"Kenapa dilempar? Apa kamu sudah tidak membutuhkannya?" Prita mengambil tongkat itu dan kembali menyerahkannya ke Rey. "Meskipun sudah tidak terlalu sakit tetap saja kamu butuh tongkat. Karena kata dokter kamu belum boleh bergerak bebas dan kakimu harus banyak istirahat." "Aku bisa berjalan norm
"Yota," panggil Sakha. Yota yang menyadari kehadiran Sakha hanya melihat sebentar, lalu kembali sibuk dengan gadget di tangan. Dia hanya merespon sang suami dengan berdeham. "Yota," panggil Sakha lagi. Ada penekanan dari nada suaranya kali ini. Pria itu melepas jas dan mengendurkan dasi. Akan te
Pagi itu, untuk melepas keberangkatan Sakha. Bima dan Yota sengaja mengantar pria itu sampai bandara. Mereka pun mau tak mau bertemu dengan Bumi yang memang menunggu Sakha untuk berjalan masuk ke ruang tunggu keberangkatan. Bumi yang menyadari tatapan Yota semakin ingin melancarkan aksi. Dia sengaj
Dua minggu kemudian Tibalah hari yang sangat dinanti-nantikan oleh Rey. Dia akhirnya kembali mengenakan seragam putih abu-abu. Ekspresinya jangan ditanyakan lagi, dia seakan mendapat bongkahan berlian. "Pak, aku turun di sini saja," ucap Rey kepada sang sopir. Sang sopir terdiam. "Tapi Tuan." "P
Nuna cengo dengan mulut sedikit terbuka. Dia tidak bisa berkata apa-apa lagi. Luntur semua khayalannya untuk melihat Rey dihakimi karena bertindak mesum. Sebab, setelah menyeret Rey dan menjelaskan semua kejadian dari A sampai Z ternyata guru BP hanya diam saja. Ia justru menyeduh teh hangat untuk R
Bel pun berbunyi menandakan jam mata pelajaran yang Sari pegang sudah selesai. Kesempatan itu tidak disia-siakan oleh Rey. Dia berdiri dan mengangkat tangan setelah Sari keluar dari kelas. "Kawan-kawan, mohon perhatiannya sebentar." Ucapan Rey membuat semua murid terdiam dan menatapnya dengan panda
Hari itu Bumi dan Sakha baru saja tiba. Jadwal yang seharusnya hanya seminggu di Kalimantan molor menjadi dua minggu. Namun, Bumi tidak keberatan. Dengan sibuk bekerja, sakit hatinya pada Rey bisa sedikit terlupakan. Dia sudah bisa mengganggap hinaan dan cercaan Rey angin lalu. Malah kini kebalikann
"Heh gadis barbar. Apa kamu masih tidak mau minta maaf," ucap Rey. Dia sengaja menghampiri Nuna yang sedang mendalami peran sebagai kang bersih toilet siang itu. "Kalau kamu mau aku bisa kok minta bapak kepala sekolah menghentikan hukuman kamu ini. Tapi dengan catatan kamu harus minta maaf. Bagaim
Mata Rio langsung terbelalak hebat. "Jadi ... jadi kamu yang digilainya, dan istrimu adalah orang yang dibuatnya keguguran?" terka Rio. Dia masih belum bisa menetralisir keterkejutan. "Ya begitulah kira-kira. Dan kamu masih saja menyukainya?" Rio terkekeh hambar. "Nasib benar-benar buruk. Aku tahu
Bumi cuma bisa nyengir saja. "Jangan tertawa, Bum! Ini tidak lucu!" dengkus Sakha. - - Enam bulan kemudian. Ballrorm sebuah hotel dihias sedemikian rupa megahnya. Lampu, bunga, serta balon menjadi ornamen pendukung pesta pernikahan dua bersaudara itu. Dua bersaudara? Ya, mereka adalah Aryan d
Rey yang keheranan merebut lembar itu, dan responnya juga sama—membulatkan mata seakan-akan tidak percaya. "Bum, kamu serius?" tanya Rey. Melihat Sakha yang ada di sebelahnya mematung tak bergerak memantik rasa penasarannya menjadi semakin besar. Di dekatinya Bumi, lantas duduk di sisi ranjang. "B
"Mi ...." "Padahal Mimi sudah semedi di spa demi nama ini. Gangga Semesta Jadiyaksa." Bumi dan Rey saling tatap. Mereka tak menyangka nama yang disiapkan begitu indah dan jauh dari nama aktor Hollywood. "Itu artinya apa, Mi?" tanya Bumi. Penasaran dia dan sejujurnya agar tertarik. Nama itu terden
Mata Rey pun kembali terarah ke box bayi yang ada disebelahnya. "Aku bingung. Terlalu banyak nama bagus yang aku pikirkan. Dan satu pun tidak ada yang membuatku yakin. Tolong beri waktu aku untuk memikirkannya," balas Rey. Bumi pun mengiakan dengan anggukan kepala. Sekarang mata Rey kembali ke Bumi
Kebahagiaan yang didapatkan sekarang tidak bisa Bumi jabarkan. Rasanya sangat luar biasa. Setelah melalui masa kontraksi hampir sepuluh jam akhirnya sang bayi lahir dengan selamat dan sehat dengan berat 3,5 kilogram dengan proses persalinan normal. Kebahagiaannya semakin berlipat ketika mengetahui a
"Dan yang membuat aku penasaran, kenapa kamu selalu diam? Kamu seolah tidak mengenalku. Jika kamu mengatakannya mungkin kita sudah lama berteman." "Maaf, aku tidak berpikir sampai di situ. Aku hanya menolong, itu saja," balas Aryan lagi. Senyum Milea semakin mengembang. Lamat dia menatap Aryan yan
Tiga puluh menit. Satu jam. Hingga dua jam berlalu sia-sia. Semua jenis olahraga dia coba. Dari squad jump, push-up, angkat barbel sudah dicoba, hanya saja hasilnya nihil. Aryan kalah dan lelah. Lelaki bingung harus bagaimana. Tubuhnya sudah lemah tapi hasrat untuk mencumbu Milea justru semakin k
"Kamu masih muda? Apa kamu single? Kalau iya, apa kamu mau menjadikan aku istri?" "Maaf, Nona. Saya memang masih single, tapi ...." "Tidak perlu dilanjutkan. Aku hanya butuh itu sebagai awal. Jadi Tuan Jas yang tampan, persiapkan diri untuk menerimaku sebagai istri." Aryan yang baru saja selesai