"Liana." Linda tertegun sejenak, lalu berjalan mendekat dan menarik Liana ke samping, "Kamu nggak perlu takut, kamu aman sekarang. Mereka nggak bisa mengancammu ...."Liana menggelengkan kepalanya, "Kakak, nggak ada yang mengancamku. Apa yang aku katakan adalah kebenaran."Linda tercengang.Dia benar-benar melihat keseriusan di mata Liana.Dia tidak bercanda.Dia juga tidak berbohong.Apa dia benar-benar berencana menikah dengan Juwan?"Kak Yohan." Raisa tiba-tiba berteriak.Wajah Liana membeku. Saat ini, dia tidak berani menoleh dan melihat ke arah itu.Yohan ada di sini."Pak Yohan." Hasan membantu Yohan dan berjalan ke arah Liana.Dia mengulurkan tangannya, menyentuh jari Liana, dan memegangnya erat-erat di tangannya, "Liana?"Liana menatap matanya yang kosong, merasa seperti ditusuk jarum. Dia berusaha sekuat tenaga untuk menahannya dan berkata pelan, "Yohan, aku dengar kamu akan menikah. Selamat.""Aku nggak akan menikahi siapa pun kecuali kamu." Yohan memegang tangannya erat-erat
Benci.Kata ini sangat menusuk hati Yohan.Dia hampir tidak bisa bernapas atau membuka mulut untuk berbicara.Dia hanya menatapnya kosong dengan sepasang mata yang tak bisa melihat.Suara Liana terdengar lagi, dengan tekad dan ketidakpedulian yang belum pernah terjadi sebelumnya, "Apa kamu tahu? Aku benar-benar berharap kamulah yang mati!"Yohan terdiam."Dari awal hubungan di antara kita adalah sebuah kesalahan. Awal yang salah pasti nggak akan menghasilkan hasil yang baik. Sekarang setelah anak itu tiada, hubungan antara kamu dan aku benar-benar berakhir. Pak Yohan, aku harap kamu bisa menjaga dirimu dengan baik, jadi agar kamu bisa menjaga dirimu sendiri."Liana menarik tangannya. Kali ini, Yohan sepertinya ingin mencegahnya, tetapi dia tidak melakukannya.Dia tahu kalau dia tidak lagi punya hak itu.Liana berbalik dan pergi bersama Juwan.Linda tertegun sejenak dan mengejarnya.Josua juga mengikuti.Namun, dalam waktu singkat, hanya sedikit orang yang baru saja memenuhi halaman yan
"Liana." Linda memegang tangannya, "Kamu bisa menipu orang lain, tapi kamu nggak bisa menipuku! Kamu jelas masih mencintai Yohan, dan kamu juga jelas ....""Sudah cukup!" Liana tiba-tiba berdiri dan berjalan ke jendela, "Jangan menyebut Yohan lagi! Aku benci dia! Dia membunuh anakku! Aku nggak akan pernah memaafkannya seumur hidupku!""Liana ....""Kak, aku sangat lelah. Aku ingin istirahat." Liana mengangkat tangannya ke kening.Dia sangat lelah.Berbohong itu melelahkan.Mengucapkan kata-kata penuh kebencian itu hanya melukai dirinya sendiri. Setelah menyakiti Yohan, dia sendiri tidak jauh lebih baik.Linda tidak ingin memaksanya lagi, jadi dia hanya bisa membiarkannya istirahat dulu.Di luar pintu, Raisa mendengarkan dari sudut untuk waktu yang lama. Saat dia mendengar kata-kata Liana, kalau dia tidak akan memaafkan, hatinya tenggelam.Ruangan menjadi sunyi. Raisa berdiri tegak dan hampir menabrak seseorang saat dia menoleh.Dia sangat takut hingga kehilangan akal sehatnya dan melih
"Bisa ceritakan kepada kami, kenapa kamu tinggal di sana dengan sukarela? Apa kamu nggak tahu, dengan hilangnya kamu, ada rumor di luar sana bahwa kamu sudah meninggal?"Liana terdiam sejenak, lalu berkata, "Setelah kecelakaan mobil itu, aku keguguran. Aku tinggal di vila karena aku sedang memulihkan kesehatanku, dan saat itu aku nggak tahu apa yang terjadi di luar. Sebenarnya aku berpikir untuk pulang lagi setelah tubuh dan perasaanku membaik. Aku sangat menyesal telah menyebabkan banyak masalah bagi semua orang, tapi kejadian ini benar-benar nggak ada hubungannya dengan Juwan. Dia adalah tunanganku. Pernikahan kami akan segera berlangsung. Aku harap polisi bisa menyelidiki kebenaran, dan membersihkan kecurigaan terhadap tunanganku agar nggak mengganggu pernikahan kami.""Baik." Petugas polisi mengangguk. "Kami pasti akan menyelidikinya. Nona Liana, terima kasih atas kerja samamu."Liana mengangguk, "Sudah seharusnya aku lakukan itu."....Liana berdiri di tangga, mengawasi mobil poli
Liana tertegun.Dia kira dia salah lihat, tetapi setelah menggosok matanya kuat-kuat, Yohan masih duduk di sana.Dia mengenakan setelan hitam, dasi kupu-kupu hitam, dan duduk dengan tenang, seolah-olah sedang menunggu seseorang.Katanya, orang buta itu pendengarannya bagus. Saat Liana membuka pintu, Yohan mendengar suara itu. Dia memutar kepalanya, dan bertanya dengan datar, "Sudah selesai?"Liana terdiam.Perlahan Yohan berdiri, di tangannya ada tongkat penuntun hitam.Sambil meraba-raba, dia berjalan ke arah Liana. Hingga tongkat penuntun hitam itu menyentuh gaun pengantin Liana, baru dia berhenti.Dia menarik kembali tongkat penuntunnya sedikit, lalu berkata dengan ekspresi dingin, "Bagaimanapun juga aku nggak bisa melihat. Kamu pakai seindah apa pun juga nggak ada gunanya. Pilih saja dan segera kembali untuk melapor.""...." Liana tahu, dia salah orang.Saat ini, mereka berdiri berhadapan.Dia bisa melihat Yohan, tetapi Yohan tidak bisa melihatnya.Di cermin besar di samping, bayan
"Ayah angkat, Ibu angkat." Suara Juwan membawa Liana kembali pada kenyataan.Dia terkejut dengan panggilan Juwan kepada kedua orang itu.Melihat tatapan bingung Liana, Juwan menjelaskan, "Aku lupa memberitahumu. Om Ferdi dan Tante Hera sudah setuju untuk menjadikan aku sebagai anak angkat. Ayah dan Ibu angkat akan menjadi saksi pada pernikahan kita nanti, Liana. Senang, 'kan?"Senang?Pernikahan adalah hal besar. Namun, melihat pernikahannya makin dekat, Liana sama sekali tidak merasa senang.Hera berjalan mendekat sambil mengamati Liana. "Liana terlihat sangat cantik memakai gaun pengantin."Kemudian dia melihat Tiara, dan memuji tanpa ragu, "Tiara juga sangat cantik. Nggak heran orang bilang, saat paling cantik seorang gadis adalah saat dia mengenakan gaun pengantin. Melihat kalian berdua, aku benar-benar ikut merasa senang untuk kalian.""Terima kasih, Tante Hera." Tiara berbicara dengan manis, tidak melewatkan kesempatan untuk menyenangkan hati Hera.Pasti begitu, karena setelah me
"Buk!"Satu pukulan pun melayang.Namun, yang jatuh adalah Juwan.Pada saat kritis, Sudar tiba-tiba bergerak maju dan melawan Juwan.Pukulannya sangat keras sehingga membuat tubuh Juwan oleng ke samping. Dia melangkah gontai beberapa langkah sebelum akhirnya dapat berdiri tegak. Namun, darah sudah mengalir dari sudut bibirnya dan sebuah bekas merah membiru menghiasi pipinya.Juwan meludahkan darah dari mulutnya, kemudian mendekati Liana dan menarik tangannya, "Ayo pergi!""Liana!" Yohan mengulurkan tangan untuk meraihnya, tetapi tidak berhasil.Sudar menepuk bahu Yohan sambil berkata pelan, "Pak Yohan, di dunia ini banyak gadis cantik. Menurutku Nona Tiara sudah cukup baik."Sambil bicara, dia menyerahkan Yohan pada Tiara, lalu kembali ke samping Raisa.Raisa tertegun melihatnya. Pikirannya penuh dengan adegan saat Sudar melompat dan memukul Juwan.Dia bukan tipe yang mudah terpesona, tetapi harus diakui, adegan tadi sangat memukau."Masih melihat?" Sudar berhenti sejenak, dan berkata
Liana merasa terguncang dan segera mengikuti ke dalam.Dia khawatir Sudar dan yang lainnya akan bertindak kasar dan membahayakan bayi itu.Namun, ketika pintu ruang menyusui dibuka, ruangan itu kosong.Liana terkejut. Dia dan Winda baru saja dari sana. Dia baru keluar sebentar, dan tidak melihat Winda keluar. Bagaimana orang sebesar itu bisa menghilang begitu saja?Saat dia masih bingung, dia melihat Sudar masuk, memeriksa seluruh ruangan, lalu membuka lemari yang ada di dinding.Di dalam lemari itu ada lubang!Sudar berdiri. "Cepat! Blokir pintu sebelah!"Namun, sudah terlambat.Karena saat Sudar dan yang lainnya masuk ke ruang menyusui, Winda sudah membawa bayi itu pergi melalui pintu sebelah."Segera kunci pusat perbelanjaan ini!" Sudar memerintahkan bawahannya.Namun, Liana berkata, "Jangan!"Sudar menatapnya dengan bingung, "??"Wajah Liana agak pucat, dia berkata dengan suara gemetar, "Sudar, nggak ada orang yang kalian cari di sini!"Sudar mengerti, dan dia tidak ingin mencari l
Hasan mengambil pena dan memegang pergelangan tangannya dengan punggung tangan, "Apa yang kamu lakukan?"Lusi menangis, "Hasan! Kamu sudah menikah denganku selama setahun, tapi kamu belum pernah menyentuhku! Apa aku nggak boleh mencari pria lain untuk hiburan? Aku tahu kamu dipaksa menikah, tapi kita sudah menikah. Bisakah kamu menghormatiku sebagai istrimu?"Hasan menunduk, "Kenapa kamu membicarakan hal ini sekarang?"Lusi menggelengkan kepalanya, mendekat untuk memeluknya lagi, dan memohon, "Kak Hasan, aku khilaf, jadi aku melakukan hal seperti itu. Maafkan aku kali ini? Selama kamu jadi suami yang baik, aku berjanji padamu, aku nggak akan pernah keluar dan main-main lagi."Hasan mengulurkan tangan dan melepaskan tangannya, "Nggak perlu. Aku sudah membalas kebaikan keluarga Halim.""Nggak, nggak! Hutangmu pada keluarga Halim nggak akan pernah terbayar seumur hidup! Aku nggak mau bercerai! Kak Hasan, aku mencintaimu, aku sangat mencintaimu. Aku cuma nggak bisa menahannya. Aku juga seo
....Tiga hari kemudian.Liana, Yohan, Sudar dan Raisa naik ke pesawat.Hasan kembali ke kampung halamannya dan mengadakan pernikahan.Reno bergegas kembali dari tempat lain dan setelah mempelajari semuanya, dia menghela napas, "Kalian semua sangat nggak berperasaan. Kalian pergi melihat aurora dan nggak mengajakku?"Ratna berdiri di sampingnya dan berkata, "Mereka pergi melihat aurora berpasangan. Itu hal yang sangat romantis. Kenapa mereka harus mengajakmu yang jomblo? Kamu mau buat permintaan?"Reno tertawa tak berdaya, "Bu, kenapa ibu sekarang begitu padaku? Mudah buat cari menantu. Putramu memberi isyarat, mereka yang mau jadi menantumu sudah antri sangat panjang!"Ratna melambaikan tangannya, "Aku nggak mau yang lain, aku cuma mau Sinta.""....""Kalau kamu nggak bisa menikahi Sinta, kamu melajang saja seumur hidupmu.""....""Kamu sendiri saja, sebaiknya kamu sendiri saja, sendiri juga lumayan bagus.""...."Malam itu, Reno mengetahui kalau dia telah diblokir oleh Sinta.Dia men
"Nggak bisa," dia melambaikan tangannya, "Aku pusing sekali, aku nggak bisa berdiri. Aku akan tidur di sini."Sudar tidak memaksakannya. Dia menatapnya lama dan bertanya, "Bagaimana kalau aku menelepon pacarmu? Minta dia untuk menjemputmu?""Jangan!" teriak Raisa.Kata "pacar" benar-benar merupakan penghinaan besar baginya saat ini.Dia meringkuk dan bergumam pelan, "Aku nggak punya pacar lagi, aku putus ...."Suara musik terlalu keras dan Sudar tidak dapat mendengarnya.Namun, melihat bibir merah mudanya membuka dan menutup, dia penasaran dengan apa yang Raisa katakan, jadi dia berjongkok di depan sofa dan membungkuk untuk mendengarkan.Kali ini dia mendengar dengan jelas.Dia menyentuh wajah Raisa dengan jarinya dan berkata, "Putus?"Raisa setengah membuka matanya dan menatapnya terluka, "Ya."Sudar mengangkat alisnya, "Kenapa?""..." Raisa mengerucutkan bibirnya, tidak mau mengatakan apa pun.Sudar tersenyum dan berkata, "Kamu putus dengannya dan membuat dirimu seperti ini, nggak se
Bar itu dikelola oleh dua bawahannya, dan kebetulan mereka berdua juga mengenal Raisa.Mereka berdua memperhatikan Raisa sejak dia masuk dan mengamatinya.Raisa memesan dua gelas anggur, duduk di bilik, dan mulai minum.Seorang pria di dekatnya datang untuk memulai percakapan, tetapi dia memarahinya.Mengutuk dan mengumpat, dan dia mulai menangis lagi.Melihat ada yang tidak beres, kedua pria itu segera menelepon Sudar.....Sepuluh menit berlalu. Liana dan Yohan sedang duduk di dalam mobil, tetapi Raisa tidak keluar.Setelah menunggu satu menit lagi, Liana mengulurkan tangan untuk menarik pintu mobil, "Nggak bisa, aku harus masuk dan mencari Raisa. Dia perempuan, bagaimana kalau dia diganggu?"Yohan berkata, "Aku akan menemanimu."Sebelum keduanya turun dari mobil, mereka mendengar deru sepeda motor yang melaju dari ujung jalan. Dalam waktu sepuluh detik, sebuah sepeda motor berwarna hitam menerobos angin. Seperti kilat hitam, dan meninggalkan bayangan di malam yang kabur.Saat sampai
Raisa tumbuh dewasa dengan selalu dimanjakan oleh keluarganya, dan dia hanya pernah ditolak oleh Yohan.Semua orang di sekitarnya tahu perasaannya pada Hasan.Sekarang Hasan mau menikah dengan orang lain, ini adalah pukulan besar bagi Raisa.Tidak heran dia sangat sedih dan mendatangi mereka sambil menangis.Liana menghiburnya, "Jangan khawatir, Yohan akan menelepon dan mencari tahu apa yang terjadi. Hasan adalah bawahan Yohan, dan dia pasti akan mendengarkan Yohan."Kata-katanya sangat efektif. Setelah mendengar itu, Raisa perlahan-lahan berhenti menangis, "Tapi, Hasan pasti akan melakukan apa yang dia janjikan kepada orang lain. Apa dia benar-benar akan mendengarkan Kak Yohan?"Liana tidak bisa menjaminnya, tetapi dia ingin Yohan mencobanya.Mungkin saja ada rahasia lain.Mungkin saja Hasan bisa berubah pikiran.Mungkin saja.Sama seperti dia dan Yohan telah melalui begitu banyak hal di masa lalu, dan kesalahpahaman di tengah-tengah mereka sangat buruk, tetapi pada akhirnya semua aka
Suara di seberang telepon sangat berisik, sementara di sisi Yansen sangat sunyi.Beberapa detik kemudian, Yansen memutuskan panggilan telepon itu.Dia mematikan ponselnya dan duduk sendiri di dalam mobil.Dia menunduk, memandang bunga tujuh warna yang kini menjadi spesimen di tangannya sambil tersenyum getir.Siapa yang menyangka, segala usahanya untuk mendapatkan bunga itu pada akhirnya malah membuat Josua yang menang?Yansen menyalakan mobilnya dan melaju kencang, menuju ke tepi pantai.Dia melemparkan bunga tujuh warna yang sangat berharga itu ke laut.Setelah melihat ombak mendorong botol itu menjauh dan perlahan tenggelam ke dasar laut, barulah Yansen berbalik dan pergi....Kabar tentang Linda dan Josua yang telah kembali rujuk tersebar sampai ke Kota Rogasa.Liana dan juga keluarga Reihano, semuanya senang mendengar kabar itu.Meskipun Ratna sempat agak keberatan, bagaimanapun juga, yang paling penting adalah kebahagiaan putrinya.Selain itu, dia juga tak bisa berkomentar banyak
Yansen menyerahkan tabung berisi bunga tujuh warna itu dengan wajah sedikit memerah. "Linda, sebelum berangkat, aku membuat sebuah janji. Kalau aku bisa melihat bunga tujuh warna lagi dan berhasil membawanya kembali, aku akan menyatakan cinta kepada orang yang kusukai."Linda tertegun.Sebelum dia sempat mengatakan apa pun, Yansen sudah mengeluarkan sebuah cincin berlian, lalu berlutut dengan satu kaki di hadapannya. "Linda, aku menyukaimu. Sejak pertama kali aku melihatmu, aku sudah menyukaimu. Hanya saja karena berbagai alasan, aku selalu ragu untuk mengatakannya. Apakah kamu bersedia menjadi pacarku? Apakah kamu mau menikah denganku?""...."Situasi yang tiba-tiba ini membuat Linda bingung.Entah bagaimana, beberapa orang yang lewat mulai berkumpul dan bertepuk tangan sambil bersorak, "Terima dia, terima dia, terima dia ....""Aku ...." Linda tidak ingin mempermalukan Yansen, tetapi ...."Maaf, Yansen. Aku nggak bisa menerima pernyataan cintamu."Yansen tertegun.Linda berkata, "Seb
Linda tahu bahwa Josua sedang mencoba menghiburnya. Padahal biasanya Josua sangat tahan sakit, tapi barusan dia tidak tahan lagi dan mengerang kesakitan ...."Sudahlah, cepat berbaring saja, jangan sampai lukamu terbuka lagi."Lengan Josua melingkari pinggang ramping Linda, menariknya ke dalam pelukannya dan mereka berbaring bersama di tempat tidur, "Temani aku berbaring."Karena insiden barusan, Linda tidak berani bergerak sembarangan, dan hanya berbaring diam dalam pelukan Josua.Tidak lama kemudian, keduanya tertidur....Linda merawat Josua di hotel selama dua hari, dan lukanya perlahan-lahan mulai membaik.Hari itu, ketika mereka sedang makan, seseorang datang melaporkan bahwa Yansen datang mencari Linda, dan sekarang dia sedang menunggu di lobi hotel.Linda meletakkan sendoknya, "Aku akan pergi sebentar."Saat dia baru saja bangkit, Josua langsung menarik lengannya dan berkata dengan wajah serius, "Nggak boleh pergi.""Dia mungkin ingin bicara denganku. Selain itu, saat di gunung
Potongan kain berlumuran darah dan bola kapas berserakan begitu saja di lantai, bercak-bercak darahnya hampir mengering.Linda berjalan mendekati tempat tidur, dan tiba-tiba lututnya lemas. "Bruk" Dia pun jatuh terduduk.Linda meraih tangan yang terkulai di tepi ranjang dan menggenggamnya erat. "Josua, bukankah kamu belum minta maaf padaku? Bagaimana bisa kamu pergi selamanya?"Dengan tangan gemetar, dia membuka kain yang menutupi wajah Josua yang pucat tanpa darah. Air matanya mengalir deras tanpa bisa ditahan lagi.Linda bersandar di tepi tempat tidur, menangis tersedu-sedu dengan hati yang hancur."Josua, dasar bodoh! Kamu nggak menepati janji! Katanya kamu akan membujukku!""Aku bahkan belum sempat memaafkanmu, bagaimana bisa kamu pergi duluan?""Hidup kembali! Aku ingin kamu hidup lagi! Huhuhu ...."Linda menangis dengan sedih sekali, sama sekali tidak menyadari bahwa orang-orang yang tadi berdiri di sekitarnya telah diam-diam pergi. Sementara pria yang terbaring di tempat tidur,