Mendengar itu Bumi terbelalak, dia tangkup wajah masam Rey, lantas berkata, "Rayden, itu tidak benar. Aku mencintaimu. Tidak ada yang begitu di antara kita. Kita saling mencintai, bukankah wajar jika berselisih paham. Di rumah tangga kita juga tidak ada yang menjajah apalagi dijajah. Aku mencintaimu
“Rey, aku mau mandi.” Bumi yang masih dalam kungkungan Rey mulai menggerutu. Entah sudah berapa lama mereka bergumul tadi, yang pasti Rey sedang membalas pesan sambil memeluknya. “Reyden!” Bumi sengaja menggigit kecil dada suaminya dan berhasil, Rey pada akhirnya mau melepaskan Bumi. Wanita itu pu
"Kamu terlalu kejam," lanjutnya. "Aku tidak punya tenaga dan waktu untuk bercanda, Rey!" Rey terbahak-bahak, setelah itu dengan cepat memeluk lagi Bumi. Tentu saja Bumi meronta-ronta, tapi tetap kalah tenaga. Rey tetap merengkuh erat. Dia juga menekan kepala Bumi ke dadanya yang besar dan membiark
Demi bisa menciptakan liburan yang membekas Rey dan Bumi memutuskan melepas apa pun yang bersangkutan dengan pekerjaan. Keduanya sepakat menyimpan ponsel mereka ke dalam koper dan akan menghukum siapa saja yang melanggar. Sukses, dengan menjauh dari ponsel keduanya bisa menjalin kedekatan lagi. Hub
“Katakan Rey, apa kamu pernah berpikir yang tidak-tidak saat melihat tubuhnya?" Alis Rey mengernyit. "Tidak, untuk apa aku mengagumi sesuatu yang bukan milikku. Itu hanya akan menyiksa batin. Lagi pula di mataku tubuhmu lebih molek dari siapa pun." "Gombal, bilang saja kamu ingin berhenti aku memb
"Milea, bisa kita bicara sebentar?” tanya Rey ketika melewati Sekretarisnya yang mematung meyambutnya di depan pintu. "Tentu, Pak." Dengan senyum terkembang Milea ikuti langkah Rey. Hanya dengan beberapa langkah keduanya sudah berhadapan. Rey duduk di kursi kebanggaan menatap Milea yang berdiri ter
"Ya, sebaiknya memang begitu. Tapi aku sadar kok kalau kamu selama ini terus mencari celah. Aku laki-laki normal, aku punya firasat yang kuat. Kamu menyukaiku. Itu terlihat jelas di wajah kamu?" Lagi, Milea mati kata. Ujung blouse yang dikenakan bahkan sudah hampir koyak terkena buku jarinya. "Mes
"Eh!" "Saya serius Pak. Saya bahkan masih segelan loh." "Milea!" Sentakan itu membuat Milea kembali menunduk. Sementara Rey, dia sudah kehabisan kata, kesabarannya juga mulai menipis. Rey usap wajahnya dengan sebelah tangan, lantas meraup napas banyak-banyak. "Maafkan aku Milea, walaupun kamu ad