Baru saja Hasan berlari keluar, dia bertemu dengan Reno."Pak Reno, Candra sudah terlihat!""Di mana?""Area B," kata Hasan, lalu menambahkan, "Cepat telepon Nona Raisa, Candra ada di belakangnya!""Raisa?" Reno mengernyit tajam, tanpa ragu dia segera mengeluarkan ponselnya dan menelepon Raisa.Telepon terhubung."Halo, Raisa, di mana pun kamu sekarang, jangan panik dan jangan menoleh. Dengarkan aku! Candra ada di belakangmu!""Apa?" Yang terdengar di ujung sana adalah suara Liana.Ternyata, saat Raisa mengambil kue, tas tangannya tertinggal.Mendengar telepon berdering, Liana membuka tas itu dan menerima teleponnya.Mendengar ini, Liana langsung berdiri. Dia memegang pagar dan melihat ke bawah.Namun, kerumunan di bawah sangat ramai sehingga dia tidak bisa menemukan Raisa."Aku nggak bisa menemukannya ...." Liana hampir menangis."Nggak apa-apa." Reno mencoba menenangkannya. "Tetap di tempatmu, jangan bergerak. Kami sudah menyiapkan semuanya dengan baik, jangan berlari ke mana-mana, i
Reno dan yang lainnya benar-benar tidak berani masuk."Candra, kalau kamu melepaskan adikku, aku akan beri kamu kesempatan untuk hidup!""Heh!" Candra tertawa dingin, jelas tidak memercayai kata-katanya.Saat ini, dia sudah membawa Raisa mundur ke dekat jendela.Ruangan ini juga memiliki jendela besar dan berada di lantai satu. Jadi, begitu keluar dari pintu ini, dia bisa keluar dari rumah ini.Candra melihat ke luar. Lampu-lampu di halaman menyala, tetapi sekelilingnya masih agak gelap.Dia khawatir meskipun dia bisa keluar dari ruangan ini, dia tidak akan bisa keluar dari halaman keluarga Reihano!Dia merasa ragu, terus-menerus mondar-mandir dan tidak berani keluar.Dia bahkan berpikir bahwa mungkin di luar balkon, di tempat yang tidak terlihat oleh pandangannya, ada banyak orang yang bersembunyi. Mereka hanya menunggu dia membuka jendela untuk menangkapnya hidup-hidup.""Haha, aku nggak sebodoh itu!" Candra tertawa kejam. "Suruh Linda datang menemuiku! Aku ingin bertemu dengannya! K
"Lepaskan Raisa," kata Linda."Aku akan lepaskan dia, asal kamu menurut padaku." Candra tersenyum jahat.Linda mengangguk, "Ini masalah antara kita, jangan libatkan orang lain. Katakan, apa yang harus aku lakukan, aku akan patuh padamu."Ketaatan Linda membuat Candra merasa seolah-olah mereka kembali ke masa lalu.Candra adalah anak desa dan sejak lulus kuliah, dia sudah menjadi kebanggaan keluarga. Semua orang di desanya iri padanya, yang membuat Candra merasa dirinya superior.Setelah lulus, dia menetap di Kota Rogasa dengan pekerjaan yang cukup baik. Setelah menikah dengan Linda, dia makin merasa Linda tidak layak untuknya dan temperamennya makin buruk. Linda terus bersabar dan menuruti semua keinginannya.Dia sangat menikmati perasaan bisa mengendalikan segalanya, merasa tinggi dan luar biasa hebat.Lalu dia berkata pada Linda, "Buka bajumu!"Linda mengernyit, "Di sini?"Meski di sini tidak ada tamu, tetapi di sekitar mereka ada banyak orang yang ditempatkan oleh Reno, tersembunyi
Sesaat berikutnya, dia sudah ditangkap.Sosok berwarna biru merak dalam pandangan Linda, terjatuh ke tanah ...."Ibu!" Raisa berteriak, jatuh ke tanah dan memeluk Ratna sambil menangis.Situasi menjadi kacau.Josua sudah sampai di depan. Dia melepaskan mantel panjangnya dan menyampirkannya di bahu Linda. Kedua tangannya yang kuat menopang Linda.Langkah Linda goyah. Kalau bukan karena Josua yang menahannya, dia mungkin sudah jatuh.Dia melihat banyak orang muncul dari tempat tersembunyi. Mereka melihat Ratna jatuh ke tanah, dengan pisau menancap di dadanya. Mata pisau sepenuhnya tertanam dalam gaun biru meraknya, hanya menyisakan pegangan pisau yang pendek ....Candra ditekan ke tanah, dengan satu panah pendek menancap di matanya dan darah mengucur keluar. Dia meronta seperti binatang terperangkap dengan wajah menyeramkan. Satu matanya menatap tajam ke arah Linda. "Linda, ah—Linda, meskipun aku mati, aku akan menjadi hantu untuk mencarimu!"Josua menatapnya dengan tatapan dingin, kilat
Setelah Ratna dipindahkan ke ruang perawatan, seluruh keluarga Reihano berjaga di sampingnya.Reno menoleh, melihat Yohan dan Liana, lalu berjalan mendekat dan berkata, "Malam sudah larut dan Liana sedang hamil. Sebaiknya kalian pulang saja dan beristirahat."Yohan menunduk melihat Liana. Memang benar, matanya sudah merah karena bergadang."Kami akan pulang dulu," kata Yohan sambil merangkul bahu Liana. "Kalau ada apa-apa, segera hubungi aku.""Baik." Reno menepuk bahunya dengan keras, mereka saling bertatapan tanpa perlu berkata apa-apa.....Liana dan Yohan baru saja keluar dari gerbang rumah sakit, ketika mereka melihat Hasan bergegas datang."Pak Yohan, masalah Candra sudah diselesaikan. Matanya hampir nggak berfungsi lagi. Aku dan polisi juga sudah menemukan tempat persembunyian mereka berdua selama beberapa hari ini. Helena sekarang juga sudah ditahan. Hasil pastinya masih menunggu penyelidikan dari pihak polisi."Yohan mengangguk, "Terima kasih. Silakan istirahat."Hasan melihat
Saat mengikat simpul terakhir, Liana bahkan turun tangan sendiri. Dia membuat simpul pita yang cantik untuk Tiara."Selesai."Yohan melihat sekilas dan memuji, "Liana memang pintar dan cekatan."Liana merasa malu dipuji begitu dan segera mendorong tangannya.Menyaksikan keintiman mereka, Tiara menundukkan pandangannya sedikit.Pada saat mereka menikmati sarapan, Liana bertanya, "Kenapa Tiara masih mengenakan celemek?"Tiara menjawab, "Sebenarnya aku ingin membuatkan sarapan untuk kalian. Aku ingat dulu Yohan sangat suka panekuk telur buatanku, tapi sekarang sudah lama nggak membuatnya, malah jadi canggung. Sarapannya belum jadi, malah memecahkan piring ... benar-benar memalukan.""Panekuk telur? Aku juga sangat suka itu. Kamu bisa membuatnya?" tanya Liana dengan wajah sangat berharap. "Kalau ada kesempatan, aku pasti ingin mencobanya."Tiara tersenyum kecil, "...."Liana kemudian menoleh ke Yohan, "Kamu suka panekuk telur?"Yohan menatapnya dengan ekspresi datar, "Pernah suka selama be
Yohan mengangguk, "Malam ini aku ada acara, jadi akan pulang agak terlambat. Nggak usah menungguku."Sambil bicara, dia membelai rambut Liana.Kasih sayangnya hampir tumpah dari matanya.Melihat ini, hati Liana melunak, "Hmm."Di luar rumah.Tiara menunggu lebih dari sepuluh menit.Matahari bersinar di atas kepalanya. Dia menatap langit, tanpa tahu apa yang ada di pikirannya.Hingga Yohan keluar, dia baru menurunkan pandangannya dan tersenyum, "Yohan.""Ayo pergi." Yohan melangkah dengan cepat.Tiara tidak bisa mengabaikan ini, ada senyum di matanya dan sudut bibirnya.Dia belum pernah melihat ekspresi seperti itu di wajah Yohan.......Liana meminta ahli gizi membuatkan beberapa kue untuk dibawa ke rumah sakit.Ketika Hasan datang menjemput Liana, wajahnya tampak lelah.Dia menjaga di rumah sakit sepanjang malam, pasti belum sempat beristirahat dengan baik.Selain kelelahan fisik, Liana jarang melihat kelelahan mental di matanya."Kenapa?" Di dalam mobil, Liana bertanya dengan penuh p
"Teman," kata Liana.Dia tahu Josua menyukai kakaknya. Cinta di mata Josua saat melihat kakaknya tidak bisa disembunyikan.Namun, karena kakaknya belum pernah mengakui, dia juga tidak bisa sembarangan bicara.Raisa masih ragu. "Kalau kamu saja nggak bisa membujuknya, apakah Pak Josua bisa?"Liana menggelengkan kepala.Sebenarnya dia juga tidak tahu.Namun, entah kenapa, dia merasa Josua bisa membawa energi bagi kakaknya.....Akhirnya Josua datang pada malam hari.Sepanjang hari ini, Linda hampir selalu berada di samping tempat tidur Ratna, tidak bergerak sama sekali.Malam hari, saat semua orang sedang berada di kamar rumah sakit, Josua mendorong pintu dan masuk.Kharismanya yang kuat tidak bisa diabaikan. Bahkan hanya dengan berdiri di sana pun, dia sudah membuat orang merasa takut.Dia berjalan ke depan Linda, mengulurkan tangan dan menarik wanita itu bangun.Linda hampir terjatuh.Kemudian dia mengulurkan tangan yang lain, menopang Linda dengan kokoh.Melihat wajahnya yang pucat, J
Hasan mengambil pena dan memegang pergelangan tangannya dengan punggung tangan, "Apa yang kamu lakukan?"Lusi menangis, "Hasan! Kamu sudah menikah denganku selama setahun, tapi kamu belum pernah menyentuhku! Apa aku nggak boleh mencari pria lain untuk hiburan? Aku tahu kamu dipaksa menikah, tapi kita sudah menikah. Bisakah kamu menghormatiku sebagai istrimu?"Hasan menunduk, "Kenapa kamu membicarakan hal ini sekarang?"Lusi menggelengkan kepalanya, mendekat untuk memeluknya lagi, dan memohon, "Kak Hasan, aku khilaf, jadi aku melakukan hal seperti itu. Maafkan aku kali ini? Selama kamu jadi suami yang baik, aku berjanji padamu, aku nggak akan pernah keluar dan main-main lagi."Hasan mengulurkan tangan dan melepaskan tangannya, "Nggak perlu. Aku sudah membalas kebaikan keluarga Halim.""Nggak, nggak! Hutangmu pada keluarga Halim nggak akan pernah terbayar seumur hidup! Aku nggak mau bercerai! Kak Hasan, aku mencintaimu, aku sangat mencintaimu. Aku cuma nggak bisa menahannya. Aku juga seo
....Tiga hari kemudian.Liana, Yohan, Sudar dan Raisa naik ke pesawat.Hasan kembali ke kampung halamannya dan mengadakan pernikahan.Reno bergegas kembali dari tempat lain dan setelah mempelajari semuanya, dia menghela napas, "Kalian semua sangat nggak berperasaan. Kalian pergi melihat aurora dan nggak mengajakku?"Ratna berdiri di sampingnya dan berkata, "Mereka pergi melihat aurora berpasangan. Itu hal yang sangat romantis. Kenapa mereka harus mengajakmu yang jomblo? Kamu mau buat permintaan?"Reno tertawa tak berdaya, "Bu, kenapa ibu sekarang begitu padaku? Mudah buat cari menantu. Putramu memberi isyarat, mereka yang mau jadi menantumu sudah antri sangat panjang!"Ratna melambaikan tangannya, "Aku nggak mau yang lain, aku cuma mau Sinta.""....""Kalau kamu nggak bisa menikahi Sinta, kamu melajang saja seumur hidupmu.""....""Kamu sendiri saja, sebaiknya kamu sendiri saja, sendiri juga lumayan bagus.""...."Malam itu, Reno mengetahui kalau dia telah diblokir oleh Sinta.Dia men
"Nggak bisa," dia melambaikan tangannya, "Aku pusing sekali, aku nggak bisa berdiri. Aku akan tidur di sini."Sudar tidak memaksakannya. Dia menatapnya lama dan bertanya, "Bagaimana kalau aku menelepon pacarmu? Minta dia untuk menjemputmu?""Jangan!" teriak Raisa.Kata "pacar" benar-benar merupakan penghinaan besar baginya saat ini.Dia meringkuk dan bergumam pelan, "Aku nggak punya pacar lagi, aku putus ...."Suara musik terlalu keras dan Sudar tidak dapat mendengarnya.Namun, melihat bibir merah mudanya membuka dan menutup, dia penasaran dengan apa yang Raisa katakan, jadi dia berjongkok di depan sofa dan membungkuk untuk mendengarkan.Kali ini dia mendengar dengan jelas.Dia menyentuh wajah Raisa dengan jarinya dan berkata, "Putus?"Raisa setengah membuka matanya dan menatapnya terluka, "Ya."Sudar mengangkat alisnya, "Kenapa?""..." Raisa mengerucutkan bibirnya, tidak mau mengatakan apa pun.Sudar tersenyum dan berkata, "Kamu putus dengannya dan membuat dirimu seperti ini, nggak se
Bar itu dikelola oleh dua bawahannya, dan kebetulan mereka berdua juga mengenal Raisa.Mereka berdua memperhatikan Raisa sejak dia masuk dan mengamatinya.Raisa memesan dua gelas anggur, duduk di bilik, dan mulai minum.Seorang pria di dekatnya datang untuk memulai percakapan, tetapi dia memarahinya.Mengutuk dan mengumpat, dan dia mulai menangis lagi.Melihat ada yang tidak beres, kedua pria itu segera menelepon Sudar.....Sepuluh menit berlalu. Liana dan Yohan sedang duduk di dalam mobil, tetapi Raisa tidak keluar.Setelah menunggu satu menit lagi, Liana mengulurkan tangan untuk menarik pintu mobil, "Nggak bisa, aku harus masuk dan mencari Raisa. Dia perempuan, bagaimana kalau dia diganggu?"Yohan berkata, "Aku akan menemanimu."Sebelum keduanya turun dari mobil, mereka mendengar deru sepeda motor yang melaju dari ujung jalan. Dalam waktu sepuluh detik, sebuah sepeda motor berwarna hitam menerobos angin. Seperti kilat hitam, dan meninggalkan bayangan di malam yang kabur.Saat sampai
Raisa tumbuh dewasa dengan selalu dimanjakan oleh keluarganya, dan dia hanya pernah ditolak oleh Yohan.Semua orang di sekitarnya tahu perasaannya pada Hasan.Sekarang Hasan mau menikah dengan orang lain, ini adalah pukulan besar bagi Raisa.Tidak heran dia sangat sedih dan mendatangi mereka sambil menangis.Liana menghiburnya, "Jangan khawatir, Yohan akan menelepon dan mencari tahu apa yang terjadi. Hasan adalah bawahan Yohan, dan dia pasti akan mendengarkan Yohan."Kata-katanya sangat efektif. Setelah mendengar itu, Raisa perlahan-lahan berhenti menangis, "Tapi, Hasan pasti akan melakukan apa yang dia janjikan kepada orang lain. Apa dia benar-benar akan mendengarkan Kak Yohan?"Liana tidak bisa menjaminnya, tetapi dia ingin Yohan mencobanya.Mungkin saja ada rahasia lain.Mungkin saja Hasan bisa berubah pikiran.Mungkin saja.Sama seperti dia dan Yohan telah melalui begitu banyak hal di masa lalu, dan kesalahpahaman di tengah-tengah mereka sangat buruk, tetapi pada akhirnya semua aka
Suara di seberang telepon sangat berisik, sementara di sisi Yansen sangat sunyi.Beberapa detik kemudian, Yansen memutuskan panggilan telepon itu.Dia mematikan ponselnya dan duduk sendiri di dalam mobil.Dia menunduk, memandang bunga tujuh warna yang kini menjadi spesimen di tangannya sambil tersenyum getir.Siapa yang menyangka, segala usahanya untuk mendapatkan bunga itu pada akhirnya malah membuat Josua yang menang?Yansen menyalakan mobilnya dan melaju kencang, menuju ke tepi pantai.Dia melemparkan bunga tujuh warna yang sangat berharga itu ke laut.Setelah melihat ombak mendorong botol itu menjauh dan perlahan tenggelam ke dasar laut, barulah Yansen berbalik dan pergi....Kabar tentang Linda dan Josua yang telah kembali rujuk tersebar sampai ke Kota Rogasa.Liana dan juga keluarga Reihano, semuanya senang mendengar kabar itu.Meskipun Ratna sempat agak keberatan, bagaimanapun juga, yang paling penting adalah kebahagiaan putrinya.Selain itu, dia juga tak bisa berkomentar banyak
Yansen menyerahkan tabung berisi bunga tujuh warna itu dengan wajah sedikit memerah. "Linda, sebelum berangkat, aku membuat sebuah janji. Kalau aku bisa melihat bunga tujuh warna lagi dan berhasil membawanya kembali, aku akan menyatakan cinta kepada orang yang kusukai."Linda tertegun.Sebelum dia sempat mengatakan apa pun, Yansen sudah mengeluarkan sebuah cincin berlian, lalu berlutut dengan satu kaki di hadapannya. "Linda, aku menyukaimu. Sejak pertama kali aku melihatmu, aku sudah menyukaimu. Hanya saja karena berbagai alasan, aku selalu ragu untuk mengatakannya. Apakah kamu bersedia menjadi pacarku? Apakah kamu mau menikah denganku?""...."Situasi yang tiba-tiba ini membuat Linda bingung.Entah bagaimana, beberapa orang yang lewat mulai berkumpul dan bertepuk tangan sambil bersorak, "Terima dia, terima dia, terima dia ....""Aku ...." Linda tidak ingin mempermalukan Yansen, tetapi ...."Maaf, Yansen. Aku nggak bisa menerima pernyataan cintamu."Yansen tertegun.Linda berkata, "Seb
Linda tahu bahwa Josua sedang mencoba menghiburnya. Padahal biasanya Josua sangat tahan sakit, tapi barusan dia tidak tahan lagi dan mengerang kesakitan ...."Sudahlah, cepat berbaring saja, jangan sampai lukamu terbuka lagi."Lengan Josua melingkari pinggang ramping Linda, menariknya ke dalam pelukannya dan mereka berbaring bersama di tempat tidur, "Temani aku berbaring."Karena insiden barusan, Linda tidak berani bergerak sembarangan, dan hanya berbaring diam dalam pelukan Josua.Tidak lama kemudian, keduanya tertidur....Linda merawat Josua di hotel selama dua hari, dan lukanya perlahan-lahan mulai membaik.Hari itu, ketika mereka sedang makan, seseorang datang melaporkan bahwa Yansen datang mencari Linda, dan sekarang dia sedang menunggu di lobi hotel.Linda meletakkan sendoknya, "Aku akan pergi sebentar."Saat dia baru saja bangkit, Josua langsung menarik lengannya dan berkata dengan wajah serius, "Nggak boleh pergi.""Dia mungkin ingin bicara denganku. Selain itu, saat di gunung
Potongan kain berlumuran darah dan bola kapas berserakan begitu saja di lantai, bercak-bercak darahnya hampir mengering.Linda berjalan mendekati tempat tidur, dan tiba-tiba lututnya lemas. "Bruk" Dia pun jatuh terduduk.Linda meraih tangan yang terkulai di tepi ranjang dan menggenggamnya erat. "Josua, bukankah kamu belum minta maaf padaku? Bagaimana bisa kamu pergi selamanya?"Dengan tangan gemetar, dia membuka kain yang menutupi wajah Josua yang pucat tanpa darah. Air matanya mengalir deras tanpa bisa ditahan lagi.Linda bersandar di tepi tempat tidur, menangis tersedu-sedu dengan hati yang hancur."Josua, dasar bodoh! Kamu nggak menepati janji! Katanya kamu akan membujukku!""Aku bahkan belum sempat memaafkanmu, bagaimana bisa kamu pergi duluan?""Hidup kembali! Aku ingin kamu hidup lagi! Huhuhu ...."Linda menangis dengan sedih sekali, sama sekali tidak menyadari bahwa orang-orang yang tadi berdiri di sekitarnya telah diam-diam pergi. Sementara pria yang terbaring di tempat tidur,