadi tidak tenang. "Rey, tolong dengar aku. Aku tidak ingin kamu tergoda sama perempuan lain makanya aku bertingkah seperti tadi. Tapi percayalah, aku melakukan itu karena takut kehilangan. Mile
"Aku akan menebus kesalahan kemarin. Semoga kejutan yang tidak seberapa besar ini bisa membuatnya terharu," gumam Rey setelah itu tersenyum. Dia perhatikan nasi goreng ala dirinya. Nasi goreng hasil jerih payah sendiri tanpa bantuan pembantu yang bekerja di sana. Tak hanya itu, Rey juga menyulap mej
Mendengar itu Bumi terbelalak, dia tangkup wajah masam Rey, lantas berkata, "Rayden, itu tidak benar. Aku mencintaimu. Tidak ada yang begitu di antara kita. Kita saling mencintai, bukankah wajar jika berselisih paham. Di rumah tangga kita juga tidak ada yang menjajah apalagi dijajah. Aku mencintaimu
Mata Rio langsung terbelalak hebat. "Jadi ... jadi kamu yang digilainya, dan istrimu adalah orang yang dibuatnya keguguran?" terka Rio. Dia masih belum bisa menetralisir keterkejutan. "Ya begitulah kira-kira. Dan kamu masih saja menyukainya?" Rio terkekeh hambar. "Nasib benar-benar buruk. Aku tahu
Bumi cuma bisa nyengir saja. "Jangan tertawa, Bum! Ini tidak lucu!" dengkus Sakha. - - Enam bulan kemudian. Ballrorm sebuah hotel dihias sedemikian rupa megahnya. Lampu, bunga, serta balon menjadi ornamen pendukung pesta pernikahan dua bersaudara itu. Dua bersaudara? Ya, mereka adalah Aryan d
Rey yang keheranan merebut lembar itu, dan responnya juga sama—membulatkan mata seakan-akan tidak percaya. "Bum, kamu serius?" tanya Rey. Melihat Sakha yang ada di sebelahnya mematung tak bergerak memantik rasa penasarannya menjadi semakin besar. Di dekatinya Bumi, lantas duduk di sisi ranjang. "B
"Mi ...." "Padahal Mimi sudah semedi di spa demi nama ini. Gangga Semesta Jadiyaksa." Bumi dan Rey saling tatap. Mereka tak menyangka nama yang disiapkan begitu indah dan jauh dari nama aktor Hollywood. "Itu artinya apa, Mi?" tanya Bumi. Penasaran dia dan sejujurnya agar tertarik. Nama itu terden
Mata Rey pun kembali terarah ke box bayi yang ada disebelahnya. "Aku bingung. Terlalu banyak nama bagus yang aku pikirkan. Dan satu pun tidak ada yang membuatku yakin. Tolong beri waktu aku untuk memikirkannya," balas Rey. Bumi pun mengiakan dengan anggukan kepala. Sekarang mata Rey kembali ke Bumi
Kebahagiaan yang didapatkan sekarang tidak bisa Bumi jabarkan. Rasanya sangat luar biasa. Setelah melalui masa kontraksi hampir sepuluh jam akhirnya sang bayi lahir dengan selamat dan sehat dengan berat 3,5 kilogram dengan proses persalinan normal. Kebahagiaannya semakin berlipat ketika mengetahui a
"Dan yang membuat aku penasaran, kenapa kamu selalu diam? Kamu seolah tidak mengenalku. Jika kamu mengatakannya mungkin kita sudah lama berteman." "Maaf, aku tidak berpikir sampai di situ. Aku hanya menolong, itu saja," balas Aryan lagi. Senyum Milea semakin mengembang. Lamat dia menatap Aryan yan
Tiga puluh menit. Satu jam. Hingga dua jam berlalu sia-sia. Semua jenis olahraga dia coba. Dari squad jump, push-up, angkat barbel sudah dicoba, hanya saja hasilnya nihil. Aryan kalah dan lelah. Lelaki bingung harus bagaimana. Tubuhnya sudah lemah tapi hasrat untuk mencumbu Milea justru semakin k
"Kamu masih muda? Apa kamu single? Kalau iya, apa kamu mau menjadikan aku istri?" "Maaf, Nona. Saya memang masih single, tapi ...." "Tidak perlu dilanjutkan. Aku hanya butuh itu sebagai awal. Jadi Tuan Jas yang tampan, persiapkan diri untuk menerimaku sebagai istri." Aryan yang baru saja selesai