Home / Romansa / My Adorable CEO / Chapter 7. Unforgettable Moments pt 2

Share

Chapter 7. Unforgettable Moments pt 2

Author: Cheezyweeze
last update Last Updated: 2021-06-24 14:53:35

Tokk ...Tokk ...Tokk ....

Alex mengetuk pintu kamar Irish. Namun, tidak ada respon dari gadis cantik berlesung pipi itu. Akhirnya Alex membuka pintu kamar Irish, tapi tidak mendapatkan si empunya kamar di dalam.

"Kakak sedang apa di kamarku?" Irish muncul tiba-tiba di belakang Alex.

"Emm ... itu—anu, kakak mau tanya sesuatu." Alex menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Irish merasa heran melihat gelagat aneh dari kakaknya.

"Kakak mau tanya tentang apa? Kok tumben." Irish menyeruput susu hangatnya.

"Itu—soal tadi pagi—kakak melihat seseorang memanggulmu, apakah dia teman sekantormu?" tanyanya pada Irish.

Irish mengernyit bingung menatap kakaknya. Mengingat-ingat siapa yang tadi pagi memanggilnya.

"Ah ... Ayana maksud kakak? Kenapa kak?" Irish bertanya balik pada Alex.

"Ah, tidak apa-apa, hanya saja sepertinya kakak pernah bertemu dengan dia, tapi kakak lupa pernah bertemu dia di mana." Alex beralasan.

"Benarkah kak?" Irish menaikkan alisnya, heran tumben-tumbennya sang kakak bertanya seperti itu.

"He'em ... cepat habiskan susumu, gosok gigi lalu tidur!" Alex keluar dari kamar  Irish, dia khawatir adiknya akan penasaran dan akhirnya banyak tanya padanya.

Tiing!!!

Sebuah pesan masuk, Irish meraih ponselnya dan membuka folder pesan masuk.

"Kenapa dengan orang ini?" ucap Irish lirih. "Seenak jidatnya menyuruh orang berangkat pagi-pagi!" Irish meletakkan ponselnya kembali ke atas meja dan menghembaskan dirinya di atas ranjang. Pikirannya beralih pada sang kakak, Alex.

Kenapa kak Alex tiba-tiba menanyakan Ayana? batinnya.

Kemudian dia berganti posisi miring ke kanan sambil memeluk guling.

Apa iya mereka berdua pernah bertemu? Irish terus membatin.

Aah ... baiklah besok akan aku tanyakan langsung pada kak Alex. Jika memang kak Alex tidak mau cerita, berarti kuncinya ada pada Ayana. Akan aku tanyakan langsung pada gadis itu.

❣❣❣

Drrrttt ... Drrrttt ....

"Kau di mana, bisa kita ketemu sebentar." suara cowok dari seberang sana.

"Masih berani kau menghubungiku!"

"Aku tunggu di cafe seberang jalan sekarang!" tuut ... sambungan telpon terputus.

Di cafe seberang jalan, tampak dua orang sedang duduk berhadapan dengan keadaan yang sangat kaku.

"Ada perlu apa lagi?" Ayana cuek.

"Ay, kiata balikan lagi ya," rayu Hendrick memegang tangan Ayana.

"Maaf!" Ayana menolak ajakan Hendrick untuk balikan.

"Kenapa?" tanya Hendrick.

"Jika kau menyuruhku datang ke sini hanya untuk membicarakan masalah ini, lebih baik aku pulang saja!" Ayana bergegas keluar dari cafe.

"Ay ... tunggu dulu!" teriak Hendrick mengejar Ayana.

"Hendrick, aku sudah terlalu kecewa denganmu dan aku tidak akan pernah memberimu kesempatan untuk kedua kalinya. Jadi tolong jangan pernah menggangguku lagi!" Ayana menepis tangan Hendrick, tapi pemuda itu menarik tangan Ayana dengan kasar dan sebuah tamparan mendarat dengan keras di pipi Hendrick.

"Kau berani menamparku!" bentak Hendrick. Pemuda itu mengangkat tangan kanannya dan melayangkan ke arah pipi Ayana. Ayana sempat melindungi mukanya dengan kedua tangannya. Namun, tangan Hendrick ditahan oleh seorang pemuda yang tiba-tiba datang menahan tangan Hendrick.

"Seorang laki-laki bertindak kasar pada perempuan di tempat umum! Dimana wibawamu sebagai seorang laki-laki!" Pemuda itu menarik Ayana ke belakang. "Pergilah atau aku akan melaporkanmu ke polisi atas dasar tindakan kekerasan pada perempuan!"

"Urusanku belum selesai denganmu, Ay!" ancam Hendrick meninggalkan mereka berdua.

Ayana terduduk di bangku kayu, sedikit syok dengan perlakuan Hendrick. Untuk kesekian kali, lagi dan lagi dia harus merasakan rasa sakit.

"Kau tidak apa-apa, Nona?" Pemuda itu menghampirinya dan memberikan sapu tangannya. Ayana mengangguk dan menerima uluran sapu tangan tersebut.

"Kenapa setiap kali bertemu denganmu. Kau selalu dalam keadaan yang menyedihkan," Alex tersenyum memperlihatkan lesung pipinya yang menambahnya terlihat semakin manis.

Ayana hanya terdiam menatap pemuda yang empat kali pertemuan itu selalu membuat hatinya nyaman. Setiap kali dia sedang sedih, kenapa pemuda itu selalu ada di sekitarnya dan selalu muncul menenangkan hatinya. Ini hanya kebetulan atau memang pemuda itu adalah takdirnya. Semua pertanyaan berkecamuk menjadi satu di benak Ayana.

"Lelaki seperti dia tidak pantas di pertahankan!" ucapnya. "Sepertinya kita sudah beberapa kali bertemu, namaku Alex." mengulurkan tangannya.

"Ayana ... panggil saja Ay." membalas uluran tangan Alex. "Maaf ... mungkin lebih baik aku pulang saja untuk menenangkan hati." Ayana berdiri dari bangku kayu itu.

"Boleh aku antar?" Alex menawarkan bantuan.

"Hmm ...." Ay terdiam sebentar. "Boleh ...." imbuhnya. Mobil melaju pelan menuju rumah Ayana.

❣❣❣

Benjamin menghembaskan tubuhnya sendiri ke ranjang, matanya menatap langit-langit kamar. Setelah beberapa bulan menggantikan posisi ayahnya di kantor untuk sementara, dia mulai berpikir untuk merintis karier. Setidaknya dia mulai serius memikirkan masa depannya.

Sesaat dia teringat gadis itu. Seorang gadis yang galak dan jutek juga bisa dibilang menjengkelkan. Sekilas dia mengingat bagaimana pertama kali bertemu dengannya, kejadian yang tidak sengaja, kejadian yang mungkin telah diatur dari atas sana untuk mempertemukan dia dengan gadis itu.

"Kenapa aku jadi memikirkan dia terus," beonya pelan.

Drrttt ... Drrttt ....

Sebuah getaran berasal dari benda pipih yang ada di sampingnya. Ben meraihnya.

"Hallo ...." Ben menempelkan ponsel pada telinga.

"Kau tidak pulang kerumah sayang?" 

"Oh ... ibu, aku akan pulang weekend nanti." 

"Baiklah, akan ibu sampaikan pada ayahmu." tuutt ... sambungan terputus. Ben menatap layar ponselnya. Sesaat dia mengangkat bahunya.

"Aku akan membersihkan diri terlebih dahulu." Ben neranjak dari ranjang melepaskan jasnya dan melangkah menuju kamar mandi. Sepuluh menit kemudian, dia keluar sambil mengusap-usap rambutnya dengan handuk kecil dan melangkah menuju kulkas untuk melihat isi kulkas.

"Ah ... aku belum belanja bulanan," gumannya. 

"Mungkin aku harus keluar sebentar untuk belanja dan membeli sesuatu untuk dimakan," ucapnnya dan saat itupun dia merasakan lapar.

Ben kmbali masuk ke kamar untuk berganti pakaian dan segera keluar dari rumah menuju lift turun ke lantai bawah. Ben melajukan mobilnya pelan-pelan keluar dari parkiran apartemennya, mobil melaju dengan kecepatan rata-rata menyusuri jalanan kota Leiden. Mobil berhenti di sebuah resto. 

"Steak daging sapi satu porsi." Benjamin memesan menu favoritnya, karena makanan itu cocok banget dengan keadaan cuaca dan rasa lapar yang sudah menyerang. Dia duduk menikmati makanannya sambil melihat pemandangan di luar resto.

Sementara itu ditempat lain, mobil biru terparkir di sebuah halaman. Suara kode pin pintu terdengar. Alex melepas sepatunya dan menggantinya dengan sandal rumah. Menaruh sepatunya dengan rapi di sebuah rak yang ada di samping pintu utama  lalu melangkah masuk sambil bersenandung ria. Irish terus memperhatikan kakaknya yang cengar-cengir sendirian.

"Kakak sehat?" tanya Irish dengan mulut penuh cemilan.

"Oh ... Irish, kau mengagetkan kakak. Kenapa jam segini kau belum tidur?" tanya Alex. Irish melirik jam yang menempel di dinding.

"Masih sore sudah disuruh tidur!" Irish mengernyitkan dahinya. "Sepertinya ada bunga-bunga yang tumbuh dimusim dingin!" ledek Irish yang terus melirik Alex.

"Eh ... apa?" Alex memandang adiknya. "Kenapa kau memandangku dengan tatapan seperti itu?" Alex menunjuk hidungnya sendiri.

"Kakak aneh malam ini!" Irish langsung nyelonong masuk ke kamarnya.

"Hey Irish, kau mau ke mana?" tanya Irish.

"Mau tidur!" teriaknya dari dalam kamar.

"Bukannya tadi kau bilang masih sore untuk tidur!" ucap Alex mengulangi kata-kata Irish.

"Bukannya tadi kak Alex bilang kenapa jam segini belum tidur!" teriakan Irish dari dalam kamar.

"Irish apa kau tidak memasak? Kakak lapar!" teriak Alex dari dapur.

"Di lemari ada mie instan. Kakak masak mie saja malam ini!" Irish membuka pintu kamarnya, kemudian menutupnya lagi.

"Haiiss ... kenapa dengan anak itu?" beo Alex pelan membuka lemari dapur mengambil mie dan memasaknya. Tak butuh waktu lama, tiga menit mie sudah matang.

Alex menikmati mienya sambil sesekali berbalas pesan dengan Ayana. Senyum manisnya tersungging di bibirnya. Dia melahap mie sampai habis dan tersenyum lagi membaca pesan yang baru dia terima. Diam-diam, Irish memperhatikan kakaknya dari balik pintu kamarnya. Dia tampak menduga-duga, tapi dia pun meragukannya.

Bunga-bunga telah tumbuh di hati Alex. Sebenarnya ada apa antara Alex dan Ayana? Lalu bagimana dengan Irish? Apakah Irish akan mengetahuinya?

To be continue,

Cheezyweeze

Hai readers, jangan lupa baca karyaku lainnya dengan judul 2.59 dan Brittleness. Makasih 😘

| 1

Related chapters

  • My Adorable CEO   Chapter 8. Mysterious Flower

    'Ting tong' "Irish!" Alex berteriak dari ruang tengah. "Iyaaa ...," sahut Irish dari kamar. "Ada apa kak?" Irish menghampiri Alex. "Ini ...." Alex menyodorkan sepaket bunga pada Irish. "Bunga lagi?" Irish menerima sodoran paket bunga dari kakaknya. -'From your Secret Admirer. Bagaimana bunganya? Cantik 'kan? Secantik orang yang menerima dan membaca surat ini'- Kira-kira begitulah isi surat yang terselip di buket bunga untuk Irish. Beberapa hari ini Irish selalu mendapat kiriman bunga mawar pink kesukaannya dengan isi surat yang sama seperti surat tadi. Irish sendiri heran, kenapa orang ini tahu bunga kesukaannya. "Dari siapa?" tanya Alex terlihat penasaran pada kejadian akhir-akhir ini.

    Last Updated : 2021-06-27
  • My Adorable CEO   Chapter 9. Mysterious Flower pt 2

    "Kau yakin tidak apa-apa Ay?" tanya Irish mengkhawatirkan keadaan sahabatnya itu. "Aku tidak apa-apa kok. Kau pulanglah dulu!" Ayana tersenyum. "Tapi kau terlihat sangat pucat!" "Aku hanya kecapean saja. Kau pulang saja dulu!" "Baiklah kalau kau memaksa, tapi kalau ada apa-apa, segera hubungi aku ya, Ay." "Iya ... jangan khawatirkan aku, segeralah ke rumah sakit." Ayana mendorong Irish masuk ke taksi. Ayana berjalan pelan menyusuri trotoar. Keringat dingin mulai mengucur, kepalanya terasa berat, pandangannya mulai terasa kabur. BRUUKKK .... Seketika orang-orang berkerumun mendekati Ayana yang tiba-tiba pingsan. Alex keluar dari loby hotel, pandangannya tertuju pada kerumunan orang-orang. "Ada apa itu pak Bernard? Kenapa ramai sekali?" tanya Alex. "Ada seorang gadis pingsan tuan muda," jawab pak Bernard. "Gadis?" Alex mengerutkan keningnya dan berjalan mendekati kerumunan orang-ora

    Last Updated : 2021-07-10
  • My Adorable CEO   Chapter 10. The Secret Admirer

    "Hallo ... Ayana, bagaimana kabarmu?" sapa Irish merangkul Ay yang berjalan menuju lift. "Hallo juga Irish. Aku sudah agak lebih baik kok, kau sendiri bagaimana?" Ay mengedipkan matanya. "Aku? Kau lihat sendiri," ujar Irish tertawa. Kedua gadis itu masuk ke lift bersama. Namun, sebuah tangan menahan pintu lift yang hampir tertutup. Benjamin masuk ke dalam lift. "Selamat pagi, Pak!" Keduanya membungkuk hormat. Lift naik menuju lantai tiga. _________ Jam kantor telah berakhir, Ayana langsung pulang, tapi Irish tertahan di kantor karena bos besarnya memberinya banyak tugas. "Apa-apaan ini! Kenapa hanya aku saja yang harus lembur. Balas dendamkah dia?" Gerutuk Hyena. Drrttt .... Drrttt .... Sebuah panggilan masuk dari kakakn

    Last Updated : 2021-07-18
  • My Adorable CEO   Chapter 11. The Secret Admirer pt 2

    Episode sebelumnya, Irish dan Benjamin terjebak di kantor karena terjadi pemadaman listrik. Tiga puluh menit kemudian. Pak Adrima langsung menuju ruang kantor di mana Ben sedang menunggunya di sana. "Kenapa tuan muda tidak bilang kalau malam ini akan lembur, jadi saya bisa meminta pemadaman listrik di undur dulu," ujar Adrima. Namun, Benjamin hanya cengar-cengir menanggapinya hal itu. "Jangan terlalu sering menjahili gadis ini, tuan muda. Kasihan dia," imbuh pak Adrima menatap Irish yang sedang tidur. "Ah tidak ... tidak ... bukan seperti itu," uhar Ben mengelak. "Lebih baik kita pulang saja. Mumpung belum terlalu malam. Bangunkah saja gadis itu," usul pak Adrima, sekretaris andalan keluarga Van Dee Han. "Biar dia kugendon

    Last Updated : 2021-07-19
  • My Adorable CEO   Chapter 12. Winter Flower

    "Apa? Gregory berhenti kerja?" Irish terkejut mendengar berita itu dan tampak tak percaya. Ini pasti ulah Benjamin van Dee Han!' batin Irish. "Apa benar dia yang selalu mengirim bunga mawar merah muda itu?" Mira bertanya pada Irish dan sama sekali tidak percaya kalau Gregory yang pendiam bisa senekad itu. "Aku tadi masih melihat Gregory ada di koridor kantor," Samantha berjalan mendekati Irish. Semua pegawai kantor pagi itu membicarakan Gregory. Irish hanya terdiam menatap tempat duduk yang berada paling pojok, tempat di mana biasanya Gregory bekerja, kemudian pandangannya beralih ke arah ruangan di depannya. Bergegaslah dia menuju ruangan itu. Tanpa mengetuk pintu, Irish langsung masuk begitu saja. Sementara itu Benjamin terus menatap sebuah amplop yang tergeletak dimejanya, jari jemarinya mengetuk-ngetuk di atas meja secara bergantian. Seseorang masuk tanpa mengetuk pin

    Last Updated : 2021-07-22
  • My Adorable CEO   Chapter 13. Misunderstanding

    HAPPY READING Pagi itu Alex tampak sudah rapi, dia mengenakan kemeja putih dan celana jeans biru. Sangat cocok dengan wajahnya yang maskulin. "Mau pergi ke mana, kak?" Irish yang heran melihat kakaknya begitu rapi dan wangi diminggu pagi. Weekend yang biasanya dia dan Alex habiskan di rumah dengan bercanda bersama. "Oh ... Irish, kakak akan keluar sebentar." Alex mengedipkan mata kanannya. "Aih ... ganjen!" celetuk Irish. "Ternyata kakak ku ini bisa ganjen juga." "Ha ha ha ha ...." Alex hanya tertawa mendengarnya. "Kaakk!" panggil Irish manja. "Emmm ...." jawab Alex singkat. "Apakah kak Alex mau pergi berkencan?" tebak Irish, karena dia jarang sekali melihat kakaknya serapi itu dan dengan mimik muka senyam-senyum sendiri. Alex diam menoleh ke arah Irish dan berkali-kali mengedipkan k

    Last Updated : 2021-07-30
  • My Adorable CEO   Chapter 14. Jealous?

    HAPPY READING Flashback 2 minggu yang lalu.... "Ben, ada apa?" tanya Duncan memperhatikan Benjamin yang sedari tadi pandangannya menatap lurus ke depan. "Ben, kenapa kau terus menatap hotel di depan sana?" Mike ikut bertanya. "Ah, tidak ada. Hmm ... Mike, hotel apa itu?" tanya Ben. "Hotel itu adalah hotel paling bagus di Leiden. Kenapa kau tanya seperti itu, Ben?" Mike penasaran. "Hotel itu biasa digunakan untuk acara meeting, pertemuan penting para penjabat, bahkan hotel itu punya ruangan khusus untuk acara resepsi pernikahan." Duncan berjalan membawa minuman. "Apa kau mau memesan tempat di hotel itu, Ben?" Mike menoleh ke arah Ben. "Ah tidak, aku hanya bertanya saja." Ben menggaruk-

    Last Updated : 2021-08-04
  • My Adorable CEO   Chapter 15. Kemarahan Benjamin

    Malam semakin larut. Alex mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Hatinya benar-benar sedang bahagia. Senyumnya terpancar di sudut bibirnya ditambah lagi dengan lesung pipi yang semakin membuatnya terlihat sangat manis. Mendadak Alex dikejutkan dengan sebuah mobil silver metalik yang menghadang laju mobilnya. Alex keluar dari mobil, begitupun juga seorang pemuda keluar dari dalam mobil berwarna silver metalik itu. Tanpa pikir panjang pemuda itu langsung mengarahkan kepalan tangannya ke wajah Alexander. "Apa-apaan ini. Siapa kau? Kenapa tiba-tiba kau memukulku?" Alex tersungkur ke belakang, dia memegangi bibirnya yang sedikit mengeluarkan cairan berwarna merah. "Pukulan itu pantas untuk laki-laki yang suka mempermainkan hati wanita!" ucap pemuda itu. "Apa maksud

    Last Updated : 2021-08-19

Latest chapter

  • My Adorable CEO   Chapter 90. Pengusaha Baru (Extra Part)

    Lima tahun kemudian. Marky mengendarai mobil dengan kecepatan sedang. Dia mengendarai mobil sambil bersiul riang. Sepertinya keadaan hati pemuda berwajah tampan itu sedang bahagia. Marky menghentikan mobilnya di sebuah toko buah. "Wah, kau selalu datang tepat waktu," ucap seorang pria. Marky mengangguk dan melangkah menghampiri pria tersebut. "Buah Strawberry dari kebunmu ludes terjual. Apa kau bisa mengirimnya lagi hari ini?" kata Larry. "Tentu saja," jawab Marky singkat. "Aku akan meminta mereka untuk mengirim buah Strawberry nanti sore." Setelah itu dia melanjutkan lagi perjalanannya menuju ke sebuah Dessert Cafe. "Nak Marky, akhirnya kau datang juga." Seorang wanita yang biasa dipanggil oleh Marky dengan sebutan Bibi Luna. "Bibi Luna pasti menungguku." Marky terlihat sangat percaya diri.

  • My Adorable CEO   Chapter 89. HPL ( END )

    Tiga bulan kemudian. Sebuah keluarga akan sangat sempurna jika ditambah dengan kehadiran buah hati. Itulah yang sedang dirasakan oleh keluarga Van De Haan. Tuan Robi dan Nyonya Elaine ikut berbahagia dengan kelahiran si kembar Shane dan Daisy Van Willems. Kedua bayi kembar itu tumbuh sehat. Keduanya sudah mulai bisa menengkurapkan tubuhnya dan sudah bisa diajak bercanda. Tuan Robi dan Nyonya Elaine benar-benar merasakan menjadi seorang Kakek dan Nenek. Mereka sudah menganggap Alexander dan Ayana seperti anak-anak mereka sendiri. Benar-benar tidak bisa dipungkiri kehadiran bayi kembar itu membuat suasana rumah menjadi sangat ramai. Satu bayi menangis dan satu bayi lagu ikut menangis. Tangisan mereka saling bersahutan. Pagi itu tampak Tuan Robi dan Nyonya Elaine sedang duduk di ruang tengah. Sedangkan Ayana masih menyusui Daisy yang ada dalam gendongannya. Alex sibuk menggendon

  • My Adorable CEO   Chapter 88. Masa Tahanan

    David Janssen, Hendrick Smit, dan Grace Van Dirk masih menjalani masa tahanan mereka. Di dalam lingkungan penjara David harus sering bertemu dengan Hendrick dan Grace, akan tetapi David lebih sering menjaga jarang dengan mereka berdua. Sama halnya dengan hari itu, hari di mana David baru saja dikunjungi oleh Benjamin dan Irish. David mendapat banyak cemilan dari Ben dan makanan favorit yang dimasakan oleh Irish sendiri, sedangkan sebungkus rokok yang diberi oleh Benjamin, dia berikan pada seseorang. Ya, seseorang itu adalah polisi keamanan yang selalu mengawasinya. "Pak Martijn, tadi ada yang mengunjungiku. Dia memberiku ini, tapi aku sudah berhenti merokok." David memberikan sebungkus rokok itu pada pria itu. "Apa aku harus menerimanya?" tanyanya. "Terimalah ini dan apa Pak Martijn juga ingin makan cemilan?" David kembali menyodorkan sebuah kantung plastik. "Ah, cemilan itu untukmu.

  • My Adorable CEO   Chapter 87. Bayi Kembar

    Empat bulan kemudian. Alexander tampak resah gelisah tidak menentu. Dia merasa hatinya sedang gundah gulana dan rasanya itu seperti permen Nano-Nano. Tampak di samping Alex, Irish yang sedang duduk mengusap berkali-kali kandungannya yang sudah berumur enam bulan. Sesekali Irish merasakan gerakan bayi yang ada di dalam perutnya. Benjamin yang berada di samping Irish ikut merasakan ketegangan. Pria berlesung pipi yang tengah duduk di kursi besi itu masih terus menebarkan aura gundah gulana. Kakinya terus bergerak tidak bisa diam hingga menimbulkan bunyi. Nyit ... nyit ... nyitt! "Kak, kau ini bisa tenang sedikit tidak?" keluh sang adik. Irish yang duduk di sampingnya ikut terkena getarannya dari kaki Alex. Alex menghela napas. "Kakak mana bisa tenang dalam keadaan seperti

  • My Adorable CEO   Chapter 86. Save Me

    Irish membuka matanya dan terbangun dari tempatnya. Dia menyebarkan pandangannya ke sekitar tempat tersebut. Semua yang Irish lihat serba berwarna putih bahkan dirinya pun mengenakan baju berwarna putih. "Di mana aku? Apakah aku sudah mati?" lirihnya pelan. Dia tampak bingung dengan keadaan sekitar dan dia juga merasa asing berada di tempat tersebut. Tak ada satu orang pun di sana bahkan dia tidak melihat Benjamin, Alexander, ataupun Ayana. Irish mencoba bangkit dan ingin mencari tahu tempat tersebut. Namun, dia dikejutkan dengan sebuah cahaya putih yang sangat menyilaukan mata. Irish mengangkat kedua tangannya untuk melindungi matanya dari cahaya tersebut. Irish tampak menyipitkan matanya di tengah-tengah cahaya putih yang semakin mendekat ke arahnya. Dia berusaha melihat sesuatu di depan sana. Sesuatu yang masih samar-samar dalam penglihatannya, akan tetapi bergerak mendekat ke arah

  • My Adorable CEO   Chapter 85. Antara Hidup dan Mati

    Alex berjalan cepat sambil menempelkan benda pipih di telinganya, berharap panggilan itu ada yang menjawabnya. "Kau di mana?" ujar Alex saat panggilan itu terjawab. "Aku sedang berada di pinggir jalan, sedang menung——" Suara terjeda cukup lama .... "Aarghh!" Terdengar suara teriakan nyaring dari seberang sana. Suara yang tidak asing di telinga Alex. Ya, itu adalah suara teriakan dari Ayana. Alex yang mendengarkan teriakan itu seketika menghentikan langkahnya dan wajahnya langsung berubah menunjukkan kepanikan yang luar biasa. "Ay!" teriaknya. "Halo Ayana! Kau kenapa? Halo!" Alex mengecek layar ponselnya, dia melihat panggilan telepon masih tersambung. Alex berteriak sekali lagi melalui sambungan benda pipih itu. "Ay! Kau masih di sana kan? Jawablah!" Raut mukanya begitu sangat

  • My Adorable CEO   Chapter 84. Rencana Grace

    Warna gelap menyelimuti langit, gemerlap bintang muncul satu-persatu. Semilir angin malam bertiup sepoi-sepoi dan cahaya bulan membawa warna sendiri di langit malam yang sendu. Sepasang mata masih saling beradu pandang. Berdiam diri tanpa sedikit pun cuitan di antara keduanya. Salah satu memang harus ada yang mengalah untuk meredakan semuanya. "Benjamin, apa aku boleh menginap di rumah Bibi Dennisa untuk sementara," pinta Irish dengan nada memohon. Atensi itu membuat Benjamin menggelengkan kepalanya. "Tidak ... tidak boleh," sergah Benjamin. "Hanya sementara saja. Aku hanya ingin menenangkan diri," ucap Irish sendu. Benjamin terdiam melihat tatapan sendu dari mata Irish. Dia tak mampu membalasnya. Benjamin terlihat mengusap wajahnya dengan kasar, terlihat sekali dia tampak bingung dan frustrasi. "Istirahatlah dulu." Ben berdiri dari kursinya dan hendak melangkah, aka

  • My Adorable CEO   Chapter 83. Khawatir

    Hari itu, hari di mana suasana masih dibilang pagi sekitar pukul 09.00 am dan sudah terjadi keributan di sebuah perusahaan besar. Sebuah keributan yang membuat pegawai perusahaan tersebut saling berbisik-bisik antara satu dengan lainnya dan bisa ditebak bisik-bisik itu begitu cepat menyebar hingga lantai atas. Entah mereka memperbincangkan siapa? "Benjamin Van De Haan!" teriak seorang wanita saat pintu lift terbuka. "Kau pikir setelah ini hidupmu akan tenang hah!" Wanita itu berusaha memberontak untuk melepaskan diri dari genggaman tangan Hunter. Namun, genggaman tangan Hunter lebih kuat. Benjamin tidak mengindahkan omongan Grace, pria itu bergegas keluar dari lobi perusahaan. Terlepas dari itu, Benjamin segera membawa sang istri ke rumah sakit dengan di antar oleh Marky. Setelah sampai di rumah sakit, Irish langsung mendapat penanganan khusus dari para dokter. "Baga

  • My Adorable CEO   Chapter 82. Darah

    Rumahku adalah istanaku, begitulah kata pepatah. Saat itulah yang dirasakan oleh Ayana. Akhirnya dia bisa bernapas dengan lega tanpa harus membayangkan jika dia dan suaminya sedang dimata-matai. Walaupun pada saat itu juga Alex menyuruh orang-orangnya untuk memeriksa seisi rumah, jikalau ada kamera tersembunyi yang memantau aktivitas mereka dan ternyata hasilnya nihil. Tak satu pun dari mereka menemukan kamera tersembunyi. Pria dengan lesung pipi itu langsung beratensi jika istrinya dalam bahaya. "Bagaimana dengan tidur malam mu? Apakah kalian tidur nyenyak?" Benjamin menarik kursi dan langsung duduk. "Sangat nyenyak," ucap Ayana tersenyum lega. "Syukurlah ...." Irish membawa sepiring roti panggang dari dapur. "Di mana Alex?" Benjamin terlihat menoleh kanan dan kiri. "Dia sedang menelepon seseorang," jawab Ayana menunjuk ke arah ruang tengah. Tak lama setelah itu, Al

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status