Share

Dipecat

Penulis: Kanietha
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-06 22:29:55

“Kamu baik-baik aja, Nar?” tanya Harsa setelah rapat redaksi pagi selesai. Gadis itu terlihat pucat dengan lingkaran hitam yang menggantung di bawah mata. “Kalau sakit, kamu bisa pulang dan istirahat.”

Sinar menutup laptopnya lalu tersenyum menatap Harsa. “Saya sehat, Pak. Cuma kurang tidur.” jawabnya jujur. “Permisi.”

Sinar perpamitan terlebih dahulu, keluar dari ruang rapat dengan memeluk laptop di depan dada. Duduk di meja kerjanya dan bersiap merangkum semua resume rapat dan mengirimkannya ke email redaksi Metro.

“Nar, tolong gantiin Farah untuk rapat direksi di atas setengah jam lagi.” pinta Harsa yang baru saja menerima telepon dari direktur utama. “Farah gak masuk, dan sebentar lagi ada rapat kecil pemegang saham.”

Namun, sejurus kemudian Harsa dengan cepat meralat ucapannya. “Sepertinya gak usah, Nar. biar saya minta anak iklan aja yang gantiin Farah. Kamu sebaiknya pulang, istirahat.”

“Saya gak papa, Pak.” ucap Sinar sembari menepuk pelan pipinya berulang kali dengan kedua tangan.

Harsa menarik kursi di hadapan Sinar, duduk di sana. “Sebaiknya kamu ambil cuti lagi, Nar. kamu perlu menenangkan diri, dan pikirkan lagi rencana perceraianmu dengan Bintang.”

Detik itu juga, entah mengapa Sinar terisak dengan tangan yang terjatuh untuk mengusap perutnya. “Saya udah cerai, Pak.”

“Bukannya … terakhir saya ketemu Bintang, dia bilang kalau kalian akan rujuk, karena kamu sedang hamil.”

“Gak jadi.” isaknya mengambil dua lembar tisu dan mengusap semua lelehan bening yang terjatuh di wajah pucatnya. “Mas Bin yang nyerein saya, Pak.”

“Tapi, Nar …”

Harsa tidak melanjutkan lagi kalimatnya karena ponselnya kembali berdering dan sang direktur utama kembali meneleponnya.

Melihat itu, Sinar beranjak dari duduknya. “Saya ke atas dulu, Pak. Mau lihat persiapan rapatnya. Permisi.”

Harsa mengangguk, ikut beranjak namun dengan tujuan yang berbeda sembari berbicara dengan seseorang yang baru saja menghubunginya.

“Kamu sakit, Nar?” tanya Zain, direktur utama dari Metro Ibukota saat memasuki ruang meeting yang dikelilingi oleh dinding kaca. “Kalau sakit sebaiknya pulang dan istirahat, biar saya panggil anak iklan atau pemasaran yang bantu di sini.”

Sinar yang tengah memastikan semua perangkat yang akan digunakan di ruang meeting pun melempar senyum. “Padahal lipstik saya sudah merah loh, Pak. masa’ masih kelihatan pucat?” kelakarnya yang disambut kekehan oleh Zain.

“Bibirmu boleh merah, tapi kantung mata dan kulit pucatmu itu gak bisa bohong.” Zain menarik salah satu kursi besi yang tepat berhadapan dengan proyektor dan meletakkan bokongnya di sana.

“Farah sakit apa, Pak?” Sinar tidak ingin melanjutkan pembahasan mengenai dirinya. Karenanya, ia mencoba mengalihkan topik pembicaraan.

“Diare!” seru Zain dengan gelengan juga diikuti kekehan.

“Owh.” bibir merah Sinar itu membulat penuh, mengangguk-angguk ikut prihatin. “Ini rapat apa sih, Pak? kalau rapat pemegang saham, kok gak ada woro-woro heboh gitu kayak biasanya.”

“Cuma silaturahmi kecil, pemilik saham yang baru mau lihat-lihat Metro, dan nantinya semua manajemen bakal di rombak sama beliau.”

“Eh, saya ke mana aja ya, sampai gak tahu beritanya.” Sinar memberi cengiran lebarnya pada Zain. Sungkan sebenarnya, karena sebagai salah satu sekretaris, belakangan ini ia justru tertinggal banyak mengenai isu perusahaan.

Namun, Zain memaklumi, karena sekrednya itu pasti tengah dipusingkan dengan masalah ayahnya dan juga perceraiannya. Cobaan bertubi yang terjadi dalam satu waktu, tentulah tidak mudah untuk dijalani,

“Pak …”

Panggilan Sinar tersebut tenggelam dengan beberapa tawa yang menggema seketika di ruang rapat. Tubuhnya berputar melihat ke arah pintu masuk dan lagi-lagi tubuh Sinar seolah beku. Terpaku statis tidak mampu menggerakkan kakiknya ke manapun.

Terlebih saat maniknya kembali bersirobok dengan pria yang sudah membuat runyam hidupnya belakangan ini. Dan selanjutnya, seisi ruangan terasa berputar lalu … gelap. Tubuhnya kembali terjatuh lunglai, Sinar … pingsan.

--

“Minum dulu teh angetnya, Mbak.” kata salah satu office girl yang ditugaskan menemani Sinar di ruang direktur utama.

Gadis itu masih merasakan pusing yang teramat sangat, setelah siuman beberapa menit yang lalu. Sinar menggumam sebentar sebelum akhirnya berucap terima kasih. Kepalanya masih berat untuk bangkit dari sofa yang saat ini ditidurinya.

“Siapa yang gantiin saya rapat, Jess?” tanya Sinar pada OG yang bernama Jessy tersebut.

“Mbak Rera.” jawab Jessi sudah duduk di samping Sinar yang masih saja betah merebahkan diri. “Kata Pak Zain, Mbak Sinar disuruh pulang aja, istirahat.”

“Mereka masih rapat?”

“Masih.” Jessy berpindah posisi duduk di dekat kepala Sinar, bermaksud membantu gadis itu untuk duduk agar bisa segera meminum teh hangatnya. Tangan kirinya terselip dibelakang bahu untuk menegakkan tubuh Sinar. “Gak nelpon Pak Bintang, Mbak. Minta jemput?”

Senyuman yang diberikan Sinar kepada Jessy sangatlah tipis, seolah tenaga yang berada di tubuhnya sudah musnah tidak bersisa. Ia menyambut uluran teh hangat yang diberikan oleh Jessy dan meminumnya hingga separuh.

“Tolong bawa ke pantry, Jess.” pinta Sinar saat meletakkan kembali teh hangatnya di meja. “Kamu balik aja, saya bentar lagi keluar, mau ke bawah.”

“Pulang, Mbak?” tanya Jessy sudah berdiri dan mengambil gelas teh di meja.

“Sepertinya iya.” Sinar meregangkan lehernya lalu memberi sedikit pijatan pada tengkuknya untuk melepas sedikit kepenatan. Ia kemudian berdiri merapikan pakaiannya yang kusut lalu keluar, berjalan di belakang Jessy yang membukakan pintu untuknya.

Sesampainya di lantai dua, Sinar mengirimkan chat kepada Harsa meminta izin untuk pulang. Setelah mendapat balasan ‘oke’, Sinar mematikan seluruh perangkat komputernya dan pergi ke bawah sembari memesan taxi onlene.

Saat Sinar sudah berada di teras gedung, untuk menunggu taxi yang sudah dipesannya. Sebuah sedan mewah berhenti tepat di depannya. Seorang pria paruh baya keluar dari pintu pengemudi, untuk mengitari badan mobil dan membukakan pintu penumpang bagian belakang untuk Sinar.

“Silakan masuk, Mbak.”

“Hah? Saya?” Sinar kemudian menundukkan tubuhnya, dan membeliak saat melihat sosok pria yang duduk begitu angkuhnya di dalam sana. “Ka-ka—”

“Masuk!” perintah Pras dari dalam mobil.

“Gak—"

“Masuk! atau—”

“I-iya, aku masuk!”

Setelah duduk tepat di samping Pras, Sinar menghubungi supir taxi yang sudah dipesannya sebelumnya. Meminta maaf dengan sangat karena mengcancel orderannya.

“Mulai besok, kamu gak perlu lagi datang ke Metro.” kata Pras setelah sang supir melajukan mobilnya keluar dari parkiran Metro.

Kepala Sinar berputar pelan, menatap Pras yang duduk bersandar pada jok dengan mata terpejam. Pria itu bahkan tidak mau repot-repot untuk melihatnya.

“Kenapa aku gak perlu datang lagi ke Metro?” tanyanya hati-hati dengan nada selembut mungkin. Berusaha untuk tidak menyinggung pria arrogant itu.

“Karena aku sudah memecatmu.”

“Pe-pecat? A-ku di pecat? Kenapa? A-apa salahku sampai harus dipecat? Aku sudah kerja di san—”

“Karena aku gak suka seorang pembangkang, dan perusak rumah tangga orang lain bekerja di kantor milikku. Perusahaanku bisa tercemar nama baiknya.”

“A—pa kamu bilang? Kamu pemilik …”

“Berhenti di depan, Pak.” pinta Pras pada sang supir. Dan tidak berselang lama, mobil yang tengah melaju cepat itu memelankan jalannya, kemudian berhenti di pinggir jalan. “Kamu bisa keluar sekarang.”

Komen (6)
goodnovel comment avatar
Iin Rahayu
baca berkali2, tetap aja rasanya pengen jitak pak Pras.... hadeeeeh
goodnovel comment avatar
Nury
gustii si prass..wmememw
goodnovel comment avatar
It's me Praya
Ada apa sebetulnya dengan Pras ? ( Padahal mas Pras ku baiknya luar biasa ) ini kenapa nyebelin banget ya. Apa alasan dia sebenarnya sampai sebegitunya sama Sinar ?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • My Arrogant Lawyer   Sekilas Kisah Lalu

    Begitu pintu mobil ditutup dari luar, Pras membuka matanya perlahan. Menegakkan kepala dan membuang pandangan ke luar jendela. Ingatannya kembali berputar, akan rekaman pertemuan yang terjadi antara dirinya dan Daya, sekitar seminggu yang lalu di sebuah rooftop bar. “Aku baru dengar kalau kamu cerai dengan Bintang.” Pras memandang cinta pertamanya itu lamat-lamat. Wajah kalem keibuan dengan senyum khas yang begitu hangat, selalu mampu mencairkan hatinya dahulu kala. “Yaa, udah lama sih.” Daya menyematkan senyum manisnya. “Kamu, tumben ngajak ketemuan? Udah berapa lama yaa … kapan balik Singapur lagi?” ingatan Daya berputar di saat ia masih menjadi junior Pras di kampus saat itu. Dan pria itu tidak pernah lagi menemuinya, sejak Daya memberi Pras sebuah kartu undangan pernikahannya dengan Jagad, kakak Bintang. “Kenapa kamu cerai dengan Bintang, Day?” Pras tidak pernah berubah, ia selalu saja tidak bisa berbasa basi untuk mengungkapkan tujuannya. Pria itu juga t

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-08
  • My Arrogant Lawyer   Sebuah Norma

    Butuh dua kali Harsa men-dial nomor Pras, sampai sang pengacara itu mengangkat teleponnya. “Hmm.” Tidak ada kata sapaan yang terdengar dari ujung sana saat Pras sudah mengangkat telepon dari Harsa. Hanya sebuah gumaman angkuh yang pastinya menjengkelkan indera pendengaran. “Kamu memecat Sinar, Pras? tanpa berdiskusi terlebih dahulu denganku? dia itu sekretarisku.” Harsa tidak perlu berbicara formal dengan sang pemilik baru Metro Ibukota itu, karena ia sudah mengenal Pras sedari pria itu masih menjejakkan awal karirnya menjadi pengacara. “Aku pemilik Metro sekarang, Om. Dan, aku sudah bilang dari awal kalau akan merombak manajemen di sana dan sekred Om itu salah satunya.” “Pras.” Harsa meraup separuh wajahnya. “Nyari sekred yang bisa dibilang multitalenta dan gak pernah mengeluh seperti Sinar itu sekarang susah! Apalagi, dia sudah 3 tahun jadi sekred di Metro. Seluruh wartawan cabang sudah kenal akrab dan Sinar tahu past

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-09
  • My Arrogant Lawyer   Nikah Siri

    Bagi Sinar, Bintang adalah sosok suami yang sempurna. Sangat bertanggung jawab, dan tidak segan membantunya dalam berbagai urusan rumah tangga. Rasa-rasanya, tidak ada yang tidak bisa Bintang lakukan. Pria itu, juga sangat lihai dalam memasak, bahkan, terkadang rasa masakan yang dibuatnya justru lebih nikmat daripada milik Sinar sendiri. Beruntung! Hanya satu kata itu yang bisa diungkap Sinar, saat bisa memiliki seorang suami seperti Bintang. Tapi kalau diselami lagi, ternyata tidak ada kesempurnaan di dunia ini. Dibalik itu semua, Sinar harus bisa merelakan sebagian besar waktu Bintang untuk putranya lalu pekerjaannya. Setelah semua selesai, barulah giliran Sinar mendapatkan waktu berdua dengan sang suami. Hal itu sudah berlangsung selama masa pernikahan mereka. Belum lagi, jika ibu Bintang yang memang sering sengaja mengadakan makan bersama, dan juga terang-terangan tidak mengajak Sinar di dalamnya. Sinar sudah cukup bersabar untuk m

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-10
  • My Arrogant Lawyer   Tidak Sabar

    Jelang siang, Sinar menelepon Bintang agar tidak perlu datang ke apartemannya. Wanita itu hendak pergi mengunjungi sang bunda di butiknya. Mungkin sudah waktunya bagi July mengetahui segalanya. Kalau Sinar sebenarnya sudah bercerai dengan Bintang. Sekaligus ingin meminta saran, tentang tawaran Bintang untuk menikah secara siri terlebih dahulu. “Kamu gak kerja? Jam segini sudah nongol di butik?” July merupakan seorang modiste* yang sudah merintis usahanya sejak lulus SMA. Berawal dari menerima jahitan di rumah, hingga kini memiliki dua buah ruko hasil keringatnya sendiri yang dinamai Julynisme House, atau sering disebut JH oleh para pelanggannya. “Aku dipecat,” kata Sinar merebahkan diri pada sofabed yang tersedia di ruang kerja sekaligus tempat istirahat bagi sang bunda. “Dipecat?” July membuka kacamatanya, membiarkan tergantung di dada lalu menghampiri Sinar. Duduk di samping putrinya, ditepi sofa. “Kamu bikin ulah? Ada salah apa?” “Metro gan

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-11
  • My Arrogant Lawyer   Gak Punya Uang

    Setelah sepuluh menit Pras menunggu Sinar di ujung koridor yang mengarah ke toilet. Wanita itu tidak kunjung keluar, untuk menampakkan batang hidungnya.Karena Pras bukan pria penganut kata sabar, maka ia berinisiatif untuk menyusul Sinar. Melewati koridor, kemudian berbelok lalu tercengang.Dua pintu kamar toilet yang saling berdampingan itu terbuka semuanya. Pras berjalan perlahan untuk menengok ke dalam. Tidak ada tanda-tanda Sinar di sana.Shoot!Kembali dengan emosi yang bergejolak. Pras bertanya kepada salah seorang pramuniaga yang ada di sana.“Apa … ada pintu lagi di belakang ruko ini?” tanya Pras dengan mengarahkan telunjuknya ke belakang punggungnya.Sang pramuniaga tersebut ternganga takjub sejenak, menatap Pras.“Mbak!”“Eh, iya, ada, Mas. Pintu ke belakang.”“Di mana?”“Lorong ini lurus, belok kiri terus belok kanan, ada taman belakang, nah,

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-12
  • My Arrogant Lawyer   Harga Teman

    “Pesangonmu sudah ditransfer, Nar.”Chat dari salah satu staff keuangan di Metro, membuat Sinar buru-buru membuka aplikasi mobile bangking-nya. Melihat rincian mutasinya selama tiga hari terakhir.“Lumayan.” gumamnya namun dengan bibir yang mengerucut kemudian, memikirkan pekerjaan apa yang bisa ia ambil dengan kondisi hamil seperti ini. Ikut membantu sang bunda di JH bukanlah passion Sinar sama sekali. Meskipun ia memiliki bakat dalam hal jahit-menjahit, namun Sinar enggan berurusan dengan itu semua. Sinar sama sekali tidak tertarik.Terlihat juga nama Bintang di sana, pria itu juga mentransfer sejumlah nominal yang tidak bisa dibilang sedikit sebenarnya. Sinar tidak akan menolak atau mentransfer kembali uang tersebut. Toh ada anak Bintang yang tengah ia kandung saat ini, jadi pria itu juga punya kewajiban untuk menafkahinya.Kembali Sinar berpikir tentang tawaran Bintang untuk menikah siri, dengan pria itu. Dan

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-14
  • My Arrogant Lawyer   Pasrah dan Mengalah

    Keesokan paginya, setelah melalui rutinitas subuh dengan mengeluarkan seluruh isi perut alias morning sickness seperti biasa. Raga Sinar terasa lebih ringan.Setelah mandi, ia memutuskan untuk membuat sarapan sederhana dan tidak lupa membuat dua loyang kecil cheesecake khusus untuk Bira, yang akan datang melihat apartemennya. Satu untuk di makan di tempat, dan satu lagi untuk dibawanya pulang nanti.Tepat setelah Sinar menyelesaikan sarapannya, yang hanya berbekal telur dadar dan nasi hangat ditambah kecap. Bel apartemennya berbunyi, sudah dipastikan bahwa Biralah yang datang untuk menemuinya.Senyum yang tadinya melengkung sempurna kini mendadak berubah datar. Bira tidak sendirian, ada Pras di sampingnya. Tapi, untuk apa pria itu juga datang ke tempatnya?“A—ku kira kamu sendirian, Bir.”“Laki-laki dan perempuan itu, gak baik berada di dalam satu ruang hanya berdua.” Pras mengambil alih jawaban Bira, lalu mas

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-15
  • My Arrogant Lawyer   Perempuan Penggoda

    Sekali lagi Pras menyapu tajam setiap sudut apartemen Sinar dengan tatapannya. Kakinya tidak melangkah ke manapun. Masih terpaku ditempat yang sama. Terakhir, maniknya jatuh dengan dingin pada Sinar kemudian Bintang."Ayo, Bir!"Pras melangkahkan kaki panjangnya melewati sepasang mantan suami istri, yang menurutnya telah melakukan drama murahan. Sinar ternyata tidak sepintar seperti gosip yang ia dengar dari keluarganya, maupun beberapa karyawan kalangan Metro. Buktinya, ucapan Bintang yang terlihat omong kosong dan tidak masuk akal, masih bisa dipercaya oleh wanita itu.Bagi Pras, Sinar tidak lebih dari wanita lainya. Bodoh dan mudah terpedaya dengan kebohonhan pria yang dicintainya."Bira, tunggu!” Sinar beranjak menuju dapur dan memasukkan dua buah cheesecake yang sudah ia buat khusus untuk Bira ke dalam paper bag yang sudah disiapkan sebelumnya. Setelah itu, ia memberikan tas berbahan kertas berwarna cokelat itu kepada Bira.

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-17

Bab terbaru

  • My Arrogant Lawyer   TamaT

    Hola Mba beb ...My Arrogant Lawyer beneran tamat, kok. :D :D :DMeskipun saia juga gak rela, tapi, udah waktunya mup~on. Jadi cukup sekian dan terima kasih banyak sudah nemeni Pras sama Sinar sampai beranak pinak di GoodNovel.Sediih ... karena buat saia pribadi, Pras sama Sinar emang tokoh yang paling EUGH!, sampai saia bawa karakter mereka ke GN dengan cerita yang berbeda.Udahan curcolnya, eheheh ... Dan seperti janji saia waktu itu, ada hadiah tambahan untuk top fans setelah MAL tamat yakk. Datanya saia ambil per tanggal 20 Jan 2022 tepat pukul 20.00 WIB 1. Shifa Chibii : 500 koin GN + pulsa 200rb2. Fidyani - : 500 koin GN + pulsa 200rb3. Rafa Damanhuri : 300 koin GN + pulsa 150rb Untuk nama yang saia tulis di atas, bisa klaim koin GN dengan kirim screenshood ID lewat DM Igeh @kanietha_Kok top fans 1 dan 2 sama dapatnya? Karena total gem yang diberikan ke MAL jumlahnya sama, jadi biar fair, yakk. Saia tunggu konfirmasi sampai hari minggu ya, jadi senin bisa

  • My Arrogant Lawyer   Benar-benar dicintai

    Pagi yang sibuk. Seperti itulah gambaran hari libur yang selalu dihadapi oleh Mai selama lima tahun belakangan ini. Setelah bangun di pagi hari, ia akan selalu menuju dapur terlebih dahulu untuk membuat camilan juga sarapan, untuk dua orang penghuni yang masih tertidur dengan begitu lelap. Di hari libur seperti ini, putri Mai pasti akan mengungsi ke kamarnya dan mereka akan selalu berakhir dengan tidur bertiga. Meskipun ingin protes karena jatah malamnya akan berkurang, tapi Raj tidak bisa menolak jika putri kecil mereka sudah merengek untuk minta tidur bersama. Tidak hanya itu, Raj merupakan seorang ayah yang sangat memanjakan putri semata wayang mereka itu. Apapun yang gadis kecilnya itu minta, Raj pasti akan menurutinya tanpa kata tapi. “Mamiii …” Langkah kecil yang tergesa itu berlari memasuki dapur dengan ma

  • My Arrogant Lawyer   Kebanyakan Halu

    Dengan iming-iming bahwa Rajlah yang nantinya akan mengurus bayi mereka saat malam menjelang, ketika telah lahir. Akhirnya, Mai setuju untuk bertahan dan melahirkan secara normal. Meskipun, banyak drama yang diciptakan dan entah sudah berapa luka serta cubitan yang telah diterima, Raj hanya pasrah saja. Karena ada masanya nanti, ia akan membalas semua ‘dendam’ saat ini pada Mai. Tunggu saja saat masa nifas istrinya itu selesai, maka Raj benar-benar akan membalasnya. Sampai pada akhirnya, Raj benar-benar terhenyak ketika kuku-kuku nan lentik dan terawat itu kembali menusuk pada luka yang sama. Hanya saja, kali ini tancapan kelima jemari itu lebih bertenaga dari yang sudah-sudah. Ditambah, jeritan sang istri yang sangat panjang itu, ternyata mengakhiri semua perjuangan seorang Mai. Seorang bayi perempuan nan cantik, akhirnya lahir ke dunia dengan penuh perjuangan. Mendengar tangis pertama yang begitu kencang dari bayi mungil mereka, membuat Raj seketika menitikkan air

  • My Arrogant Lawyer   Pendengar Setia

    Begitu keluar dari mobil yang berhenti di depan lobi pintu rumah sakit, Sinar langsung menelepon Raj untuk bertanya mengenai kamar yang Mai tempati saat ini. Namun, satu hal yang membuat Sinar akhirnya menggelengkan kepala, karena putri dan menantunya itu masih berada di sebuah restoran Padang. Mai masih belum mau beranjak dari sana, karena beralasan perutnya masih terlalu penuh, sehingga enggan untuk melangkah. Pada akhirnya, Sinar dan Pras hanya bisa menjenguk Sila untuk sementara sembari menunggu Mai sampai ke rumah sakit. Sebenarnya, Sinar hendak mengomeli Qai karena tidak memberinya kabar sama sekali mengenai kondisi Sila. Putranya itu juga tidak mengangkat, ketika Sinar meneleponnya. Hingga rasa penasaran bercampur kesal, kini hendak ia luapkan pada putranya itu, sampai Sinar merasa puas. Namun, setelah Sinar dan Pras masuk ke dalam ruangan yang ditempati Sila saat ini, semua rasa kesal itu akhirnya hilang. Melihat Sila yang benar-benar terbarin

  • My Arrogant Lawyer   Kapan Lagi

    Pikiran Sinar dan Pras kali ini benar-benar terpecah. Sungguh merasa tidak nyaman dengan Bira dan sang istri. Setelah pagi tadi Qai tidak bisa menghadiri pernikahan, karena harus menjaga Sila yang mendadak pingsan dan langsung dibawa ke rumah sakit. Kini, Raj menelepon untuk mengabarkan hal yang sama. Tidak bisa menghadiri akad nikah yang akan berlangsung, karena kondisi Mai yang mulai kontraksi dan harus berangkat ke rumah sakit. “Gimana?” tanya Pras setelah Sinar kembali menelepon Raj. “Ini lagi mau jalan ke rumah sakit.” Sinar meraih tangan Pras dan meremasnya dengan kuat. Menyalurkan kecemasan yang kini tengah menggelayut di hatinya. Melahirkan seorang anak ke dunia tidak akan pernah mudah. Untuk itulah, rasa cemas di hati Sinar kini semakin menjadi-jadi. “Sudah ngomong sama Bira?” Pras mengangguk. “Sudah, setelah akad nikah selesai. Kita langsung ke rumah sakit.” “Aku gak enak sama Bira kalau begini,” keluh Sinar. “Terus maumu itu bagaima

  • My Arrogant Lawyer   Alasan Terbaik

    Sejak kejadian hari itu, Raj sangat berhati-hati dalam mengeluarkan ucapannya. Semua Raj lakukan demi calon putrinya, demi Mai dan tentu saja demi keluarga kecilnya. Mengingat wajah Pras ketika mengancamnya kala itu, hati Raj juga sempat waswas dengan nasibnya jika Mai sampai tidak ingin berbaikan dengannya. Bukan karir yang Raj permasalahkan, tapi, nasib rumah tangga yang sudah pasti akan tercerai berai. Apalagi, jika nantinya ia tidak bisa bertemu dengan istri dan anaknya ketika telah terlahir ke dunia. Hanya satu hal itu yang Raj cemaskan, ketika sang mertua sempat memberi ancaman sedemikian rupa. Namun, nasib akhirnya berpihak pada Raj. Sang istri ternyata tidak sesulit itu ketika dibujuk. Bahkan, jika dipikir lagi, Mai itu cenderung penurut meskipun harus banyak drama yang tercipta sebelumnya. Asal kemauannya dituruti, maka dunia akan aman sejahtera. Hanya itu kuncinya jika ingin berhasil saat bernegosiasi dan berhadapan dengan Mai. Masalah hati, R

  • My Arrogant Lawyer   Cuti

    Begitu mendengar penjelasan dokter, mengenai kondisi Mai dan kandungannya baik-baik saja, ketiga orang yang saat ini berada di kamar VVIP itu langsung bernapas lega.“Meskipun baik-baik saja, tapi tingkat stresnya tetap harus dijaga,” lanjut dokter menjelaskan kondisi psikis Mai yang memang harus tetap diperhatikan karena tengah hamil besar. “Karena dampaknya, tidak akan baik bagi kondisi janin.”Manik Sinar dan Pras kompak menatap Raj dengan sebuah tanda tanya besar. Tampaknya, rumah tangga putrinya dengan Raj, sedang tidak baik-baik saja. Kalau Mai tidak stres, tidak mungkin putri mereka itu akan terdampar di rumah sakit seperti sekarang.“Baik, Dok, terima kasih,” ucap Sinar dan sang dokter itu berlalu dari ruang rawat inap tersebut. Menyisakan keempat orang yang kini saling pandang dalam diam.“Stres?” Pras menghampiri sang putri lalu duduk di tepi tempat tidurnya. “Kalian berdua bertengkar?”

  • My Arrogant Lawyer   Terima Akibatnya

    Raj memang sengaja pulang terlambat. Bahkan, Raj pulang ke rumah saat langit sudah berubah kelam. Hatinya masih merasa kesal karena kejadian siang tadi. Ia bahkan sampai melupakan, kalau sudah membayar kamar hotel yang akan ditempati malam ini bersama sang istri.Ketika roda empatnya sudah berhenti di depan pagar, Raj mengernyit memandang rumahnya yang gelap gulita. Tidak mungkin kalau Mai belum pulang sampai semalam ini. Atau, Raj telah melewatkan sesuatu?Mengeluarkan ponselnya dari saku jas, Raj meneliti satu pesatu telepon masuk beserta chat yang ia terima dari siang sampai detik ini. Namun, tidak ada nama istrinya di dalam sana.Atau, jangan-jangan telah terjadi sesuatu dengan Mai di dalam sana?Bulu kuduk Raj merinding seketika membayangkannya. Ia buru-buru keluar, membuka pagar dan masuk ke dalam rumah dengan tergesa. Menyalakan seluruh penerangan yang ada dan mencari sang istri di setiap sudut rumah.“Mi …”Setelah

  • My Arrogant Lawyer   Rawat Inap

    “Ke rumah sakit, Pak,” titah Mai setelah Ibam masuk ke dalam mobil dan sudah berada di belakang kemudi.“Ke rumah sakit?” tanya Ibam membalik badan seraya memasang sabuk pengaman. “Rumah sakit mana, Bu? Tadi kata pak Raj, saya disur—”“Ke rumah sakit ibu dan anak,” putus Mai lalu menyebutkan nama rumah sakit yang biasa ia kunjungi setiap bulannya untuk kontrol kandungan. “Nanti sampai sana, Pak Ibam bisa pulang aja.”“Loh, Bu? Kena—”“Jangan bilang sama pak Raj, kalau saya di rumah sakit.” Mai kembali memotong ucapan Ibam. “Udalah Pak, jalan aja. Saya capek banget mau ngomong.”“I-iya, Bu.” Ibam mana berani membantah. Ia langsung melajukan mobilnya ke tempat yang sudah disebut oleh sang majikan. Meskipun banyak tanya yang ada di kepala, tapi Ibam tidak berani bertanya ketika mood Mai terlihat buruk seperti sekarang.Selama

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status