Besoknya di tempat kerjaan Tiara jadi terlihat murung, sebenarnya dia sedang tidak enak badan gara-gara semalaman menangis dan tidur di sofa ruang tamu karena tak enak jika menganggu Raka tidur. Namun suaminya itu malah mendiamkannya dan pagi-pagi sudah berangkat ke kantor tanpa mau menjelaskan lebih banyak kepadanya.Dina yang datang ke tokonya jadi bingung melihat sahabat baiknya sedih seperti itu dan diapun duduk di sampingnya. Kebetulan ini masih pagi jadi belum ada pembeli yang mampir."Kamu kenapa lagi, Ra?" tanya Dina penuh perhatian."Aku nggak apa-apa kok," sahut Tiara lirih.Namun yang namanya sahabat Dina pun tentu saja tak mempercayai jawaban Tiara itu. Dia pasti sedang ada masalah yang sangat serius."Udah cerita aja, Ra. Aku tau kamu pasti lagi ada problem kan? Soal Raka lagi?""Bukan kok, serius deh." Tiara menggeleng pelan.Dina kemudian mengusap-usap bahu Tiara. "Kita ini sahabatan udah lumayan lama loh. Jadi aku pasti tau lah kamu lagi jujur apa bohong. Udah cerita a
Malamnya pulang kerja Tiara berjalan kaki menuju rumahnya setelah turun dari busway. Pikiran dan juga fisiknya benar-benar lelah jadi dia ingin segera cepat sampai rumahnya dan beristirahat.Saat itulah seorang pengendara motor sport berhenti di sampingnya. Dia menoleh dan terkejut saat melihat ternyata orang itu adalah ya siapa lagi kalau bukan Andra. Laki-laki itu tersenyum padanya namun dia membalasnya dengan tatapan sinis."Ra, ayo naik!""Ogah! Mendingan aku jalan kaki daripada bareng kamu," balas Tiara sambil meneruskan jalannya.Namun karena orang itu adalah Andra jadi ya tetap dia mengikuti Tiara di sampingnya dengan menurunkan satu kakinya sambil menjalankan motornya pelan."Masih lumayan jauh loh. Udah sini aku bonceng aja.""Ogah amat!"Andra menghela napas, Tiara itu kenapa keras kepala sekali."Nayla pasti sekarang lagi nungguin kamu di rumah."Mendengar anaknya sontak langkah Tiara terhenti. Benar juga. Dia pun kemudian berbalik."Oke deh, tapi kali ini doang."Andra ter
Tiara segera menghapus air matanya itu dan turun dari kasurnya saat dia mendengar suara Nayla yang memanggilnya itu. Segera dia kembali mengancingkan bajunya itu dan memasuki kamar anaknya."Mamaaaaa.."Terlihat sang anak duduk di atas kasurnya sambil mengulurkan kedua tangannya meminta digendong."Iya sayang, Mama udah di sini. Ada apa kok Nayla belum bobo?" Tiara pun mengangkat anaknya itu kemudian memangkunya dan menciumi pipinya gemas yang membuat anaknya itu terkikik senang."Nayla tadi udah tidur tapi tadi denger suara Papa terus kebangun, tapi ke mana Papa, Ma? Kan Nayla kangen mau ketemu Papaaa.."Tiara kemudian mencium kening Nayla dengan sayang. Ternyata benar kata ibunya Nayla semakin menyayangi Andra. Dia sedikit merasa bersalah kepada anaknya itu karena sudah berniat ingin menjauhkannya dari ayah kandungnya sendiri. Sekarang demi Nayla dia tidak boleh bersikap egois."Tadi itu Papanya Nayla cuma nganterin Mama pulang aja, sayang. Tapi Nayla jangan khawatir ya, besok pasti
"Iya boleh. Kakak mau nanya apa ya?" Damar mengernyit bingung."Gini, kamu kan temennya Andra. Nah kamu tau nggak dia lagi sibuk apa sekarang? Kok jarang keliatan ya udah beberapa hari ini."Damar tampak sedikit heran mengapa Tiara menanyakan tentang teman baiknya itu. Setahu dia kan mereka berdua tidak saling mengenal dengan akrab.Tiara rupanya menyadari ekspresi bingung Damar. "Jadi gini, maksud aku tuh, kan anak aku Nayla itu seneng banget main sama Andra. Jadi dia nanyain terus. Gitu."Damar manggut-mangut sekarang. "Oh gitu ya Kak? Tak kirain ada apa kok nggak ada angin nggak ada hujan kok Kak Tiara tetiba nanyain Andra."Tiara memaksakan diri untuk tersenyum. "Iya. Jadi dia di mana?"Mendadak ekpresi Damar terlihat sedih. Perasaan Tiara jadi tidak enak. Jangan-jangan benar dugaannya kalau telah terjadi sesuatu dengan Andra. Dia jadi semakin cemas sekarang."Jadi, si Andra itu udah ada tiga harian ini sakit, Kak," ucap Damar dengan ekspresi sedih."Sakit? Dia sakit apa?" tanya T
Tiara mengedarkan pandangannya ke seluruh kamar kos Andra yang kecil namun rapi itu. Yang mana hanya ada satu meja kecil, lemari lalu kasur lantai busa. Dia jadi prihatin, ternyata demi anak mereka Andra sampai jauh-jauh ke sini, tinggal sendiri di kos-kosan."Kamu udah minum obat?" tanya Tiara.Andra menggeleng pelan. "Belum kalau hari ini."Tiara menghela napas kemudian dia mendekat kepada Andra dan memegangi dahinya. Andra tertegun dibuatnya. "Kamu masih panas banget gini. Kenapa belum? Kamu udah ke dokter?""Males aja minum obat mulu. Belum ke dokter juga, lagian aku tiduran aja juga nanti sembuh sendiri," jawab Andra santai.Tiara berdecak kesal sambil menarik tangannya dari dahi Andra. "Sembuh gimana? Buktinya udah tiga hari kamu masih gitu-gitu aja masih panas badan kamu, masih lemes juga tuh."Andra tersenyum tipis terharu dengan omelan Tiara, itu kan tandanya wanita itu masih peduli padanya."Males aja, Ra," sahut Andra sambil mencoba untuk bergerak namun dia langsung memegan
"Iya. Aku lakuin ini kan buat anak kamu," sahut Tiara tanpa sadar membuat Andra tersenyum bahagia mendengarnya bicara seperti itu."Aku suapin ya?""Nggak usah. Biar aku makan sendiri aja.""Tangan kamu masih gemeteran gitu tuh, udah nggak apa-apa, ayo buka mulut kamu. Aaa..." Tiara menyodorkan sesendok bubur itu ke mulut Andra. Andra membuka mulutnya dan memakan sesuap bubur darinya. Tiara tersenyum."Enak nggak?"Andra mengangguk cepat. "Banget, rasa masakan kamu dari aku kecil malah makin enak."Tiara tersenyum dipuji seperti itu. "Yang bener? Masa sih?" dia kembali menyuapi Andra. Andra mengangguk."Bagus, kalau gitu abisin ya. Pinter nih bayi kecilnya aku," ucap Tiara tanpa sadar."Bayi kecil apanya sih? Badan aku aja udah segede gini." Andra tersenyum."Emang iya kok. Kamu itu bayi kecil aku yang lucu.." barulah Tiara sadar dan segera menatap ke arah lain tak berani menatap Andra yang tertawa kecil itu."Kenapa ketawa sih?" tanya Tiara sinis."Nggak ada. Aku nggak ketawa kok. Ma
"Kamu tuh ngomong apa sih, Mas? Jangan asal nuduh deh kalau nggak ada bukti!"Raka mendengus. "Bukti ya? Itu bau minyak kayu putih udah jadi bukti yang lebih dari cukup."Tiara terdiam tidak tahu harus membalas apa.Raka tersenyum sinis. "Tuh sekarang kamu liat kan? Kamu nggak bisa ngelak karena itu faktanya. Kamu abis dari kos-kosannya si Andra itu kan? Gatel banget kamu penginnya dimanjain sama dia ya?"Tiara menghela napas. "Terus kalau iya kenapa?" tantangnya. Tidak apa-apa lah hari ini dia kesal sekali dengan Raka karena sudah selingkuh tapi malah balik menuduhnya seperti itu. Padahal dia itu kan tidak selingkuh dengan Andra.Raka tersenyum sinis kembali. "Jadi bener kamu selingkuh sama dia?""Kamu yang selingkuh kenapa jadi aku yang dituduh balik sih?" kesal juga Tiara."Udahlah, males debat sama kamu nggak ada untungnya juga. Oh iya, aku nggak akan pulang malem ini jadi jangan tunggu aku." balas Raka yang kemudian memasuki mobilnya.Tiara merasa tubuhnya lemas, tanpa melihat la
"Mas, beliin aku hp yang ini ya?" pinta seorang wanita pada suaminya."Iya, sayang kamu pilih aja yang mana yang menurut kamu bagus," sahut sang suami.Sang istri tampak tersenyum namun berikutnya dia menunduk sedih. "Nggak deh, Mas. Aku beli hp yang lain aja deh."Suaminya bingung. "Lho kenapa? Apa hp yang ini kurang bagus?"Sang istri menggeleng lemah."Terus apa dong?" tanya sang suami lagi."Hp yang ini tuh mahal banget, Mas. Aku nggak tega deh minta dibeliin sama kamu hp yang mahal gini."Si suami tersenyum haru mendengar ucapan istrinya itu."Kamu kan istriku, kamu yang udah masak tiap hari nggak pernah ngeluh, ngurus anak kita juga sama ngurus rumah ngurusin aku juga. Jadi udah sepantasnya aku ngasih kamu yang terbaik juga, sayang," ucap sang suami."Beneran nggak apa-apa, Mas?""Iya, udah kamu tinggal ambil aja hp yang kamu sukai itu ya?"Sang istri mengangguk cepat. "Iya, Mas," ucapnya. "Kak, saya jadi beli hp yang ini deh."Tiara tersenyum ramah. "Baik, Kak. Jadi 38 juta ya?
Hari ini Tiara datang ke toko kue tempat dia bisnis dengan Dina. Tokonya terlihat ramai karena memang rasa kuenya enak dan juga pelayanannya yang sangat ramah. Tiara dan Dina pandai sekali mencari karyawan yang baik dan juga ramah."Kuenya enak banget loh ini teksturnya juga lembut," kata pelanggan ibu ibu elegan."Terima kasih, Ibu. Datang kembali ya," ucap Tiara dengan ramah."Tentu. Saya pasti akan datang lagi ke sini malah udah bakalan jadi langganan," kata ibu itu sambil tersenyum.Tiara merasa senang mendengarnya, dia kembali mengucapkan terima kasih pada pembeli di tokonya tersebut.Tak lama Andra datang bersama Nayla yang dia gendong. Hari ini dia libur kerja jadi dia pergi ke tokonya Tiara untuk melihat keadaan toko kue itu.Tiara lebih dulu salim pada Andra lalu mencium pipinya Nayla dengan gemas."Kamu hebat ya udah bisa bisnis kue kaya gini mana rame lagi," kata Andra yang memuji Tiara."Alhamdulillah, ini kan juga karena izin dari suami juga," jawab Tiara sambil sesekali
Bu Mirna masih saja kesal dan kecewa dengan sikap Karin pada Tiara. Karin padahal dulunya sebelum menikah tapi dia selalu menyuruh pacarnya menginap di rumahnya sampai dia hamil itu kan namanya munafik.Meski Tiara sudah memberitahu ibunya untuk tak usah menghiraukan Karin namun tetap saja ibunya merasa marah dan tak terima putrinya dituduh yang tidak benar.~~Tiara hari ini bertemu lagi dengan Dina namun kali ini mereka bukan healing tapi untuk membicarakan bisnis bersama. Dina berencana ingin mengajak Tiara bekerja sama dalam bisnis kue yang sekarang ramai.Tentu saja Tiara sangat amat setuju karena dia tak ingin hanya mengandalkan uang dari Andra lagipula dia tadi sudah minta izin pada Andra dan suaminya itu setuju dan mendukungnya.Barulah setelah membicarakan tentang bisnis Tiara pulang untuk menjaga Nayla, dia berfoto dengan putrinya yang cantik dan sungguh menggemaskan itu dan kemudian mempostingnya di akun medsosnya.Karin kini tiba di rumah Tiara lalu dia menelepon Tiara memi
Karin kaget mendengar amarah Bu Mirna. "Saya heran sama kamu Karin kenapa kamu itu dari dulu selalu saja benci dengan anak saya Tiara. Dari dulu kamu begitu dari kamu masih kecil!""Udahlah, Ma kita pulang aja yuk. Ngapain ladenin omongannya Karin," ajak Tiara. Dia jengah sekali dengan sepupu angkatnya tersebut. Iya, Karin itu memang sepupu angkatnya Tiara karena tantenya Tiara dulu mengambil Karin di rumah sakit saat masih bayi.Bu Mirna setuju dan merekapun pergi meninggalkan Karin yang terdiam."Awas ya kalian berdua!" ancam Karin sambil mengepalkan tangannya kesal.~ ~Hari ini Bianca mengajak Andra untuk bertemu di kafe membahas bisnis. Saat dia akan menyeberang jalan tiba-tiba dari arah lain ada mobil yang melaju kencang ke arahnya membuatnya berteriak kaget. Tiara yang melihatnya langsung menarik tangan Bianca dan mereka berdua jatuh di rerumputan.Bianca yang ketakutan masih berusaha mengatur napasnya. Dia menoleh dan terkejut ternyata orang yang telah menyelamatkan dia adalah
Tiara merenung sejenak dan juga sekaligus dia ingin menghilangkan curiganya. Dia tersenyum dan melanjutkan langkahnya menuju Andra."Telfon dari siapa, Mas?" tanya Tiara.Andra menoleh karena terkejut. "Ini dari Bianca," jawabnya jujur."Oh gitu?" Tiara bersilang dada.Andra tersenyum melihat raut wajah Tiara yang cemburu itu. "Udah dulu ya, Bi," ucapnya lalu dia matikan sambungan telepon karena tak ingin membuat istrinya itu marah padanya."Lanjutin aja nggak apa-apa kok," kata Tiara sambil duduk di sofa."Nggak lah kan udahan bahas bisnisnya," balas Andra. Dia lalu duduk di sebelah Tiara."Seriusan?""Iya. Kenapa ke sini?" tanya Andra."Kok kamu nanyanya gitu sih? Kenapa? Kamu nggak suka ya kalau aku ke sini buat ketemu sama kamu?"Andra menghela napas, salah lagi dia. "Iya maaf sayang tapi maksudku bukan gitu kok. Iya aku juga kangen sama kamu," katanya sambil memeluk Tiara agar istrinya itu tak semakin merajuk. Dan dia berhasil karena Tiara sekarang tersenyum."Bohong kamu.""Ngga
"Dari Mas Raka," jawab Tiara sambil menunduk. Dia ingin terus saja pada Andra karena dia tak ingin pernikahan mereka ada kebohongan yang takutnya malah akan membuat hubungan bermasalah. Betul kan? Lebih baik kan jujur saja toh juga dia tak akan mengangkat telepon dari Raka kok.Andra menghela napas. "Ya udah kalau gitu aku mandi dulu ya," balasnya lega. Tuh kan buktinya dia jadi berpikiran positif. Diapun beranjak pergi setelah pamitan pada Nayla.Tiara hanya mengangguk sambil membuang napas kesal setelah suaminya itu pergi. Kenapa sih Raka terus saja menganggunya? Apa sih maunya dia?Ponselnya kembali berdering dan karena kesal dia langsung matikan lagi. Nayla sampai bingung melihat ke arahnya.Tiara hari ini pergi ke Mall sendirian karena dia tak ingin Nayla kelelahan jika ikut, dia saat ini berada di kafe minum kopi. Ya, masih sendirian dia, coba saja jika hari ini hari libur pasti dia akan mengajak Dina pergi dengannya. Mendadak dia jadi rindu saat dirinya masih bekerja di Mall."
Sudah pagi waktunya Tiara mengantar Andra kerja sampai luar rumah mereka. Setelah dia salim dan dia mendapat ciuman di keningnya dari suaminya diapun tersenyum. Melambai saat Andra masuk ke mobil dan pergi meniggalkan area rumah.Tiara masih pergi di sana, tanpa dia ketahui ternyata ada Karin yang mengintip dari kejauhan dengan tatapan irinya yang terlihat jelas."Lah aku nggak nyangka ternyata rumahnya si Tiara bagus banget gini mahal banget udah pasti sih ini." Karin berucap sambil mengamati rumah mewah Tiara."Hebat juga dia kira-kira dia nikahnya sama siapa sih? Kayanya nggak mungkin deh kalau dia nikah sama si Andra itu secara kan mereka berdua udah nggak ketemu lagi pastinya. Ya emang sih Andra anak orang kaya tapi kan nggak mungkin kalau sekaya itu sampai rumahnya kaya istana gitu."Karin tetap di sana sambil memotret rumah tersebut.Di KantorSinta masuk ke ruangan Andra dan tersenyum melihat anaknya itu sedang mengobrol dengan sekretarisnya. "Budah boleh masuk?" tanya Sinta
Tiara dan Dina juga Nayla akhirnya lanjut ke Mall untuk jalan-jalan setelah selesai makan makan di kafe. Mereka terlihat bahagia sekali menikwati waktu bersama-sama karena sudah lama Tiara di rumah saja tidak jalan ke luar dengan sang sahabat lagipula juga mereka berdua sama-sama sibuk.Sambil digendong Tiara, Nayla merengek ingin dibelikan boneka beruang yang besar dan tentu saja sang ibu menurutinya.Setelah selesai jalan-jalan Tiara pulang ke rumah karena haripun sudah sore. Dia mandi setelah membantu Nayla memakaikan baju.Andra yang baru saja pulang kerja dia bingung dengan Tiara yang cemberut kesal duduk di kasur. Dia juga duduk di samping istrinya itu dan memeluknya agar emosinya mereda."Sayang, kamu kenapa sih? Kok malah tambah kesel gitu?" tanya Andra karena dia malah dipukuli Tiara di lengannya. Ya sakit sih tidak lah ya karena pukulannya itu tak seberapa hanya pukulan kecil namun dia hanya bingung dengan mood Tiara."Bukannya hari ini kamu lagi seneng ya karena abis jalan
Karena hari ini hari libur Tiara meminta izin kepada Andra untuk pergi keluar karena dia ingin bertemu dengan Dina di tempat makan. Dia tak pergi sendirian kok aliasnya dia mengajak serta Nayla anaknya. Dan karena Andra sudah mengiyakan maka Tiara pun pergi dengan mengemudikan sendiri mobilnya itu.Tiara tertawa menanggapi Nayla yang sejak tadi bernyanyi di kursi belakang. Entah anaknya itu nyanyi lagu apa dia tak tahu.Tiara mendapat telepon dari Dina yang menanyakan sudah sampai di mana padanya dan dia menjawab bahwa sebentar lagi mereka berdua akan sampai. Dina mengatakan dia sudah tiba di kafe tempat mereka janjian dan dia juga bilang akan menunggu Tiara.Tiara menutup telepon lalu menoleh ke belakang dan tersenyum melihat Nayla masih bernyanyi sambil bermain boneka barbie."Mama, bentar lagi sampai ya? Nayla udah laper," rengek Nayla sambil memajukan bibirnya.Tiara tersenyum. "Iya, Nayla. Kamu yang sabar ya Nak bentar lagi kita sampai kok."Nayla tersenyum lebar. "Okey!"Tiara m
Andra yang kaget langsung saja melepaskan pelukan waktu itu.Wanita tanpa nama itu malah tersenyum licik lalu pergi begitu saja dari sana membuat Andra semakin bingung. Ada apa dengan wanita itu?Sementara itu di dalam rumahnya Tiara membuka pesan dan dia terkejut melihat sebuah foto yaitu foto Andra yang terlihat memeluk seorang wanita. Itu foto rupanya saat diambil tadi di jalan.Tiara menghela napas gusar. "Ini pasti ulah orang yang namanya Bianca itu. Heran aku sama dia maunya dia tuh apa sih nggak capek apa begitu terus?" gumamnya teramat kesal.Untungnya dia sangat amat percaya dengan Andra jadi apapun itu Tiara tak akan salah paham apalagi sampai marah pada suaminya."Makin lama makin nggak jelas tuh orang."Karena tak mau ambil pusing Tiara langsung saja pergi ke dapur untuk masak, sebentar lagi Andra kan pulang dari kerja. Sebagai istri yang baik yang perlu dia lakukan ya hanya percaya pada suaminya dan akan melakukan yang terbaik untuk selalu membuat suaminya bahagia bersama