Home / Romansa / My Adorable CEO / Chapter 4. Fight Against Fate

Share

Chapter 4. Fight Against Fate

Author: Cheezyweeze
last update Last Updated: 2021-06-16 21:48:52

Irish duduk disofa menyilangkan kaki, matanya menatap televisi di depannya dengan tangan memegang remote dan sedikit cemilan di sampingnya. Namun  pikiran gadis itu entah melayang ke mana. Menekan remote TV secara bergantian, mengganti dari channel satu ke channel lainnya. Entah apa yang dicari gadis itu, sepertinya dia tidak fokus menonton acara TV.

"Arrgghh!" teriaknya mengagetkan sang kakak yang sedang fokus membaca di belakangnya.

"Kau ini kenapa sih, teriak-teriak tidak jelas seperti itu!" Alex membalikkan badannya melihat sang adik mengacak-acak rambutnya sendiri.

"Kaak!" teriaknya sambil menutupi wajahnya dengan bantal sofa.

"Iya ada apa, Irish sayang?" jawab Alex

"Kakaak!" teriakannya lebih kencang lagi.

"Iya ... iya ... ada apa?" Alex beranjak mendekati adiknya dan memegang jidatnya.

"Apaan sih, kak!" Irish sedikit kesal.

"Siapa tahu jidatmu panas!" Alex terkekeh.

"Aku tidak sedang sakit, kak! Aku lagi bingung!" Irish histeris.

"Kalau bingung ya jongkok atau pegangan sesuatu," canda Alex.

"Kaaakk—aku sedang tidak ingin bercanda!" Irish membulatkan pipinya.

"Kenapa ... kenapa ... kenapa?" Alex berjalan menuju sofa dan duduk di sebelah Irish.

"Kakak masih ingat 'kan dengan pemuda yang aku ceritakan kemarin itu." Irish melirik ke arah Alex.

"Pemuda yang kau usir dari taksi itu?" Alex memandang Irish, "Kenapa dengan dia?"

"Dia itu anak yang empunya kantor tempat aku kerja," rajuk Irish dan otomatis Alex tertawa ngakak, "Yaa, kenapa kakak malah ketawa begitu sih?" Irish makin sangat kesal.

"Makanya jadi perempuan itu jangan galak-galak sama laki-laki. Kalau sudah seperti itu 'kan jadi canggung sama dia. Apalagi posisinya adalah atasanmu. Hati-hati loh nanti dia balas dendam," ledek Alex.

"Kakaakk! Jangan bercanda kenapa sih!" Irish melempar bantal sofa ke arah Alex.

"Ha ha ha ... itu muka jangan dilipat-lipat seperti itu, nanti jadi kusut mukamu. Hadapi dia dengan kepala dingin ya!" Alex mencubit pipi adiknya, "Kakak mau keluar sebentar, buruan sana mandi dulu. Anak gadis tidak boleh malas-malasan, pamali!" Alex berjalan ke pintu utama, memakai sepatu dan klik ... pintu otomatis terkunci sendiri.

"Arrgghh ... What can I do?" Irish menjatuhkan tubuhnya di sofa dan menutupi wajahnya dengan bantal sofa.

❣❣❣

Seorang gadis berjalan sendirian di trotoar, terlihat tampak lesu dan kurang semangat. Berjalan tanpa melihat keadaan sekelilingnya. Sampai di pertigaan jalan, dia hendak menyeberang.

Menyeberang pun dia tidak menoleh kanan atau pun kiri, sehingga terjadi sebuah insiden ketika dia hendak menyebrang.

.

Drrtt ... drrtt ....

"Hallo, Tuan Muda sekarang Anda ada di mana?" suara bibi Dennisa dari seberang sana.

"Aku sedang dalam perjalanan Bi, sebentar lagi sampai." Alex melajukan mobilnya.

"Baiklah Tuan Muda, Bibi akan menunggu."

"Terima ka—" Alex menginjak rem mendadak, ketika dirinya hampir saja menabrak seseorang.

"Astaga!" pekiknya.

"Tuan Muda, Anda kenapa?" tanya bibi Dennisa.

"Bi, nanti aka ku hubungi lagi. Bibi tunggu saja di situ." Alex menutup teleponnya dan keluar dari mobil. "Nona, apa Anda tidak apa-apa? Saya benar-benar minta maaf." Alex menghampiri gadis itu dan membantunya berdiri.

"A-aku tidak apa-apa. Justru aku yang harusnya meminta maaf, karena tidak menoleh kanan dan kiri ketika hendak menyeberang." Gadis itu tersenyum dan membungkuk hormat, kemudian pergi berlalu dari hadapan Alex dan Alex pun kembali masuk ke mobil dan melaju pelan.

Sesampai di rumah, Ayana langsung membasuh mukanya dan kemudian dia menatap cermin.

"Ada apa dengan diriku saat ini?" lirihnya bertanya pada dirinya sendiri. "Kenapa hari ini aku tidak fokus sama sekali, atau karena permasalahanku dengan Hendrick?" beonya.

"Mungkin aku hanya butuh istirahat saja. Aku akan mandi dan langsung pergi tidur, dengan begitu mungkin besok pagi moodku akan kembali seperti semula."

_Jujur saja, aku selalu mengeluh jika ada seseorang memintaku untuk melupakan seseorang yang sudah pernah mengisi hidupku. Sulit ... benar-benar sulit untuk kulakukan. Beberapa kali aku lebih sering menangis daripada mengiyakan yang lain. Tapi itu sulit, itu tidak mudah dan bagiku kenangan tentangnya akan terus terpahat rapi di memory ingatanku_

❣❣❣

Irish turun dari taksi dan melangkah masuk ke gedung. Menempelkan ID cardnya ke mesin absen dan berjalan menuju lift. Tampak sosok pemuda berjas hitam sedang menunggu di depan pintu lift, agak canggung untuk menyapanya, tapi apa boleh buat dia adalah bos besarnya.

"Selamat pagi, Pak Ben," sapa Irish dengan membungkukkan badannya.

"Ya, pagi juga" Ben menjawab dengan singkatnya salam dari Irish.

Tiingg ....

Pintu lift terbuka, Ben melangkah masuk ke dalam lift. Lama dia menunggu di dalam dan hampir pintu lift tertutup.

"Kau tidak masuk?" tanya Ben.

"Hah? Ah—tidak, bapak saja duluan." Irish sedikit cuek.

"Kenapa harus menunggu nanti, jika telat aku akan menghukummu. Cepat masuk!" perintah Benjamin van Dee Han. Irish langsung masuk lift menuju lantai tiga.

"Ah—Nona Irish, tolong buatkan aku secangkir kopi hangat dan bawa ke ruanganku, sekarang!" perintah Ben sebelum keluar dari lift.

"Baik, Pak!" Irish membulatkan pipinya.

Sabar Irish!' beonya di hati. Berjalan menuju kubikel dan melihat Ayana sedang bertopang dagu.

"Hallo, selamat pagi ...." sapanya.

"Oh ... selamat pagi juga." Ayana tersenyum.

"Kau kenapa? Masih memikirkan Hendrick?" tanyanya, "Sudahlah jangan terlalu dipikirkan. Laki-laki seperti dia tidak baik untuk gadis baik sepertimu, Ay!" Irish berlalu dari hadapan Ayana.

"Eh, kau mau ke mana?" Ayana berdiri.

"Ke pantry, mau ikut?"

"Ikuutt ...." Ayana berlari menyusul Irish masuk ke dalam pantry.

Irish mengambil cangkir dan memasukan kopi ke dalam cangkir, menyedunya dengan air hangat kemudian mengaduknya.

"Kopi?" Ayana heran melihat Irish membuat kopi.

"Iya ... ini kopi." Irish menunjukan pada Ayana.

"Bukannya kau tidak suka kopi? Kenapa kau justru membuat kopi?" tanya Ay sembari mengambil cangkir dan menyedu teh.

"Ini bukan untukku, tapi untuk Bos Besar!" jelas Irish.

"Kenapa dia malah menyuruhmu untuk membuat kopi? Kenapa bukan sekretarisnya yang membuatkan kopi untuknya." Ayana penasaraan, "Sebenarnya ada apa sih di antara kalian?" tanyanya lagi.

"Panjang ceritanya, Ay!" jawab Irish.

"Hah? Panjang ceritanya? Berapa episode? Dipersingkat saja deh!" Ayana makin penasaran.

"Episode? Drama kali!" Irish tertawa, "Nanti aku akan cerita. Aku harus mengantarkan kopi ini dulu. Keburu nanti dia keluar tanduk dan taringnya!" Irish berjalan keluar pantry.

"Okay, aku akan membuatkanmu secangkir teh hangat." Ayana membuat secangkir teh untuk sahabatnya itu.

Tokk ... Tokk ... Tokk ....

"Ini kopi Anda Pak!" Irish menaruhnya di atas meja. Pemuda itu hanya mengangguk saja. Kemudian dia membungkuk dan berjalan keluar ruang menuju kubikelnya.

Empat jam kemudian, saat jam makan siang tiba. Ayana menarik tangan Irish menuju cafetarian. Begitu antusiasnya gadis itu ingin mendengarkan cerita yang sebenarnya. Mereka berdua memesan hamburger dan segelas coca cola.

"Aku sudah siap mendengarkan ceritamu." Ayana menggigit hambugernya.

"Memangnya aku mau cerita apa tadi padamu?" Irish pura-pura bego. Ayana menggetok kepala Irish, "Kau ini tidak usah pura-pura bego!"

"Hey—kenapa kau menggetok kepalaku?" Irish mengusap-usap kepalanya.

"Ya ... sebenarnya ada apa antara kau dan Bos Besar?" tanya Ay.

"Aku?" Irish menunjuk wajahnya sendiri.y Ayana menatap Irish tanpa berkedip sedikit pun.

"Ah, baiklah ... baiklah!" Irish berhenti sejenak meminum coca colanya dan melanjutkan makan lagi.

"Ayolah, ceritakan padaku," bujuk Ay. Irish menceritakan semua kejadian awal mula pertemuannya dengan Benjamin van De Haan bla ... bla ... bla ....

"Apa! Gila kau! Pantas saja waktu itu kau keluar dari ruangan dengan muka kesal!" Ay kaget tapi kemudian dia tertawa.

"Hey, kenapa kau malah tertawa?" Irish heran.

"Ah, tidak ... tidak ...." Ay masih menahan tawa.

"Nah 'kan!" teriak Irish.

"Aku mendukungmu!" ucap Ay.

"Mendukung apa maksudmu Ay?" Irish mengernyit bingung.

"Mendukungmu pacaran dengan dia!" Ay tertawa.

"Tidak mau!" Irish jual mahal, "Kau sendiri gimana dengan Hendrick?"

"Sudah ah, jangan bahas soal dia. Ayo kita kembali kerja!" Ay mengalihkan pembicaraannya dan Irish pun memahami keadaan Ay. Mereka berdua berjalan menuju lift.

Tanpa sadar aktivitas keduanya dipantau oleh sepasang mata yang terus memperhatikan keduanya.

Siapakah dia? Bagaimana kisah mereka berdua selanjutnya? See ya on next chapter.

To be continue,

Cheezyweeze

Jangan lupa baca cerita ku yang lainnya dengan judul 2.59 dan Brittleness. Jangan lupa nyalakan bintang Kejora juga.

| 1

Related chapters

  • My Adorable CEO   Chapter 5. Galak

    Sementara itu di Rumah Sakit Leiden. Tampak seorang pemuda berjalan menuju kamar 24b. Setelah sebelumnya telah membayar semua administrasi Rumah Sakit. Pemuda itu tampak begitu bahagia. Di kamar 24b seorang wanita sedang membereskan baju dan memasukkannya ke dalam tas. "Bibi Dennisa, sudah siap pulang?" Alex tersenyum. "Bibi sudah siap, Tuan Muda." Wanita tua itu tersenyum. "Baiklah, ayo kita pulang, Bi." Alex memapah wanita tua itu keluar dari kamar rawat inapnya. "Terima kasih, tuan muda sudah mau menolong dan merawat Bibi," ucap bibi Dennisa. "Ah, tidak masalah, Bi. Justru aku yang harus berterima kasih pada bibi karena sudah mau merawatku dan juga Irish setelah Ayah Ibu meninggal. Bagiku bibi sudah seperti orang tua kedua bagi kami berdua." Alex tersenyum. "Tuan muda, bolehkah bibi meminta satu permintaan ...." pinta Dennisa. "Permintaan apa itu, Bi?" tanya Alex. "Tolong antar bibi ke makam tuan dan nyonya besar sek

    Last Updated : 2021-06-16
  • My Adorable CEO   Chapter 6. Unforgattable Moment

    Cinta kadang membuat seseorang terluka dan juga membuat orang yang sedang jatuh cinta bahagia. Tapi penantian dan harapan terkadang menimbulkan luka yang amat mendalam, saat orang yang menanti itu tahu bahwa semua harapan akan penantiannya sia-sia. Dan hanya yang setialah yang mampu bertahan diatas luka akan pengharapan yang sia-sia. Hanya yang setialah yang terus menerima luka dari orang yang disayanginya. Dan hanya yang setialah yang terus bahagia menyayangi seseorang walaupun tanpa balasan atau bahkan tak ada kesempatan lagi untuk memiliki orang yang diharapkannya. Langit terlihat gelap, sambaran petir menggelegar dahsyat membelah langit yang terlihat sedang tak bersahabat. Hujan turun dengan derasnya. Udara dingin terasa menusuk kekosongan jiwa. Matahari bersembunyi dibalik gumpalan awan gelap. Cuaca pagi ini menggambarkan hati seorang gadis bernama Ayana. Dia teringat kejadian tiga bulan yang lalu. Musim gugur,

    Last Updated : 2021-06-20
  • My Adorable CEO   Chapter 7. Unforgettable Moments pt 2

    Tokk ...Tokk ...Tokk .... Alex mengetuk pintu kamar Irish. Namun, tidak ada respon dari gadis cantik berlesung pipi itu. Akhirnya Alex membuka pintu kamar Irish, tapi tidak mendapatkan si empunya kamar di dalam. "Kakak sedang apa di kamarku?" Irish muncul tiba-tiba di belakang Alex. "Emm ... itu—anu, kakak mau tanya sesuatu." Alex menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Irish merasa heran melihat gelagat aneh dari kakaknya. "Kakak mau tanya tentang apa? Kok tumben." Irish menyeruput susu hangatnya. "Itu—soal tadi pagi—kakak melihat seseorang memanggulmu, apakah dia teman sekantormu?" tanyanya pada Irish. Irish mengernyit bingung menatap kakaknya. Mengingat-ingat siapa yang tadi pagi memanggilnya. "Ah ... Ayana maksud kakak? Kenapa kak?" Irish bertanya balik pada Alex.

    Last Updated : 2021-06-24
  • My Adorable CEO   Chapter 8. Mysterious Flower

    'Ting tong' "Irish!" Alex berteriak dari ruang tengah. "Iyaaa ...," sahut Irish dari kamar. "Ada apa kak?" Irish menghampiri Alex. "Ini ...." Alex menyodorkan sepaket bunga pada Irish. "Bunga lagi?" Irish menerima sodoran paket bunga dari kakaknya. -'From your Secret Admirer. Bagaimana bunganya? Cantik 'kan? Secantik orang yang menerima dan membaca surat ini'- Kira-kira begitulah isi surat yang terselip di buket bunga untuk Irish. Beberapa hari ini Irish selalu mendapat kiriman bunga mawar pink kesukaannya dengan isi surat yang sama seperti surat tadi. Irish sendiri heran, kenapa orang ini tahu bunga kesukaannya. "Dari siapa?" tanya Alex terlihat penasaran pada kejadian akhir-akhir ini.

    Last Updated : 2021-06-27
  • My Adorable CEO   Chapter 9. Mysterious Flower pt 2

    "Kau yakin tidak apa-apa Ay?" tanya Irish mengkhawatirkan keadaan sahabatnya itu. "Aku tidak apa-apa kok. Kau pulanglah dulu!" Ayana tersenyum. "Tapi kau terlihat sangat pucat!" "Aku hanya kecapean saja. Kau pulang saja dulu!" "Baiklah kalau kau memaksa, tapi kalau ada apa-apa, segera hubungi aku ya, Ay." "Iya ... jangan khawatirkan aku, segeralah ke rumah sakit." Ayana mendorong Irish masuk ke taksi. Ayana berjalan pelan menyusuri trotoar. Keringat dingin mulai mengucur, kepalanya terasa berat, pandangannya mulai terasa kabur. BRUUKKK .... Seketika orang-orang berkerumun mendekati Ayana yang tiba-tiba pingsan. Alex keluar dari loby hotel, pandangannya tertuju pada kerumunan orang-orang. "Ada apa itu pak Bernard? Kenapa ramai sekali?" tanya Alex. "Ada seorang gadis pingsan tuan muda," jawab pak Bernard. "Gadis?" Alex mengerutkan keningnya dan berjalan mendekati kerumunan orang-ora

    Last Updated : 2021-07-10
  • My Adorable CEO   Chapter 10. The Secret Admirer

    "Hallo ... Ayana, bagaimana kabarmu?" sapa Irish merangkul Ay yang berjalan menuju lift. "Hallo juga Irish. Aku sudah agak lebih baik kok, kau sendiri bagaimana?" Ay mengedipkan matanya. "Aku? Kau lihat sendiri," ujar Irish tertawa. Kedua gadis itu masuk ke lift bersama. Namun, sebuah tangan menahan pintu lift yang hampir tertutup. Benjamin masuk ke dalam lift. "Selamat pagi, Pak!" Keduanya membungkuk hormat. Lift naik menuju lantai tiga. _________ Jam kantor telah berakhir, Ayana langsung pulang, tapi Irish tertahan di kantor karena bos besarnya memberinya banyak tugas. "Apa-apaan ini! Kenapa hanya aku saja yang harus lembur. Balas dendamkah dia?" Gerutuk Hyena. Drrttt .... Drrttt .... Sebuah panggilan masuk dari kakakn

    Last Updated : 2021-07-18
  • My Adorable CEO   Chapter 11. The Secret Admirer pt 2

    Episode sebelumnya, Irish dan Benjamin terjebak di kantor karena terjadi pemadaman listrik. Tiga puluh menit kemudian. Pak Adrima langsung menuju ruang kantor di mana Ben sedang menunggunya di sana. "Kenapa tuan muda tidak bilang kalau malam ini akan lembur, jadi saya bisa meminta pemadaman listrik di undur dulu," ujar Adrima. Namun, Benjamin hanya cengar-cengir menanggapinya hal itu. "Jangan terlalu sering menjahili gadis ini, tuan muda. Kasihan dia," imbuh pak Adrima menatap Irish yang sedang tidur. "Ah tidak ... tidak ... bukan seperti itu," uhar Ben mengelak. "Lebih baik kita pulang saja. Mumpung belum terlalu malam. Bangunkah saja gadis itu," usul pak Adrima, sekretaris andalan keluarga Van Dee Han. "Biar dia kugendon

    Last Updated : 2021-07-19
  • My Adorable CEO   Chapter 12. Winter Flower

    "Apa? Gregory berhenti kerja?" Irish terkejut mendengar berita itu dan tampak tak percaya. Ini pasti ulah Benjamin van Dee Han!' batin Irish. "Apa benar dia yang selalu mengirim bunga mawar merah muda itu?" Mira bertanya pada Irish dan sama sekali tidak percaya kalau Gregory yang pendiam bisa senekad itu. "Aku tadi masih melihat Gregory ada di koridor kantor," Samantha berjalan mendekati Irish. Semua pegawai kantor pagi itu membicarakan Gregory. Irish hanya terdiam menatap tempat duduk yang berada paling pojok, tempat di mana biasanya Gregory bekerja, kemudian pandangannya beralih ke arah ruangan di depannya. Bergegaslah dia menuju ruangan itu. Tanpa mengetuk pintu, Irish langsung masuk begitu saja. Sementara itu Benjamin terus menatap sebuah amplop yang tergeletak dimejanya, jari jemarinya mengetuk-ngetuk di atas meja secara bergantian. Seseorang masuk tanpa mengetuk pin

    Last Updated : 2021-07-22

Latest chapter

  • My Adorable CEO   Chapter 90. Pengusaha Baru (Extra Part)

    Lima tahun kemudian. Marky mengendarai mobil dengan kecepatan sedang. Dia mengendarai mobil sambil bersiul riang. Sepertinya keadaan hati pemuda berwajah tampan itu sedang bahagia. Marky menghentikan mobilnya di sebuah toko buah. "Wah, kau selalu datang tepat waktu," ucap seorang pria. Marky mengangguk dan melangkah menghampiri pria tersebut. "Buah Strawberry dari kebunmu ludes terjual. Apa kau bisa mengirimnya lagi hari ini?" kata Larry. "Tentu saja," jawab Marky singkat. "Aku akan meminta mereka untuk mengirim buah Strawberry nanti sore." Setelah itu dia melanjutkan lagi perjalanannya menuju ke sebuah Dessert Cafe. "Nak Marky, akhirnya kau datang juga." Seorang wanita yang biasa dipanggil oleh Marky dengan sebutan Bibi Luna. "Bibi Luna pasti menungguku." Marky terlihat sangat percaya diri.

  • My Adorable CEO   Chapter 89. HPL ( END )

    Tiga bulan kemudian. Sebuah keluarga akan sangat sempurna jika ditambah dengan kehadiran buah hati. Itulah yang sedang dirasakan oleh keluarga Van De Haan. Tuan Robi dan Nyonya Elaine ikut berbahagia dengan kelahiran si kembar Shane dan Daisy Van Willems. Kedua bayi kembar itu tumbuh sehat. Keduanya sudah mulai bisa menengkurapkan tubuhnya dan sudah bisa diajak bercanda. Tuan Robi dan Nyonya Elaine benar-benar merasakan menjadi seorang Kakek dan Nenek. Mereka sudah menganggap Alexander dan Ayana seperti anak-anak mereka sendiri. Benar-benar tidak bisa dipungkiri kehadiran bayi kembar itu membuat suasana rumah menjadi sangat ramai. Satu bayi menangis dan satu bayi lagu ikut menangis. Tangisan mereka saling bersahutan. Pagi itu tampak Tuan Robi dan Nyonya Elaine sedang duduk di ruang tengah. Sedangkan Ayana masih menyusui Daisy yang ada dalam gendongannya. Alex sibuk menggendon

  • My Adorable CEO   Chapter 88. Masa Tahanan

    David Janssen, Hendrick Smit, dan Grace Van Dirk masih menjalani masa tahanan mereka. Di dalam lingkungan penjara David harus sering bertemu dengan Hendrick dan Grace, akan tetapi David lebih sering menjaga jarang dengan mereka berdua. Sama halnya dengan hari itu, hari di mana David baru saja dikunjungi oleh Benjamin dan Irish. David mendapat banyak cemilan dari Ben dan makanan favorit yang dimasakan oleh Irish sendiri, sedangkan sebungkus rokok yang diberi oleh Benjamin, dia berikan pada seseorang. Ya, seseorang itu adalah polisi keamanan yang selalu mengawasinya. "Pak Martijn, tadi ada yang mengunjungiku. Dia memberiku ini, tapi aku sudah berhenti merokok." David memberikan sebungkus rokok itu pada pria itu. "Apa aku harus menerimanya?" tanyanya. "Terimalah ini dan apa Pak Martijn juga ingin makan cemilan?" David kembali menyodorkan sebuah kantung plastik. "Ah, cemilan itu untukmu.

  • My Adorable CEO   Chapter 87. Bayi Kembar

    Empat bulan kemudian. Alexander tampak resah gelisah tidak menentu. Dia merasa hatinya sedang gundah gulana dan rasanya itu seperti permen Nano-Nano. Tampak di samping Alex, Irish yang sedang duduk mengusap berkali-kali kandungannya yang sudah berumur enam bulan. Sesekali Irish merasakan gerakan bayi yang ada di dalam perutnya. Benjamin yang berada di samping Irish ikut merasakan ketegangan. Pria berlesung pipi yang tengah duduk di kursi besi itu masih terus menebarkan aura gundah gulana. Kakinya terus bergerak tidak bisa diam hingga menimbulkan bunyi. Nyit ... nyit ... nyitt! "Kak, kau ini bisa tenang sedikit tidak?" keluh sang adik. Irish yang duduk di sampingnya ikut terkena getarannya dari kaki Alex. Alex menghela napas. "Kakak mana bisa tenang dalam keadaan seperti

  • My Adorable CEO   Chapter 86. Save Me

    Irish membuka matanya dan terbangun dari tempatnya. Dia menyebarkan pandangannya ke sekitar tempat tersebut. Semua yang Irish lihat serba berwarna putih bahkan dirinya pun mengenakan baju berwarna putih. "Di mana aku? Apakah aku sudah mati?" lirihnya pelan. Dia tampak bingung dengan keadaan sekitar dan dia juga merasa asing berada di tempat tersebut. Tak ada satu orang pun di sana bahkan dia tidak melihat Benjamin, Alexander, ataupun Ayana. Irish mencoba bangkit dan ingin mencari tahu tempat tersebut. Namun, dia dikejutkan dengan sebuah cahaya putih yang sangat menyilaukan mata. Irish mengangkat kedua tangannya untuk melindungi matanya dari cahaya tersebut. Irish tampak menyipitkan matanya di tengah-tengah cahaya putih yang semakin mendekat ke arahnya. Dia berusaha melihat sesuatu di depan sana. Sesuatu yang masih samar-samar dalam penglihatannya, akan tetapi bergerak mendekat ke arah

  • My Adorable CEO   Chapter 85. Antara Hidup dan Mati

    Alex berjalan cepat sambil menempelkan benda pipih di telinganya, berharap panggilan itu ada yang menjawabnya. "Kau di mana?" ujar Alex saat panggilan itu terjawab. "Aku sedang berada di pinggir jalan, sedang menung——" Suara terjeda cukup lama .... "Aarghh!" Terdengar suara teriakan nyaring dari seberang sana. Suara yang tidak asing di telinga Alex. Ya, itu adalah suara teriakan dari Ayana. Alex yang mendengarkan teriakan itu seketika menghentikan langkahnya dan wajahnya langsung berubah menunjukkan kepanikan yang luar biasa. "Ay!" teriaknya. "Halo Ayana! Kau kenapa? Halo!" Alex mengecek layar ponselnya, dia melihat panggilan telepon masih tersambung. Alex berteriak sekali lagi melalui sambungan benda pipih itu. "Ay! Kau masih di sana kan? Jawablah!" Raut mukanya begitu sangat

  • My Adorable CEO   Chapter 84. Rencana Grace

    Warna gelap menyelimuti langit, gemerlap bintang muncul satu-persatu. Semilir angin malam bertiup sepoi-sepoi dan cahaya bulan membawa warna sendiri di langit malam yang sendu. Sepasang mata masih saling beradu pandang. Berdiam diri tanpa sedikit pun cuitan di antara keduanya. Salah satu memang harus ada yang mengalah untuk meredakan semuanya. "Benjamin, apa aku boleh menginap di rumah Bibi Dennisa untuk sementara," pinta Irish dengan nada memohon. Atensi itu membuat Benjamin menggelengkan kepalanya. "Tidak ... tidak boleh," sergah Benjamin. "Hanya sementara saja. Aku hanya ingin menenangkan diri," ucap Irish sendu. Benjamin terdiam melihat tatapan sendu dari mata Irish. Dia tak mampu membalasnya. Benjamin terlihat mengusap wajahnya dengan kasar, terlihat sekali dia tampak bingung dan frustrasi. "Istirahatlah dulu." Ben berdiri dari kursinya dan hendak melangkah, aka

  • My Adorable CEO   Chapter 83. Khawatir

    Hari itu, hari di mana suasana masih dibilang pagi sekitar pukul 09.00 am dan sudah terjadi keributan di sebuah perusahaan besar. Sebuah keributan yang membuat pegawai perusahaan tersebut saling berbisik-bisik antara satu dengan lainnya dan bisa ditebak bisik-bisik itu begitu cepat menyebar hingga lantai atas. Entah mereka memperbincangkan siapa? "Benjamin Van De Haan!" teriak seorang wanita saat pintu lift terbuka. "Kau pikir setelah ini hidupmu akan tenang hah!" Wanita itu berusaha memberontak untuk melepaskan diri dari genggaman tangan Hunter. Namun, genggaman tangan Hunter lebih kuat. Benjamin tidak mengindahkan omongan Grace, pria itu bergegas keluar dari lobi perusahaan. Terlepas dari itu, Benjamin segera membawa sang istri ke rumah sakit dengan di antar oleh Marky. Setelah sampai di rumah sakit, Irish langsung mendapat penanganan khusus dari para dokter. "Baga

  • My Adorable CEO   Chapter 82. Darah

    Rumahku adalah istanaku, begitulah kata pepatah. Saat itulah yang dirasakan oleh Ayana. Akhirnya dia bisa bernapas dengan lega tanpa harus membayangkan jika dia dan suaminya sedang dimata-matai. Walaupun pada saat itu juga Alex menyuruh orang-orangnya untuk memeriksa seisi rumah, jikalau ada kamera tersembunyi yang memantau aktivitas mereka dan ternyata hasilnya nihil. Tak satu pun dari mereka menemukan kamera tersembunyi. Pria dengan lesung pipi itu langsung beratensi jika istrinya dalam bahaya. "Bagaimana dengan tidur malam mu? Apakah kalian tidur nyenyak?" Benjamin menarik kursi dan langsung duduk. "Sangat nyenyak," ucap Ayana tersenyum lega. "Syukurlah ...." Irish membawa sepiring roti panggang dari dapur. "Di mana Alex?" Benjamin terlihat menoleh kanan dan kiri. "Dia sedang menelepon seseorang," jawab Ayana menunjuk ke arah ruang tengah. Tak lama setelah itu, Al

DMCA.com Protection Status