Max menanti Drake dengan gelisah. Ia tak bisa menebak apa yang terjadi di dalam sana, terlebih sudah hampir tiga puluh menit berlalu dan Drake tidak memberi kabar sama sekali. Max sudah hampir masuk ke dalam ketika Drake memanggilnya lewat telepati dan apa yang dikatakan oleh ayah angkatnya itu membuat Max mengerutkan kening, tak mengerti.
“Biar aku yang atasi ini, Max. Kau kabari Elle mengenai apa yang terjadi pada Ivy.”Max tak mengerti. Bukankah Drake semula mengatakan kalau mereka akan melakukannya bersama tanpa bantuan lainnya? Mengapa sekarang semua berubah? Apakah terjadi sesuatu padanya?“Drake, apa yang terjadi? Kita sudah sepakat tak akan melibatkan lainnya, bukan? Lagi pula, Seth hanya seorang diri. Dia adalah rogue dan tak mungkin memiliki kawanan yang akan melindunginya,” ujar Max, tak setuju dengan usulan Drake yang tidak sesuai dengan perkiraan dan rencana semula.Drake terdengar menghela napas.“Kau tak mengerti,Mirielle menceritakan segala yang ia lihat ketika dirinya terhubung dengan Drake, sebelum Drake memutuskan untuk melakukan penyerangan demi menyelamatkan Ivory. Max yang mendengar semua itu, merasakan darahnya mendidih dan menggelegak. Nyaris saja ia menurutkan emosi dan menyergap kediaman Seth, yang sayangnya, Max belum mengetahui lokasinya. Mirielle sejak tadi sudah berusaha untuk menenangkan serigala yang marah itu. Ia kemudian menyarankan pada Max agar tidak gegabah dan menunggu sampai Drake kembali memberi kabar, karena Seth bukanlah lycan biasa yang bisa dengan mudah dikalahkan. Meski ia tidak memiliki banyak anggota dalam kawanannya, tetapi para rogue di Eastonville terkenal dengan kekuatannya. Bahkan beberapa anggota kawanan besar tak akan berani menghadapi seorang rogue meski tidak bersama kawanannya. “Kau sudah mengetahui bagaimana gilanya pria itu, Max. Apakah kau masih dengan pendirianmu untuk tidak peduli pada kondisi Ivy? Ia bahkan tida
Mirielle murka dan lepas kendali saat melihat apa yang Seth lakukan terhadap Drake. Pria itu terkapar dengan tubuh berasap dan dipenuhi luka bakar di beberapa bagian. Mirielle langsung mengalirkan sengatan listrik berkekuatan besar dan mengarahkannya pada Seth secara terus menerus hingga pria itu tak mampu menyerap semuanya, dan yang terjadi selanjutnya adalah kekalahan Seth seperti yang telah Mirielle perkirakan. Mirielle dan lainnya berhasil mengalahkan Seth dan beberapa kawanannya yang hanya segelintir serta menyelamatkan Ivory. Hanya satu yang tak bisa ia cegah, Drake yang akhirnya menjadi korban. Ia kemudian menggerakkan jari telunjuknya membentuk gerakan abstrak dan membuat Seth terikat dengan tali perak, sementara itu ia bergegas menuju ke arah Drake dan memeriksa kondisi pria itu. “Max, kau bawa pria gila itu menuju ke mansion lama dan penjarakan dia di penjara bawah tanah. Ada Rob dan Mason yang akan berjaga di sana. Aku akan membawa paman D
Max berjalan cepat menuju ke ruang bawah tanah. Seperti yang Mirielle katakan bahwa ada Rob dan beberapa orang anggota kawanan yang memang bertugas untuk berjaga. Max, yang merupakan seorang pimpinan dan keturunan dari alpha terdahulu yang bahkan masih dihormati hingga sekarang, memiliki akses bebas untuk masuk ke penjara yang sesungguhnya terlarang untuk dimasuki siapa pun yang tidak memiliki izin. Ia sudah siap dengan pakaian anti peluru, sebilah pisau lipat, dan sebuah pistol dengan peluru perak yang bagian dalamnya terdapat serum dari darah Marion, sang ibu. Konon darah Marion sudah dilakukan uji coba dan ditemukan mengandung racun yang tidak mematikan tetapi cukup menyiksa bagi vampir dan serigala. Dan satu hal yang tidak ia lupakan, bagian tubuhnya sendiri yang bisa ia kendalikan dengan mudah untuk memberi siksaan yang sama pedih seperti yang Seth berikan pada Ivory. Max tak akan membiarkan pria itu merasa aman setelah melakukan hal keji terhadap wanita y
“Alpha Max!” Salah seorang anggota kawanan yang bertugas menjaga penjara bawah tanah datang tergopoh saat Max dan lainnya tengah berkumpul di sebuah ruangan. Mereka tengah mengadakan rapat yang sebenarnya merupakan bentuk evaluasi atas tindakan Max beberapa waktu terakhir sebagai seorang pimpinan. William dan Marion pun tentu saja ada di sana, dan pastinya satu orang lagi yang merupakan pimpinan sebelumnya dari Alsenic, Jeremiah Alsen, yang telah menyerahkan tonggak kepemimpinan pada sang cucu. Kedatangan pengawal itu membuat semua yang ada di ruangan itu menoleh padanya dengan tatapan cemas. Tak biasanya mereka mendapatkan tamu yang berasal dari penjara bawah tanah. Karena jika terjadi, pastilah membawa kabar yang tidak menyenangkan. “Ada apa, Mason?” tanya Max, sengaja menjauhkan pria itu dari ruang rapat dan hanya dirinya dan Mason yang bicara. Namun, baru Mason mengatakan alasan kedatangannya, Jeremiah sudah berada di sana dan ikut mendengar.
Pria itu berjalan terseok dengan luka di dadanya. Ia terus memegangi luka itu agar berhenti meneteskan darah. Jika tidak begitu, ia bisa mati di tempat itu. Meski ia tak tahu apa yang membuatnya bertahan hidup setelah tertembus peluru perak itu, ia bersyukur masih mendapat kesempatan untuk melarikan diri dari tempat itu setelah menghisap kekuatan salah seorang penjaga. Max ... Seth tak akan lupakan yang pria itu telah lakukan terhadapnya. Peluru perak adalah sebuah kutukan bagi para serigala, terlebih rogue. Dan dengan adanya racun di dalamnya, tentu saja menambah efektivitas senjata tersebut untuk memusnahkan ras yang dianggap pengganggu oleh sebagian ras lain, salah satunya sekelompok serigala yang memiliki kawanan. Seth mengempaskan tubuhnya yang mulai lemah ke atas rerumputan, di balik semak agar tak ada satu pun dari anggota kawanan Alsenic yang menemukannya. Setelah apa yang ia lakukan terhadap salah satu anggota kawanan yang mereka percayai, dan yang ter
Seth terbangun di tengah malam dengan peluh membanjiri keningnya. Ia tersengal karena rasa panas membakar di dadanya. Sebelumnya ia tidak merasakan apa pun selain nyeri dan tampaknya ramuan yang Linea berikan telah sedikit memberikan kesembuhan. Namun, apa yang terjadi sekarang? Ia seolah sedang berada di antara hidup dan mati saat ini. Bahkan mungkin lebih dekat dengan kematian. Ia tak henti meronta, menggelinjang, rasakan nyeri tak terhingga yang menghinggapi lubang yang ditinggalkan oleh terjangan timah panas di dada sebelah kirinya. Benda itu masih di dalam sana, mungkin itu sebabnya ia kini mulai merasa seolah malaikat maut tengah menantinya di ujung jalan. Seth tak ingin mati sekarang. Ada banyak hal yang belum berhasil ia wujudkan dan dengan adanya Ivory, harapannya untuk tujuan tersebut akan semakin masuk akal. Ia bisa menjadi abadi dan memiliki kekuatan besar untuk bisa menguasai dunia karena wanita itu. Semua tahu itu, dan ia tak ingin kehilangan kese
Ivory setuju dengan ide Max untuk membawanya ke kediaman sang nenek di daerah Northernshore, masih daerah bagian dari The Cardinal, tetapi letaknya lebih jauh dari Eastonville dan lainnya yang berdekatan. Northernshore merupakan tempat yang indah, hampir sebagian besar daerahnya merupakan pesisir pantai. Air lautnya terhubung dengan bagian The Cardinal yang lain yang akan bertemu menjadi satu aliran dengan pusara cukup besar di bagian tengah. Tak ada yang berani mendatangi pusara tersebut meski konon tempat itu sangat memukau dengan keindahannya dan keajaiban pusara tersebut. Max dan Ivory tiba di sebuah bangunan dengan desain modern yang indah dengan pilar besar yang berisi air laut dengan satwa laut di dalamnya. Ivory mempererat genggaman tangannya pada Max ketika melihat bagaimana kediaman Emilia Reynz itu dipenuhi dengan keindahan dasar lautan. Satu hal yang muncul di kepala Ivory saat melihat tatanan rumah Emilia adalah ketakutan. Bagaimana jika
Max masih memegangi handuk basah di tangannya. Beberapa kali merendamnya di dalam air yang ada di sebuah wadah tak jauh dari tempatnya dan menempelkan di kening wanita yang kini tengah berbaring tak sadarkan diri di sebuah ranjang. Ivory yang semula tampak tegar dan sudah membaik setelah menjalani satu sesi bersama Emilia, tiba-tiba jatuh pingsan dan Mirielle-lah orang pertama yang menemukannya. Kondisi Ivory kini menjadi perhatian banyak orang, termasuk Emilia yang turut prihatin dengan apa yang telah ia alami beberapa waktu terakhir. “Apa lagi yang terjadi padamu, Ivy? Bangunlah ... kau harus membaik. Kau membuatku takut, Ivy,” gumam Max yang kini hanya bisa memerhatikan Ivory dan sesekali membelai kepala dan wajah gadis itu. “Mengapa bajingan itu berani memperlakukanmu seperti ini? Apa yang sebenarnya ia inginkan?” “Dia jelas menginginkan kehidupan abadi, Max. Bukankah aku sudah katakan padamu?” timpal Mirielle yang baru melangkahkan kaki memasuki
Beberapa tahun kemudian ... “Apakah kau percaya itu, Max? Kau lihatlah putra-putri kita. Mereka kini berusia delapan belas tahun dan—oh! Apakah kau dulu juga mengalami ini? Usia berapa kau berubah menjadi dewasa?” tanya Ivory saat sadar bahwa si kembar, Isaac dan Mackenzie telah berubah menjadi berusia delapan belas tahun di usia mereka yang kelima. Max tertawa mendengar komentar polos Ivory. Ia lantas meraih wanita itu dalam dekapannya dan mengecup bibirnya sekilas. “Di usia tiga tahun aku berubah menjadi delapan belas tahun dan menjalani pelatihan dari kakek Jeremiah untuk menerima jabatan darinya sebagai seorang alpha Alsenic pack. Apakah kau tidak mengalami itu?” “Apakah aku kelihatan seperti manusia ajaib seperti kalian?” tanya Ivory yang dijawab gelak tawa oleh Max. “Baiklah, artinya usia kita terpaut sangat jauh. Kau seharusnya lebih tua dibanding diriku. Benar begitu, kan?” Ivory mengangguk, kemudian menoleh lagi pada Isaac dan Mackenzie yang telah menghabiskan sarapan mere
Seth tersungkur tanpa daya di atas tanah, pandangan mata sayunya pandangi langit malam di mana bulan purnama tengah benderang menyinari dunia. Seth bisa mendengar lolongan serigala yang memuja Amethyst. Sebagai tanda syukur kemenangan mereka. Hawa panas menggelegak. Keheningan mencekam ini, Seth mati rasa, tidak bisa merasakan tubuhnya lagi. ‘Dad. Katakan padaku. Kalau aku adalah seorang putra dan keturunanmu yang baik.’ Wajah sang ayah yang tersenyum manis berkelebatan di benak Seth saat mendiang menyerunya penuh kasih sayang. Seth masih ingat kenangan itu dengan jelas. Linea berlarian menerjang kubangan-kubangan api yang meratakan tanah, sembari menahan rasa sakit di perutnya yang terasa sangat mengejang, demi apa pun. Melihat Seth menghadapi kematian, membuatnya Linea terseok-seok. Dia menyambar tubuh Seth yang tidak berdaya; merenggang nyawa. “Seth, astaga. Aku mohon, jangan tinggalkan aku. Bagaimana dengan anak-anakku. Dia membutuhkanmu. Jangan pergi, Seth. Kau harus melihat
TAANG!!! Anak panahnya meleset ke arah lain ketika Seth mematahkannya dengan sambaran petir. Terlepas dari tepat sasaran atau tidaknya, Ronan tak peduli. “Lihat aku di sini, Rogue tolol!” ejek Ronan tersenyum miring, dia sengaja benar memancing emosi Seth yang mudah sekali tersulut. “Dasar bodoh! Siapa pun tidak ada yang dapat mengalahkan aku!” amuk Seth terus luncurkan semua serangannya secara brutal. “Kau, Omega tidak berguna! Jangan halangi aku!” DUARR!!! Ronan berlari menghindar ketika serangkaian ledakan api meletus hebat di belakangnya. Melompat dengan langkah kaki panjang, bergerak gesit, cekatan serta lincah. Bermanuver—tak sulit menghindari serangan Seth yang lambat-laun mulai melambat. “Ada apa denganmu? Mengapa kau lamban sekali? Kau bahkan tidak bisa menggoresku sedikit saja!” Ronan terpingkal geli. Sekali lagi, dia melesatkan dua pasang anak panah. “DIAM KAU! Percuma! Serangan panahmu ini tidak akan bisa melumpuhkan aku!” DUARR!!! Ronan melompat tinggi di atas ud
Markus tanpa pikir panjang kembali, menyelamatkan karibnya. Dia menerobos semua ledakan-ledakan petir yang meletus di kanan-kirinya, berlari cepat demi menyelamatkan Alegria yang kepayahan akibat pendarahan. Markus bergegas menyambar Alegria yang terkapar, melompat cepat—menghindari sambaran petir lainnya yang tiada hentinya berdatangan.“Mengapa kau kembali? Bagaimana dengan pasukanmu?” tanya Alegria lemah dan merasa bersalah. Dia diserang oleh gelombang batuk darah.“Masih tanya juga! Tentu saja menyelamatkanmu! Mustahil, meninggalkanmu mati di sana! Pasukanku yang tersisa mereka berhasil ke tempat aman. Rogue itu memang keparat! Bagaimana bisa dia memiliki kekuatan sihir mengerikan seperti ini!?”Markus, Alegria, Marion, William dan semua pasukan yang tersisa berhasil mencapai zona perimeter aman yang sebelumnya telah disiapkan oleh mereka. Menjauhi medan pertempuran yang mustahil mereka hadapi. Mereka mengubah diri ke wujud manusia.
“Menyerahlah saja kau, Seth! Tidak ada jalan keluar atau lari! Sebelum kami semua benar-benar membunuhmu!” kecam Mirielle bersungguh-sungguh dengan ucapannya. “Kau sudah terkepung! Kau harus membayar seluruh kejahatanmu di hadapan Dewi Amethyst!”BZZT!“Kau pikir siapa dirimu?! Karena kau Elder pilihan yang menjembatani Dewi Bulan, kau pikir bisa berbuat segalanya?”Mirielle mencibir setengah meradang. “Tidakkah kau pikirkan semua korban yang telah kau hancurkan hidupnya? Pack yang tidak bersalah atau berdosa! Tidakkah kau memikirkan anak-anak yang kehilangan keluarga mereka? Aku tak paham mengapa kau memilih jalan beracun seperti ini?!”CLASSH!BLARR!“Tidak usah sok memahamiku, Mirielle! Aku tak peduli apa pun! Selama tujuanku tercapai, dendam kematian leluhurku terbalaskan, dan semua kelompok Pack yang kalian agung-agungkan itu hancur selamanya! Justru aku senang menghancurkan kalian semua hingga tidak ada yang ter
Mirielle merintih putus asa. “Max! Jawab aku! Mom! Dad! Ronan, please! Anybody hear me?!”“Elle?! Kau di mana?! Kau baik-baik saja?! Bertahanlah, Elle! Aku bersama pasukan The Cardinal, anggota Pack dan keluarga! Sebentar lagi, sampai! Kau tidak terluka ‘kan? Kami semua cemas sebab tak mendengar kabar apa pun darimu.” Max menjawab dari mind-link. “Katakan kalau kau bersama Lyra sekarang?”Helaan napas lega terdengar dari hidung bangir Mirielle. “Aku tidak bersama Lyra, Max. Aku gagal mendapatkannya. Ini semua karena kekuatan sihirku yang belum pulih sepenuhnya! Seth dan Linea memiliki mantra dinding sihir kuat. Padahal, aku nyaris berhasil. Aku mengacau! Aku baik-baik saja! Max, ada situasi genting! Sebelum kau menyaksikannya secara langsung. Aku ingin kau dengarkan ucapanku dulu.”“Tunggu sebentar, Elle! Aku mengendus bau Ivy dekat sini?! Apa itu jeritan istriku?! SEDANG APA DIA? MENGAPA IVY BISA BERSAMA DENGAN SETH?!!”Sensasi berdenyut
“Sekarang apa maumu?” tanya Linea mengeraskan nada suaranya. Dia menjerit penuh amarah. “Aku telah mengikuti semua perintahmu! Kau bilang ingin dapatkan darah Ivy demi memperkuat kekuatan kita?! Mengapa sekarang kau malah menawannya?! Kau bilang membangun Mansion khusus untuk wanita ini?! Apa kau sudah gila?! Kau mengingkari janjimu, Seth!”Seth tertawa bengis. Tetap mencengkeram tubuh Ivory dalam belitan tangannya. Mereka perlahan-lahan berjalan mundur. “Kau kira siapa dirimu, Linea?! Mengatur atau mengendalikan diriku?! Sudah kubilang berkali-kali jangan konyol! Kita melakukan segalanya sesuai kesepakatan, ingat?! Inilah tujuanku! Mendapatkan Ivy kembali.”Ivory mendesis jijik ketika Seth menjilati ceruk lehernya. Rasanya dia ingin sekali menghajar Seth sekarang juga, tetapi apa dayanya. Kekuatan Seth terlalu kuat untuk dilawan. Semakin Ivory memberontak—semakin Seth mencekiknya. Linea menggeleng. Mulai banjir air mata, mengentakkan kaki menahan b
“Oh! Akhirnya, Benjamin mampu memenuhi kesepakatannya! Senang sekali, kau mengerti maksudku. Maaf, kuharap Watcher yang aku utus, tidak memperlakukanmu dengan buruk, ya? Mendengar kau datang bersama Ivory.” Suara Seth menggema di sela-sela tawa maniaknya. “Woah, ini pencapaian terbesarku, bukan? Aku meminta Benjamin menukar darah Ivory tapi dia malah membawanya kemari. Well done, Ben. Aku tahu kau memang tak akan mengecewakan aku.”Benjamin mendesis sinis. “Cukup basa-basinya, keparat! Aku telah memberikan apa yang kau mau. Lantas, di mana Lyra sekarang?! Berikan kepadaku sekarang juga!”Ivory meraung marah. “Lyra milikku! Seth, jangan berani kau melukai satu helai rambut pun putriku. Bila kau menyakitinya aku bersumpah akan membunuhmu!”Seth terbahak geli. Matanya meneliti Ivory penuh obsesi. “Oh, ayolah. Lyra aman di tangan kami. Jadi, jangan cemas. Selama kalian menuruti semua perintahku, nyawanya terjaga, sayang.”Ivory membuang pandangannya, tidak sudi mendengar kata-kata Seth se
“Ini kesempatanku,” ucap Ivory setengah berbisik. “Tidak ada waktu lagi. Aku harus menemui Benjamin segera.”Ivory menimang bayinya sampai mereka tertidur. Menggendong, membaringkan Mackenzie dan Isaac di dalam ranjang bayi mereka. Helaan napas Ivory terdengar penuh beban berat. Dia telah mempertimbangkannya, memikirkan ucapan Benjamin sebelumnya dengan keputusan panjang. Hingga membawa Ivory pada jalan akhir, menyetujui kesepakatannya bersama Benjamin. Ivory tahu keputusannya ini memang gila. Memicu kemarahan terbesar Max, namun apa dayanya. Ivory tidak punya pilihan lain demi menyelamatkan nyawa Lyra, keluarga kecilnya dan menyudahi peperangan melelahkan ini. “Maafkan aku, nak. Aku hanya lelah dengan semua pertumpahan darah, pertempuran, dan pertikaian tiada berujung ini. Mungkin melalui pengorbananku, perang ini bisa dihentikan. Yang Seth inginkan hanya aku, bukan Lyra. Jika menyerahkan diri bisa menyelamatkan semuanya. Maka keputusanku ini sepadan.” Gumam Ivory mengusap puncak k