Share

Selesai

Author: Kanietha
last update Last Updated: 2021-05-04 09:52:15

Sinar melemparkan ponselnya dengan keras ke arah Bintang. Jika saja, kepala pria itu tidak langsung bergeser ke arah kiri, mungkin sisi wajah Bintang saat ini sudah lebam, terkena benda pipih dengan lebar 6,4 inchi itu.

Ponsel tersebut berakhir membentur dinding, yang ada di belakang Bintang dengan keras. Kemudian jatuh terhempas retak, di lantai marmer begitu saja.

“Kamu main-main sama aku, Mas? Aku sudah setuju untuk rujuk demi anak yang aku kandung, tapi sekarang, kamu malah cerain aku!” jerit Sinar, sudah tidak dapat lagi membendung gejolak yang akhirnya tumpah membanjiri pipinya. "Kamu mau balas dendam sama aku!"

“Ini bukan mauku, Nar.” hela Bintang maju satu langkah untuk mendekati Sinar. Namun, gadis itu juga mundur satu langkah, untuk menghindari Bintang. “Perusahaanku akan bermsalah dan para karyawan juga akan kehilangan mata pencahariannya, kalau aku gak cerain kamu.”

“Kamu lebih mentingin karyawanmu dari pada aku sama anakmu?” sambar Sinar di detik selanjutnya. “Apa kamu gak mikirin gimana perasaanku, gimana anakmu nanti? kalau perusahaanmu bermasalah, kamu masih punya jabatan di Network untuk pegangan! Karyawanmu juga bisa nyari pekerjaan baru di luar sana!”

Bintang kembali berusaha untuk berjalan menghampiri Sinar.

“Berhenti di situ, Mas!” seru Sinar menunjuk Bintang dengan terisak. “Dari dulu, aku selalu diam, selalu mengalah, selalu dinomor duakan meski statusku sekarang adalah istri sahmu.”

“Sinar …”

“Mamamu pasti senang kalau dengar kita akhirnya cerai.”

“Jangan bawa-bawa, mama, Nar.”

Decihan yang keluar dari mulut Sinar tampak kentara. “Keluar dari apartemenku!” usirnya sembari mengusap semua bulir basah yang masih mengalir di wajahnya. Bibirnya pun masih bergetar dengan isakan yang tertahan sesak di dada.

Ayahnya ditahan dan kini, Sinar benar-benar sudah menjadi janda. Dan semua itu perbuatan dari satu orang yang bernama Pras.

Pada mulanya, Sinar mengajukan gugatan cerai karena sudah tidak tahan dengan sikap Inka. Ibu mertuanya itu, selalu ikut campur dan membandingkan Sinar dengan mantan istri Bintang. Belum lagi, Sinar selalu dituduh menjadi penyebab perceraian antara Bintang dan Daya.

Inka juga selalu mengungkit Sinar yang tidak kunjung hamil, padahal keduanya sudah menikah selama dua tahun. Lalu, untuk semua sakit hati yang dipendam sekian lama, amarah Sinar memuncak dan memutuskan untuk mengajukan gugatan cerai.

Namun, di tengah jalan, pikiran Sinar berubah saat ia mengetahui kalau dirinya tengah hamil. Ia pun menyetujui permohonan Bintang agar rujuk dengannya.

Kemudian, inilah akhirnya, mereka bercerai karena pria asing bernama Pras. Pria itu tiba-tiba saja datang, dan menghempas semua mimpi indah Sinar yang baru saja hendak kembali dirajut bersama Bintang.

Sungguh, Sinar tidak mengerti, siapa Pras sebenarnya. Pria seperti apa yang sedang dihadapinya saat ini. Sebegitu berkuasanyakah seorang Prasetyo Sagara, hingga mampu membuat hidupnya jungkir balik hanya dalam jentikan jarinya.

“Nar …”

“Keluar aku bilang! Dan jangan pernah injakkan kakimu lagi di sini. Kita sudah cerai! Selesai.”

--

Dengan gontai, kepala Sinar tertunduk lesu berjalan di sepanjang koridor rumah sakit, menuju pintu keluar. Ia baru saja memeriksakan kembali kandungannya, karena khawatir dengan pikirannya yang stress belakangan ini. Dan, untunglah, semua baik-baik saja.

Berkali-kali Sinar menarik napas dalam-dalam lalu membuangnya dengan pasrah. Setelah hari itu, Sinar mengajukan cuti selama tiga hari. Ia hanya mendekam di dalam apartemen meratapi nasibnya seorang diri. Gadis itu hanya keluar untuk membeli ponsel baru. Menggantikan ponsel yang telah ia hempas dengan keras hingga membentur dinding untuk melempar Bintang.

Sinar hanya sesekali menelepon sang bunda, July, untuk bertukar kabar. Memastikan wanita yang telah melahirkannya itu dalam keadaan sehat, dan tidak terlalu tertekan karena sang suami sudah tidak lagi bersamanya.

Sinar belum mengatakan apapun pada July tentang perceraiannya dengan Bintang. Sang Bunda, hanya tahu, kalau Sinar telah berubah pikiran, tidak jadi bercerai, karena gadis itu tengah hamil.

Sayup-sayup ia mendengar seseorang memanggil namanya, saat Sinar sudah berada di lobi rumah sakit. Dengan berat, Sinar mengangkat wajah, memutar sedikit kepalanya ke arah kiri.

“Sendiri? apa sama suami?”

Bira, sahabat Sinar yang menghampirinya itu, tampak celingukan menatap lurus pada lorong koridor yang baru saja ditinggalkan gadis itu. Mencari sosok yang dikenalnya tapi tak kunjung ada. Tatapannya kemudian turun melihat gadis itu, mengernyit.

“Wei, sendirian? kamu sakit?”

Sinar seakan terhenyak, jiwanya seolah ada dan tiada. Dan baru menyadari saat suara Bira sedikit menyentaknya.

“Sendiri.” Sinar ikut celingukan dan memiringkan tubuhnya. Maniknya berpencar untuk melihat dengan siapa Bira di rumah sakit. “Kamu sama siapa? Ngapain di sini?”

“Aku sendiri, mau jemput mami.” jawab Bira. "Kamu sendiri, ngapain?"

Mata Sinar mengerjab satu kali, tidak mengacuhkan pertanyaan Bira. “Tante Aida sakit?’

“Bukan mami, tapi Nando. Kena demam berdarah. Mau ikut jenguk, gak?” tawar Bira mengajak Sinar untuk menjenguk keponakannya.

Tanpa harus berpikir lagi, Sinar mengangguk, mengiyakan. Daripada ia harus pulang dan lagi-lagi menyendiri di apartemen untuk meratap. Lebih baik menerima tawaran Bira untuk menjenguk keponakan pria itu. Toh, Sinar sudah mengenal Aida dan ibu Nando, Viona, dengan baik.

Saat masih kuliah dulu, Sinar sempat beberapa kali diajak Bira ke rumah pria itu. Tidak hanya berdua, tapi ada beberapa teman lagi yang ikut bersamanya untuk mengerjakan tugas dari dosen mereka.

“Aku denger dari Pak Harsa, papimu mau nyalonin jadi gubernur ya, Bir?”

“Yoi,” jawabnya santai. “Makanya, aku rada kalem belakangan ini, demi pencitraan papi. Aku aja, sudah gak pernah pergi clubbing, diawasi ketat!”

Sinar terkekeh pelan, merasa senasib karena sudah tidak pernah pergi ke tempat hingar bingar yang penuh maksiat itu lagi. Semenjak menikah dengan Bintang, pria itu sama sekali tidak memperbolehkan Sinar untuk memasuki tempat tersebut. Apalagi sekarang, tidak mungkin kan kalau dirinya yang tengah hamil, pergi clubbing dan meliukkan tubuh di lantai dansa.

Sungguh hal yang sangat konyol! Meskipun, ada sudut terkecil di hatinya, yang ingi pergi ke sana untuk menghilangkat penat di kepala. Tapi, Sinar masih waras untuk tidak melakukan itu semua di tengah kehamilannya.

“Baguslah.” komentar Sinar. “Sudah waktunya kamu tobat dari semua perbuatan yang penuh maksiat itu.”

Tawa Bira seketika menggema di koridor rumah sakit. Buru-buru Sinar menghardiknya agar segera mengatup rapat mulut besarnya itu.

“Halaah, bilang aja, kamu juga kangen pengen clubbing.”

Sinar tidak menjawab. Ia hanya menghembuskan napas sembari kembali menundukkan kepala. Lalu tanpa terasa langkah kakinya berhenti, mengikuti terpakunya kaki Bira di depan pintu sebuah ruang VIP.

Viona, kakak perempuan Bira, segera meletakkan jari telunjuknya di depan bibir. Wanita itu mengkode Bira agar tidak berisik dan melirik Nando yang terbaring dengan lelap. Viona tampak terkejut melihat kedatangan Sinar. Ia lupa, kapan terakhir kali bertemu dengan gadis yang pernah membuat Bira patah hati, karena Sinar hanya menganggap adiknya itu, sebagai sahabat, tidak lebih.

Sejurus kemudian, ponsel Bira berbunyi. Pria itu berbalik dan kembali keluar untuk menerima panggilan terlebih dahulu

Sinar tersenyum, lalu menghampiri Aida dan Viona, yang duduk santai di sofa. Mencium punggung tangan Aida terlebih dahulu dengan takzim. “Apa kabar, Tan?”

“Tante, ya gini-gini aja, Nar. dari dulu.” jawab Aida. “Kamu sendiri apa kabar?”

“Sama kayak Tante, begini-gini aja.” balas Sinar dengan cengiran, masih berdiri canggung di depan Aida dan Viona.

“Kamu lagi di rumah sakit juga?” sambar Viona. “Tambah semok aja tuh badan.” sambungnya kemudian.

Sinar mengangguk dengan mencebik dramatis. “Gendut, maksudnya?”

Ketiga wanita berbeda generasi itu lantas terkekeh akrab. Tanpa sadar, sedari tadi, ada yang termangu di depan pintu kamar mandi melihat interaksi mereka.

“Loh, Mas, di sini juga?”

Celetukan Bira yang baru saja masuk melewati pintu, membuat Sinar memutar tubuh. Menatap Bira sebentar lalu pandangannya beralih kemana mata Bira tertuju.

Detik itu juga tubuh Sinar terpaku beku. Tatapannya langsung bersirobok tajam dengan pria yang sudah mengacaukan hidupnya dalam hitungan hari.

Mau apa orang itu di sini?

Mas?

Bira memanggil pria itu dengan sebutan ‘mas’? apa hubungan pria itu dengan keluarga besar Raja?

“Oh, ya, Nar. Kamu pasti belum kenal kan, Dia itu anak tante yang pertama, Masnya Bira sama Vio. Namanya Pras! Akhirnya setelah dibujuk ini itu, mau juga dia balik ke Jakarta ….”

Sederet penjelasan Aida yang panjang lebar itu, tidak lagi mampu ditampung oleh Sinar. Napasnya sudah tercekat di tenggorokan. Penglihatan gadis itu buram seketika, gelap. Dan ... sepersekon kemudian, tubuhnya sudah jatuh terkulai lemas. Sinar tidak sadarkan diri.

Comments (6)
goodnovel comment avatar
Mary Angel
eh.. Bira gagal dptin sinar... lanjut kakaknya...
goodnovel comment avatar
Dimpi
kasian juga sama sinar
goodnovel comment avatar
Yuli Defika
Halahh Pras mkin gencar deketin Sinar niih
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • My Arrogant Lawyer   Karma

    Bulu mata nan lentik itu terbuka perlahan. Maniknya mengerjab pelan, menyesuaikan pendaran cahaya yang masuk ke dalam mata. Bau khas dari rumah sakit membuat Sinar pelan-pelan sadar, kalau dirinya masih berada di tempat yang sama. “Sudah aktingnya?” Manik Sinar membola seketika. Kembali, napasnya seolah tercekat saat mendengar suara pria yang sudah membuat hidupnya runyam. Tapi, untuk apa pria itu di sini? Sinar kembali mengerjab, memastikan lagi keberadaannya saat ini. Dan benar, ia masih berada di rumah sakit. Terbaring lemah, dan hal terakhir yang sempat tersemat di pikiran Sinar ialah, ia tengah menjenguk keponakan Bira di ruang VIP. Sinar bangkit perlahan, posisi duduknya sedikit membungkuk malas. Terkesiap saat menatap wajah arogan, yang tengah duduk santai di sofa, tanpa melepas tatapan tajamnya pada Sinar. “Hapemu dikunci, jadi, kami gak bisa menghubungi keluargamu.” ujar Pras dengan intonasi datarnya. “Bukannya aku gak mau men

    Last Updated : 2021-05-05
  • My Arrogant Lawyer   Dipecat

    “Kamu baik-baik aja, Nar?” tanya Harsa setelah rapat redaksi pagi selesai. Gadis itu terlihat pucat dengan lingkaran hitam yang menggantung di bawah mata. “Kalau sakit, kamu bisa pulang dan istirahat.”Sinar menutup laptopnya lalu tersenyum menatap Harsa. “Saya sehat, Pak. Cuma kurang tidur.” jawabnya jujur. “Permisi.”Sinar perpamitan terlebih dahulu, keluar dari ruang rapat dengan memeluk laptop di depan dada. Duduk di meja kerjanya dan bersiap merangkum semua resume rapat dan mengirimkannya ke email redaksi Metro.“Nar, tolong gantiin Farah untuk rapat direksi di atas setengah jam lagi.” pinta Harsa yang baru saja menerima telepon dari direktur utama. “Farah gak masuk, dan sebentar lagi ada rapat kecil pemegang saham.”Namun, sejurus kemudian Harsa dengan cepat meralat ucapannya. “Sepertinya gak usah, Nar. biar saya minta anak iklan aja yang gantiin Farah. Kamu sebaiknya pula

    Last Updated : 2021-05-06
  • My Arrogant Lawyer   Sekilas Kisah Lalu

    Begitu pintu mobil ditutup dari luar, Pras membuka matanya perlahan. Menegakkan kepala dan membuang pandangan ke luar jendela. Ingatannya kembali berputar, akan rekaman pertemuan yang terjadi antara dirinya dan Daya, sekitar seminggu yang lalu di sebuah rooftop bar. “Aku baru dengar kalau kamu cerai dengan Bintang.” Pras memandang cinta pertamanya itu lamat-lamat. Wajah kalem keibuan dengan senyum khas yang begitu hangat, selalu mampu mencairkan hatinya dahulu kala. “Yaa, udah lama sih.” Daya menyematkan senyum manisnya. “Kamu, tumben ngajak ketemuan? Udah berapa lama yaa … kapan balik Singapur lagi?” ingatan Daya berputar di saat ia masih menjadi junior Pras di kampus saat itu. Dan pria itu tidak pernah lagi menemuinya, sejak Daya memberi Pras sebuah kartu undangan pernikahannya dengan Jagad, kakak Bintang. “Kenapa kamu cerai dengan Bintang, Day?” Pras tidak pernah berubah, ia selalu saja tidak bisa berbasa basi untuk mengungkapkan tujuannya. Pria itu juga t

    Last Updated : 2021-05-08
  • My Arrogant Lawyer   Sebuah Norma

    Butuh dua kali Harsa men-dial nomor Pras, sampai sang pengacara itu mengangkat teleponnya. “Hmm.” Tidak ada kata sapaan yang terdengar dari ujung sana saat Pras sudah mengangkat telepon dari Harsa. Hanya sebuah gumaman angkuh yang pastinya menjengkelkan indera pendengaran. “Kamu memecat Sinar, Pras? tanpa berdiskusi terlebih dahulu denganku? dia itu sekretarisku.” Harsa tidak perlu berbicara formal dengan sang pemilik baru Metro Ibukota itu, karena ia sudah mengenal Pras sedari pria itu masih menjejakkan awal karirnya menjadi pengacara. “Aku pemilik Metro sekarang, Om. Dan, aku sudah bilang dari awal kalau akan merombak manajemen di sana dan sekred Om itu salah satunya.” “Pras.” Harsa meraup separuh wajahnya. “Nyari sekred yang bisa dibilang multitalenta dan gak pernah mengeluh seperti Sinar itu sekarang susah! Apalagi, dia sudah 3 tahun jadi sekred di Metro. Seluruh wartawan cabang sudah kenal akrab dan Sinar tahu past

    Last Updated : 2021-05-09
  • My Arrogant Lawyer   Nikah Siri

    Bagi Sinar, Bintang adalah sosok suami yang sempurna. Sangat bertanggung jawab, dan tidak segan membantunya dalam berbagai urusan rumah tangga. Rasa-rasanya, tidak ada yang tidak bisa Bintang lakukan. Pria itu, juga sangat lihai dalam memasak, bahkan, terkadang rasa masakan yang dibuatnya justru lebih nikmat daripada milik Sinar sendiri. Beruntung! Hanya satu kata itu yang bisa diungkap Sinar, saat bisa memiliki seorang suami seperti Bintang. Tapi kalau diselami lagi, ternyata tidak ada kesempurnaan di dunia ini. Dibalik itu semua, Sinar harus bisa merelakan sebagian besar waktu Bintang untuk putranya lalu pekerjaannya. Setelah semua selesai, barulah giliran Sinar mendapatkan waktu berdua dengan sang suami. Hal itu sudah berlangsung selama masa pernikahan mereka. Belum lagi, jika ibu Bintang yang memang sering sengaja mengadakan makan bersama, dan juga terang-terangan tidak mengajak Sinar di dalamnya. Sinar sudah cukup bersabar untuk m

    Last Updated : 2021-05-10
  • My Arrogant Lawyer   Tidak Sabar

    Jelang siang, Sinar menelepon Bintang agar tidak perlu datang ke apartemannya. Wanita itu hendak pergi mengunjungi sang bunda di butiknya. Mungkin sudah waktunya bagi July mengetahui segalanya. Kalau Sinar sebenarnya sudah bercerai dengan Bintang. Sekaligus ingin meminta saran, tentang tawaran Bintang untuk menikah secara siri terlebih dahulu. “Kamu gak kerja? Jam segini sudah nongol di butik?” July merupakan seorang modiste* yang sudah merintis usahanya sejak lulus SMA. Berawal dari menerima jahitan di rumah, hingga kini memiliki dua buah ruko hasil keringatnya sendiri yang dinamai Julynisme House, atau sering disebut JH oleh para pelanggannya. “Aku dipecat,” kata Sinar merebahkan diri pada sofabed yang tersedia di ruang kerja sekaligus tempat istirahat bagi sang bunda. “Dipecat?” July membuka kacamatanya, membiarkan tergantung di dada lalu menghampiri Sinar. Duduk di samping putrinya, ditepi sofa. “Kamu bikin ulah? Ada salah apa?” “Metro gan

    Last Updated : 2021-05-11
  • My Arrogant Lawyer   Gak Punya Uang

    Setelah sepuluh menit Pras menunggu Sinar di ujung koridor yang mengarah ke toilet. Wanita itu tidak kunjung keluar, untuk menampakkan batang hidungnya.Karena Pras bukan pria penganut kata sabar, maka ia berinisiatif untuk menyusul Sinar. Melewati koridor, kemudian berbelok lalu tercengang.Dua pintu kamar toilet yang saling berdampingan itu terbuka semuanya. Pras berjalan perlahan untuk menengok ke dalam. Tidak ada tanda-tanda Sinar di sana.Shoot!Kembali dengan emosi yang bergejolak. Pras bertanya kepada salah seorang pramuniaga yang ada di sana.“Apa … ada pintu lagi di belakang ruko ini?” tanya Pras dengan mengarahkan telunjuknya ke belakang punggungnya.Sang pramuniaga tersebut ternganga takjub sejenak, menatap Pras.“Mbak!”“Eh, iya, ada, Mas. Pintu ke belakang.”“Di mana?”“Lorong ini lurus, belok kiri terus belok kanan, ada taman belakang, nah,

    Last Updated : 2021-05-12
  • My Arrogant Lawyer   Harga Teman

    “Pesangonmu sudah ditransfer, Nar.”Chat dari salah satu staff keuangan di Metro, membuat Sinar buru-buru membuka aplikasi mobile bangking-nya. Melihat rincian mutasinya selama tiga hari terakhir.“Lumayan.” gumamnya namun dengan bibir yang mengerucut kemudian, memikirkan pekerjaan apa yang bisa ia ambil dengan kondisi hamil seperti ini. Ikut membantu sang bunda di JH bukanlah passion Sinar sama sekali. Meskipun ia memiliki bakat dalam hal jahit-menjahit, namun Sinar enggan berurusan dengan itu semua. Sinar sama sekali tidak tertarik.Terlihat juga nama Bintang di sana, pria itu juga mentransfer sejumlah nominal yang tidak bisa dibilang sedikit sebenarnya. Sinar tidak akan menolak atau mentransfer kembali uang tersebut. Toh ada anak Bintang yang tengah ia kandung saat ini, jadi pria itu juga punya kewajiban untuk menafkahinya.Kembali Sinar berpikir tentang tawaran Bintang untuk menikah siri, dengan pria itu. Dan

    Last Updated : 2021-05-14

Latest chapter

  • My Arrogant Lawyer   TamaT

    Hola Mba beb ...My Arrogant Lawyer beneran tamat, kok. :D :D :DMeskipun saia juga gak rela, tapi, udah waktunya mup~on. Jadi cukup sekian dan terima kasih banyak sudah nemeni Pras sama Sinar sampai beranak pinak di GoodNovel.Sediih ... karena buat saia pribadi, Pras sama Sinar emang tokoh yang paling EUGH!, sampai saia bawa karakter mereka ke GN dengan cerita yang berbeda.Udahan curcolnya, eheheh ... Dan seperti janji saia waktu itu, ada hadiah tambahan untuk top fans setelah MAL tamat yakk. Datanya saia ambil per tanggal 20 Jan 2022 tepat pukul 20.00 WIB 1. Shifa Chibii : 500 koin GN + pulsa 200rb2. Fidyani - : 500 koin GN + pulsa 200rb3. Rafa Damanhuri : 300 koin GN + pulsa 150rb Untuk nama yang saia tulis di atas, bisa klaim koin GN dengan kirim screenshood ID lewat DM Igeh @kanietha_Kok top fans 1 dan 2 sama dapatnya? Karena total gem yang diberikan ke MAL jumlahnya sama, jadi biar fair, yakk. Saia tunggu konfirmasi sampai hari minggu ya, jadi senin bisa

  • My Arrogant Lawyer   Benar-benar dicintai

    Pagi yang sibuk. Seperti itulah gambaran hari libur yang selalu dihadapi oleh Mai selama lima tahun belakangan ini. Setelah bangun di pagi hari, ia akan selalu menuju dapur terlebih dahulu untuk membuat camilan juga sarapan, untuk dua orang penghuni yang masih tertidur dengan begitu lelap. Di hari libur seperti ini, putri Mai pasti akan mengungsi ke kamarnya dan mereka akan selalu berakhir dengan tidur bertiga. Meskipun ingin protes karena jatah malamnya akan berkurang, tapi Raj tidak bisa menolak jika putri kecil mereka sudah merengek untuk minta tidur bersama. Tidak hanya itu, Raj merupakan seorang ayah yang sangat memanjakan putri semata wayang mereka itu. Apapun yang gadis kecilnya itu minta, Raj pasti akan menurutinya tanpa kata tapi. “Mamiii …” Langkah kecil yang tergesa itu berlari memasuki dapur dengan ma

  • My Arrogant Lawyer   Kebanyakan Halu

    Dengan iming-iming bahwa Rajlah yang nantinya akan mengurus bayi mereka saat malam menjelang, ketika telah lahir. Akhirnya, Mai setuju untuk bertahan dan melahirkan secara normal. Meskipun, banyak drama yang diciptakan dan entah sudah berapa luka serta cubitan yang telah diterima, Raj hanya pasrah saja. Karena ada masanya nanti, ia akan membalas semua ‘dendam’ saat ini pada Mai. Tunggu saja saat masa nifas istrinya itu selesai, maka Raj benar-benar akan membalasnya. Sampai pada akhirnya, Raj benar-benar terhenyak ketika kuku-kuku nan lentik dan terawat itu kembali menusuk pada luka yang sama. Hanya saja, kali ini tancapan kelima jemari itu lebih bertenaga dari yang sudah-sudah. Ditambah, jeritan sang istri yang sangat panjang itu, ternyata mengakhiri semua perjuangan seorang Mai. Seorang bayi perempuan nan cantik, akhirnya lahir ke dunia dengan penuh perjuangan. Mendengar tangis pertama yang begitu kencang dari bayi mungil mereka, membuat Raj seketika menitikkan air

  • My Arrogant Lawyer   Pendengar Setia

    Begitu keluar dari mobil yang berhenti di depan lobi pintu rumah sakit, Sinar langsung menelepon Raj untuk bertanya mengenai kamar yang Mai tempati saat ini. Namun, satu hal yang membuat Sinar akhirnya menggelengkan kepala, karena putri dan menantunya itu masih berada di sebuah restoran Padang. Mai masih belum mau beranjak dari sana, karena beralasan perutnya masih terlalu penuh, sehingga enggan untuk melangkah. Pada akhirnya, Sinar dan Pras hanya bisa menjenguk Sila untuk sementara sembari menunggu Mai sampai ke rumah sakit. Sebenarnya, Sinar hendak mengomeli Qai karena tidak memberinya kabar sama sekali mengenai kondisi Sila. Putranya itu juga tidak mengangkat, ketika Sinar meneleponnya. Hingga rasa penasaran bercampur kesal, kini hendak ia luapkan pada putranya itu, sampai Sinar merasa puas. Namun, setelah Sinar dan Pras masuk ke dalam ruangan yang ditempati Sila saat ini, semua rasa kesal itu akhirnya hilang. Melihat Sila yang benar-benar terbarin

  • My Arrogant Lawyer   Kapan Lagi

    Pikiran Sinar dan Pras kali ini benar-benar terpecah. Sungguh merasa tidak nyaman dengan Bira dan sang istri. Setelah pagi tadi Qai tidak bisa menghadiri pernikahan, karena harus menjaga Sila yang mendadak pingsan dan langsung dibawa ke rumah sakit. Kini, Raj menelepon untuk mengabarkan hal yang sama. Tidak bisa menghadiri akad nikah yang akan berlangsung, karena kondisi Mai yang mulai kontraksi dan harus berangkat ke rumah sakit. “Gimana?” tanya Pras setelah Sinar kembali menelepon Raj. “Ini lagi mau jalan ke rumah sakit.” Sinar meraih tangan Pras dan meremasnya dengan kuat. Menyalurkan kecemasan yang kini tengah menggelayut di hatinya. Melahirkan seorang anak ke dunia tidak akan pernah mudah. Untuk itulah, rasa cemas di hati Sinar kini semakin menjadi-jadi. “Sudah ngomong sama Bira?” Pras mengangguk. “Sudah, setelah akad nikah selesai. Kita langsung ke rumah sakit.” “Aku gak enak sama Bira kalau begini,” keluh Sinar. “Terus maumu itu bagaima

  • My Arrogant Lawyer   Alasan Terbaik

    Sejak kejadian hari itu, Raj sangat berhati-hati dalam mengeluarkan ucapannya. Semua Raj lakukan demi calon putrinya, demi Mai dan tentu saja demi keluarga kecilnya. Mengingat wajah Pras ketika mengancamnya kala itu, hati Raj juga sempat waswas dengan nasibnya jika Mai sampai tidak ingin berbaikan dengannya. Bukan karir yang Raj permasalahkan, tapi, nasib rumah tangga yang sudah pasti akan tercerai berai. Apalagi, jika nantinya ia tidak bisa bertemu dengan istri dan anaknya ketika telah terlahir ke dunia. Hanya satu hal itu yang Raj cemaskan, ketika sang mertua sempat memberi ancaman sedemikian rupa. Namun, nasib akhirnya berpihak pada Raj. Sang istri ternyata tidak sesulit itu ketika dibujuk. Bahkan, jika dipikir lagi, Mai itu cenderung penurut meskipun harus banyak drama yang tercipta sebelumnya. Asal kemauannya dituruti, maka dunia akan aman sejahtera. Hanya itu kuncinya jika ingin berhasil saat bernegosiasi dan berhadapan dengan Mai. Masalah hati, R

  • My Arrogant Lawyer   Cuti

    Begitu mendengar penjelasan dokter, mengenai kondisi Mai dan kandungannya baik-baik saja, ketiga orang yang saat ini berada di kamar VVIP itu langsung bernapas lega.“Meskipun baik-baik saja, tapi tingkat stresnya tetap harus dijaga,” lanjut dokter menjelaskan kondisi psikis Mai yang memang harus tetap diperhatikan karena tengah hamil besar. “Karena dampaknya, tidak akan baik bagi kondisi janin.”Manik Sinar dan Pras kompak menatap Raj dengan sebuah tanda tanya besar. Tampaknya, rumah tangga putrinya dengan Raj, sedang tidak baik-baik saja. Kalau Mai tidak stres, tidak mungkin putri mereka itu akan terdampar di rumah sakit seperti sekarang.“Baik, Dok, terima kasih,” ucap Sinar dan sang dokter itu berlalu dari ruang rawat inap tersebut. Menyisakan keempat orang yang kini saling pandang dalam diam.“Stres?” Pras menghampiri sang putri lalu duduk di tepi tempat tidurnya. “Kalian berdua bertengkar?”

  • My Arrogant Lawyer   Terima Akibatnya

    Raj memang sengaja pulang terlambat. Bahkan, Raj pulang ke rumah saat langit sudah berubah kelam. Hatinya masih merasa kesal karena kejadian siang tadi. Ia bahkan sampai melupakan, kalau sudah membayar kamar hotel yang akan ditempati malam ini bersama sang istri.Ketika roda empatnya sudah berhenti di depan pagar, Raj mengernyit memandang rumahnya yang gelap gulita. Tidak mungkin kalau Mai belum pulang sampai semalam ini. Atau, Raj telah melewatkan sesuatu?Mengeluarkan ponselnya dari saku jas, Raj meneliti satu pesatu telepon masuk beserta chat yang ia terima dari siang sampai detik ini. Namun, tidak ada nama istrinya di dalam sana.Atau, jangan-jangan telah terjadi sesuatu dengan Mai di dalam sana?Bulu kuduk Raj merinding seketika membayangkannya. Ia buru-buru keluar, membuka pagar dan masuk ke dalam rumah dengan tergesa. Menyalakan seluruh penerangan yang ada dan mencari sang istri di setiap sudut rumah.“Mi …”Setelah

  • My Arrogant Lawyer   Rawat Inap

    “Ke rumah sakit, Pak,” titah Mai setelah Ibam masuk ke dalam mobil dan sudah berada di belakang kemudi.“Ke rumah sakit?” tanya Ibam membalik badan seraya memasang sabuk pengaman. “Rumah sakit mana, Bu? Tadi kata pak Raj, saya disur—”“Ke rumah sakit ibu dan anak,” putus Mai lalu menyebutkan nama rumah sakit yang biasa ia kunjungi setiap bulannya untuk kontrol kandungan. “Nanti sampai sana, Pak Ibam bisa pulang aja.”“Loh, Bu? Kena—”“Jangan bilang sama pak Raj, kalau saya di rumah sakit.” Mai kembali memotong ucapan Ibam. “Udalah Pak, jalan aja. Saya capek banget mau ngomong.”“I-iya, Bu.” Ibam mana berani membantah. Ia langsung melajukan mobilnya ke tempat yang sudah disebut oleh sang majikan. Meskipun banyak tanya yang ada di kepala, tapi Ibam tidak berani bertanya ketika mood Mai terlihat buruk seperti sekarang.Selama

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status