Rey dan Bumi tampak mesra. Hubungan keduanya membaik ketika Rey menuruti saran Aryan. Sepulangnya dari kafe dia langsung mengutarakan isi hatinya. Bumi pun menyadari, apa yang dilakukannya ternyata salah. Mereka pun berencana akan memperbaiki diri agar hubungan kembali seperti semula. Mereka juga se
Sekarang Bumi sudah bergabung dan berbaur dengan anggota tim dan membiarkan Rey berjalan-jalan di lantai dasar. Saat berjalan Rey tak henti menghela napas. Gedung yang sekarang dia amati begitu indah dan megah. Gedung yang harusnya menjadi miliknya. Gedung tujuh lantai di atas tanah seluas 7.800 m²
"Rey, bisa kita bicara sebentar?" tanya Bumi yang terdengar manja. Lalu menatap Milea. "Nikmati pestanya, ya. Aku dan Rey harus membahas sesuatu." Dengan segera Bumi menarik tangan Rey tanpa memedulikan wajah si pemilik tangan maupun pendapat Milea, tidak juga Sakha. Baginya ada sesuatu yang lebih
Jujur, dia merasakan sesuatu tidak akan berjalan dengan semestinya. Dia menyadari itu padahal baru bertemu Milea, dan ketidaksenangannya makin menjadi kala melihat Milea menatap Rey. Insting seorang wanita ataukah dia hanya berburuk sangka saja. Entahlah, Bumi tidak mengerti. Dia pegang tangan Rey k
Di perjalanan pulang, Rey yang sedang tidak senang hatinya memilih memejamkan mata di kursi belakang. Dia biarkan Milea mengemudi dan mencoba mengacuhkan apa pun. Termasuk suara lirih Milea, gadis itu terus saja bernyanyi pelan mengikuti suara radio yang menengahi kebersamaan mereka. Namun, Rey tib
"Maaf, Pak." Milea tersenyum kecut dan memegang perut. Sementara Rey, dia kembali berdeham menahan rasa tidak enak di dada. Seingatnya tadi Milea baru saja datang ke pesta dan dia dengan seenaknya meminta gadis itu untuk menjadi sopir. Tentu saja di sana Milea tidak sempat makan. "Pinggirkan mobil
"Heh Imron, tidakkah kamu berhutang maaf padaku. Lihat, karena ulahmu bajuku kotor," balas Milea tak kalah garang. "Minta maaf? Siapa? Jangan bilang kamu minta aku buat minta maaf?" kata lelaki berjambang yang memiliki tubuh kurus tegap itu. Sedetik kemudian menunjuk dadanya sendiri. Dia juga terke
Setelah kepergian Imron, Rey mau tidak mau terpaksa menenangkan Milea yang terisak-isak di sebelahnya. Ditepuk-tepuknya pundak sang sekretaris berharap gadis itu bisa tenang. Akan tetapi Milea yang sejatinya tidak apa-apa berpura-pura sedih. Baginya ini kesempatan emas untuk meraih simpati Rey karen
Mata Rio langsung terbelalak hebat. "Jadi ... jadi kamu yang digilainya, dan istrimu adalah orang yang dibuatnya keguguran?" terka Rio. Dia masih belum bisa menetralisir keterkejutan. "Ya begitulah kira-kira. Dan kamu masih saja menyukainya?" Rio terkekeh hambar. "Nasib benar-benar buruk. Aku tahu
Bumi cuma bisa nyengir saja. "Jangan tertawa, Bum! Ini tidak lucu!" dengkus Sakha. - - Enam bulan kemudian. Ballrorm sebuah hotel dihias sedemikian rupa megahnya. Lampu, bunga, serta balon menjadi ornamen pendukung pesta pernikahan dua bersaudara itu. Dua bersaudara? Ya, mereka adalah Aryan d
Rey yang keheranan merebut lembar itu, dan responnya juga sama—membulatkan mata seakan-akan tidak percaya. "Bum, kamu serius?" tanya Rey. Melihat Sakha yang ada di sebelahnya mematung tak bergerak memantik rasa penasarannya menjadi semakin besar. Di dekatinya Bumi, lantas duduk di sisi ranjang. "B
"Mi ...." "Padahal Mimi sudah semedi di spa demi nama ini. Gangga Semesta Jadiyaksa." Bumi dan Rey saling tatap. Mereka tak menyangka nama yang disiapkan begitu indah dan jauh dari nama aktor Hollywood. "Itu artinya apa, Mi?" tanya Bumi. Penasaran dia dan sejujurnya agar tertarik. Nama itu terden
Mata Rey pun kembali terarah ke box bayi yang ada disebelahnya. "Aku bingung. Terlalu banyak nama bagus yang aku pikirkan. Dan satu pun tidak ada yang membuatku yakin. Tolong beri waktu aku untuk memikirkannya," balas Rey. Bumi pun mengiakan dengan anggukan kepala. Sekarang mata Rey kembali ke Bumi
Kebahagiaan yang didapatkan sekarang tidak bisa Bumi jabarkan. Rasanya sangat luar biasa. Setelah melalui masa kontraksi hampir sepuluh jam akhirnya sang bayi lahir dengan selamat dan sehat dengan berat 3,5 kilogram dengan proses persalinan normal. Kebahagiaannya semakin berlipat ketika mengetahui a
"Dan yang membuat aku penasaran, kenapa kamu selalu diam? Kamu seolah tidak mengenalku. Jika kamu mengatakannya mungkin kita sudah lama berteman." "Maaf, aku tidak berpikir sampai di situ. Aku hanya menolong, itu saja," balas Aryan lagi. Senyum Milea semakin mengembang. Lamat dia menatap Aryan yan
Tiga puluh menit. Satu jam. Hingga dua jam berlalu sia-sia. Semua jenis olahraga dia coba. Dari squad jump, push-up, angkat barbel sudah dicoba, hanya saja hasilnya nihil. Aryan kalah dan lelah. Lelaki bingung harus bagaimana. Tubuhnya sudah lemah tapi hasrat untuk mencumbu Milea justru semakin k
"Kamu masih muda? Apa kamu single? Kalau iya, apa kamu mau menjadikan aku istri?" "Maaf, Nona. Saya memang masih single, tapi ...." "Tidak perlu dilanjutkan. Aku hanya butuh itu sebagai awal. Jadi Tuan Jas yang tampan, persiapkan diri untuk menerimaku sebagai istri." Aryan yang baru saja selesai