"Oh, oke baiklah," jawab Azzura pada Alan. Wanita seksi ini setuju untuk mandi berendam dengan Alan pagi itu. "Sebenarnya aku lebih suka mandi di bawah shower," katanya, berbisik dalam hatinya.
Lalu detik berikutnya, Azzura berbalik dan melihat Alan bergerak luwes di sekitar dapurnya. Si tampan dan demokratis itu rupanya sedang mencuci piring makan dan peralatan masak yang kotor."Lan..." panggil Azzura ragu-ragu."Ya, kenapa?" Alan berbalik dan menatap Azzura sambil membuang bekas Twining’s English Breakfast tea. Sementata, yang ditatap tampak memerah.“Yah, aku punya beberapa pertanyaan, kau tahu, itu tentang kemesraan yang akan kita lakukan," tukas Azzura sambil menatap jari-jarinya."Jangan sungkan untuk bertanya padaku, Azzura," ujar Alan dengan tenang dan lembut. "Apa yang ingin kau tahu?" tanya pria tampan yang bersandar di meja dapur sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada ini."Hh ...." Azzura menghela nafaUsai membuang kemeja putih yang dikenakan oleh Azzura ke lantai, Alan kembali berdiri untuk menatap sang fashion desainer cantik dan seksi tersebut. "Ya ampun ... aku telanjang," ucap Azzura, berbisik dalam hatinya dengan wajahnya yang merah padam. Sang fashion desainer yang ditatap Alan ini lalu menunduk dan menatap tangannya yang sejajar dengan dasar perutnya. "Ini bukan kali pertama aku telanjang di hadapan Alan. Tapi kali ini aku sangat ingin menghilang ke dalam air hangat dan penuh busa," imbuh Azzura, masih berbisik dalam hatinya.Kendati berucap demikian, Azzura tahu betul kalau si pemandu wisata dan selam scuba memesona tersebut pasti tak akan menginginkan hal itu."Hey ...." Alan memanggil Azzura. Yang dipanggil kontan mengintip ke arahnya, dan melihat pria memesona tersebut sedang memiringkan kepalanya ke satu sisi saat menatapnya."Azzura, kau seorang wanita yang sangat cantik. Keseluruhannya. Jangan menundukkan kepalamu kare
Bersama dengan mulutnya yang mengerang dan matanya yang tertutup, tubuh Alan yang berotot juga turut menegang. Secara refleks pinggulnya sedikit maju tatkala Azzura memegang zakarnya lebih erat lagi."Errgghhh ...." Lagi, sebuah erangan rendah keluar dari dalam tenggorokan Alan tepat ketika Azzura memijat zakarnya dengan lembut dan pelan.Ketika Azzura sibuk memanjakan zakar Alan yang gagah dan sang empunya zakar sibuk mengerang dengan mulutnya yang sedikit menganga, ruang memori di kepala sang fashion desainer ini juga sibuk berputar.Ya, wanita cantik dan seksi tersebut menemukan ingatan visual ketika Alan mendorong ibu jarinya ke mulut Azzura dan memintanya untuk menghisapnya, keras.Karena ingatan visual itu, Azzura membungkuk ke depan selagi mata Alan tertutup. Ia lalu menempatkan bibirnya di sekitar zakar Alan, mencoba menghisap, dan menjalankan lidahnya ke ujungnya. "Wow ... Azzura...." Mata Alan terbuka, dan Azzura menghisap zaka
"Wow!!" ujar Azzura, berdecak kagum dalam hati kecilnya saat melihat Alan dengan tubuh telanjang keluar dari dalam bathtub. Setelah Alan keluar dari bathub, pria memesona ini langsung membungkus handuk kecil di pinggangnya. Alan hanya menutupi bagian intimnya seperlunya saja. Sekian detik berikutnya, Alan terlihat memegang sebuah handuk putih halus yang lebih besar. Rupanya, handuk putih besar tersebut untuk Azzura.Buktinya, saat Azzura keluar dari bathub dan Alan meraih tangannya yang terulur, ia langsung membungkus tubuh sintal Azzura dengan handuk putih besar itu. Usai membungkus tubuhnya dengan handuk, pria memesona tersebut menarik Azzura ke dalam pelukannya, dan menciumnya dengan keras—mendorong lidahnya ke mulut sang fashion desainer."Mmmhhhh~~" Suara desahan Azzura selagi Alan menciumnya dengan keras. Ia lalu mencoba merangkul pinggang si pemandu wisata dan selam scuba memesona tersebut.Namun, saat Azzura akan meran
Selagi mulutnya mengerang, Azzura sangat ingin menyentuh Alan. Namun, bagaimana mungkin itu bisa ia lakukan? Untuk menggerakkan tangan saja susah karena tangannya terikat simpul nan kuat.Kendati begitu, Azzura tetap saja menggerakkan tangannya yang terikat. Hal itu membuat Alan berhenti menciumnya. Ia kemudian menatap ke arahnya dengan matanya yang melotot. Lalu detik berikutnya, Alan terlihat menggelengkan kepala sambil berdecak. Dan kemudian, pria memesona ini meraih tangan Azzura dan kembali menempatkannya di atas kepala wanita cantik dan seksi tersebut. "Hey, bukankah sudah kuperingatkan sebelumnya jangan menggerakkan tanganmu?" kata Alan dingin. Yang diajak bicara hanya membisu. "Kalau kau menggerakkan tanganmu lagi, maka kita harus mulai dari awal lagi," tegur pria ini lembut. "Oh Ya Tuhan, dia benar-bebar seorang penggoda," kata Azzura, berbisik dalam hatinya. Namun kemudian, ia mengangguk samar. "Ak ... aku hanya ingin menyentuhmu, Lan
Seketika saja Azzura mengerang usai mendengar penuturan Alan padanya. Melihat dan mendengar Azzura mengerang, Alan lantas tersenyum smirk. "Membalas kebaikan bukan kebiasaanku, Azzura," ujar Alan dengan berbisik saat ia dengan lembut meniup kemaluan Azzura dengan gerakan ke atas dan ke bawah. "Tapi, kau sangat menyenangkan hari ini. Dan, kau seharusnya diberi penghargaan," imbuh Alan tegas sambil menyeringai pada Azzura.Sang fashion desainer pun dapat mendengar jelas seringai nakal dalam suaranya selagi tubuhnya yang sintal bernyanyi mendengar kata-kata Alan.Namun, yang membuat tubuh Azzura makin riang gembira adalah saat di mana lidah Alan dengan perlahan-lahan mulai mengelilingi klitorisnya selagi kedua tangan si tampan dan demokratis tersebut menahan pahanya."Aaarrgh!" Azzura mengerang lalu tubuh sintalnya melengkung dan mengejang karena sentuhan lidah Alan.Tak berselang lama, lidah Alan berputar-putar lagi dan lagi, seh
Sesaat setelah menarik zakarnya keluar dari liang senggama Azzura, Alan duduk di atas tempat tidur sambil melihat ke arah Azzura."Ayo, kita harus berpakaian, Zura. Itu jika kau ingin bertemu Bibiku." Alan menyeringai lalu turun dari ranjang dan menarik celana jeansnya. "Apa?! Alan tak pakai celana dalam!" tukas Azzura, berbisik dalam hatinya. "Alan ... aku tidak bisa bergerak," katanya. Ia kesulitan untuk duduk karena tangannya yang masih terikat.Penuturan Azzura itu kontan membuat senyum si pemandu wisata dan selam scuba melebar. Ia kemudian membungkuk dan melepas ikatan dasi di tangan Azzura. Bentuk dasi Alan itu telah meninggalkan bekas di sekitar pergelangan tangan Azzura. Kendati demikian, itu tampak seksi di mata Azzura. Usai ikatan dasi lepas, Alan menatap Azzura geli. Matanya menari penuh kegembiraan. Namun kemudian, pria memesona ini mencium kening Azzura dengan cepat dan berseri-seri."Pertama dan satu-satunya yang berhasil masuk," aku Alan gamang. Tetapi Azzura tahu be
"Wow!" Bibi Yuna berdecak kagum dengan wajah cantiknya yang berseri-seri setelah mendengar penuturan Alan mengenai Azzura, yang kini menjadi wanitanya."Jadi, apa nama butikmu?" tanya Bibi Yuna ramah. "Butik Ruella," jawab Azzura pada Bibi Yuna, yang berbarengan dengan ponsel Alan yang bunyi. "Ini pasti Sage," gumam Alan bertaruh. "Maaf, Bibi, Azzura." Alan berjalan ke dapur, dan kemudian bersandar di meja bar tanpa memeriksa nomor yang meneleponnya. "Alan...." panggil Sage cepat begitu Alan menerima teleponnya. "Kau di mana? Aku berusaha untuk menghubungimu sejak kemarin. Aku ingin bertemu denganmu, untuk memberi tahumu sesuatu. Kenapa kau tak membalas pesan dan teleponku?" cerca Sage bernada kesal."Dengar Ge, sekarang bukan saat yang tepat untuk kita bicara," balas Alan pada Sage sembari melirik cemas ke arah Azzura, yang sedang menatapnya curiga selagi wanita seksi tersebut bergumam sesuatu pada bibinya.Melihat itu, Alan lantas membelakangi Azzura dan bibinya. "Kau di mana, La
Ketika audi hitam Alan tiba pusat kota Shanghai, Alan yang memakai kacamata hitam terlihat melirik ke arah Azzura. Mulutnya meringai sedikit, dan ia meletakkan tangannya di lutut Azzura—meremasnya lembut. Hal itu kontan membuat nafas Azzura jadi sesak."Lapar?" tanya Alan lembut pada Azzura.Samar-samar Azzura menggelengkan kepalanya. "Tidak terlalu," jawab Azzura sambil menatap wajah Alan dari samping.Jawaban Azzura itu rupanya membuat mulut Alan mengencang seketika, dan menjadi garis keras. "Tapi, kau tetap harus makan, Azzura," tegur Alan tegas. "Tapi, Lan—""Sayang, kalau kau tak makan lalu bagaimana kita akan bercinta?" ucap Alan saat memotong bicara Azzura. Yang diajak bicara mengernyitkan wajah dan menatapnya bingung. "Kau tak akan punya banyak tenaga untuk bercinta jika tak makan dengan baik dan tepat waktu," terang Alan, menggoda Azzura. Seketika saja wajah Azzura memerah mendengar kata-kata Alan kepada