Aku mengangguk kepadanya.
“Aku benci kepadanya…kepada kakakku…ia memperlakukanku…dan Rose semaunya…seperti kami bonekanya, yang berhak ia atur. I hate that. Kalau aku boleh berucap jahat… aku ingin mereka terluka..sakit atas apa yang telah mereka lakukan kepadaku. Apakah ini disebut dendam?”
Richard mengangguk.
“Well…sepertinya aku ketularan jadi orang jahat di sini…” Ucapku akhirnya.
Aku lega dengan obrolan kami, setidaknya hatiku sekarang lebih lega…karena telah menjelaskannya kepada Lucas.
“Boleh aku menginap di sini?” Tanyanya dengan raut wajah yang lebih rileks.
Aku mengangkat bahuku, aku tak masalah.
“Asal…no sex involved.”
“Agree
Louis menggigiti kupingku dan menjilat leherku…sementara ia terus melangkah ke arah kasur, beberapa kali bibirnya menghisap dan menjilat leherku. Tangannya bergerilya menyentuh dan merasakan tubuh basahku.Aku hanya diam, aku sadar betul apa yang akan terjadi. Apakah seperti ini akhir dari masa lajangnya. Akankah pria ini akan langsung menidurinya.. begitu saja? Aku menutup matanya saat Louis meletakkanku di atas ranjang. Aku terbaring polos di atas kasur.Apakah aku siap untuk ini?Apakah ia membawa pengaman?Apakah ia benar-benar mencintaiku?Apakah aku mencintainya?Apakah ia akan marah, kalau aku memintanya untuk berhenti?Tapi aku menginginkannya! I want him…seutuhnya! Body and soul! I want to be his!Louis berhenti sesaat untuk menikmati pemandangan di depannya. Ia menyentuh setiap senti tubuh telanjangku dan mencium beberapa bagian anatomi terintim milikku. Aku menutup mata, beberapa kali aku harus menutup
Ia sepertinya tak peduli dengan komentarku barusan. Ia hanya menaikkan bahunya dan berjalan ke ara pintu, guna mengambil sarapan kami yang sangat aneh. Aku tak mendengar apapun dari pintu, untuk waktu yang cukup lama, karena aku curiga, akhirnya aku mengambil kaus milik Louis, dan celana bahannya. Untung saja celana ini memiliki bahan yang bisa membuatnya membesar. Karena ukuran Louis sedikit lebih kecil untukku. Aku memakainya dan berjalan keluar. Apa yang kulihat di luar kamar, membuatku menyesal..telah ingin tahu dan menghampiri Louis. Di ruang tamu unit ini… ada Lindsay….Richard dan Dave duduk di sofa empuk dengan Louis yang bersandar di pintu dengan wajah sangat kesal. “Apa ada acara berganti pakaian..antara kalian berdua?” Goda Lindsay..ia menyeringai dan menaik-turunkan alisnya. “Huh… kalian mau apa?!” Tanyaku kesal. Aku duduk di kursi kecil di depan mereka. Aku bisa melihat Richard dan Lindsay sama bad moodnya denganku. Pasti ini berhu
Louis berjalan maju, dan aku berjalan mundur. Persis seperti sebuah adegan film.Kenapa ia sangat menggoda, aku kembali teringat kejadian tadi malam, dan wajahku memerah.“Aku tahu kau sedang membayangkan sesuatu.”Hmm…“I wanna make you scream loud…”“Louis…” ucapanku sudah seperti sebuah desahan tertahan.“Rose…”Agh… kenapa ini sangat menegangkan. Aku ingjn berteriak kepadanya….lakukan apapun maumu…do anything…pleasure me! Tapi otak sehatku masih menahanku mengatakannya…aku masih terlalu malu melakukan itu semua.Saat kakiku menabrak kasur, aku terduduk dengan mata membelalak. Apakah ini benar-benar akan terjadi? Sepagi ini? Kejadian tadi malam?Ia menyeringai.“Bagaimana kalau yang lain menanyakan kita? Sebentar lagi… mmh….”Ucapanku tak sempat kuselesaikan, karena Lou
Aku berpikir. Apakah Dave akan memaksaku ikut dengannya? Ya sepertinya seperti itu. Saat aku mengatakan kepadanya bahwa aku akan ikut dengan Rose dan Ricahard, ia hanya diam. Aku khawatir… ya cemas. Bukan karena aku tak mau ke Vegas. Yang aku takutkan adalah Lucas. Aku tahu ia berbahaya, ia seorang agent…seorang bodyguard…fo God sake! Ia bisa saja menyekapku di kamar dan tak terdeteksi. Ya…pria sepertinya pasti sanggup melakukan hal semacam itu, dan aku takut. Itulah kenapa aku bilang kepada Rose..bahwa aku ingin ikut dengan mereka.Aku berdiri, berencana memasukkan beberapa pakaianku ke dalam koper. Memasukkan baju kotor ke dalam kantong kecil yang berbeda. Aku harus mencari laundry di Italia nanti.Aku memasukkan beberapa toiletries dari kamar mandi, sbeuah toiletries gratis yang diberikan dari resort ini. Lalu ada bel berbunyi. Aku meletakkan semuanya di dekat kasur. Lalu berjalan membuka pintu. Sebuah keputusan yang akan kusesali selaman
Lucas bergerak dengan liar, tubuhnya bergerak dan herannya. Aku mengikuti gerakan itu. Aku menikmatinya.. seperti ini adalah hal yang wajar, alami.Ia semakin cepat menumbuk, napasnya memburu dengan wajah menghadapku penuh napsu. Mata hijau tuanya seperti bersinar...dan peluh membasahi dahinya. Beberapa kali aku mendengar suara desahan seorang perempuan...seorang perempuan yang mirip seperti jalang yang sedang bercinta dengan kekasihnya. Setelah aku membuka telingaku lebar-lebar. Aku sadar..suara itu berasal dari mulutku.Aku medesah...dengan beberapa kali memanggil namanya.Lucas...Lucas...mmh...Lucas...deeper...Lucas..jangan berhenti.Aku seperti tak mengenali diriku sendiri. Aku secara tak sadar menikmati gerakan Lucas yang semakin lama semakin membuatku mabuk.Saat ia mencapai puncak, ia melakukannya di dalam. Ia mengeluarkannya di dalam. Apa dia gila? Aku bisa hamil?!Napasku masih tersengal, dari aktivitas
Ternyata yang memencet bel sejak tadi adalah Rosalind…perempuan yang selama ini sering mengobrol dengan Lucas, perempuan yang sama yang memperpanjang masa bulan madunya di hotel ini, plus…perempuan yang sama yang memandag Lucas seperti sebuah Turkish delight…ia seperti ingin melahap Lucas hidup-hidup. Aku mengerenyit, kenapa jadi menyeramkan?!“Hei!” Sapa Rosalind dengan ceria, suaranya keras dan cempreng. Apakah ia sengaja agar Lucas mendengarnya?Hmm.. apakah akan berkesan tak sopan, kalau aku tak membiarkannya masuk, karena…mmh…aku malas mengobrol dengannya.“Hai, Rosalind. Ada apa?” Tanyaku straight to the business. Semoga saja Lucas tak muncul…karena kalau sampai perempuan ini melihat Lucas, ia sudah pasti akan menerobos masuk, karena selama ini ia selalu menggunakan kata, ‘best friend,’ sebagai senjata mengobrol dan bertamu di kamar kami.“Aku hanya bosan di kamar&he
Dua minggu berlalu, aku dan Lucas mengalami banyak kemajuan, walau kehadiran perempuan yang naksir Lucas selalu mengganggu. Aku dengan terang-terangan tidak menyukainya. Kenapa ia masih ada di sini, padahal ia sudah harus check out tiga minggu yang lalu! Alasan konyol apa yang ia gunakan untuk memperpanjang honey-moonnya di sini? Apa karena suaminya terkena bulu babi? Konyol sekali! Sejak saat itu aku selalu melihat Rosalind berpergian sendirian..aku sama sekali tak pernah melihat suaminya. Ia beralasan kalau suaminya tak mau kelaur dari kamar… setiap kali aku menyindirnya.Lucas, dengan desakan dariku…plus beberapa ancaman dan trauma di masa lalu, akhirnya berusaha menjauhi Rosalind. Setiap kali aku kesal dengan perempuan itu…Lucas yang akan menjadi korban. No sex for him all day. Dan ia mengamuk karena itu, sejak kejadian itu ia seperti seorang tikus yang langsung kabur saat melihat kucing.“Kau mau berjalan di pantai? Udaranya belum
Aku berjalan medekatinya. Jalanku tertatih… namun aku berhasil duduk di depannya. Ia langsung membersihkan luka di tanganku yang sudah kering. Aku tahu itu luka yang cukup dalam…beruntung darahnya tak terus menerus mengalir sejak tadi. Aku baru sadar bahwa tangan kiriku memang sakit. Sejak tadi, mungkin karena adrenalineku terpompa tinggi..aku tak menyadarinya.Saat kapas berisi alkholol menyentuh lukaku, aku mendesis. Sangat sakit.“Ya memang sakit. Kau jangan sampai mengulanginya. I don’t like it!”Aku ingin menjawabnya dengan sebuah jawaban yang sarkas..atau menyakitkan. As if.. aku peduli. Awas saja kalau ia memang membohongiku. Aku takkan pernah memandangnya sebagai lelaki lagi.“Kalau kau memang tak suka denganku.. atau tak menyukai apa yang kuperbut..kau cukup katakan… atau kalau aku masih keras kepala…kau boleh melukaiku. Lebih baik aku yang terluka.. aku tak sanggup kalau melihat dirimu ya
Lindsay mendapatkan happy endingnya. Sehari setelah resepsi pernikahanku di Brazil, ia melangsungjan resepsi pernikahannya di hari berikutnya..di tempat yang sama…sama meriahnya dengan dirinya berbalut gaun indah dan mempesona. Lindsay menjalani pernikahannya dengan indah..ia dan Lucas berlibur ke beberapa pulau eksotis seperti Maldies, Bali dan Jeju…untuk bulan madu mereka. Mereka baru berhenti berpergian untuk bulan madu, saat Lindsay postif hamil dua bulan kemudian. Bukankah itu sangat enak? Lindsay maksudku, ia bisa mendapatkan bulan madunya selama dua bulan, traveling ke tempat indah..sebelum cooling down di Vegas karena hamil. Sementara aku, sejak pernikahanku… aku tak boleh berpergian kemanapun menggunakan persawat… karena kehamilanku, tentu saja. Perutku sudah sangat besar…bahkan aku tak bisa tidur dengan terlentang lagi… aku hamil anak kembar lagi! Dave dengan sperma yang seperti Sparta! Bagaiamana mungkin ia menggunakan kondom dan masih bisa membuatku hamil
Hal yang paling menyebalkan di dunia adalah menunggu. Aku berada di aula depan kastil kami di Brazil… menghadiri pernikahan super megah dari Dave dan Rose. Ya mereka akhirnya akan menikah, setelah diketahui Rose sedang mengandung anak Dave, mungkin hari ini adalah usia kandungannya yang ke delapan minggu. Seharusnya ini adalah upacara pernikahanku… namun semua itu akhirnya ditunda karena Dave lebih memiliki alasan urgensi. Sementara aku dan Lucas masih berjarak tempat..ia masih di Guatemala.Lucas kemarin malam berjanji akan datang, ia berusaha akan datang…menyelesaikan semua urusannya di sana…dan terbang di penerbangan pertama. Aku sampai sekarang belum bertemu dengannya, padahal acara sebentar lagi akan dimulai. Agh… kenapa ayah menjadi sangat menyebalkan..aku menyesal karena ak ikut dengan Lucas ke Guatemala, bahkan kami belum melaksanakan malam pertama kami. Damn it! Aku sudah protes kepada ayah, dan ia hanya menjawab bahwa Lucas belum m
Aku tak menerimanya, mataku memandang lurus ke arah matanya yang memohon."Aku tak suka susu." Jawabku ketus. "I just wanna sleep...in peace! Tak bisakah aku tidur?""Kau boleh tidur setelah meminum ini, kau muntah dan kehilangan tenaga...please Rose!""Kalau ini semua akibatmu, kenapa aku yang harus merasa susah.""Aku menderita saat tahu kau hamil dan kehilangan anak kita setelahnya, aku sering bermimpi dua anak lelaki lucu yang memiliki wajahmu dan warna rambutku... Rose..Mereka anak kita yang meninggal... Aku selalu menangis saat bangun tidur saat bermimpi mereka..jika saja semua baik-baik...mereka mungkin sudah lahir dan sangat menggemaskan..." Ia seperti orang yang meratap. Aku bisa melihat kesedihan dalam wajahnya.Kalau ia sudah seperti ini, aku tak bisa lagi mengelak. Akhirnya aku meminum habis susu itu, dan ia tersenyum lebar. Setelah meletakkan gelas susu itu..ia menunduk dan mencium perutku yang masih datar."Sehat terus... anak-
Aku menghabiskan waktu dua hari lagi di pantai yang sama dimana Dave dan aku kembali bersama. Ya.. aku sudah yakin dengan keputusan itu. Sejak saat itu juga, Dave memindahkan semua barang-barangnya ke kamar yang sama denganku."Persetan dengan penunggu kamar pojok! Aku tak mau lagi tinggal di kamar itu. Aku rela membeli berdus-dus kondom kalau perlu." Ucapnya suatu malam, saat aku memaksanya kembali ke kamar. Tentu saja ia mengatakannya dengan tenang dan penuh senyum. Yang ada di kepalanya adalah urusan ranjang. Thats it!"The condom part... Is actually not included!" Jawabku malas. Aku sedang berbalas pesan dengan Lindsay."It is! Tentu saja...! Apa mulai sekarang aku bisa melakukannya tanpa kondom?!"Pft... Ia terus mengulanginya. Ia sengaja membicarakan hal semacam itu agar ia mendapatkan jalur mulus melancarkan aksinya. Biasanya aku selalu terperdaya.Aku diam, malas membalas. Bahkan rambutku belum kering dari kejadian di kamar mandi baru
Ia melepaskan ciumannya, memangku dengan serius. "Be mine... Aku tak mau menunggu...now! Be mine! Linds... Please! Marry me!""Bukankah kau memang sudah jadi suamiku?" Jawabku masih terengah."Kau masih marah? Aku melakukannya hanya karena aku menginginkanmu...so bad Linds... Aku tak bisa melihat kau dengan pria lain." Ucapnya lagi."Hmm...""Kau boleh menghukumku.. apapun itu, tapi... Nikahi aku dulu...""Apa aku bisa menolak?" Tanyaku."No.. aku akan membawamu langsung ke altar.. saat ini..detik ini!" Ucapnya. Ia meletakkanku ke kursiku semula.Ia menyetir mobil dengan cepat. Aku hanya diam.. masih setengah shock dengan welcome kiss dari Lucas. Ia bilang mau menikah sekarang juga? Semoga saja ia hanya bercanda.Sepuluh menit berikutnya kami berada di parkiran sebuah capel. Ia tak bercanda!"Lucas!" Protesku."Please..Linds... I can't... Just can't stand it anymore!" Pintanya dengan sungguh-sungguh.
Aku masih tak percaya dengan apa yang Dave barusan bilang. Jadi dia dan Rose bersama?! Bagaimana bisa?! Apa jangan-jangan Dave menggunakan dukun untuk memantrai Jen? Ini di luar akal sehat?! Bahkan aku adiknya saja tak percaya Dave dan Rose akan bersama. Satu karena Rose dan Dave tidak satu kutub...mereka berlawanan, dua karena ada Louis?! Bagaimana bisa Rose meninggalkan Louis?!Aku ingin bicara langsung dengan Rose.. memastikan. Apa yang dikatakan oleh Dave benar. Tapi setiap kali aku meneleponnya kembali, nomor itu tidak diaktifkan.Nonna masuk ke dalam kamar, dengan segelas tehnya..sebuah teh dengan gelas elegan dari dinasti kuno. Mungkin dari dinasti Ming? Entahlah.. yang jelas itu adalah cangkir berharga lebih dari 15000USD dan selalu dibawa kemana-mana oleh Nonna. Rasa tehnya akan hambar kalau diseduh di gelas biasa. Huh the perks of being rich right?!"Linds..." Sapa Nonna dengan wajah senyum elegannya. Ia duduk di kursi yang menghadap jendela..meminum t
This is the moment of Truth! Aku akan menghubungi Louis. Aku sudah memakan sarapan begitu juga Dave. Ia memesankan English Breakfast terlezat yang ada, entah karena memang masakan itu penuh bumbu atau aku dan ia yang terlalu kelaparan. Aku duduk di atas kasur dengan ponsel di tangan..kami sudah mandi dan berpakaian yang normal. Aku mengenakan summer dress bertema floral..dan Dave mengenakan kaus putih berkerah dan celana jeans panjang.Ponsel itu hanya kupandangi layarnya. Aku sedang menyusun kalimat yang akan kukatakan kepada Louis.Dave sejak tadi hanya diam, ia membalas email dengan laptopnya di sampingku. Sesekali ia melihatku dan berhenti dari pekerjaannya."Wish me luck!" Gumamku lalu aku meneleponnya. Aku sempat berpikir mau mengirim pesan saja.. tapi aku merasa itu terlalu kejam...karena pasti ia akan sakit hati setelahnya, setidaknya aku menelepon...agar ia bisa leluasa bertanya."You can do it baby!" Gumam Dave. Ia berhenti dan memperhatikanku.
“Dave…Please..”“Apa Rose… apa yang kau mau?” Tanya Dave, suaranya serak. Ia juga tersengal.“Kau.. aku mau kau.” Ucapku. Entah keberanian dari mana yang membuatku berkata seperti itu. Yang jelas aku merasakan adanya dorongan dari dalam diriku yang ingin dituntaskan…dan aku mau Dave yang melakukannya.“Say it again Rose… sayangku..” Bisiknya lagi. Ia seperti sengaja hanya menciumi pipi dan hidungku, ia sengaja tak mencium bibirku.“You…I want you.. all of you!” Pintaku, kini aku memegang kepalanya dan menciumnya persis di bibir. Ia seperti api yang diberi gasoline, membara…semakin membara.“Kau yakin…sayang?” Bisiknya lagi.“Just fucking do it!” Bentakku kepadanya. Ia tertara..lalu dengan cepat ia membuka semua pakaiannya. Entah ini kali berapa aku melihatnya tanpa pakaian. Dan aku mengangumi tubuh indahn
Aku masih diam, mataku hanya mengerjap beberapa kali, ia sudah berada sangat dekat denganku.Saat hidungnya menempel dengan hidungku, aku baru sadar…dan bisa merasakan otakku memberi alarm bahaya.“Dave…stop!” Ucapku menahan pundaknya. Kedua tanganku berhasil menahannya mendekat lagi. Hidungnya sekarang berjarak sepuluh centi dari wajahku.“Why? Kenapa aku harus berhenti?”“Kau sudah berjanji…” Jawabku, masih menahan tubuhnya.“Aku tak pernah berjanji…” Tantangnya.“You did.” Ucapku sudah mulai kalut. Ia lebih besar…dan memiliki tenaga lebih besar daripadaku.“I didn’t.” Ia sekarang bisa mendekat lagi, ia memindahkan tanganku yangmenahan pundaknya menjadi berada di belakang lehernya. What…the?! How did he do that? Kenapa aku tak sadar.Ia tersenyum sekarang. Kedua tanganku berada di lehernya dan sekarang bibir